Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

Panduan Praktik Klinis atau dapat disebut juga Clinical Pathway


Guidelines mulai diterapkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati pada
bulan Januari 2019 yang disusun berdasarkan Pedoman Nasional Praktik
Kedokteran (PNPK) dan Standar Pelayanan Medis (SPM) dan telah mendapatkan
kesepakatan dokter spesialis yang bersangkutan.
Melalui surat Keputusan Direktur RSIA Puri Betik Hati
No.278/SK/DIR/RSIA-PBH/XII/2018 tantang penetapan Panduan Praktik Klinis
dan Clinical Pathway di RSIA Puri Betik Hati, meliputi kasus penyakit sebagai
berikut
SMF Anak
1. Demam Typoid
2. Diare akut
3. BBLR
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubin

SMF Obstetri dan Ginekologi


1. Bekas SC aterm
2. Pre Eklamsia berat
3. Malposisi
4. Ketuban Pecah Dini
5. Kehamilam Ektopik

Pada akhir tahun 2018, karena data-data kepatuhan terhadap Clinical Pathway
belum ada maka diputuskan evaluasi kepatuhan akan dilakukan secara manual,
dengan sebelumnya menentukan 5 area prioritas Clinical Pathway
Pemilihan area prioritas berdasarkan criteria risiko tinggi (High Risk), sering
tarjadi (High Volume), High Cost, dan rawan masalah (Problem Prone)
BAB 2
PELAKSANAAN

Dilakukan setiap hari oleh Case Manager. Dengan cara audit berkas rekam medis,
membandingkan catatan perawatan pasien dengan Clinical pathway Guidelines
(PPK).
Apabila terdapat variabilitas dalam perjalanan penyakit atau komplikasi tidak
digunakan sebagai populasi pengambilan data.
Kriteria yang dinilai adalah:
Operasi : asesmen klinis (diagnose), PPA (Profesional Pemberi Asuhan),
penunjang(Lab/radiologi), tindakan (konsultasi dokter, asesmen anestesi dan
bedah, kelengkepan informed consent, penandaan), obat (antibiotik), dan lama
rawat
Non operasi : asesmen klinis, PPA (Profesional Pemberi Asuhan), penunjang
(lab/radiologi), obat (antibiotik) dan lama rawat.
BAB 3
EVALUASI

Hasil evaluasi periode Mei 2020


1. Bekas SC aterm
Pada periode ini didapatkan kasus seksio sesarea (SC) dengan indikasi bekas
SC / riwayat SC sebanyak 6 kasus. Kasus yang dievaluasi dengan clinical
pathway adalah kasus dengan bekas SC sebanyak 2x atau lebih.

Asesmen Tindakan Los Obat Pemeriksaan Ket.


klinis penunjang
Presentase 100% 100% 100% 100% 100% Gizi dan
kepatuhan farmasi
PPA belum
terhadap melakukan
PPK asuhan

Hasil :
Pada periode ini PPA gizi dan farmasi tidak memberikan asuhan pada pasien
sesuai PPK.
2. Ketuban Pecah Dini (KPD) aterm
Pada periode ini didapatkan kasus SC dengan indikasi ketuban pecah dini
pada kehamilan aterm (cukup bulan) sebanyak 3 kasus. Kasus yang
dievaluasi dengan clinical pathway adalah kasus dengan KPD > 24 jam.

Asesmen Tindakan Los Obat Pemeriksaan Ket.


klinis penunjang
Presentase 100% 100% 100% 66,7% 100% Gizi dan
kepatuhan farmasi
PPA belum
terhadap melakukan
PPK asuhan
Hasil :
Ketidaksesuaian terdapat pada obat. Ketidaksesuaian terdapat pada obat
oral/pulang, obat antibiotika oral/pulang yang sesuai CP yakni clindamisin
3x300mg. Pada periode ini terdapat 1 pasien tidak menggunakan antibiotika
sesuai.
3. Kehamilan Ektopik Terganggu
Pada periode ini tidak ditemukan kasus kehamilan ektopik terganggu.
4. Malposisi Janin
Pada periode ini didapatkan kasus SC dengan indikasi malposisi sebanyak 5
kasus. Kasus yang dievaluasi dengan clinical pathway adalah kasus letak
sungsang dan letak lintang.

Asesmen Tindakan Los Obat Pemeriksaan Ket.


klinis penunjang
Presentase 100% 100% 100% 60% 100% Gizi dan
kepatuhan farmasi
PPA belum
terhadap memberikan
PPK asuhan

Hasil :
Ketidaksesuaian terdapat pada obat. Ketidaksesuaian terdapat pada obat
oral/pulang, obat antibiotika oral/pulang yang sesuai CP yakni clindamisin
3x300mg. Pada periode ini terdapat 2 pasien tidak menggunakan antibiotika
sesuai yaitu menggunakan cefadroxyl 2x500mg.

5. Pre Eklamsia Berat


Pada periode ini didapatkan kasus SC dengan indikasi pre eklamsia berat
sebanyak 3 kasus.

Asesmen Tindakan Los Obat Pemeriksaa Ket.


klinis n penunjang
Presentase 100 100 100 100 100 Gizi dan
kepatuhan farmasi belum
PPA memberikan
terhadap asuhan
PPK

Hasil :
Pada semua kasus yang didapatkan tidak ditemukan ketidaksesuaian dengan
clinical pathway.

6. Demam Typhoid
Pada periode ini didapatkan kasus demam tifoid sebanyak 3.

Asesmen Los Obat Pemeriksaan Ket.


klinis penunjang
Presentase 100 100 0 100 Gizi dan
kepatuhan PPA farmasi
terhadap PPK belum
memberikan
asuhan

Hasil :
Ketidaksesuaian terdapat pada obat. Ketidaksesuaian terdapat pada obat yang
diberikan selama perawatan, obat antibiotic sesuai CP yakni Ceftriaxone, semua
pasien tersebut tidak menggunakan antibiotic sesuai. Antibiotik yang digunakan
adalah Anbacim (cefuroxime)

7. Diare Akut
Pada periode ini tidak ditemukan kasus diare akut dengan dehidrasi ringan
sedang.
8. BBLR
Pada periode ini didapatkan kasus bayi BBLR (berat badan lahir rendah)
sebanyak 12 bayi. Kasus yang dievaluasi dengan clinical pathway adala bayi
BBLR dengan berat lahir < 2500gr.

Asesmen Tindakan Los Obat Pemeriksaa Ket.


klinis n penunjang
Presentase 100 100 100 100 100 Gizi dan
kepatuhan farmasi
PPA belum
terhadap memberikan
PPK asuhan

Hasil :
Tidak ditemukan ketidaksesuaian pada semua kasus yang dievaluasi. Gizi dan
farmasi belum memberikan asuhan sesuai CP.

9. Hiperbilirubinemia
Pada periode ini tidak ditemukan kasus hiperbilirubinemia.

10. Asfiksia Neonatorum


Pada periode ini tidak ditemukan kasis asfiksia neonatorum.

BAB 4
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
 Dari evaluasi Clinical Pathway Guidelines yang telah dilakukan, sebagian
besar PPA dokter spesialis telah mengikuti CP dan PPK yang berlaku.
 PPA gizi dan farmasi belum memberikan asuhan.
 Ketidaksesuaian terhadap CP sebagian besar disebabkan karena kebutuhan
asuransi atau permintaan pasien.
 Ketidaksesuaian obat dikarenakan CP belum disesuaikan dengan
formularium nasional dan PPK terbaru.

Rekomendasi
 Melakukan sosialisasi lebih lanjut dengan PPA agar melakukan perawatan
medis sesuai dengan CP
 Memaparkan hasil evaluasi CP dalam rapat komite Medik
 Melakukan evaluasi dan revisi CP agar obat-obatan yang digunakan sesuai
dengan formularium nasional dan PPK terbaru
 Melaksanakan audit medis dengan rutin
 Kepatuhan CP dijadikan sebagai salah satu penilaian kinerja tenaga medis.

Anda mungkin juga menyukai