Anda di halaman 1dari 2

Strategi Pencegahan 

dan Pemberantasan Korupsi BPKP dengan 3 Pilar: Edukatif,


Preventif, Represif”.
Pada awal acara, Hasoloan Manalu menjelaskan bahwa penyebab korupsi ada tiga, yaitu
adanya peluang, niat dan rasionalisasi. Peluang dapat timbul  disebabkan kurangnya
pengendalian dari organisasi atau pimpinan. Penyebab kedua adalah niat. Niat untuk melakukan
korupsi dapat timbul karena banyak faktor, salah satunya gaya hidup mewah. Hidup mewah
mendorong orang untuk memenuhi keinginannya dengan membeli barang-barang mahal,
sehingga timbul niat untuk korupsi. Penyeban terakhir adalah rasionalisasi. Rasionalisasi ini
timbul pada saat seseorang melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil, namun dianggap wajar
atau biasa. Anggapan sudah biasa, lama-kelamaan akan menjadi budaya atau kebiasaan.
Lebih lanjut, Hasoloan Manalu mengatakan bahwa BPKP memiliki strategi pencegahan dan
pemberantasan korupsi, yaitu melalui tiga pilar: Edukatif, Preventif dan Represif. Manalu
menjelaskan bahwa BPKP telah melaksanakan strategi edukatif melalui penyadaran terhadap
masyarakat tentang korupsi, akibat dari korupsi, dan hal-hal apa saja yang termasuk korupsi,
sehingga diharapkan semakin banyak masyarakat yang sadar akan bahaya korupsi dan memiliki
sikap anti korupsi.  Strategi edukatif antara lain dilakukan melalui sosialisasi anti korupsi dan
pembentukan masyarakat pembelajar anti korupsi (MPAK).
Hasoloan Manalu menjelaskan bahwa strategi yang kedua adalah preventif. Strategi preventif
berupa control (pengendalian). Upaya yang dilakukan oleh BPKP berupa pembinaan dan
bimbingan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP). Sistem
pengendalian intern pemerintah ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Bimbingan penyelenggaraan
sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dilaksanakan agar pengendalian dapat
diimplementasikan mulai dari tahap perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, hingga pertanggungjawaban. BPKP telah melaksanakan bimbingan dalam hal
pengendalian melalui bimbingan teknis dan sosialisasi kepada pemerintah daerah tentang
pengelolaan keuangan daerah, pelaporan keuangan daerah dan sebagainya. Bimbingan
pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan antara lain melalui pendampingan implementasi
Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Selain itu, BPKP juga melakukan bimbingan
pengelolaan dana desa melalui pengembangan dan implementasi Sistem Keuangan Desa
(SisKeuDes). Apabila pengendalian sudah dilakukan dari tahap perencanaan hingga
petanggungjawaban, maka korupsi dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.  
Strategi yang ketiga adalah represif, berupa kerja sama dengan aparat penegak hukum melalui
audit investigatif, audit penghitungan kerugian negara, dan pemberian keterangan ahli, baik
kepada penyidik maupun di dalam persidangan.
Kepala Perwakilan BPKP Sulbar, Hasoloan Manalu menambahkan bahwa dewasa ini telah
berkembang tentang teori pengendalian three line of defense yaitu sebuah instansi/institusi
memiliki tiga lini pertahanan. Lini pertahanan pertama ada pada operasional instansi tersebut,
contohnya yaitu pimpinan dan karyawan. Apabila lini pertama ini tangguh, makan peluang
korupsi akan kecil. Lini kedua adalah kepatuhan terhadap peraturan atau hukum.
Lini ketiga adalah audit internal atau aparat pengawasan internal pemerintah (APIP). Lini
pertahanan ketiga ini baru digunakan apabila lini pertama dan kedua bocor atau tidak kuat.
Peran APIP di lini pertahanan terakhir ini adalah melakukan audit, memberikan
saran/rekomendasi perbaikan pengendalian, dan perbaikan manajemen risiko.
Sebagai lini pertahanan terakhir, APIP harus memiliki kapasitas dan kapabilitas serta mampu
berperan optimal. Hasoloan Manalu mengatakan bahwa optimalisasi peran APIP harus dari dua
sisi. Sisi pertama adalah bagaimana kapabilitas APIP semakin meningkat termasuk sarana,
prasarana, dan SDM-nya. Selanjutnya adalah tata kelola. Sebagai contoh, saat audit kinerja,
APIP harus memiliki pedoman audit kinerja, harus dilakukan oleh auditor yang telah berseritikasi
atau telah mengikuti audit kinerja. Selanjutnya pelaksanaan penugasan aduit kinerja harus
mendukung pencapaian indikator kinerja utama (IKU), rekomendasi ditindaklanjuti, dan dilakukan
reviu berjenjang. Lalu sisi kedua harus ada komitmen dari pimpinan daerah untuk
mengoptimalkan peran mulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, hingga pertanggungjawaban.
Di ujung penjelasannya, Hasoloan Manalu mengutarakan pesan  tentang pencegahan korupsi
yang dikutip dari istilah yang sering diungkapkan oleh Aa’ Gym yaitu: dimulai dari diri sendiri,
dimulai dari hal-hal kecil, dan dimulai saat ini juga, bukan nanti.
(Humas BPKP Sulbar/IM)

Anda mungkin juga menyukai