Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini buku merupakan sumber literatur utama, karena

pengumpulan data berupa literatur termasuk dalam setiap penelitian.

Pengumpulan data literatur dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan

hasil penelitian, yaitu perpustakaan, took buku, dan sebagainya. Buku-buku

yang didapat selama penelitian antara lain:

1. Buku

Adrianne, Ananda Astrid & Anastasia Dwirahmi (2013). Pecinan

Semarang : Sepenggal Kisah, Sebuh Perjalanan. Jakarta : Kepustakaan

Populer Gramedia.

Buku ini merupakan dokumentasi yang berisikan catatan

perjalanan menyusuri pecinan semarang, buku ini dibuat agar pembaca

dapat melihat sedikit dan mendapat gambaran tentang sebuah kawasan

yang berusia ratusan tahun dan juga memberi informasi bahwa kawasan

ini merupakan kawasan wisata budaya dan sejarah melalui lembaran-

lembaran cerita yang terdapat didalam buku ini.

Manfaat dari buku yang ditulis oleh Adrianne dan Dwirahmi ini

adalah peneliti mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat dalam

12
13

proses pengumpulan data mengenai apa saja yang terdapat di Kawasan

Pecinan Semarang.

2. Tesis

Sudarwani, M. Maria. 2004. Karakter Visual Area Klenteng Kawasan

Pecinan Semarang (Tesis). Universitas Diponegoro Semarang.

Tesis ini membahas mengenai Karakter Visual Kawasan Pecinan

Semarang. Kajian mengenai karakter visual kawasan pecinan meliputi

karakter bangunan, karakter lingkungan serta integrasi karakter bangunan

dan lingkungan.

Tesis ini bertujuan untuk mencari tahu komponen apa saja yang

membentuk dan mempengaruhi karakter visual area klenteng di Kawasan

Pecinan Semarang serta untuk menemukan kaitan visual antara karakter

visual beberapa area klenteng yang ada di Kawasan Pecinan Semarang.

Kajian mengenai karakter visual kawasan pecinan juga bertujuan

untuk memberikan masukan kepada pemerintah kota semarang dalam

mempertimbangkan beberapa aspek atau komponen yang perlu

dipertahankan dan komponen yang perlu dikembangkan dalam

mervitalisasi Kawasan Pecinan Semarang.

Manfaat dari tesis yang disusun oleh Maria M. Sudarwani ini

adalah memberikan informasi tentang komponen apa saja yang

membentuk dan mempengaruhi karakter visual area klenteng di Kawasan

Pecinan Semarang serta hal apa perlu dipertahankan dan yang tidak perlu

dikembangkan dalam mervitalisasi Kawasan Pecinan Semarang.


14

3. Jurnal

a. Melati, M. L., Nataya, A. K., Wibowo, A. A., Dwi, C., & Depari, A.

(n.d.). 2014. Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang. Jurnal

Arsitektur, Vol. 10 No. 6: 361–374.

Jurnal ini berisikan penjelasan tentang Kawasan Pecinan

Semarang yang merupakan sebuah kawasan di Kota Semarang yang

sangat kental dengan budaya Tionghoa. Di sinilah warga keturunan

Tionghoa sejak berabad-abad silam menetap di Semarang. Adanya

budaya Tionghoa yang masih sangat terjaga menjadikan Kawasan

Pecinan Semarang ini sebagai kawasan urban heritage dan artefact

budaya di Kota Semarang.

Jurnal ini juga menjelaskan tentang faktor apa saja yang

menjadi pembentuk Kawasan Pecinan Semarang, mengetahui

perkembangan Kawasan Pecinan Semarang dari masa ke masa,

mengetahui pola bentuk dan elemen kawasan pada Kawasan Pecinan

Semarang, serta mengetahui kaitan antara faktor pembentuk kawasan

terhadap perkembangan Kawasan Pecinan Semarang.

Jurnal ini sangat bermanfaat bagi peneliti karena memberikan

informasi faktor apa saja yang menjadi pembentuk Kawasan Pecinan

Semarang dan bagaimana sejarah perkembangannya hingga sampai

saat ini.
15

b. Wiwik, Y., Kurniati, R. 2013. Kegiatan Kopi Semawis Pada Ruang

Publik di Kawasan Pecinan Semarang. Jurnal Teknik PWK, Vol. 2 No.

1, hal 21-29, Universitas Diponegoro, Semarang.

Jurnal ini berisikan tentang Kegiatan Kopi Semawis

(Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata) untuk revitalisasi

Kawasan Pecinan. Revitalisasi ini dilakukan dengan melakukan

berbagai macam kegiatan dan kegiatan ini dilakukan diruang publik.

Hal ini ternyata menimbulkan dampak atau permasalahan.

Permasalahan-permasalahan yang timbul dari adanya kegiatan Kopi

Semawis yang berdampak pada aktivitas masyarakat ini perlu dikaji

lebih lanjut

c. Salim, Y., Ardianto, D. T., Erandaru. 2019. Perancangan Film

Dokumenter Tentang Fenomena Budaya Etnis Tionghoa di Pasar

Semawis Semarang. Jurnal DKV Adiwarna, Vol. 1 No. 14.

Jurnal ini berisikan tentang Pasar Semawis yang merupakan

salah satu bentuk akulturasi budaya antara etnis Tionghoa dan etnis

pribumi yang ada di Kota Semarang, Jawa Tengah. Fenomena tersebut

tercipta sebagai ruang interaksi antar etnis, akibat adanya diskriminasi

sosial terhadap etnis Tionghoa. Apa yang terjadi di Pasar Semawis

sangat penting untuk diekspos sebagai contoh relasi harmonis antar

kedua etnis.

Perancangan film dokumenter ini bertujuan untuk menyalurkan

semangat harmonisasi multikulturalisme budaya etnis Tionghoa di


16

Pasar Semawis. Film tersebut juga mampu menjadi pengingat bagi

para penonton untuk dapat mengenal, menghargai dan melestarikan

keberagaman nilai akulturasi budaya dalam konteks kehidupan

Berbhinneka Tunggal Ika di Pasar Semawis Semarang.

Manfaat Jurnal ini bagi peneliti sebagai informasi bagaimana

Kawasan Pecinan Semarang mampu mempertahakan harmonisasi

multikulturalisme budaya etnis tionghoa dan keberagaman nilai

akulturasi budaya yang ada di Kawasan Pecinan Semarang.

4. Laporan Penelitian

Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. 2018.

Buku Statistik Pariwisata Jawa tengah.

Buku Statistik Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2018 merupakan

publikasi rutin Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa

Tengah. Buku ini memuat data statistik dengan penggambaran kondisi dan

perkembangan kepariwisataan Jawa Tengah yang disajikan secara berkala

dilengkapi dengan grafik untuk mempermudah pemahaman. Diharapkan

terbitan ini dapat menjadi pedoman atau referensi bagi pihak-pihak yang

membutuhkan data dan informasi mengenai kepariwisataan di Provinsi

Jawa Tengah selama tahun 2018.

Buku ini sangat bermanfaat bagi peneliti karena memberikan

informasi terkait data pengunjung stastistik wisatawan dan perkembangan

pariwisata di wilayah Jawa Tengah, khususnya perkembangan wisata di

Kota Semarang.
17

B. Landasan Teori

1. Pengertian Desain Komunikasi Visual

Menurut Kusrianto (2007: 2), Desain Komunikasi Visual adalah

suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep

komunikasi serta ungkapan keatif melalui berbagai media untuk

menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola

elemen-elemen grafis berupa bentuk, tatanan huruf, komposisi warna

serta layout (tata letak).

Menurut Yuliastanti (2008: 11), Desain Komunikasi Visual

adalah perancangan untuk menyampaikan pola pikir dari penyampaian

pesan kepada penerima pesan, berupa bentuk visual yang komunikatif,

efektif, efisien dan tepat.

Desain Komunikasi Visual merupakan seni dalam menyampaikan

informasi atau pesan dengan menggunakan bahasa rupa/ visual yang

disampaikan melalui media berupa desain. Desain Komunikasi Visual

bertujuan menginformasikan, mempengaruhi, hingga mengubah perilaku

target (audience) sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Proses

desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik, dan

berbagai aspek lainnya, yang biasanya didapat dari riset, pemikiran,

brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya

(Anggraini & Nathalia, 2016: 15).

Menurut Sachari (2005: 9-10), ruang lingkup Desain Komunikasi

Visual diantaranya, adalah:


18

a. Desain Grafis Periklanan (advertising).

b. Animasi.

c. Desain Identitas Usaha (corporate identity).

d. Desain Marka Lingkungan.

e. Multimedia.

f. Desain Grafis Industri (promosi).

g. Desain Grafis Media (buku, surat kabar, majalah).

h. Cerita Bergambar (komik, karikatur, poster).

i. Fotografi, Ilustrasi dan Tipografi.

Dari uraian diatas mengenai desain komunikasi visual maka

desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep

komunikasi dan pemikiran kreatif, teknik dan media untuk

menyampaikan suatu pesan dan gagasan secara visual, maupun secara

audio visual yang mengolah grafis berupa gambar, warna, dan huruf serta

menentukan tata letaknya, sehingga pesan dapat diterima oleh target

dengan baik. Dalam perancangan objek penelitian terkait dengan

keilmuan desain komunikasi visual, peneliti menggunakan unsur berupa

foto atau gambar serta teks sebagai penjelasan dari pesan yang ingin

disampaikan, pemilihan huruf dan warna juga disesuaikan dengan

karakter objek penelitian, dan juga tata letak yang disesuaikan agara

dapat dimengerti oleh target sasaran. Kemudian desain komunikasi visual

sebagai media promosi untuk menampilkan suatu produk dengan

menyampaikan pesan menggunakan bahasa visual.


19

2. Buku

a. Pengertian Buku Informasi

Menurut Magetsari (1992: 22), buku didefinisikan sebagai

terbitan yang tidak berseri yang terdiri atas minimal 49 halaman,

tidak termasuk halaman sampul. Buku dapat dikatakan sebagai salah

satu sarana yang efektif untuk menyampaikan gagasan. Lewat buku

juga seorang penulis dapat menunjukan dirinya secara utuh dan

terstruktur, kemudian melalui buku juga dikembangkan penemuan-

penemuan baru di bidang apa saja dan dapat terus diperbarui secara

signifikan.

Sedangkan menurut Kadir (2014: 45) informasi adalah data

yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi

penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini

atau saat mendatang.

b. Jenis buku

Menurut Surahman (2014: 9) secara umum buku dibedakan

menjadi beberpa jenis, yaitu:

1) Buku bacaan adalah buku yang hanya berfungsi untuk bahan

bacaan saja, misalnya cerita, legenda, novel, dan lain

sebagainya.

2) Buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran

dan berisi bahan-bahan atau materi pelajaran yang akan

diajarkan.
20

3) Buku Pegangan, yaitu buku yang bias dijadikan pengangan

guru atau pengajar dalam melaksanakan proses pengajaran.

4) Buku sumber, yaitu buku yang biasa dijadikan rujukan,

referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya

berisi suatu kajian ilmu tertentu dan kajian ilmu yang lengkap.

c. Anatomi Buku

Menurut Arifin dan Kusrianto (2009: 103), anatomi buku

adalah bagian-bagian dari buku yang mempunyai nama dan fungsi

tertentu. Anatomi halaman itu membahas nama dan fungsi-fungsi

elemen yang terdapat pada layout dalam suatu halaman. Secara garis

besar anaomi sebuah buku yang akan dicetak, dikategorikan dalam

beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

1) Bagian Luar Buku

a) Sampul Depan

Sampul depan sebuah buku ditujukan untuk

meningkatkan daya tarik buku tersebut serta sampul buku

juga haru mewakili isi dari buku tersebut.

b) Tulisan Punggung

Tulisan punggung memuat nama penerbit, judul

buku, dan penulis.

c) Sampul Belakang

Sampul belakang harus menjadi penyeimbang dari

sampul depan baik ari segi bahan maupun visual grafisnya,


21

karena bagian ini merupakan kulit terluar dari sebuah buku.

Umumnya pada sampul belakang memuat sinopsis dari isi

buku tersebut.

2) Bagian Dalam Buku

a) Pra isi

Bagian ini merupakan bagian depan dari sebuah

buku sebelum memasuki isi buku. Pada umumnya berisi

kata pengantar, daftar isi, dan legal buku.

b) Isi

Bagian ini merupakan isi utama buku, terbagi dalam

beberapa konten yang mejelaskan secara detail isi buku.

c) Pasca Isi

Bagian ini merupakan kesimpulan, saran serta daftar

pustaka dari sebuah buku.

Dalam Buku informasi yang akan dibuat, pada bagian

sampul akan dimuat foto kelenteng Tay Kak Sie yang merupakan

klenteng terbesar di Kawasan Pecinan Semarang. Pada bagian isi

buku akan membahas semua klenteng dan juga tempat-tempat lain

yang memiliki daya tarik wisata yang terdapat di Kawasan Pecinan

Semarang.

3. Elemen Dalam Media

a. Ilustrasi
22

Menurut Supriyono (2010: 51), ilustrasi secara umum adalah

gambar atau foto yang bertujuan menjelaskan teks dan sekaligus

menciptakan daya tarik. Ilustrasi yang berhasil menarik perhatian

pembaca pada umumnya memenuhi beberapa kriteria sebagai

berikut:

1) Komunikatif, informatif, dan mudah dipahami.

2) Menggugah perasaan dan hasrat untuk membaca.

3) Ide baru, original dan bukan plagiat atau tiruan.

4) Punya daya tarik yang kuat.

5) Jika berupa foto atau gambar, harus memiliki kualitas yang

memadai, baik dari aspek seni maupun teknik pengerjaan.

Dalam karya Desain Komunikasi Visual, ilustrasi dibagi

menjadi dua yaitu ilustrasi yang dibuat menggunakan tangan

(gambar) dan ilustrasi yang dihasilkan dari kamera (fotografi).

b. Tipografi

Menurut Kusrianto (2007: 190), tipografi merupakan suatu

ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang huruf cetak dan arti

tipografi yaitu sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan

publikasi dangan menggunakan huruf cetak. Sedangkan menurut

Supriyono (2010: 20), istilah tipografi lebih dikaitkan dengan gaya

atau model huruf cetak.

Menurut Sihombing (2003: 3), Huruf merupakan bagian

terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan elemen dasar untuk
23

membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian huruf dalam

sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu makna

yang mengacu kepada sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga

memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan

secara visual. Huruf memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai

estetik. Pengetahuan mengenai huruf dapat dipelajari dalam sebuah

disiplin seni yang disebut tipografi.

c. Warna

Menurut Sanyoto (2005: 6), warna merupakan getaran atau

gelombang yang diterima oleh indera penglihatan. Warna bisa

terlihat karena adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan benda

tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina), maka terlihatlah

warna.

Menurut Supriyono (2010: 70), salah satu elemen yang dapat

dengan mudah menarik perhatian pembaca adalah warna. Warna

adalah suatu bagian dari bentuk visual yang memiliki pengaruh

terhadap tindakan seseorang, dalam perancangan buku informasi

kawasan pecinan semarang sebagai kawasan wisata budaya dan

religi ini, warna dipilih agar mempunyai pengaruh terhadap minat

seseorang untuk melihat informasi yang penulis sampaikan.

Penentuan warna juga dilakukan dalam merancang buku informasi

ini.
24

Dalam teori warna terdapat beberapa komposisi warna.

Komposisi warna dimaksudkan untuk memberikan kesn pada desai

yang digunakan. Berikut ini adalah komposisi warna secara umum,

yaitu:

1) Komposisi Warna Harmonis

Warna harmonis adalah warna yang terletak berdekatan

pada lingkaran warna. Warna harmonis disebut juga sebagai

warna analogus. Susunan warna-warna harmonis enak dilihat,

cocok untuk hal yang perlu dinikmati berlama-lama (Sanyoto,

2005: 34).

2) Komposisi Warna Kontras

Warna kontras adalah warna yang letaknya

berseberangan pada lingkaran warna. Warna kontras juga

dikatakan sebagai warna komplementer. Menurut Supriyono

(2010: 78), komposisi warna kotras memberikan kesan dinamis,

enerjik, riang, dinamis, dan bergairah.

d. Tata Letak (Layout)

1) Pengertian Layout

Menurut Kusrianto (2007: 268), menata sebuah layout

halaman merupakan salah satu kegiatan dari desain grafis, yaitu

dengan merancang layout sebuah halaman yang kemudian

digabungkan dengan unsur teks, gambar, foto, maupun unsur

desain lainnya.
25

2) Prinsip Layout

Menurut Rustan (2009: 74), prinsip dasar sebuah layout

juga merupakan prinsip dasar desain grafis, antara lain:

a) Sequence yaitu urutan perhatian, memberikan prioritas dan

mengurutkan dari yang harus dibaca pertama kali sampai

yang dibaca belakangan. Orang mebaca dari kiri ke kanan

dan dari atas ke bawah. Karena itu pada materi publikasi,

urutan atasu alur pembacaan kebanyakan didesain

berdasarkan kecendrungan tersebut, namun tidak hanya itu

saja, arah gerak mata juga dipengaruhi oleh hal-hal lain

(Rustan, 2009: 76).

b) Emphasis yaitu memberikan penekanan tertentu, salah satu

pembentuk emphasis adalah kontras, kontras tersebut

bertujua untuk membangun sequence. Ada bermacam-

macam cara menciptakan kontras, bisa lewat ukuran, posisi,

warna, bentuk, konsep yang berlawanan, dan masih banyak

lagi. Selain kontras emphasis juga bias diciptakan lewat

elemen layout yang mengandung pesan-pesan unik,

emosional atau kontroversial, efeknya akan lebih kuat

dalam menarik orang untuk membacanya (Rustan, 2009:

78).

c) Balance yaitu mengatur keseimbangan, pembagian berat

yang merata pada suatu bidang layout, pembagian ini bukan


26

berarti seluruh bidang layout harus dipenuhi dengan

elemen, tetapi lebih pada menghasilkan kesan seimbang

dengan menggunakan elemen-elemen yang dibutuhkan dan

memposisikannya pada tempat yang tepat. Tidak hanya

pengaturan letak, tetapi juga ukuran, arah, warna, dan

atribut atribut lainnya. Ada dua keseimbangan suatu layout,

yaitu: keseimbangan yang simetris dan kesimbangan yang

tidak simetris (Rustan, 2009: 75).

d) Unity yaitu menciptakan kesatuan secara keseluruhan, unity

tidak berarti hanya kesatuan dari elemen-elemen yang

secara fisik kelihatan, namun juga kesatuan antara fisik dan

non-fisik, yaitu pesan atau komunikasi yang dibawa dalam

konsep desain tersebut (Rustan, 2009: 84).

3) Jenis-jenis Tata Letak

Menurut Kusrianto (2007: 310-326), jenis layout

dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

a) Mondarian Layout

Layout ini menyajikan komposisi yang mengacu

pada bentuk-bentuk square/ portrait/ landscape. Masing-

masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian serta

memuat beberapa gambar/ copy yang saling berpadu

sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.

b) Frame Layout
27

Bentuk layout di mana border/ bingkai/ frame

membentuk suatu naratif (memiliki cerita).

c) Picture Window Layout

Bentuk layout di mana suatu benda menjadi inti dari

pesan maka ditampilkan dalam bentuk close-up.

d) Grid Layout

Bentuk layout yang mengacu pada konsep grid,

seolah-olah tiap bagian berada dalam skala grid.

e) Copy Heavy Layout

Bentuk layout yang mengutamakan copywriting atau

dengan kata lain komposisi layout didominasi dengan

penyajian teks.

f) Multipanel Layout

Bentuk layout di mana satu bidang penyajian dibagi

menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama.

g) Sircus Layout

Bentuk layout yang tata letaknya tidak mengacu

pada ketentuan baku. Komposisi gambar visualnya, bahkan

terkadang teks dan susunannya tidak beraturan.

h) Informal Balance Layout

Bentuk layout yang tampilan elemen visualnya

merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang.

e. Grid
28

Dalam menyusun sebuah halaman, grid sangat diperlukan

untuk menata sebuah layout, agar layout yang dihasilkan menjadi

lebih tertata dan rapi. Penyusunan grid pada halaman dapat

berbentuk sederhana maupun rumit seperti yang dikehendaki.

Menurut Sihombing (2015: 87), grid dapat membuat sebuah

sistematis guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari

sebuah komposisi yang diciptakan.

Menurut Rustan (2008: 69) dijelaskan berbagai jenis grid, di

antaranya adalah:

1) Coloums grid

Coloums grid merupakan salah satu jenis grid yang paling

umum digunakan dalam buku, majalah, newsletter, surat kabar,

tabloid, company profile, dan lainnya. Bentuk grid ini sangat

fleksible dan dapat mengakomodir artikel atau rubik yang berlainan

dalam satu halaman.

2) Modular grid

Modular grid awalnya berasal dari coloums grid yang

dibagi lagi secara horizontal, sehingga menciptakan modul kotak-

kotak. Di luar fungsinya, modular grid juga akan menambah

estetika dan kerapihan pada desain layout secara keseluruhan.

3) Manuscript grid

Manuscript grid merupakan jenis grid yang paling

sederhana yang terdiri dari sebuah kolom saja, jenis seperti ini
29

sering ditemui dibuku cerita fiksi atau novel. Desain dari

manuscript grid biasanya digunakan untuk menunjukan kesan

klasik, dewasa, dan kokoh.

4) Hierarchical grid

Hierarchical grid didasarkan pada susunan hierarkis atau

prioritas elelem-elemen desain yang ingin diletakkan. Jenis grid ini

adalah gabungan antara coloums grid dengan modular grid namun

penempatan elemnnya cenderung lebih bebas.


30

C. Kerangka Berpikir

Kawasan Pecinan Semarang

Latar Belakang :
1. Menambah informasi dan wawasan masyarakat terhadap kawasan Pecinan
Semarang.
2. Kurangnya informasi dan dokumentasi tentang kawasan Pecinan yang
mampu membuat daya tarik mempelajari pengetahuan sejarah dan budaya
untuk disebarkan kepada masyarakat umum.
Studi
Wawancara
Observasi
Literatur
Mengamati
Pengumpulan
Menanyakan langsung
data
kondisi
penemuan
pustaka
objekdan data
terkini
menganalisis
meragukan
dilapangan dari
data
dan
objek
yang
ideal
mencocokan
kepada
bersumber
narasumber
dengan
dari
buku,
berkompeten
datajurnal
literatur.
ilmiah,
yang
merupakan
skripsi dan pengamat
tesis.
budaya.

Kondisi Realita
Ideal : :
1. Masyarakat serta wisatawan yang
berkunjung kurang
harus mengetahui
sejarah dari kawasan pecinan
semarang serta apa saja yang
terdapat dikawasan pecinan
semarang.
2. Kurangnya
Adanya Buku Bukuinformasi
informasi yang
membahas keseluruhan kawasan
pecinan Semarang.
Pecinan

Masalah Utama :
1. Kurangnya buku yang membahas khusus tentang Pecinan Semarang.
2. Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengetahui nilai-nilai
sejarah apa saja yang ada di Pecinan Semarang.

Solusi :
Merancang Buku Informasi Tentang Kawasan Pecinan Semarang sebagai
Kawasan Wisata Budaya dan Sejarah.

Media :
Media Utama : Buku Informasi Kawasan Pecinan Semarang.

Anda mungkin juga menyukai