Anda di halaman 1dari 3

Gambar 2.

1 Hubungan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan

Dikendalikan oleh manajmen maka akan dihasilkan tingkat pengembalian yang lebih rendahb
dan ukuran perusahaan yang lebih besar.
Gambar 2.1 menampilkan hubungan dari kinerja perusahaan dengan struktur
kepemilikan. 01A1 adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara kinerja dalam hal ini
diukur melalui tingkat pengembalian dan ukuran perusahaan.

Apabila diperhatikan, kedua jenis perusahaan akan memiliki kemungkinan antara kinerja
dan ukuran yang sama karena terletak pada fungsi A101. Perbedaan pada tingkat pengembalian
perusahaan terjadi karena pilihan terhadap ukuran perusahaan. Perusahaan yang dikendalikan
oleh keluarga lebih memilih untuk menggunakan ukuran perusahaan yang lebih kecil karena
tujuaannya adalah memaksimalkan nilai pasar perusahaan.

AGENCY THEORY
Masalah keagenan (agency problem) pada awalnya dieksplorasi oleh Ross
(1973),sedangkan eksplorasi teoritis secara mendetail dari teori keagenan pertama kali
dinyatakan oleh Jensen & Meckling (1976). Agency theory (teori keagenan) merupakan suatu
hubungan yang berdasarkan pada kontrak yang terjadi antar anggota dalam perusahaan, yakni
antara principal (pemilik) dan agent (agen) sebagai pelaku utama. Pemilik merupakan pihak
yang memberikan mandate kepada agen untuk bertindak atas nama pemilik, sedangkan agen
merupakan pihak yang diberi mandat oleh pemilik untuk menjalankan perusahaan. Teori
keagenan bertujuan untuk menyelesaikan : (1) manajemen, (2) masalah pembagian risiko yang
muncul ketika pemilik perusahaan dan manajemen memiliki perilaku yang berbeda terhadap
risiko. Masalah karena perbedaan tindakan disebabkan adanya perbedaan preferensi risiko.
Tabel 2.2. berikut menampilkan bagaimana sebuah overview mengenai teori keagenan.

Dalam penelitiannya , Jensen dan Meckling menyatakan bahwa hubungan keagenan


muncul ketika satu atau lebih principal mempekerjakan agent untuk memberikan suatu jasa
dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut.
Dengan demikian, seorang agent wajib untuk mempertanggungjawabkan mandate yang
diberikan oleh principal kepadanya. Dalam perusahaan, hubungan antara principal dan agent
diwujudkan dalam hubungan antara pemegang saham dan manajer. Pemegang saham
berperan sebagai principal sementara manajer berperan sebagai agent. Hubungan ini
menimbulkan suatu kontrak antara pemegang saham dan manajer. Hubungan kontrak ini
memungkinkan terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) antara pemegang saham
dan manajer (Ross,Westerfield,Jaffe J,2010;13).

Jensen dan Meckling berpendapat bahwa struktur kepemilikan yang dimiliki oleh
perusahaan adalah bagian dari fungsi produksi perusahaan Bersama dengan sumber daya
produksi dan teknologi. Dengan asumsi ini, maka asumsiyang digunakan pada classical theory of
managerial firm yang mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh pemilik dan
perusahaan dikendalikan oleh manajemen akan memiliki kombinasi antara ukuran dan
pengembalian hasil pada kurva yang sama adalah tidak tepat. Unit analisis yang digunakan
adalah kontrak yang terkait dengan hubungan antara pemilik perusahaan dan manajemen,
sehingga fokus dari teori adalah untuk menentukan kontrak yang paling efisien mengenai
hubungan pemilik perusahaan dan manajemen terkait dengan (1) manusia (menimbulkan diri
sendiri, terikat dengan rasionalitas, menolak risiko), (2) organisasi (konflik tujuan antar anggota
organisasi), dan (3) informasi (informasi sebagai komoditas). Dengan demikian, memunculkan
pertanyaan (a) apakah kontrak berorientasi pada perilaku? (gaji dan hierarki). (b) apakah
kontrak lebih efisien disbanding orientasi keluaran (komisi,opsi saham, hak transfer property,
dan market governance).

Struktur keagenan dapat diaplikasikan pada tingkat makro seperti kebijakan regulator sampai
tingkat mikro seperti fenomena impresi manajemen, menipu, dan ekspresi mementingkan diri
sendiri. Sering kali teori keagenan diaplikasikan pada fenomena organisasi seperti: (1)
kompensasi, (2) strategi akuisisi dan diversifikasi,(3) hubungan dewan (4) kepemilikan dan
struktur keuangan (5) integrasi vertical. Secara keseluruhan, teori keagenan adalah hubungan
struktur agensi dari principal dan agen yang mengikat janji berperilaku kooperatif, tetapi
dengan tujuan yang berbeda dan perilaku menghadapi risiko yang berbeda.

Dalam perusahaan yang pemegang saham yang tersebar akan memiliki masalah keagenan yang
terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemilik perusahaan.
Untuk menghadapi masalah ini maka akan dibuat sistem pengendalian agar masalah keagenan
yang muncul dapat diminimalkan. Biaya yang muncul dari pembuatan sistem pengendalian ini
yang disebut biaya keagenan.

Namun dalam pembuatan dan pelaksanaan dalam sistem pengendalian ini akan terdapat biaya
yang harus dikeluarkan. Fama dan Jensen (1983) mengungkapkan bahwa dalam proses
pengambilan keputusan terdiri dari empat tahap, yaitu (1) initiating, yaitu pembuatan proposal
untuk penggunaan sumber daya perusahaaan dan pembuatan.

Anda mungkin juga menyukai