1. Pendahuluan
Dalam sebuah perusahaan atau organisasi terdapat dua pihak yaitu sebagai pemilik dan
akibat perbedaan pandangan dan perbedaan pendapat antara pengelola dan pemilik
perusahaan. Terdapat dua teori yang dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pengelolaan
sebuah organisasi dalam perusahaan yaitu teori agensi dan teori stewardship. Teori agensi
atau biasa disebut dengan teori keagenan adalah teori yang digunakan apabila kegiatan bisnis
tidak dikelola langsung oleh pemilik entitas akan tetapi dilakukan oleh agen. Teori keagenan
saham. Teori agensi terfokus pada dua individu yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal
mendelegasikan responsibility desicion making kepada agen. Baik prinsipal maupun agen
diasumsikan sebagai seseorang yang rasional dan termotivasi oleh kepentingan pribadi,
tapi mereka kesulitan membedakan penghargaan atas preferensi, kepercayaan dan informasi.
Hak dan kewajiban dari prinsipal dan agen dijelaskan dalam sebuah perjanjian kerja yang
agensi digunakan untuk mengidentifikasi kombinasi kontrak kerja dan sistem informasi
yang akan memaksimalkan fungsi manfaat prinsipal, dan kendalakendala perilaku yang
Dalam teori agensi, prinsipal atau pemilih perusahaan memiliki kepentingan yang
berbeda dengan manajer atau agen. Namun, disisi lain teori agensi memiliki keterbatasan
psikologis dan sosiologis, sehingga ketergantungan pada teori agensi tidak diinginkan karena
kompleksitas kehidupan organisasi pada teori ini diabaikan. Maka dari itu, dibutuhkan teori
tambahan guna menerangkan hubungan yang berdasarkan pada yang lain atau asumsi non
ekonomis. Sehingga muncul teori stewardship, yaitu teori yang berdasarkan pada tingkah
laku dan premis. Teori Stewardship didefinisikan sebagai situasi dimana manajer tidak
mempunyai kepentingan pribadi tapi lebih mementingkan keinginan prinsipal. Namun, tak
sedikit individu yang masih bingung bagaimana penggunaan teori tersebut. Sehingga,
makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana konsep dari teori keagenan
atau teori agensi dan konsep teori stewardship. Selain itu, makalah ini juga dilengkapi dengan
2. Pembahasan
Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahan yang dipakai selama ini. Prinsip dari teori keagenan adalah adanya hubungan kerja
antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang (agensi) yaitu manajer dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut
“nexus of xontract”. Sedangkan, hubungan keagenan adalah suatu kontrak dinama seseorang
atau lebih (prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas
akan ditanggung oleh prinsipal dan agen. Biaya keagenan dapat dibagi menjadi: (1)
monitoring cost, ditanggung oleh prinsipal untuk memonitoring perilaku agen yang terdiri
dari mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen; (2) bonding cost, merupakan
biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal; (3) residual loss,
untuk kepentingannya sendiri. Sehingga, teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua
permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Pertama keinginan atau tujuan
dari prinsipal dan agen yang berlawanan, serta pada saat prinsipal kesulitan untuk melakukan
verifikasi tentang apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua, adalah masalah
pembagian risiko yang timbul pada saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda
terhadap risiko. Berikut merupakan gambaran yang menunjukkan tipe konflik prinsipal
Manajer yang bertugas sebagai pengendali perusahaan, sehingga hubungan keagenan ini
dapat mengakibatkan dua permasalahan yaitu, yang pertama terjadinya informasi aimetris
(information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi
mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik. Kedua,
manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. Masalah keagenan tipe
Selanjutnya adalah konflik keagenan tipe 2, merupakan masalah keagenan yang terjadi
anatara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham non pengendali. Pemegang
saham pengendali memiliki insentif yang kuat untuk mengawasi manajer agar menjalankan
perusahaan sesuai dengan kepentingan terbaik pemegang saham non pengendali karena
sehingga pemegang saham pengendai memiliki alasan yang kuat untuk bertindak untuk
bentuk asse redistribution, dimana aset perusahaan hanya didistribusikan kepada pemegang
saham pengendali dan tidak didistribusikan kepada pemegang saham non pengendali
(Hendrawaty, 2017).
(2008) sebagai sikap dan perilaku yang menempatkan kepentingan jangka panjang kelompok
di atas tujuan pribadi yang melayani kepentingan pribadi seseorang. Teori stewardship adalah
teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh
tujuantujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk
kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang
telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai
keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab
steward berusaha mencapai sasaran organisasinya. Teori ini didesain bagi para peneliti untuk
menguji situasi dimana para eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi
untuk bertindak dengan cara terbaik pada principalnya (Donaldson dan Davis, 1989, 1991).
Pada Stewardship Theory, model of man ini didasarkan pada pelayan yang memiliki perilaku
dimana dia dapat dibentuk agar selalu dapat diajak bekerjasama dalam organisasi, memiliki
perilaku kolektif atau berkelompok dengan utilitas tinggi daripada individunya dan selalu
bersedia untuk melayani. Sehingga, meskipun kepentingan antara steward dan prinsipal tidak
sama, steward tetap akan menjunjung tinggi nilai kebersamaan, hal tersebut karena stewar
berpedoman bahwa terdapat utilitas yang lebih besar pada perilaku kooperatif dan perilaku
maksimal. asumsi penting dari stewarshsip adalah manajer meluruskan tujuan sesuai dengan
Teori stewardship merupakan salah satu pandangan baru tentang cara mengelola organisasi
pemberdayaan (empowerment), dan saling percaya dan pelayanan adalah konsep-konsep yang
teori stewardship sebagai salah satu pendekatan dalam pengelolaan organisasi diharapkan
dapat mengatasi isu-isu yang berhubungan dengan corporate governance dan good
corporate governance.
Hal pokok dari teori keagenan adalah kewenangan yang diberikan kepada agen untuk
melakukan tindakan dalam hal kepentingan pemilik. Teori agensi menghasilkan cara yang
penting untuk menjelaskan kepentingan yang berlawanan antara manajer dengan pemilik
dimana hal tersebut menjadi sebuah kendala tersendiri bagi perusahaan. Sedangkan dalam
melakukan penelitian manakah yang lebih baik digunakan dalam organisasi perusahaan.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa butuh keduanya untuk menjelaskan
a. Motivasi
fokus untuk motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam teori agensi
terukur dengan harga pasar. Faktor intrinsiknya merupakan bentuk dasar dari
yang tidak nyata dan motivasi untuk bekerja keras dalam organisasi. Perbedaan
ini dapat ditemukan dalam penyusunan teori motivasi. Hubungan model motivasi
pekerja dan karakteristik kerja diusulkan oleh Hackman dan Oldham (1975,
peningkatan motivasi kerja akan membawa ke tingkat kinerja yang lebih tinggi
dan steward berbeda secara kualitatif dan tidak dengan mudah dapat
lebih tinggi dan faktor instrinsik lebih cocok menjadi stewards dalam
b. Identifikasi
Konsep terakhir dari menilai komitmen lebih dekat hubungannya dengan dugaan
akanmempunyai kegunaan ekonomi dan tidak akan menjadi bagian yang relevan
dengan organisasi cukup tinggi dan menilai tinggi komitmen lebih cocok
demikian.
c. Penggunaan kekuasaan
melalui identifikasi satu orang dengan yang lain. Kekuasaan perseorangan ini
untuk mempengaruhi yang lain lebih cocok menjadi steward daripada orang
Faktor yang pertama adalah faktor filsafat manajemen, dalam model ekonomi secara
implisit terdapat asumsi teori agensi sebagai dasar utama dari hubungan dalam organisasi.
yang didalamnya terdiri dari komunikasi terbuka, pemberian kekuasaan ke pekerja, dan
penegakkan kepercayaan.
Faktor yang kedua adalah faktor budaya yang dibedakan lagi menjadi dua. Poin satu
adalah paham individual bersama, Terdapat aspek budaya yang mempengaruhi pilihan
penekanan tujuan perseorangan atas tujuan kelompok. Kaum yang menganut paham
secara lebih dekat. Kaum individual lebih berorientasi jangka pendek, memimpin bisnis tanpa
tergantung pada hubungan perseorangan, menggunakan analisa biaya dan manfaat (model
bisnis dengan menandatangani kontrak. Budaya kaum kolektif lebih kondusif untuk
agency.
Poin kedua adalah rentang kekuasaan, Dimensi kedua yang dikembangkan Hofsede
(1980,1991) mencirikan perbedaan lintas budaya yang relevan dengan perbedaan agency-
didefinisikan sebagai keleluasaan terhadap anggota institusi dan organisasi yang kurang
kekuasaan yang didistribusikan secara tidak sejajar. Pada rentang kekuasaan yang tinggi,
penggajian, dan pemberian hakhak istimewa antara atasan dan bawahan. Sedangkan pada
konsultasi dalam pembuatan keputusan, dan perbedaan dalam penggajian dan bonus
kuat antara principal dan agent. Pemikiran ini benar khususnya dalam konteks kerja, karena
perkembangan hirarki, tingkatan supervise, dan ketidaksamaan dalam penggajian dan status.
Sedangkan budaya rentang kekuasaan yang rendah lebih kondusif untuk berkembangnya
hubungan stewardship, karena anggota menempatkan nilai yang lebih besar pada adanya
kesejajaran principal dan manajer. Orientasi ini mendorong perkembangan hubungan
antara prinsipal dan manajer yang merupakan bagian yang ada dalam teori stewardship.
3. Penutup
Prinsip dari teori keagenan adalah adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi
wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu
manajer dalam bentuk kontrak kerja sama. Permasalahan keagenan muncul apabila agen tidak
ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan
yaitu perbedaan pendapat yang terjadi antara prinsipal dan agen serta risiko yang ditanggung
saat prinsipal dan agen memiliki sikap atau pandangan yang berbeda. Sedangkan Teori
stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah
termotivasi oleh tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk
kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang
telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai
keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab
Perbedaan kedua teori ini terletak pada faktor penilaian yang digunakan. perbedaan
keduanya dapat dilihat berdasarkan faktor psikologis dan situasi. Perbedaan utama dari teori
Agensi dengan teori stewardship adalah fokus untuk motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Dalam teori agensi fokus ekstrinsik adalah nyata sebagai komoditas yang
bentuk dasar dari sistem imbalan yang digambarkan sebagai mekanisme kontrol teori agensi,
Achmad, T. (2012, Januari). Dewan Komisaris dan Transparansi: Teori Keagenan atau Teori
Anton. (2010, Mei). Menuju Teori Stewardship Manajemen. Majalah Ilmiah Informatika,
1(2), 66-68.
Hendrawaty, E. (2017). Excess Cash dalam Perspektif Teori Keagenan. Bandar Lampung:
Jefri, R. (2018). Teori Stewardship dan Good Governance. Jurnal Riset Edisi XXVI, 7-8.
Pasoloran, O. (2001, Agustus). Teori Stewardship: Tinjauan Konsep dan Implikasinya pada
Raharjo, E. (2007). Teori Agendi dan Teori Stewardship. Fokus Ekonomi, 2(1), 37-46.