Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

EFISIENSI KERJA BURNER PADA INCINERATOR DI ATAS


KAPAL

AHMAD YANI
NIT: 21.42.O45
TEKNlKA

PROGRAM PENDlDlKAN DlPLOMA lV PELAYARAN


POLlTEKNlK lLMU PELAYARAN MAKASSAR
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 3
D. Hipotesis 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Prinsip Dasar Pesawat Bantu Incenerator 4
B. Pengertian Pesawat Bantu Incenerator 4
C. Fungsi Pesawat Bantu Incenerator 4
D. Cara Kerja Pesawat Bantu Incenerator 4
E. Persyaratan Pesawat Bantu Incinerator 5
F. Pemanas (Heater) 5
G. Saringan (Filter) 6
H. Waste Oil Burner 7
I. Persyaratan Untuk Mendapatkan Pembakaran Yang Sempurna 9
J. Jenis Valve 10
BAB III METODE PENELITIAN 12
A. Jenis, Desain, Dan Jumlah Variabel Penelitian 12
B. Metode Pengumpulan Data 12
C. Jenis Dan Sumber Data 13
D. Langkah – Langkah Analisa Perencanaan 13
E. Pelaksanaan Jadwal Penelitian 14
DAFTAR PUSTAKA 15

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan Maritim mencangkup muara – muara, perairan pantai
dan lautan terbuka. Di daerah–daerah ini, manusia menimba sumber–
sumber hayati maupun non hayati. Lingkungan maritim merupakan suatu
lingkungan yang dinamis dan perubahannya secara tetap tercermin pada
aneka ragamnya proses fisik, kimia dan biologis yang terjadi di laut.
Pemanfaatan dari lingkungan Maritim telah menjadi bagian–bagian
esensial dari program pembangunan sejumlah negara. Bagi sebuah
negara pantai lingkungan Maritim merupakan suatu sistem penunjang
kehidupan yang penting bagi negara dan rakyatnya. Penggunaan
lingkungan Maritim sebagaimana disebutkan tadi, menghidupkan
pertumbuhan ekonomi maupun masalah lingkungan.
Lautan merupakan salah satu jalur transportasi yang dewasa ini
semakin ramai dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi.
Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kapal-kapal yang berukuran
kecil maupun besar yang beroperasi di lautan, ke semuanya itu dapat
mempengaruhi lingkungan di laut jika terjadi pencemaran.
Kotoran minyak lumas, bahan bakar, dan sampah merupakan salah
satu zat penyebab pencemaran laut dan mempunyai pengaruh yang
cukup besar serta membawa akibat yang buruk terhadap lingkungan
khususnya lingkungan laut. Hal ini terjadi akibat pembuangan sampah
dan minyak bekas yang tidak sesuai dengan prosedur penanganan dan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Marpol 73/78 Annex I :


tentang peraturan-peraturan untuk mencegah pencemaran oleh minyak.
dan Marpol 73/78 Annex V : tentang peraturan-peraturan untuk

1
mencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal-kapal. Untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang demikian, maka diperlukan
pengetahuan dan kemampuan serta tanggung jawab penanganan
masalah tersebut. Kemajuan-kemajuan penting lahir terus dalam bidang
rancangan pemisah air dan minyak yang diperuntukan bagi got-got kapal
terutama di kamar mesin dan lebih sempurna lagi maka diciptakan suatu
alat yang telah dipergunakan pada kapal-kapal modern dewasa ini yaitu
adalah Incinerator, yaitu suatu alat yang dipergunakan untuk membakar
kotoran minyak lumas, sampah dan kotoran lainnya yang dapat dibakar
khususnya di kamar mesin. Sebelum dibakar kotoran minyak lumas
maupun kotoran bahan bakar yang berada di got-got kamar mesin di isap
masuk ke dalam Oil Water Separator, dimana di dalam Oil Water
Separator kotoran lumpur dan air dipisahkan.

Mencermati akan pentingnya pesawat bantu Incinerator di atas kapal


maka diperlukan wawasan dan pengetahuan tentang pesawat bantu
Incinerator selain itu perlu dilakukan tindakan pemeriksaan dan
perawatan secara rutin untuk menjaga kondisi dan Performance pesawat
bantu ini terus dalam keadaan baik sehingga dapat bekerja secara
optimal.

Dengan mempertimbangkan hal – hal tersebut diatas, maka dalam


skripsi ini penulis mencoba mengangkat judul : “ Efisiensi Kerja Burner
Pada Incenerator ”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
penulis ambil adalah faktor-faktor apakah yang menjadi latar belakang
terjadinya kegagalan pembakaran pada pesawat bantu Incinerator.

2
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
a. Sebagai gambaran dan penjelasan agar mengerti dan memahami
akan fungsi dan pentingnya Incinerator di atas kapal.
b. Meningkatkan perawatan dan mengetahui cara kerja dan
pengoperasian pada pesawat bantu Incinerator.

2. Kegunaan
a. Agar menambah wawasan sebagai masinis nantinya tentang
penanganan sampah di atas kapal dalam upaya pecegahan
polusi.
b. Agar kerusakan yang terjadi dapat dihindari sehingga tercapai
kelancaran pada saat akan dioperasikan.

D. Hipotesis
Terjadinya kegagalan pembakaran pada pesawat bantu Incinerator
diperkirakan karena kurangnya perawatan dan pemahaman terhadap
sistem instalasi pesawat bantu Incinerator tersebut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Prinsip Dasar Pesawat Bantu Incenerator


Menurut Tim BPLP Semarang Permesinan Bantu (28) : Prinsip
dasar yang digunakan dalam proses pembakaran pesawat bantu
Incinerator adalah “memanfaatkan minyak kotor dalam kapal yang tidak
layak pakai untuk dibakar dengan mengatur suhu dan viscositas minyak
kotor yang sesuai dengan prosedur pembakaran”.

B. Pengertian Pesawat Bantu Incenerator


Menurut Tim BPLP Semarang Permesinan Bantu (31) adalah
Pengertian pesawat bantu Incinerator adalah alat untuk membakar
kotoran minyak lumas, sampah dan kotoran lainnya yang dapat dibakar
agar pencemaran laut dapat dihindari dan ditanggulangi sesuai dengan
prosedur penanganan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

C. Fungsi Pesawat Bantu Incenerator


Menurut Suparwo, SP.I Pencegahan Polusi Laut Kapal Niaga (28)
adalah : Incinerator berfungsi sebagai salah satu sarana pencegahan
polusi di laut dengan cara membakar limbah hasil proses pemisahan
yang dilakukan baik oleh Oil Water Separator (OWS) maupun Sewage
Plant.

D. Cara Kerja Pesawat Bantu Incenerator


Cara kerja Incinerator adalah kotoran minyak lumas yang ada pada
Waste Oil Tank terlebih dahulu harus di cek apakah kotoran minyak
lumas tersebut dapat dibakar atau tidak, apabila dapat dibakar, cara
pengaturan sebelum dibakar maka kotoran minyak lumas dan lumpur di
Settling Tank terlebih dahulu dipanasi kira-kira 80-90 0C. Jika kotoran
minyak lumas sangat tinggi viscositasnya maka harus dipanasi kira-kira

4
0
110 C tetapi temperatur pemanasnya juga sangat ditentukan oleh
karakteristik minyak tersebut.

Awal langkah dari kerja pesawat bantu Incinerator adalah


pertama nyalakan Fan kemudian nyalakan Solenoid Pump untuk
menghisap bahan bakar MDO (Marine Diesel Oil) di Supply ke Auxiliary
Burner dan angin pun juga di Supply ke Auxiliary Burner agar
pembakaran dapat menyebar dengan sempurna setelah sepuluh menit
Waste Oil Pump kita jalankan untuk menghisap Waste Oil menuju ke
Waste Oil Burner, setelah Waste Oil Burner bekerja dengan sempurna
kita matikan Solenoid Pump agar bahan bakar yang digunakan hanya
Waste Oil.

E. Persyaratan Pesawat Bantu Incinerator


1. Suhu pada Waste Oil Settling Tank antara 80-90 0C.
2. Filter dalam keadaan bersih.
3. Tekanan angin 0,25 kg/cm2.
4. Tekanan bahan bakar 0,5 kg/cm2.
5. Burner bekerja baik dalam hal ini penyemprotannya sempurna.
6. Fan dapat dioperasikan dengan normal.
7. Flame eye bekerja dengan baik.
8. Pompa Waste Oil bekerja dengan baik.

9. Sistem Safety Devices bekerja sesuai dengan prosedur.

F. Pemanas (Heater)
Pemanas adalah suatu alat yang digunakan untuk menaikkan suhu
suatu cairan atau udara ke suhu lebih tinggi dengan bantuan uap atau
listrik.
Menurut Matradji Hadiseputro Ketel Uap 2 (91) :

Maksud dari pemanas bahan bakar :

5
1. Bahan bakar supaya menjadi cair sehingga dengan mudah akan
dipisahkan atau dibersihkan dari kotoran-kotoran atau air.
2. Dengan suhu yang setinggi mungkin minyak dengan mudah dapat di
pompakan sampai di pembakar dan oleh karena viscositas yang
sudah rendah maka pengabutan minyak akan berjalan dengan mudah
dan segara bisa dibakar.

Pemanasan dilakukan sampai mencapai suhu kira-kira 10°C


dibawah titik nyala, jika pemanas melalui titik nyala maka akan timbul
kesukaran selama dalam penyalaan ke pembakaran atau waktu
pembakaran, karena suhu yang rendah, maka di dalam pipa biasa terjadi
pengendapan dan akan memperkecil saluran. Sedangkan suhu yang
terlalu tinggi juga menyebabkan saluran gas-gas membawa pengaruh,
bahwa apa yang keluar bukan pancaran minyak yang utuh akan tetapi
bercampur dengan gas. Itulah sebabnya gas yang keluar dari
pembakaran tidak dapat diukur dimana tekanan pembakaran ini akan
mengakibatkan minyak sampai di ujung pembakaran. Dengan kecepatan
yang tinggi pula dimana di Nozzle minyak akan dikabutkan.

G. Saringan (Filter)
Saringan (filter) juga merupakan bagian penting dalam sistem
instalasi ini karena saringan berguna untuk menghindari kotoran minyak,
lumpur dan benda lain yang masuk dalam pembakaran atau ke katup-
katup sehingga macetnya instalasi tersebut.
Menurut P.Van Maanen, motor Diesel kapal Hal.11.2 : Dengan
bantuan saringan dapat dipisahkan kotoran pada dari bahan bakar cair
dan bahan pelumas, dalam hal ini digunakan perbedaan dalam kondisi
agregasi. Sebagai akibat dari perbedaan dalam tegangan permukaan
antara minyak dan air, maka pada lapisan peyaringan akan dipisahkan
juga bagian air yang kecil.

6
Saringan sesuai dengan cara kerja, dapat dibagi dalam :
1. Saringan dengan cara kerja permukaan.
2. Saringan dengan cara kerja kedalaman.
sebagai bahan saringan permukaan digunakan kasa metal, lamel metal,
kertas dan tenunan textil. Di atas kapal banyak digunakan kasa metal dan
lamel metal.

Suatu saringan kasa mengandung sebuah/lebih mantel saringan


silindris dengan material saringan padanya. Meterial saringan terdiri dari
kawat baja Chroom-Nikel yang halus sekali atau dari kawat zat buatan.
Ukuran saringan (Filteermaat) artinya ukuran besar minimal dari bagian
yang ditahan ditentukan oleh lebar lubang jalinan (Maas) dari tenunan.
Untuk bahan pelumas dan bahan bakar maka ukuran saringan terkecil
adalah sekitar 30 mikron.

H. Waste Oil Burner


Menurut T. Van Der Veen, Teknik Ketel Uap hal. 41:Salah satu
syarat dari pembakaran sempurna bahan bakar ialah penyampuran yang
baik antara bahan bakar dengan udara pembakaran. Penyampuran ini
diatur oleh register udara dalam kombinasi dengan alat pembakar
minyak. Supaya mendapat bidang sentuhan dengan udara pembakaran
seluas mungkin minyak dikabutkan secara halus. Ini dilakukan oleh alat
pembakaran.
Menurut buku Iso 9001 Certified, Total Look AT Oil Burner Nozzle No
dalam menguraikan butiran-butiran bahan bakar melaksanakan tiga hal
yang penting untuk suatu pembakaran minyak:
1. Atomizing yaitu menguraikan bahan bakar ke dalam partikel-partikel
kecil (55 miliar per galon) satu galon sama dengan 4,54 liter. Pada
tekanan standar (100 PSI), tekanan dan viskositas bahan bakar
memperluas sudut pengabutan kira-kira 690.000 inci sudut

7
pengambilan didalam proses pembakaran, ukuran hembusan di
butuhkan pada tiap bahan bakar 0,0002 inci sampai 0,010 inci
dibutuhkan untuk kecepatan penguapan dan nyala api pada
Nozzle,hembusan yang luas menambah lamanya pembakaran dan
membantu pengisian dapur pembakaran.
2. Matering yaitu pengukuran suhu Nozzle dirancang dalam sesuaikan
dengan normalnya bahan bakar yang diuraikan dalam atom / partikel
kedalam dapur pembakaran dengan batas kurang lebih 5% yang
diizinkan. Dengan difungsikan pengontrol laju aliran masuk untuk
memenuhi produksi yang dibutuhkan (dibawah 5 GPH) 5 galon per
hour atau sekitar 22,7 liter yang digunakan dalam satu jam, sebagai
contoh diatas 20 laju aliran berbeda dan 6 sudut percikan yang
berbeda adalah standar yang baik.
3. Pattering yaitu Nozzle menekan partikel–partikel bahan bakar ke
dalam dapur pembakaran, pada pola hembusan pembakaran yang
bersamaan dan setelan hembusan bahan bakar yang bagus, menjadi
syarat khusus hembusan yang lebih teliti pada susunan dan sudut
pembakaran.

Nozzle Burner berkaitan dengan produksi dari suatu proses


pembakaran Menurut buku Iso 9001 Certified, Total Look AT Oil Burner :
Untuk memahami dengan baik bagaimana Nozzle Burner berkaitan
dengan produksi dari suatu proses pembakaran,mari kita tinjau langkah–
langkah proses pengabutan yang efisien.
1. Untuk proses pengabutan yang cepat sebelum proses pengabutan
dilaksanakan, bahan bakar dipanaskan sampai mencapai titik
viskositas yang tepat.
2. Uap minyak yang sudah terbakar dihembuskan oleh udara dari
register/ventilasi udara bekerja sama dengan Nozzle Burner bahan

8
bakar dikabutkan secara halus agar mendapatkan bidang sentuhan
dengan udara pembakaran yang seluas mungkin.
3. Temperatur bahan bakar harus dijaga untuk menunjang nilai
pembakaran berlanjut.

4. Hembusan bahan bakar yang sudah terbakar digunakan untuk


memanaskan air menjadi uap.

Untuk dapat membakar dengan sempurna maka para enginer perlu


memperhatikan dan merawat secara berkala alat tersebut, karena sering
kita dapati karbon bekas yang ditimbulkan pada saat pembakaran
berlangsung pada tepi Nozzle sehingga dapat mempengaruhi
kesempurnaan pembakaran karena karbon bekas ini dapat menyumbat
Burner. Selain itu kita juga harus memperhatikan suhu daripada Waste
Oil Tank agar viscositasnya sesuai dan layak untuk dibakar.

I. Persyaratan Untuk Mendapatkan Pembakaran Yang Sempurna


Menurut Matradji Hadiseputro, Ketel Uap 2 (89) : Sebelum sampai
pada pembakaran maka bahan bakar pada Incinerator di panasi dan
dibersihkan terlebih dahulu, sebab begitu keluar dari pembakaran minyak
harus dalam bentuk terjamin cepat terbakar atau bercampur dengan
udara pembakaran yang masuk dan bisa terbakar dengan lebih baik.
Pengabutan pada Incinerator umumnya adalah pengabutan tekan. Maka
dari itu timbul kesulitan tentang pengawasan dan pembakaran Incinerator
dan juga kualitas dari bahan bakar merupakan salah satu peranan
penting serta pencampuran dengan udara harus sesuai, untuk
mendapatkan pembakaran yang sempurna perlu diperhatikan :
1. Minyak pelumas harus bersih dari segala macam kotoran yang
sifatnya padat atau cair.
2. Minyak dipanasi terlebih dahulu sampai pada suhu tertentu, hal ini
dimaksudkan agar proses keluar gas-gas dalam penguapan dari

9
bagian minyak bisa berlangsung dengan cepat di dalam dapur.
Kekentalan atau sifat air dari minyak dapat dicapai sehingga
pemompaan dan pengabutan melalui pembakaran dapat mudah dan
menghasilkan bagian-bagian minyak yang cukup sehingga syarat
pada point (a) dapat dipenuhi.
3. Minyak meninggalkan mulut pembakar mempunyai kecepatan yang
cukup dan dalam keadaan melayang bisa terbakar dan tidak akan
mengenai bagian-bagian dinding dapur.
4. Udara yang masuk juga mempunyai kecepatan yang cukup dan
mempunyai cara pencampuran dengan bahan bakar yang baik,
hingga tiap bagian minyak bertemu sejumlah udara yang bisa
menjamin terjadinya pembakaran yang merata.
Untuk menunjang proses ini maka pesawat-pesawat bantu lainnya
seperti pompa minyak bahan bakar, pemanas minyak semuanya bekerja
secara terpisah, sehingga pengawasannya dapat diatur sendiri.

J. Jenis Valve
1. Swing valve adalah suatu alat yang dipakai untuk membuka dan
menutup aliran bahan bakar. Katup ini dibuka dan ditutup dengan
tangan jadi sistem kerjanya secara manual.
2. Solenoid valve adalah alat bantu untuk membuka dan menutup bahan
bakar dengan sistem automatik dimana prinsip kerjanya sama persis
dengan gaya medan magnet karena adanya aliran listrik yang
menimbulkan induksi magnet.

10
K. Kerangka Pikir

Kerangka pikir pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :


Gambar 3.2 : Kerangka Pikir

Efesiensi kerja burner pada


incenarator di atas kapal

Incenarator

Kegagalan pembakaran pada


pesawat bantu Incinerator.

kegagalan pembakaran
pada
Perawatan Terencana pesawat Perawatan
bantu Tak
(Planned Maintenance)
Incinerator. Terencana (Unplanned
Maintenance)

Manegemen
Perawatan

Pengambilan Data

Tindakan

Kesimpulan & Saran

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis, Desain, Dan Jumlah Variabel Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis pada saat melakukan
penelitian adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, adalah data yang
diperoleh berupa informasi-informasi sekitar pembahasan, baik secara
lisan maupun tulisan.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan keseluruhan dari penelitian mencakup
hal-hal yang akan dilakukan penelitian mulai dari pembuatan hipotesis
dan implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir data
yang selanjutnya disampulkan dan diberi alasan.
3. Jumlah Variablel Penelitian
Apabila disesuaikan dengan jenis penelitian maka penulis mengambil
jumlah variable penelitian adalah 1 (satu) yaitu efisiensi kerja burner
pada incinerator di atas kapal

B. Metode Pengumpulan Data


Data dan informasi yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini
dikumpulkan melalui :
1. Metode Lapangan (Field Reseach), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mengadakan peninjauan langsung terhadap objek yang
diteliti, data dan informasi dikumpulkan melalui :
a. Observasi, mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
objek yang akan yang dibahas dalam skripsi ini yaitu pada saat
melaksanakan praktek laut di atas kapal.

12
b. Wawancara, mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
para Perwira yang ada di atas kapal, khususnya para Engineer
serta melakukan konsultasi dengan para dosen di lingkungan
Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar.
2. Tinjauan kepustakaan (Library Research), selain penelitian yang
dilakukan di atas kapal, penulis juga melakukan penelitian dengan
cara membaca dan mempelajari literatur, buku-buku dan tulisan-
tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, untuk
memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam membahas
masalah yang diteliti.

C. Jenis Dan Sumber Data


Untuk menujang dan kelengkapan dalam pembahasan penulisan ini
diperoleh data dan sumber :
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung
antara lain diperoleh dengan cara metode Survey, yaitu dengan
pengamatan, mengukur dan mencatat secara langsung di tempat
penelitian.
2. Data Sekunder
Merupakan data pelengkap untuk data primer yang didapat dari
berbagai sumber misalnya kepustakaan seperti literatur, bahan kuliah
dan juga data-data yang bisa kita peroleh dari perusahaan serta
semua yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Langkah – Langkah Analisa Perencanaan


Kegiatan yang dilakukan setelah memulai langkah untuk
menganalisa yaitu dengan melaksanakan praktek laut di atas kapal untuk
mengetahui semua situasi dengan bekal pengetahuan yang didapatkan
lewat studi kepustakaan. Kemudian kita mulai mengidentifikasi berbagai

13
masalah yang ada dan menetapkan yang menjadi tujuan dengan
masalah yang kita temui sehingga metode penelitian yang sesuai dapat
kita tentukan.
Sesuai dengan langkah-langkah yang kita peroleh diatas maka kita
dapat memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
kemudian data diolah sesuai dengan teori dan metode yang telah
ditetapkan sejak awal. Data yang sudah diolah kemudian kita analisa
hasil yang diperoleh dengan membandingkan dari disiplin teori yang kita
pakai kemudian kita membuat pembahasan mengenai hal tersebut dari
hasil perhitungan yang kita analisa.

Setelah semua selesai kemudian ditarik kesimpulan dari apa yang


kita analisa dan bahas. Selanjutnya kita bisa memberikan saran-saran
berdasarkan apa yang kita simpulkan.

E. Pelaksanaan Jadwal Penelitian

Menguraikan pelaksanaan jadwal penelitian yang akan peneliti


akan laksanakan di atas kapal pada tabel di bawah.
Tabel 3.1 Pelaksanaan Jadwal Penelitian
Tahun 2023
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengumpulan
1. Data Buku
Referensi
2. Pemilihan J u d u l
menyusunandan
3. bimbingan
proposal
Proposal
4. seminar

14
DAFTAR PUSTAKA

Hadiseputro, Matradji., Ketel Uap Jilid II.

Miura co.Ltd, Manual Intruction Book.

Team BPLP Semarang, Permesinan Bantu, 1997.

Iso 9001 certified, Total look At Oil Burner Nozzle, Delapan.

Maanen, P. Van, Motor Diesel Kapal Jilid I.

Veen, T.Van Der,Tehnik Ketel Uap, Vleuten, Musim Rontok 1997.

Suparwo ,Sp.I, Pencegahan Polusi Laut Kapal Niaga.

15

Anda mungkin juga menyukai