Anda di halaman 1dari 20

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH LITERATUR TARI

TARI BLEKOK KARYA IRWAN FITRIAWAN


DI SANGGAR BITARIA BANDUNG

Disusun Oleh:
Lukman Nuryaman
18113039

JURUSAN/PROGRAM STUDI SENI TARI (S1)


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA BANDUNG
2021
PENDAHULUAN

Indonesia memang sudah terkenal sebagai Negara budaya yang

memiliki banyak ragam dari suku, bahasa, budaya, adat, hingga ke tarian

daerahnya. Hingga seiring berjalannya waktu, tarian daerah pun mulai

mengalami perkembangan yang menjadi suatu inovasi tersendiri bagi

para pelaku seni, khususnya para Seniman. Hal ini membuat Indonesia

semakin kaya akan nilai budayanya. Dengan adanya keanekaragaman

budaya dan tarian daerah, maka tari-tarian daerah pun mengalami

perkembangan dan berbagai macam variasi. Dengan adanya tari kreasi

yang mana tarian kreasi adalah tarian daerah yang diinovasi atau

dikembangkan mengikuti zaman yang sedang terjadi. Tari kreasi di setiap

daerah pun beragam-ragam hingga diklasifikasikan berdasarkan

klasifikasinya.

Tari adalah salah satu unsur kebudayaan yang tidak dapat lepas
dari kehidupan masyarakat. Tari pada hakikatnya merupakan hasil
kreativitas dan hasil cipta masyarakat dari bentuk-bentuk
kebudayaan yang telah ada. Tari adalah keindahan ekspresi jiwa
manusia yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang
dinamis. Gerak-gerak dalam tari bukanlah gerak realistis atau
gerak keseharian, melainkan gerak yang telah diberi bentuk
ekspresif yang indah. Penjiwaan dalam tari merupakan
kemampuan penari dalam menjiwai, menghayati, dan
mengsekspresikan peran dan karakter tari pada saat menari. Dalam
bahasa Jawa penjiwaan dalam menari disebut dengan istilah
“Wirasa” atau penjiwaan dalam tarian. Keni Andewi (2019: 25).

Menurut Soedarsono tari bila ditinjau atas dasar pola garapannya


dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: Tari tradisi dan Tari kreasi baru.

Tari tradisi ialah suatu tarian yang telah mengalami perjalanan


sejarah yang cukup lama secara turun temurun yang tidak
mengalami perubahan. Tari kreasi baru ialah ungkapan seni yang
masih berpijak pada pola tradisi, tetapi merupakan garapan baru
yang tidak berpijak pada standar yang ada. Soedarsono (1978: 14).

Menurut pendapat ahli tari Indonesia Soedarsono dalam bukunya

Djawa dan Bali. “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang di ungkapkan

melalui gerak-gerak ritmis yang indah”. Sedangkan menurut Susanne

K.Langer mengatakan bahwa “Bentuk yang diungkapkan manusia adalah

untuk dinikmati dengan rasa”.

Menurut fungsinya, tari dibedakan menjadi tiga yaitu tari upacara, tari

pergaulan, dan tari pertunjukan. Tari tradisional adalah tari yang telah

mengalami suatu perjalanan hidup yang cukup lama dan merupakan ciri

khas dari suatu daerah. Tari tradisional terbagi menjadi tiga yaitu: tari

primitif, tari rakyat, dan tari klasik. Tari Kreasi Baru adalah tarian yang

diciptakan dalam bentuk baru berdasarkan pada tari-tari yang sudah ada.

Istilah kreasi baru ini muncul setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Tarian ini diciptakan dengan maksud untuk memenuhi ekspresi dan

keinginan batin para penciptanya. Dalam penciptaan tari kreasi baru ini

dapat memepergunakan unsur-unsur seni tradisi maupun non tradisi.

Irwan Fitriawan adalah seniman yang berfokus pada pendidikan seni

tari melalui proses kreativitas. Sampai saat ini telah menciptakan beberapa

tarian anak dan tari kreasi baru lainnya. Secara khusus tarian yang

diciptakannya telah dikembangkan di lembaga yang ia pimpin di Sanggar

BITARIA (Bina Tari Anak dan Remaja) yang berlokasi di Jl. Saguling no. 6

Rt. 01/Rw. 02 Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten

Bandung Barat.

Tari Blekok merupakan salah satu reportoar tari kreasi baru yang

diciptakan oleh Irwan Fitriawan pada tahun 2014. Terinspirasi dari salah
satu hewan yaitu burung blekok. Bentuk penyajian tari blekok adalah

rampak putri (tari kelompok) yang di tarikan oleh lima orang penari

perempuan. Karya tari ini menggambarkan kehidupan burung blekok yang

lincah, riang dan dinamis. Tarian tersebut merupakan salah satu usaha

pelestarian burung blekok melalui sebuah karya tari.

Berdasarkan keterangan dari narasumber diketahui, bahwa:

Blekok sawah (Ardeola speciosa) adalah spesies burung dari famili


Ardeidae. Makanan utamanya adalah serangga, ikan, dan kepiting.
Burung ini menyebar luas di Asia Tenggara memiliki fungsi
ekologi penting di alam seperti penyerbukan jenis-jenis tumbuhan
dan pemangsa hama pertanian. Dan burung blekok yang hidup di
Rancabayawak sejak tahun 1970 berkembang biak di rumpun
bambu haur hejo mendapat perlindungan UU No 5 tahun 1990
tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.”
(Hasil wawancara, Irwan Fitriawan, via Whatsaap; 16 Oktober 2020).
Terbentuknya proses karya tari tersebut di latar belakangi oleh faktor

lingkungan yang dekat dengan habitat burung blekok. Awal tercipta

pertama kali ketika berkunjung ke salah satu daerah di Kampung

Rancabayawak, Desa Cisaranten Kidul, Kecamatan Gede Bage Kota

Bandung. Pada saat itu ia melihat burung blekok yang memiliki keindahan

secara fisik dan mulai tertarik mengamati kehidupan burung tersebut

hingga mengamati mulai dari habitat, gerak-gerik, cara berjalan dan

sampai burung tersebut terbang dan melakukan riset bersama peneliti

burung blekok dari Institut Teknologi (ITB) Bandung. Riset dilakukan

sampai tahun 2014 dan pada bulan september dibuat bentuk tari rampak

(kelompok) putri yang berjumlah lima orang. Kemudian pada awal bulan

november tahun 2014 tari blekok pertama kali ditampilkan atas permintaan

dari Nyoman Nuarta di Gallery Seni NuArt Sculpture Park Bandung. Saat
ini tari blekok menginjak tahun ke delapan dan sudah mendapatkan Hak

Cipta Karya Intelektual.

Berdasarkan uraian singkat di atas, penulis mengambil tari blekok

karena sangat menarik untuk diteliti. Ketertarikan penulis pada tari blekok

tersebut terletak pada struktur tarian dan rias busananya. Selain itu

penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang tari Blekok.

Mengingat begitu banyak aspek yang terkait dalam upaya

mengeksplanasi tentang tari Blekok tersebut, maka penulis akan

memfokuskan pada permasalahan struktur tarinya, yang secara langsung

akan terkait dengan persoalan koreografi, iringannya, busana dan properti

untuk melengkapinya.

Sebagai pijakan agar penelitian ini mampu mengupas

permasalahan secara cermat, maka diperlukan sebuah teori sebagai

landasan, maka dalam mendeskripsikan Tari Blekok Karya Irwan

Fitriawan dan juga elemen yang menyertainya seperti, struktur

koreografi, struktur iringan tari, dan penataan rias busananya penulis

menggunakan teori struktur yang telah disampaikan oleh Iyus Rusliana

(2009:69) adalah:

Isi dan Bentuk merupakan suatu kesatuan konsep tari, serta

konsepsi bentuk merupakan manifestasi atau cerminan dari

konsep isi, dan konsep bentuk ini terwujud sebagai elemen-

elemen materi objektif (terlihat dan juga terdengar) yang

saling berhubungan dan menjadi satu kesatuan yang utuh

sesuai dengan fungsinya. Dalam Isi mencakup latar

belakang cerita, gambaran dan tema, namaatau judul tarian,


karakter dan unsur filosofis sedangkan dalam Bentuk:

mencakup koreografi, karawitan, rias dan busana, properti.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur Tari Blekok karya

Irwan Fitriawan di Sanggar Bitaria Bandung. Pada umumnya sebuah

penelitian harus mempunyai manfaat, baik bagi peneliti maupun

masyarakat secara luas. Oleh sebab itu diharapkan hasil dari penelitian

yang dilaksanakan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Diantaranya,

masyarakat umum maupun masyarakat akademis, dan dapat menambah

wawasan tentang struktur tari Blekok.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Irwan Fitriawan merupakan salah seorang seniman, khususnya

tari. Ia tidak hanya sebagai seorang seniman tari, namun juga seorang

seniman yang berfokus pada pendidikan seni tari melalui proses

kreativitas. Sampai saat ini telah menciptakan beberapa tarian anak dan

tari kreasi baru lainnya. Secara khusus tarian yang diciptakannya telah

dikembangkan di lembaga yang ia pimpin di Sanggar BITARIA (Bina Tari

Anak dan Remaja) yang berlokasi di Jl. Saguling no. 6 Rt. 01/Rw. 02 Desa

Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

Karya tari yang dihasilkan oleh Irwan Fitriawan diantaranya: (1)

Tari Blekok (2) Tari Cangkurileung, (3) Tari Blekok Kasmaran, (4) Tari Blekok

Jalu, (5) Kidung Blekok, (6) Blekok Gugat, (7) Blekok Pundung, (8) Tari Sarung

(1997), (9) Parabentang (Rampak Kendang), (10) Dadali Tarung, (11) Kipas

Panjang, (12) Singagunung, (13) Kembang Tangger (14) Tari Polah Kuring, (15)

Malati Sambac, (16) Ibing Rengkenek ,(17) Tari Bubu Pamayang, (18) Tari

Nyiru (1997) dan lain-lain.

1. Tari Blekok

Tari Blekok merupakan salah satu reportoar tari kreasi baru

yang diciptakan oleh Irwan Fitriawan pada tahun 2014. Terinspirasi

dari salah satu hewan yaitu burung blekok. Bentuk penyajian tari

blekok yaitu rampak putri (tari kelompok) yang di tarikan oleh lima

orang penari perempuan. Karya tari ini menggambarkan

keanggunan blekok dengan kaki jenjangnya, terbang, bercengkrama

dan menari di sawah dengan membanggakan bulu yang indah


berwarna putih. Tarian tersebut merupakan salah satu usaha

pelestarian burung blekok melalui sebuah karya tari.

Berdasarkan keterangan dari narasumber diketahui, bahwa:

Blekok sawah (Ardeola speciosa) adalah spesies burung


dari famili Ardeidae. Makanan utamanya adalah
serangga, ikan, dan kepiting. Burung ini menyebar
luas di Asia Tenggara memiliki fungsi ekologi
penting di alam seperti penyerbukan jenis-jenis
tumbuhan dan pemangsa hama pertanian. Dan
burung blekok yang hidup di Rancabayawak sejak
tahun 1970 berkembang biak di rumpun bambu haur
hejo mendapat perlindungan UU No 5 tahun 1990
tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. (Hasil wawancara, Irwan Fitriawan, di
Bandung; 16 Oktober 2020).
Terbentuknya proses karya tari tersebut di latar belakangi oleh

faktor lingkungan yang dekat dengan habitat burung blekok. Awal mula

tercipta tarian ini ketika ia berkunjung ke salah satu daerah yaitu

Kampung Kreatif Belekok tepatnya berada di Rancabayawak RT 02 RW 02

Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage Kota Bandung. Pada

saat itu ia melihat burung blekok yang memiliki keindahan secara fisik dan

mulai tertarik mengamati kehidupan burung tersebut. Irwan mengamati

mulai dari habitat, gerak-gerik, cara berjalan, burung blekok terbang

hingga melakukan riset bersama peneliti burung blekok dari Institut

Teknologi (ITB) Bandung.

Menurut Ria Dewi Fajaria (2014:222):

Mencermati karya Irwan, nampak erat kaitannya


dengan pengalaman hidupnya. Irwan yang dilahirkan
di alam pedesaan, tentu tidak asing dengan nyiru
sebagai alat menapi, burung blekok yang terdapat di
petakan sawah, dan bermain dengan sarung. Kreator
Sanggar Bitaria ini dalam menggarap tarinya
dilakukan dengan penjajagan ide atau gagasan dari
rangsang idesional tentang berbagai pengalaman
masa lalunya, yang terdiri dari fenomena: bermain
sarung semasa kanak-kanak ketika hendak pergi ke
surau untuk mengaji, aktivitas petani perempuan
setelah masa panen raya; burung Blekok yang berada
di petakan sawah sekitar rumahnya.

Riset dilakukan sampai tahun 2014 dan pada bulan September di

buat bentuk tari rampak (kelompok) putri yang berjumlah lima orang

kemudian pada awal bulan November tahun 2014 tari blekok pertama kali

di tampilkan atas permintaan dari Nyoman Nuarta di Gallery Seni NuArt

Sculpture Park Bandung. Saat ini tari blekok menginjak tahun ke delapan

dan sudah mendapatkan Hak Cipta Karya Intelektual.

Bentuk Penyajian Tari Blekok

1. Bentuk Tari

a. Koreografi

Koreografi diartikan atau untuk menujuk kekayaan

gerak yang tersusun dan telah membentuk menjadi

reportoar tari. Adapun reportoar tari adalah produk tari

yang memadai untuk dipentaskan atau dipertunjukan

(Rusliana 2016: 36).

Tari Blekok terdapat delapan macam ragam gerak yakni;

Ngapung ngalayang, Leumpang blekok, Keukeuteyepan, Luncat

ulin jang-jang, Mapay galeng aced-acedan, Ulin cai, dan

Kukurusukan.

b. Iringan Tari
Dengan demikian, merujuk pada pengiring tari Blekok ini

yakni menggunakan waditra gamelan laras salendro.

Masing-masing dari waditra tersebut diantaranya: Saron 1;

Saron 2; Peking; Demung; Bonang; Rincik; Goong; dan Kendan.

Selain itu ada alat musik pendukung yaitu Perkusi Bambu;

Keprak; Angklung; Karinding; Bangsing; dan Toleat.

c. Rias Tari

Harymawan (tt:48) berpendapat, bahwa tata rias adalah

seni mengungkapkan bahan-bahan kosmetika untuk

mewujudkan wajah dari satu peran. Pengertian tata rias

adalah merawat, mengatur, menghias dan mempercantik

diri.

Secara umum, tata rias berfungsi menampilkan

keindahan dan kecantikan secara wajar dan tidak

berlebihan. Endang Caturwati dan Sri Sujatmi (1983:4)

mengemukakan, bahwa:

Fungsi tata rias adalah membantu mempertebal,


mempertajam, dan memperjelas garis-garis muka
atau bahkan sebaliknya, mempertipis dan
memperluas garis-garis muka yang akan di tutupi
atau dihilangkan.
Penggunaan tata rias dalam tari sebagai penyempurna

penampilan para penari khususnya wajah. Dalam seni

pertunjukan tata rias diperlukan untuk

menggambarkan/menentukan watak diatas pentas. Menurut

Endang Caturwati (1994:76) Bahwa:


Tatarias adalah seni menggunakan bahan warna
untuk wajah guna mewujudkan karakter dari tokoh
yang akan dihadirkan diatas pentas.
Tari Blekok menggunakan rias korektif. Rias yang digunakan

bersumber pada burung blekok yaitu dengan garis pada bagian bawah

mata yang di buat seperti mata burung blekok.

Gambar 1. Rias Tari Blekok

(Dokumentasi: Irwan Fitriawan, 2016)

d. Busana Tari

Selain tata rias, busana juga memiliki peran penting

dalam penampilan tari. Sebagai pelengkap dan penunjang

estetika tari, berguna juga sebagai identitas yang

mencerminkan tarian tersebut, sehingga makna dan isi yang

terkandung dalam tari yang dipentaskan dapat

tersampaikan melalui rias dan kostum. Busana atau lebih

familiar dengan sebutan kostum tari merupakan segala

pakian dan perlengkapan yang digunakan seorang penari

diatas panggung sesuai dengan kebutuhannya.

Menurut Endang Caturwati (1994:76) Bahwa:

Tatarias dan Busana merupakan perpaduan yang


tidak dapat dipisahkan dengan seni tari sebagai aspek
seni rupa. Melalui warna, motif , corak , busana serta
bentuk rias yang dipakai dapat memberikan bahasa
isyarat serta dapat memberikan penjelasan-penjelasan
kepada penonton mengenai perwatakan dari pelaku.
Berikut ini adalah busana, dan aksesoris yang digunakan

dalam tari blekok: Bustier, Tile (daleman lengan pendek), Rok,

Penutup rok, Sayap, Ekor (bagian pinggul), Coker (bagian leher),

Sabuk, Gelang tangan, Kilat bahu, Tutup taar, Sanggul blekok,

Susumping daun awi, dan Bulu-bulu.

Gambar 2. Busana Tari Blekok

(Dokumentasi: Irwan Fitriawan,2016)

Adapun mengenai penjelasan busana pada tari blekok

jelasnya Irwan Fitriwan (Wawancara di via Whatsapp, 16

Oktober 2020) mengungkapkan:

Keindahan busana tari atau nilai estetika bisa kita lihat


dari desain busana, ilustrasi busana, serta sketsa busana
yang dapat menggambarkan bentuk dan model busana
tari, suasana, waktu dan kesempatan penggunaan
busana tersebut. Nilai estetika busana tari Blekok adalah
jenis, corak dan sifat-sifat bahan busana yang digunakan
dan perlengkapannya. Dari hal tersebut dapat terlihat
keserasian pada busana tari Blekok lengkap dengan
sanggul dan aksesorisnya.
2. Bentuk Penyajian
Tari Blekok ini disajikan oleh lima penari, atau dapat

dikatakan termasuk ke dalam bentuk penyajian tari

kelompok. Sebagaimana dijelaskan Rusliana (2016: 35)

bahwa:

Bentuk penyajian tari kelompok atau rampak ialah


yang isi gambarannya menggunakan sekelompok
jabatannya sama, dan nama tariannya bertolak dari
nama jabatan atau dari inti kejadian.

a. Isi Tari

1) Latar Belakang Cerita

Dari pembahasan sebelumnya telah disebutkan

bahwa tari Blekok merupakan reportoar tari kreasi

baru yang terinspirasi dari hewan yaitu burung

blekok. Tari Blekok dilatar belakangi oleh cerita

binatang yaitu burung blekok, yang dibuat menjadi

sebuah tari kreasi baru. Tari tersebut dibuat karena

ketertarikan terhadap burung blekok yang memiliki

keindahan secara fisik.

2) Gambaran dan Tema Tari

Gambaran tarian diartikan sebagai ungkapan

suatu kejadian atau peristiwa saja. Dengan

demikian, Tari Blekok menggambarkan tentang

kesederhanaan, keanggunan, dan keceriaan dalam

performa diri.

Menganalisis dari gambaran tari Blekok maka

tema tariannya yaitu tema binatang. Gambaran dan

tema ini dapat dibaca dalam koreografinya yang


diaplikasikan dengan nama-nama ragam gerakan

yang terdapat pada aktivitas hewan tersebut. Selain

itu terlihat pada busana yang menggunakan sayap

dan sanggul blekok yang dibuat menyerupai badan

dari burung blekok.

3) Karakter Tari

Watak atau perwatek: sipat bahwa ti kudrat (R.

Momon Wirakusumah dkk., 1976: 561). Berarti

watak atau tabiat yang alami atau kodrati yang

tidak identik dengan perilaku, atau biasa disebut

karakter. Karakter adalah salah satu ciri identitas.

Tari blekok ini memiliki karakter lincah dan

anggun, sesuai dengan karakter dari burung blekok.

Karakter tersebut terdapat kesinambungan aktivitas

dari burung blekok seperti gerak-gerak keseharian

burung blekok pada habitatnya yang dituangkan ke

dalam gerak tari.

4) Judul/Nama Tari

Nama sebuah tarian orientasinya beragam,

seperti nama tokoh dari isi gambaran tarian , nama

jabatan dari isi gambaran tarian, nama dari inti

kejadian isi gambaan tarian, dan nama julukan dari

tokoh tertentu Rusliana (2016:29).


Nama tari Blekok apabila dianalisis yaitu

menggunakan nama dari isi gambaran tarian yang

berdasarkan nama dari binatang/hewan yaitu

burung blekok.

5) Unsur Filosofis

Menurut Lilis Sumiati (2014:89) Unsur filosofis

dapat diartikan sebagai cerminan mengenai

pandangan hidup yang terlukiskan melalui

gambaran, dan tingkatan karakter tarian .

Gambaran dan karakter tersebut merupakan simbol

yang menunjukan nilai-nilai rohaniah. Dari hasil

pengamatan tari Blekok mendapatkan filosofis

makna dan simbol.

No Nama Simbol Makna

Gerak

1. Kuntul logok Awal Langkah awal mencari

Kehidupan sesuatu untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari

2. Luncat ulin Tebar Pesona Menujukan identitas diri

jang-jang Memperkenalkan diri

Menunjukan kegagahan dan

kelincahan dalam beraktivitas


3. Ileug Tebar Pesona Menujukan identitas diri

Kukurusukan Memperkenalkan diri

Menunjukan kegagahan dan

kelincahan dalam beraktivitas

4. Mapay Keseimbangan Berpijak pada pondasi yang

galeung 1 diri kuat dan benar.

Memenuhi kebutuhan hidup

dengan memiliki prinsip dan

keyakinan yang kuat.

5. Blekok mandi Performa diri Untuk mendapatkan

kehidupan yang layak, kita

melakukan usaha atau

pekerjaan harus sadar akan

pengkemasan performa kita,

yaitu mulai dari kebersihan

diri sampai penampilan

berbusana.

6. Mapay Keseimbangan Berpijak pada pondasi yang

galeung II diri kuat dan benar.

Memenuhi kebutuhan hidup

degan memiliki prinsip dan

keyakinan yang kuat.

7. Ngapung Persaingan Harus memiliki bekal

Ngaprak hidup pengetahuan dan skill untk

bersaing dengan orang lain

dalam memenuhi kebutuhan


hidup.

Melebarkan sayap untuk

memperluas jaringan kerja

(networking) dan pekerjaan.

Selain terdapat simbol dan makna dari susunan gerak yang di

uraikan diatas Tari Blekok memiliki simbol dan makna lainnya dengan

formasi penari yang berjumlah lima orang yaitu berasal dari lima

kabupaten/kota yang berada di Jawa Barat yakni berasal dari Kota

Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota

Cimahi dan Kota Bogor merpakan gambaran dari realita kehidupan

burung blekok yang menyebar keberbagai daerah untuk bertahan

hidup, mencari tempat makan, dan kehidupan yang layak. Adapun

arti lain dari ke lima penari tersebut adalah:

1) Manajemen Waktu: Jam kerja blekok mencari makan dari pukul lima

pagi sampai pukul lima sore.

2) Kerjasama: Konfigurasi blekok saat pulang ke Rancabayawak

dengan posisi dua, tiga atau sekaligus berlima. Hal itu merupakan

pengembangan pola lantai dan level gerak tidak auh dari dua , tiga

ataupun lima.

3) Religi: Rukun islam ada lima

4) Nasionalisme: Pancasila Dasar Negara


KESIMPULAN

Irwan Fitriawan adalah seniman yang berfokus pada pendidikan

seni tari melalui proses kreativitas. Sampai saat ini telah menciptakan

beberapa tarian anak dan tari kreasi baru lainnya. Secara khusus tarian

yang diciptakannya telah dikembangkan di lembaga yang ia pimpin di

Sanggar BITARIA (Bina Tari Anak dan Remaja) yang berlokasi di Jl.

Saguling no. 6 Rt. 01/Rw. 02 Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat,

Kabupaten Bandung Barat.

Tari Blekok merupakan salah satu reportoar tari kreasi baru yang

diciptakan oleh Irwan Fitriawan pada tahun 2014. Terinspirasi dari salah

satu hewan yaitu burung blekok. Bentuk penyajian tari blekok yaitu rampak

putri (tari kelompok) yang di tarikan oleh lima orang penari perempuan.

Karya tari ini menggambarkan keanggunan blekok dengan kaki

jenjangnya, terbang, bercengkrama dan menari di sawah dengan

membanggakan bulu yang indah berwarna putih. Tarian tersebut

merupakan salah satu usaha pelestarian burung blekok melalui sebuah

karya tari. Tari Blekok terdapat delapan macam ragam gerak yakni;

Ngapung ngalayang, Leumpang blekok, Keukeuteyepan, Luncat ulin jang-jang,

Mapay galeng aced-acedan, Ulin cai, dan Kukurusukan.

Suatu ide yang telah berhasil dituangkan dalam bentuk karya seni

tentunya tidak lepas dari Faktor internal dan faktor esternal. Faktor

internal terkait dengan pengalaman pribadi pencipta dalam dunia tari

yang dijadikan modal utama dalam menciptakan sebuah karya tari.

Faktor eksternal adalah kepekaan akan kondisi lingkungan yang


menyebabkan munculnya terobosan baru sebagai bentuk respon

seseorang seniman ter-hadap sekitarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung:

Alfabeta.

Rusliana,Iyus. 2016. Tari Wayang. Bandung: Jurusan Tari ISBI Bandung.

Sumiati, Lilis. 2018. Bahan Ajar Tari Wayang I. Bandung: Sunan Ambu

Press.

Rosala,Dedi. 1999. Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung:

Humaniora Utama Press.

Caturwati, Endang. 1994. Tata Rias Busana Tari Sunda. Bandung: ASTI.

Andewi, Keni. 2019. Mengenal Seni Tari. Semarang: Mutiara Aksara.

Caturwati, Endang. 2004. Seni Dalam Dilema Industri. Yogyakarta: Yayasan

Aksara Indonesia.

Jaeni. 2018. Indonesia Dalam Seni Tari. Bogor: IPB Press.

Fajaria,Ria Dewi. Lia Amelia. Re-Edukasi Tubuh Dalam Penciptaan Tari di

Sanggar BITARIA (Laporan Penelitian). Bandung : LPPM STSI/ISBI

Bandung, 2015.

Anda mungkin juga menyukai