Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat
dan Salam semoga terlimpah curah kepada Junjungan Kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Para sahabatnya, keluarganya juga kita semua hingga akhir jaman Amien ya
robbal’alamin.
Kehidupan bermasyarakat tidak lepas dari budaya masyarakat itu sendiri. Dengan budaya
ketimuran kita selalu menjunjung tinggi martabat manusia, dan bangsa yang baik adalah
bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah leluhurnya. Sehingga dengan demikian
mereka dapat mengevaluasi dan meningkatkan kehidupannya agar lebih baik lagi menuju
bangsa yang Baldatun Toyyibatun wa Robbun Gofuur yaitu bangsa yang baik dan
mendapat Ridho dari Allah SWT.
Di setiap daerah tentunya mempunyai tokoh masyarakat ataupun tokoh agama yang
selalu membimbing dalam kehidupan bermasyarakat agar selalu rukun, tentram dan
damai. Dari sekian tokoh-tokoh tersebut diantaranya ada yang sudah wafat dan
dimuliakan oleh masyarakat sekitar karena menghormati jasa-jasanya dalam perjuangan
dan pengabdiannya bagi masyarakat semasa hidupnya. Di Desa Ngroto Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan ada beberapa tokoh yang dimuliankan oleh masyarakat
diantaranya adalah Syekh Sirojuddin dan Syek Abdurrohman Ganjur Godo Mustoko yang
makamnya tidak berjauhan. Dalam rangka pemeliharaan makam yang dimuliakan salah
satunya makam Syekh Abdurrohman Ganjur Godo Mustoko akan dilakukan pemugaran
makam.
Beberapa waktu kemudian Nyai Ragil menyusul sang suami. Akhirnya nyai
ragil bertemu sang suami di suatu desa, Maulana Ishaq berkata kepada
istrinya: ”Istriku, ketahuilah bahwa anak kita ini kelak akan menjadi seorang
pengikut setia para wali. dan sekarang aku ingin membuktikan bahwa anak
kita ini memang berbobot, aku akan timbang anak kita ini dengan
tongkatku. kalau memang benar anak ini kelak akan menjadi orang besar
niscaya ia akan lebih berat daripada tongkatku” Kemudian Maulana Ishaq
mengambil sorbanya.diletakanya sang anak di satu ujung sorban dan di
ujung sorban yang lain ia letakan tongkat. dan benar saja sang anak
ternyata lebih berat dibanding tongkat kayu yang panjang itu. Kemudian
maulana ishaq berkata “sekarang saatnya aku harus melanjutkan
perjalanan. Pergilah kau kearah barat, bawalah tongkat ini suatu saat
tongkat ini akan bermanfaat untukmu dan anak kita” Nyai Ragil pun
menuruti apa kata suaminya. Nyai Ragil terus berjalan kearah barat sesuai
petunjuk Maulana Ishaq.
Suatu hari nyai Ragil mendengar kabar bahwa ada beberapa Ulama yang
datang dan tinggal tak jauh dari tempat tinggalnya. tempat itu kelak
bernama Jati Pecaron .mereka adalah Simbah Lebi (Habibi) dan Simbah
Syamsuddin. Nyai Ragil ingin anaknya mondok dan mengaji disana. dan
sejak saat itu Abdul Rahman menjadi santri simbah Lebi dan Simbah
Syamsuddin.
Setelah beberapa lama Abdul Rahman belajar ngaji di Jati Pecaron, tersiar
kabar bahwa para wali songo akan mendirikan Masjid di Bintoro Demak.
Nyai Ragil pun berangkat ke Jati Pecaron, ia meminta izin kepada Simbah
Lebi dan Simbah Syamsuddin untuk mengkhidmahkan putranya kepada
wali songo yang sedang membangun Masjid di Bintoro Demak. Ringkas
cerita Abdul Rahman diterima oleh para wali. dan karena masih kecil, Abdul
Rahman di beri tugas memasak makanan untuk para tukang dan pekerja
selain itu ia juga diberi tugas memukul beduk (ganjur) saat waktu sholat
telah tiba. ia kemudian dikenal dengan nama Abdul Rahman Ganjur atau
Simbah Ganjur. Pembangunan Masjid Demak terus berlanjut pondasi, tiang
dan rangka atap pun sudah terpasang. tiba saatnya para tukang kayu
memasang kubah (Jawa:mustoko.-red) diatas Masjid. Namun suatu
keanehan terjadi, tukang-tukang kayu tidak ada yang mampu memasang
paku kubah dengan baik. tiap kali di paku, hasilnya selalu miring. tidak ada
yang bisa memasang kubah itu dengan lurus. Akhirnya salah seorang dari
walisongo memanggil Abdul Rahman dan menyuruhnya naik ke atap untuk
memasang paku kubah itu. dan Abdul Rahman mampu memasangkan
kubah dengan lurus. padahal semua tukang kayu yang ada telah mencoba
dan selalu gagal. dan sejak saat itulah Abdul Rahman dikenal dengan
julukan Godo Mustoko atau pemukul paku kubah. jadilah nama lengkap
beliau adalah Abdul Rahman Ganjur Godo Mustoko. Setelah Masjid Demak
selesai dibangun, Abdul Rahman tetap aktif menjalankan tugasnya.
menabuh beduk saat waktu sholat telah tiba.
suatu saat para wali memberi kabar bahwa kerajaan Majapahit yang sudah
ditaklukan oleh pasukan dari kesultanan Demak Bintoro itu, kini sedang
terancam. hal ini dikarenakan adanya pasukan dari kerajaan Hindu di
Jepara yang ingin merebut Majapahit dari tangan kesultanan Demak. Abdul
Rahman Ganjur terpilih menjadi panglima perang.ia memimpin pasukan
dari Demak untuk membentengi Majapahit. Dalam perjalanan menuju
Majapahit ini, Abdul Rahman Ganjur mambawa sebuah beduk atau ganjur
sebagai alat komando dan alat komunikasi dengan pasukanya. maka
semakin melekatlah nama Ganjur pada dirinya. Demikian sekilah sejarah
Syekh Abdul Rohman Ganjur Godo Mustoko.
GODO MUSTOKO
Rincian Pendanaan :
HARGA
JUMLAH
NO URAIAN VOLUME SATUAN SATUAN
(Rp) ( Rp )
1 2 3 4 5 6
1. BAHAN
2.1 Ember bh
30.0 15,000 450,000.00
2.2 Cangkul bh
1.0 150,000 150,000.00
2.3 Garpu bh
1.0 150,000 150,000.00
2.4 Angkong bh
2.0 550,000 1,100,000.00
2.5 Benang String roll
2.0 10,000 20,000.00
2.6 Selang Plastik m
30.0 5,000 150,000.00
2.7 Molen Hari -
2.0 -
Sub Total 2)
2,020,000.00
3. UPAH
Sub Total 4)
20,000,000.00
TOTAL
BIAYA 499,337,000.00
Dibuat Oleh :
Tim Pelaksana
V. PENUTUP
Ucapan terimakasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada pihak pihak yang
sepenuhnya mendukung dalam rangka Pemugaran Makam Syekh Abdul Rohman
Ganjur Godo Mustoko, mudah-mudahan semua ini bermanfaat bagi kita semua
dan juga kepada para donator yang telah memberikan sumbangsihnya kami
haturkan terima kasih, semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT.
Demikian Proposal ini kami sampaikan, atas kurang dan lebihnya kami segenap
Panitia Pembangunan Makam Syekh Abdul Rohman Ganjur Godo Mustoko, mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.