Anda di halaman 1dari 7

SURAT - KEPUTUSAN

Nomor :…./ .../.../.../...


Tentang
RS. AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA.

DIREKTUR RS. AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA

Menimbang : 1. Bahwa RS. Akademis Jaury Jusuf Putera perlu untuk selalu
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan melalui peningkatan
mutu secara berkesinambungan.
2. Bahwa Pasien mempunyai hak untuk memilih prosedur yang
nyaman dalam hal bantuan hidup.
3. Bahwa untuk maksud tersebut diatas, maka perlu ditetapkan dalam
Surat Keputusan .
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
Tentang Rumah Sakit.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2014 tentang
Praktik Kedokteran.
• Surat Keputusan Yayasan Jaury Jusuf Putera Nomor :
01/YJJP/SK/XII/2014 tanggal ....... tentang Pengangkatan Direktur
dan Wakil - Wakil Direktur RS. Akademis Jaury Jusuf Putera.

M EM U T U S K A N
Menetapkan Pertama: Terhitung mulai tanggal …………………, memberlakukan
Panduan Pelayanan Pasien dengan ventilator di Rumah Sakit
Akademis Jaury Jusuf Putera sebagaimana terlampir

Catatan : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat


Keputusan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : M a k a s s a r.
Pada tanggal : ……………….. 2016.
---------------------------------------------------
RS. Akademis Jaury Jusuf Putera.
Direktur,

Prof.dr. John MF. Adam, Sp.PD-KEMD

Tembusan :
• Direksi RSA. Jaury.
• Panitia Akreditasi
• Kabid dan Ka. Instalasi Terkait
Pertinggal.-
Lampiran 1
SURAT KEPUTUSAN
Nomor : /S1. RSAJ/SK/ /2016.
Tanggal : 2016
Tentang : Kebijakan Pelayanan Pasien Risiko tinggi.
Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI


RS. AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA

Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai variasi pasien dengan berbagai variasi
kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang digolongkan risiko-tinggi
karena umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Anak dan lanjut usia
umumnya dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering tidak dapat
menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut
memberi keputusan tentang asuhannya. Demikian pula, pasien yang ketakutan,
bingung atau koma tidak mampu memahami proses asuhan bila asuhan harus
diberikan secara cepat dan efisien.

Rumah sakit juga menyediakan berbagai variasi pelayanan, sebagian termasuk yang
berisiko tinggi karena memerlukan peralatan yang kompleks, yang diperlukan untuk
pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien dialisis), sifat pengobatan
(penggunaan darah atau produk darah), potensi yang membahayakan pasien atau efek
toksik dari obat berisiko tinggi (misalnya kemoterapi).

Kebijakan dan prosedur merupakan alat yang sangat penting bagi staf untuk
memahami pasien tersebut dan pelayanannya dan memberi respon yang cermat,
kompeten dan dengan cara yang seragam. Pimpinan bertanggung jawab untuk :
• Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi di rumah
sakit;
• Menggunakan proses kerjasama (kolaborasi) untuk mengembangkan
kebijakan dan prosedur yang sesuai;
• Melaksanakan pelatihan staf dalam mengimplementasikan kebijakan dan
prosedur.
Pasien dan pelayanan yang diidentifikasikan sebagai kelompok pasien risiko tinggi dan
pelayanan risiko tinggi, apabila ada di dalam rumah sakit maka dimasukkan dalam
daftar prosedur.

Rumah sakit dapat pula melakukan identifikasi risiko sampingan sebagai akibat dari
suatu prosedur atau rencana asuhan (contoh, perlunya pencegahan trombosis vena
dalam, ulkus dekubitus dan jatuh). Bila ada risiko tersebut, maka dapat dicegah dengan
cara melakukan pelatihan staf dan mengembangkan kebijakan dan prosedur yang
sesuai.
Yang termasuk pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi :
• pasien gawat darurat
• pelayanan resusitasi di seluruh unit rumah sakit
• pemberian darah dan produk darah.
• pasien yang menggunakan peralatan bantu hidup dasar atau yang koma.
• pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya menurun .
• pasien dialisis (cuci darah)
• penggunaan alat pengekang (restraint) dan pasien yang diberi pengekang /
penghalang.
• pasien lanjut usia, mereka yang cacat, anak-anak dan populasi yang berisiko
diperlakukan kasar/ kejam.
• pasien yang mendapat kemoterapi atau terapi lain yang berisiko tinggi.

Pasien Berisiko Tinggi


Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran:
• Pasien Rawat Jalan
• Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai
tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan.
• Perawat poli spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien untuk
dilakukan pemeriksaan sampai selesai.

• Pasien Rawat Inap


• Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin dengan kamar
perawat.
• Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur.
• Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat
digunakan
• Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang
ditunjukdan dipercaya.

• Tata Laksana perlindungan terhadap penderita cacat:


• Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita
cacat baikrawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta
menolong sesuai dengankecacatan yang disandang sampai proses selesai
dilakukan.
• Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau
pihaklain yang ditunjuk sesuai dengan kecacatan yang disandang.
• Memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien
dapatmenggunakan bel tersebut.
• Perawat memasangdan memastikan pengaman tempat tidup pasien.

• Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak


• Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan,
ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang
menjaga.
• Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila
akandilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
• Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
• Pemasangan CCTV di ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi
bukan kepada keluarga yang lain.

• Tata Laksana perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti (risiko


penyiksaan, napi,korban dan tersangka tindak pidana, korban kekerasan dalam
rumah tangga):
• Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor
perawat.
• Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas di
kantor perawat, berikut dengan penjaga maupun pengunjung pasien lain
yang satu kamar perawatan dengan pasien beresiko.
• Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi
perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
• Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

• Daftar Kelompok Pasien berisiko adalah sebagai berikut:


• Pasien dengan cacat fisik dan mental.
• Pasien usia lanjut
• Pasien bayi dan anak-anak.
• Pasien korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
• Pasien narapidana, korban dan tersangka tindak pidana
• Pasien dengan penyakit kronis seperti pasien dialisis, pasien khemotherapy,
pasienstroke

Rumah Sakit akademis Jaury Jusuf Putera


Direktur

Prof. dr. John M.F Adam Sp.PD, KEMD

Anda mungkin juga menyukai