Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah Metodelogi Penelitian : Rencana Proposaal Penelitian

UJI AKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK DAUN


SAMBUNG(CHROMOLAENA ODORATA(L.) DENGAN
EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN SIRIH MERAH (Piper
crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP PENURUNAN KADAR
KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus
norvegicus) JANTAN STRAIN WISTAR

THESIS

Disusun oleh:

Nama : dr. Putri Handayani


NPM : 2207201020001

Dosen7 9 Pembimbing:
Dr. dr. Fauzul Husna, M.Biomed

PRODI MAGISTER SAINS BIOMEDIS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSYIAH
BANDA ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol total merupakan kadar keseluruhan kolesterol yang beredar di


dalam tubuh manusia. Kolesterol terdiri dari molekul lipoprotein yang
terdistribusi dalam plasma baik dalam bentuk bebas maupun ester. Sebahagian
besar kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis di dalam tubuh dan sisanya
diperoleh dari makanan. Sebelum mengalami proses pematangan, kolesterol harus
melewati tahap sintesis di hati dan usus halus. 1,2,3
Senyawa lipid yang lain, dikenal sebagai low-density lipoprotein (LDL) dan
high-density lipoprotein (HDL). Low-density lipoprotein (LDL) berperan
membawa kolesterol ke berbagai jaringan di dalam tubuh sehingga memberi
peluang terjadinya penumpukan kolesterol di berbagai jaringan tubuh, termasuk di
dalam pembuluh darah, sedangkan HDL memiliki fungsi terbalik dari kolesterol
LDL yaitu mengambil kolesterol dari jaringan dan mengembalikannya ke hati.2
Kadar LDL yang berlebihan di dalam tubuh dapat membentuk bekuan yang
akan menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan kerja hati untuk terus
memproduksi kolesterol sehingga terjadi hiperkolesterolemia. Salah satu cara
untuk mencegah hiperkolesterolemia adalah dengan menurunkan kadar kolesterol
LDL untuk mencegah munculnya berbagai gangguan metabolik.4,5
Obat tradisional telah diterima dan diterapkan secara luas hampir seluruh
negara di dunia termasuk Indonesia yang memanfaatkan tumbuhan sebagai
bahan pengobatan tradisional. Persentase penduduk Indonesia yang telah
menggunakan obat tradisional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada
tahun 2014 total produksi tumbuhan obat tradisional di Indonesia mengalami
peningkatan hingga 9,97% dibandingkan tahun 2013. 6
Masyarakat Indonesia, Provinsi Aceh khususnya sering menggunakan
tanaman tradisional dalam kesehariannya untuk mengobati luka. Tanaman
sambung ini dikenal sedikitnya tiga nama, ada yang menyebutkan tanaman ini
dengan nama bak sighoh ghoh, bak si rapoh atot, bahkan di beberapa tempat ada
yang menyebutnya dengan sebutan bak kameng bok.
Salah satu upaya untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah yaitu
melalui pengobatan alternatif dengan menggunakan obat dari bahan alami yang
diperkirakan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darahEkstrak etanol daun
sambung positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, resin, saponin, dan
fenolik, berdasarkan hasil fitokimia. 7
Senyawa flavonoid tersebut adalah
golongan senyawa flavon yang diberi nama 4ʹ,5,6,7- tetrametoksiflavon
(scutellarein tetrametil eter) dan 3ʹ,4ʹ,5,6,7-pentametoksiflavon (sinensetin). 8 Pada
ekstrak etanol dan air daun sambung terdapat senyawa alkaloid, tanin, flavonoid,
saponin, terpenoid, fenolik, glikosida jantung, dan sterol.
Daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) mengandung senyawa aktif
berupa flavonoid, glikosida, alkaloid, triterpenoid, minyak atsiri, tanin, dan
saponin. Senyawa ini diduga berperan dalam menurunkan kadar kolesterol, asam
urat, antihiperglikemik, antimikroba, dan antiinflamasi, dan analgetic.9
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan uji uji
aktivitas kombinasi ekstrak daun sambung(chromolaena odorata(l.) dengan
ekstrak etil asetat daun sirih merah (piper crocatum ruiz & pav.) terhadap
penurunan kadar kolesterol total pada tikus putih (rattus norvegicus) jantan strain
wistar

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian ekstrak daun sambung (chromolaena odorata(l.) dapat


menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan strain Wistar yang hiperkolesterolemia?

2. Apakah pemberian ekstrak etil asetat daun sirih merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav.) dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan strain Wistar yang hiperkolesterolemia?

3. Apakah pemberian kombinasi ekstrak daun sambung (chromolaena


odorata (l.) dan ekstrak etil asetat daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav.) dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan strain Wistar yang hiperkolesterolemia?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui aktivitas pemberian ekstrak daun sambung
(chromolaena odorata(l.) terhadap penurunan kadar kolesterol total darah
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar yang mengalami
hiperkolesterolemia.

2. Untuk mengetahui aktivitas kombinasi ekstrak daun sambung


(chromolaena odorata (l.) dan ekstrak etil asetat daun sirih merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.) terhadap penurunan kadar kolesterol total darah
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar yang mengalami
hiperkolesterolemia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti ilmiah bagi masyarakat
tentang penggunaan daun sambung dan daun sirih merah sebagai pengobatan
alternatif untuk hiperkolesterolemia.
2. Manfaat akademis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lainnya
terhadap pengembangan ekstrak daun sambung dan daun sirih merah sebagai anti
hiperkolesterolemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Daun Sambung Chromolaena odorata (L)

Daun Sambung dengan nama latin Chromolaena odorata (L) merupakan


kelompok tanaman family Asteraceae. Tanaman ini merupakan gulma yang
mudah tumbuh, tersebar luas dan cepat di daerah tropis sehingga padang rumput

tidak bisa ditumbuhi rumput. 10


Di berbagai wilayah di Indonesia , Daun
sambung C. Odorata L. dikenal sebagai Kirinyuh, Pakoasi, Rumput Belalang,
Rumput Putih, Rumput Golkar.

Daun Sambung memiliki bentuk daun jorong, ujung atas dan bawah
berbentuk runcing, tepi daun bergerigi, permukaan atas dan bawah daun
berwarna hijau dengan ukuran panjang daun 6,4-11,8 cm, lebar 3,3-5,9 cm,
tulang daun menyirip, tekstur daun berbulu halus dan kedudukan daun tunggal
berhadapan.11 Daunnya juga tumbuh berpasangan di sepanjang batang dan

cabang serta memiliki batang yang raph dengan tinggi 2-3m. 12

2.2 Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)

Tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Termasuk famili
Piperaceae, dengan ciri tanaman daun bagian bawah berwarna merah pekat dan
mengkilap. Secara empiris, daun ini sudah digunakan sejak dulu oleh masayarakat
untuk mengobati berbagai penyakit. Daun ini dapat dimanfaatkan dalam bentuk
daun segar atau sudah dijadikan ekstrak. Uji fitokimia menunjukkan bahwa daun
sirih merah mengandung alkaloid, saponin, tannin, dan flavonoid. Kegunaan sirih
merah secara tradisional adalah sebagai antidiabetes mellitus, mengobati hepatitis,
batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang
liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi, dan
memperhalus kulit.
2.2.1 Taksonomi
Taksonomi tanaman sirih merah adalah sebagai berikut

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper crocatum Ruiz & Pav.13
2.2.2 Morfologi Tanaman
Daun sirih merah berbentuk jantung dengan bagian ujung yang
meruncing dan tidak merata. Tepinya rata, permukaan mengkilap, tidak
berbulu. Bagian atas daun ini berwarna hijau dengan corak putih keabu-
abuan dan bagian bawahnya berwarna merah hati cerah. Jika daun ini
dirobek, maka akan keluar lendir yang rasanya pahit dengan aroma yang
wangi.

Tanaman sirih merah tumbuh pada tempat yang teduh, berhawa


sejuk dan tumbuh subur didaerah pegununganTanaman ini tumbuh
merambat mirip tanaman lada. Tinggi tanaman biasanya mencapai 10 m,
tergantung pertumbuhan dan tempat merambatnya. Batang sirih berkayu
lunak, beruas-ruas dengan jarak buku 5-10 cm, bersulur, dan berwarna
hijau keabu-abuan dengan permukaan kulit yang berkerut. Panjang
daunnya sekitar 15-20 cm. 14
Gambar 2.1 Daun Sirih Merah (Dokumentasi pribadi)

2.2.3 Kandungan Kimia


Kajian tentang kandungan kimia daun sirih merah belum banyak
dilaporkan. Beberapa literatur menyatakan bahwa daun sirih merah
mengandung senyawa flavonoid, glikosida, alkaloid, triterpenoid, minyak
atsiri, tanin, dan saponin. Analisis komponen senyawa ekstrak etanol daun
sirih merah diketahui mengandung senyawa asam lemak, terpenoid,
flavonoid, minyak atsiri, pirimidin, polifenol, steroid, alkaloid, dan
vitamin E. Kandungan kimia minyak astsiri adalah hidroksikavikol,
kavikol, kavibetol, karvakrol, kariofilen, kadimen estragol, eugenol
methylester, kariofilin, terpena, dan fenil propane.
Tabel 2.1 Komposisi minyak atsiri yang terdapat dalam daun sirih merah.16
Komponen Kimia Jumlah
Eugenol 26,8-42,5%
Eugenol metileter 8,2-15,8%
Estragol 7-14,6%
Kadinen 6,7-9,1%
Kariofilen 6,2-11,9%
Kavikol 5,1-8,2%
Sineol 3,6-6,2%
Alilkatekol 2,7-4,6%
Karvakrol 2,2-4,8%
Kavibetol 0,0-1,2%

2.2.4 Khasiat Tanaman


Daun sirih merah memiliki berbagai khasiat dalam pengobatan
tradisional. Penggunaannya dapat dalam bentuk daun segar, simplisia
maupun ekstrak yang berkhasiat menyembuhkan penyakit diabetes
mellitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke,
asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata,
keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit.
Tumbuhan ini juga dipercaya sebagai antiseptik, analgesik, antidiabetik,
anti ketombe, dan anti diare.16

2.3 Kolestrol
Kolesterol merupakan molekul organik kompleks multisiklik yang
membentuk struktur membran fosfolipid, membuat vitamin D, menyusun
hormon- hormon steroid, dan menghasilkan asam empedu yang berguna
dalam proses emulsi lemak.

Gambar 2.2 Struktur Kolesterol 17

Kolesterol umumnya terdapat dalam beberapa jenis makanan dan


dapat diabsorbsi dengan lambat dari saluran pencernaan ke dalam
saluran limfe usus. Hanya sedikit kolesterol yang larut dalam air
karena pada dasarnya kolesterol sangat larut dalam lemak. Kolesterol
secara spesifik mampu membentuk ester dengan asam lemak dan
hampir 70 persen kolesterol dalam lipoprotein plasma dalam bentuk
ester kolesterol.
2.3.1 Sumber Kolesterol
Kolesterol dalam tubuh berasal dari dua sumber utama, yaitu

diperoleh dari makanan atau disebut kolesterol eksogen dan dari tubuh
sendiri atau disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua jaringan
dengan sel berinti seperti hati, usus, dan beberapa jaringan lainnya
dengan sel berinti dapat mensintesis kolesterol.

2.3.2 Biosintesis Dan Metabolisme Kolesterol

Semua kolesterol endogen yang terdapat dalam lipoprotein


plasma pada dasarnya dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lainnya
juga dapat mensintesis kolesterol walaupun dalam jumlah yang lebih kecil.
Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol, yang dibentuk dari molekul
asetil-KoA. Selanjutnya inti sterol akan dimodifikasi dengan asam-asam
amino pada berbagai rantai samping untuk membentuk kolesterol,
hormon steroid, dan asam kolat.
Biosintesis kolesterol dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : (1)
pembentukan HMG-KoA dari asetil KoA, (2) HMG-KoA diubah menjadi
mevalonate, (3) pembentukan isopentil pirofosfat, (4) pembentukan
skualen, dan (5) mengubah skualen menjadi kolesterol. Dari total
kolesterol yang terdapat dalam tubuh, dua pertiga diproduksi oleh hati
dan sisanya diperoleh dari usus halus sebagai hasil penyerapan makanan
yang dikonsumsi.
Proses metabolisme kolesterol terjadi melalui jalur sintesis asam
empedu. Sebelum mengalami proses pematangan, kolesterol harus terlebih
dahulu melewati tahap sintesis di hati dan usus halus.
Pada jalur metabolisme eksogen, kolesterol dan trigliserid berasal
dari makanan berlemak yang dikonsumsi sehari-hari. Selain itu, hati juga
ikut berperan dalam mensekresikan kolesterol bersama empedu ke dalam
usus halus. Kolesterol yang berada di dalam usus halus baik yang berasal
dari makanan atau dari sekresi di hati disebut sebagai lemak eksogen.
Molekul tersebut akan diserap oleh usus halus, trigliserida diserap
sebagai asam lemak sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol.
Selanjutnya asam lemak tersebut akan diubah kembali menjadi
trigliserid dan kolesterol mengalami esterifikasi menjadi kolesterol
ester, lalu keduanya akan membentuk lipoprotein yang disebut kilomikron
bersama fosfolipid dan apolipoprotein. Kemudian kilomikron akan
masuk ke dalam aliran darah setelah memasuki saluran limfe dan
melalui duktus torasikus. Pada kapiler, ikatan trigliserid-ester dipecah
oleh enzim Lipoprotein-lipase (LP-lipase) sehingga membebaskan asam
lemak, sementara sisanya adalah partikel kaya kolesterol. Bila partikel-
partikel ini sampai ke hepar maka akan diikat oleh reseptor khusus dan
diambil masuk ke hepar dan dijadikan bahan untuk pembentukan trigliserid
hati.
Gambar 2.3 Biosintesis Kolesterol dalam Tubuh Manusia 18

Pada jalur metabolisme endogen, trigliserid dan kolesterol berasal


dari tubuh sendiri yang disintesis di hati. Selanjutnya akan disekresi ke
dalam sirkulasi sebagai inti dari VLDL. Lalu VLDL akan menjadi IDL
setelah trigliserida diurai oleh enzim LP-lipase dalam kapiler jaringan.
Kemudian IDL akan diuraikan sehingga menjadi LDL. Sebagian LDL
akan dibawa ke hati dan jaringan sterodoigenik seperti kelenjar adrenal,
dan sisanya akan mengalami interaksi antar molekul oksidasi dan
ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag lalu menjadi
sel busa (foam cell). Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung
dari kadar kolesterol LDL.
Partikel HDL mempunyai peranan yang berbanding terbalik
dengan LDL yang cenderung menyebabkan atherosklerosis. HDL
berperan mengolah kolesterol dari jaringan termasuk plak
(atherosklerosis) sehingga membantu memelihara
kesehatan pembuluh darah. Setelah diolah, lalu dibawa kembali ke
hati untuk dikonversikan menjadi asam empedu dan diekresikan.
2.3.3 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan tingginya kadar
kolesterol darah. Keadaan ini dapat terjadi karena gaya hidup (life style)
yang tidak sehat, meliputi pola makan yang tidak seimbang dan
kurangnya aktivitas olahraga. Pola makan yang tidak seimbang yaitu
konsumsi makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat, dan konsumsi
makanan rendah serat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga ikut
berperan dalam terjadinya hiperkolesterolemia.
Akumulasi lipid pada dinding arteri berperan dalam progesivitas
atherosklerosis. Saat terjadi inflamasi, monosit akan menginisiasi respon
awal, lalu berdiferensiasi menjadi makrofag dan memakan LDL yang
teroksidasi sehingga terbentuk sel busa. Tingginya kadar LDL
menyebabkan makrofag tidak mampu memproses LDL yang teroksidasi
yang berakibat rupturnya sel busa. Sel busa yang rusak akan mencetuskan
terjadinya proses inflamasi, maka jumlah makrofag juga semakin banyak
dibutuhkan. Oleh sebab itu, kolesterol dan beberapa senyawa
lipophilic akan semakin tertimbun yang akhirnya membentuk plak pada
dinding arteri.

2.4 Peran Daun Sambung Dalam Menurunkan Kadar Kolestrol


Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk
hiperkolesterolemia adalah tanamankirinyuh yang memiliki kandungan kimia
diantaranyaalkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid. 8
Hasil penelitian Uhegbu et al. (2016) mengenai uji aktivitas penurunan
lipid, hipoglikemik dan antioksidan dari ektrak etanol daun Chromolaena
odorataL. dan Ageratum conyzoides L. pada tikus putih, menunjukkan terjadi
penurunan kadar kolesterol total, LDL, VLDL, TG dan peningkatan kadar HDL
darah tikus putih setelah pemberian masing-masing ekstrak tanaman
Chromolaena odorataL. dan Ageratum conyzoides L. serta kombinasi keduanya,
dengan menggunakan satu jenis dosis ekstrak yaitu 20 mg/kg BB.
Penelitian yang dilakukan oleh koban, dkk didapatkan dosis 60 mg/kg BB
oada tikus menunjukkan penurunan kolesterol total yang paling baik. Sedangkan
kelompok dosis I (20 mg/kg BB tikus) dan dosis II (40 mg/kg BB tikus)
menunjukkan penurunan yang cukup baik dan hampir mendekati kontrol positif.19

2.5 Peran Sirih Merah Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol


\

Berdasarkan pengertian kimia, antioksidan merupakan senyawa-senyawa


penyumbang elektron, sedangkan dalam arti biologis antioksidan merupakan
senyawa yang dapat meredam radikal bebas dan Reactive Oxygen Species
(ROS).

Daun sirih merah mengandung senyawa fenolik yang dapat


menghambat peroksidasi lipid. Aktivasi antioksidan yang besar diperoleh pada
senyawa yang mengandung difenol orto seperti asam dihidroksibenzoat, adanya
gugus OH fenolik yang berdekatan akan meningkatkan laju reaksi penghasil
produk yang bersifat tidak radikal daripada laju reaksi pembentuk radikal
bebas dan bersifat mengikat ion-ion logam transisi. Selain gugus fenol, daun
sirih merah juga mengandung senyawa lain yang diduga memiliki mekanisme
kerja melalui jalur yang berbeda yang ikut berperan dalam menurunkan
kadar kolesterol total darah. Senyawa- senyawa tersebut antara lain flavonoid,
alkaloid, tanin, dan saponin. 20,21
2.6 Kerangka Teori

Lipid

Fosfolipid Kolesterol Trigliserida

Peningkatan kolesterol
plasma

Hiperkolesterolemia

Penggunaan bahan alami daun sambung dan


sirih merah

Fenol Flavonoid Alkaloid Saponin Tanin

Menurunkan kadar
kolesterol darah

Kadar kolesterol total darah


relatif rendah

Keterangan :

: Tidak diteliti : Diteliti


Gambar 2.6 Kerangka Teori

2.7 Hipotesis

1. Pemberian ekstrak ekstrak daun sambung (chromolaena odorata(l.) dapat


menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan strain Wistar yang mengalami hiperkolesterolemia.

2. Pemberian ekstrak etil asetat daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav.) dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan strain Wistar yang mengalami hiperkolesterolemia.

3. Pemberian kombinasi ekstrak daun sambung (chromolaena odorata (l.) dan


ekstrak etil asetat daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) dapat
menurunkan kadar kolesterol total darah tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan strain Wistar yang mengalami hiperkolesterolemia
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorik menggunakan
rancangan pretest posttest dengan kelompok kontrol (pretest posttest control
group design). Pengelompokan dilakukan berdasarkan rancangan acak sederhana
(simple random sampling). Penelitian ini menggunakan hewan uji tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan galur Wistar. Tikus dibagi secara acak sederhana
menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Semua kelompok diberi
perlakuan makanan yang sama untuk menginduksi peningkatan kadar kolesterol
selama 7 hari.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Jumlah Pembagian kelompok dan Pretest Perlakuan Posttest


sampel pemberian inducer
P1 Q1 R1 S1
P2 Q2 R2 S2
O P3 Q3 R3 S3
P4 Q4 R4 S4
P5 Q5 R5 S5

Keterangan :
O : Jumlah sampel tikus putih /Rattus norvegicus
P1 : Kelompok kontrol negatif
P2 : Kelompok kontrol positif (Simvastatin 0,18 mg)
P3 : Kelompok ekstrak ekstrak daun sambung (60 mg/kg BB)
P4 : Kelompok ekstrak etil asetat daun sirih merah (E2ADSM 1 g/kgBB)
P5 : Kelompok kombinasi ekstrak daun kyrinyuh dan ekstrak etil asetat daun
sirih merah
Q1 : Pengukuran kadar kolesterol darah P1 Pretest
Q2 : Pengukuran kadar kolesterol darah P2 Pretest
Q3 : Pengukuran kadar kolesterol darah P3 Pretest
Q4 : Pengukuran kadar kolesterol darah P4 Pretest
Q5 : Pengukuran kadar kolesterol darah P5 Pretest
R1 : Perlakuan pada P1
R2 : Perlakuan pada P2
R3 : Perlakuan pada P3
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Uji herbarium dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Syiah
Kuala (Unsyiah) sebelum diekstraksi. Pemeliharaan hewan coba dan
penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah. Penelitian
akan dilaksanakan antara bulan September-November 2023
3.3 Subyek Penelitian
3.3.1 Subyek Penelitian
Penelitian ini akan diuji pada tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan strain Wistar. Jumlah subyek penelitian ditentukan dengan
menggunakan rumus dari Federer yaitu :

Keterangan :
k : Jumlah kelompok
n : Jumlah Subyek penelitian

Usaha dalam mengantisipasi adanya hewan coba yang drop out atau
cacat selama aklimatisasi dapat dilakukan koreksi dengan rumus sebagai
berikut :
n’ = n + 20%
n’ = 5+ 1
n’ = 6
Keterangan :
n’ : Besar sampel/ulangan setelah dikoreksi
Dari kalkulasi di atas, didapatkan jumlah subyek penelitian
perkelompok adalah 6 ekor hewan coba. Total tikus putih jantan yang
digunakan sebanyak 30 ekor yang dibagi 5 kelompok.
3.3.2 Kriteria Subyek penelitian
Subyek penelitian didapat dari populasi yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar
2. Umur 3-4 bulan dengan berat badan 150-250 gram
3. Tikus bergerak secara aktif (kondisi sehat dan tidak cacat)
b. Kriteria Eksklusi
1. Tikus dengan berat badan <150 gram
2. Tikus abnormal/cacat.
3.4 Variabel Penelitian
1) Variabel Bebas : Ekstrak daun sambung (chromolaena
odorata (l.) dan ekstrak etil asetat daun
merah (Pipe crocatum Ruiz & Pav.)

2) Variabel Terikat : Kadar kolesterol total darah tikus putih

(Rattus Norvegicus) jantan strain Wistar

3) Variabel Kendali : Dosis ekstrak daun sambung dan daun etil

Asetat Daun sirih Merah, berat badan hewan


coba, makanan, umur, jenis kelamin,
suasana kandang, dan strain.
3.5 Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan pada penelitian ini, yaitu kandang untuk
pemeliharaan, tempat makan dan minum hewan coba, timbangan hewan coba,
alas kandang, rak tabung reaksi, alat-alat gelas, spuit 1-3 mL, pipet tetes,
rotator evaporator, sonde oral, batang pengaduk dan alat pemeriksa kolesterol.
Bahan yang digunakan yaitu,tikus putih jantan strain Wistar, daun
sambung, daun sirih merah, etil asetat, darah tikus, pelet, air minum, dan
inducer hiperkolesterolemia yang terdiri dari : hati ayam dan kuning telur ayam.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Persiapan Daun Sambung dan Daun Sirih Merah
Daun sambung dan daun sirih merah didapatkan dari Kota Bakti
Kabupaten Pidie. Daun sirih merah yang akan digunakan adalah yang segar
dan utuh sebanyak 5 kilogram. Daun tersebut dipetik pada pagi hari. Setelah
dipetik, daun disortir terlebih dahulu untuk memisahkan daun yang layak
pakai dengan yang tidak layak pakai. Daun yang layak yaitu daun yang tebal,
segar, dan warna merah serta permukaan bagian bawahnya terang. Selanjutnya
daun sirih merah dibersihkan dengan cara mencuci sebanyak 3x dan
dikeringkan pada suhu kamar selama 7 hari. Setelah itu diblender sampai
berbentuk serbuk dan ditimbang.

3.6.2 Uji Herbarium Daun Sambung dan Daun Sirih Merah


Uji herbarium dilakukan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran
bahan uji daun Sambung dan Daun sirih merah. Uji ini dilakukan sebelum
daun sambung dan daun sirih merah diekstraksi. Hasil yang diperoleh dari
determinasi yang dilakukan di Laboratorium Herbarium Departemen
Biologi FMIPA Unsyiah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Subdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper L.
Spesies : Piper betle L. var.rubrum

Sinonim : Piper crocatum Ruiz & Pav.

Berdasarkan hasil determinasi tersebut maka tumbuhan yang


digunakan pada penelitian ini adalah benar daun sirih merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.).
3.6.3 Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun Sirih Merah
Serbuk daun sirih merah kering sebanyak 1 kg direndam di dalam 2
liter etil asetat selama 3x24 jam dengan mengganti pelarut setiap 24
jam, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat yang
didapatkan kemudian dikumpulkan, diuapkan dengan menggunakan
vakum evaporasi berputar pada suhu 40ºC sehingga diperoleh ekstrak
kental dan ditimbang. Penyimpanan ekstrak daun sirih merah di dalam
botol bermulut lebar, berwarna gelap dan tertutup rapat. Sebelum
dilakukan pengujian, ekstrak daun sirih merah disimpan di kulkas.
3.6.4 Preparasi Dosis Ekstrak daun sambung dan Etil Asetat Daun Sirih Merah

Dosis ekstrak daun sambung yang dibutuhkan untuk hewan coba


disesuaikan dengan berat badan masing-masing.

Perlakuan kelompok = Dosis perlakuan x Berat badan hewan uji

1000 gr

Pemberian ekstrak per oral dengan dosis 1 gram/kgBB, Bila setiap


tikus putih mempunyai berat 200 gram, maka :

Dosis 1 ekor tikus = 60 mg x 200 gram BB = 18 mg

1000 gr

Dosis ekstrak etil asetat daun sirih merah yang dibutuhkan untuk
hewan coba disesuaikan dengan berat badan masing-masing.

Perlakuan kelompok = Dosis perlakuan x Berat badan hewan uji

1000 gr

Pemberian ekstrak per oral dengan dosis 1 gram/kgBB, Bila setiap


tikus putih mempunyai berat 200 gram, maka :

Dosis 1 ekor tikus = 1000 mg x 200 gram BB = 200 mg

1000 gr

3.6.5 Penentuan Pakan Tinggi Kolesterol


Menurut Bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia,
kuning telur dan hati merupakan makanan berkolesterol tinggi.
Kandungan kolesterol kuning telur 500 mg (per 100 gram) dan hati 300
mg (per 100 gram). Oleh karena itu, peneliti memilih untuk memberikan
kuning telur dan jus hati ayam sebagai inducer kolesterol. Kapasitas
maksimal volume cairan yang dapat diminum tikus yaitu 5 mL/ 200
grBB, maka dosis jus hati ayam yang diinduksikan adalah 3 mL/ 200 grBB
dan dosis kuning telur ayam adalah 1% dari berat badan tikus

3.6.6 Penentuan Dosis Simvastatin

Obat yang menjadi pilihan untuk pembanding dalam hal


penurunan kadar kolesterol total pada penelitian ini adalah golongan
statin. Pada pasien dengan hiperkolesterolemia, dosis terapi statin yang
digunakan antara 10-40 mg per hari. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dosis simvastatin 10 mg. Obat tersebut diberikan sebanyak
0,18 mg/hari/200 grBB dihitung berdasarkan konversi dosis dari
manusia ke tikus. Sebelumnya, simvastatin 0,18 mg terlebih dahulu
dilarutkan ke dalam 1 ml aquades sehingga diperoleh larutan simvastatin.
3.6.7 Pemeliharaan Hewan Coba
Hewan coba ditempatkan dalam kandang yang bersih dengan
alas tidur serbuk kayu. Kandang dibersihkan dan alas diganti minimal 2
hari sekali. Kemudian hewan coba diaklimatisasi dahulu selama 7 hari.
Makanan dan air untuk hewan coba diganti setiap hari. Setelah 7 hari,
dilakukan penimbangan berat badan tiap hewan coba. Hewan coba yang
diikutkan dalam penelitian adalah hewan yang bergerak aktif selama dan
setelah proses aklimatisasi, lalu hewan coba diadaptasi selama 4-6 jam di
Laboratorium sebelum dilakukan penelitian.
3.6.8 Persiapan Hewan Coba Yang Diinduksi Pakan Tinggi Kolesterol
Hewan yang telah diaklimatisasi selama 7 hari dan ditimbang berat
badannya masing-masing, lalu diberikan inducer kolesterol sesuai berat
badan hingga hewan coba mengalami hiperkolesterolemia. Inducer
kolesterol adalah kuning telur dan jus hati ayam. Inducer ini diberikan
pada hewan yang telah dipuasakan secara oral menggunakan sonde dari
logam selama 7 hari. Kemudian, hewan coba dipuasakan dahulu selama
12 jam tetapi air minum tetap diberikan, selanjutnya dilakukan
pengambilan darah pada ujung ekor untuk pengukuran awal (pre-test)
kadar kolesterol total hewan coba. Kadar kolesterol total darah tikus
normal adalah 40- 130 mg/dL. Apabila diperoleh peningkatan kadar
kolesterol total (>130 mg/dL), maka hewan tersebut digunakan untuk uji
antikolesterol
3.6.9 Perlakuan Hewan Coba
Dua puluh lima ekor hewan coba hiperkolesterolemia dibagi
menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor hewan
coba. Masing-masing kelompok kemudian dipuasakan selama 12-16 jam
sebelum mendapat perlakuan sebagai berikut :
Kelompok I : Hewan uji hiperkolesterolemia tanpa mendapat perlakuan
apapun, hanya aquades (kontrol negatif)
Kelompok II : Hewan uji hiperkolesterolemia yang mendapat asupan
simvastatin (kontrol positif)
Kelompok III : Hewan coba hiperkolesterolemia yang mendapat ekstrak
daun sambung
Kelompok IV : Hewan coba hiperkolesterolemia yang mendapat ekstrak etil
asetat daun sirih merah Dosis 1 g/KgBB (E2ADSM 1
g/KgBB)

Kelompok V : Hewan coba hiperkolesterolemia yang mendapat kombinasi


kombinasi ekstrak daun sambung (chromolaena odorata
(l.) dan ekstrak etil asetat daun sirih merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav.)
Hewan coba diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari (hari ke-1
sampai ke-7) dalam kandang bersih dan diberi makanan pelet serta
minuman secukupnya. Makanan pelet diberikan 2 kali dalam sehari pada
pukul 10.00 WIB dan 16.00 WIB. Makanan pelet tersebut diberikan
mulai dari hari pertama penelitian sampai hari terakhir penelitian.
Kemudian hewan coba diberi inducer kolesterol yaitu campuran jus hati
ayam dan kuning telur ayam selama 7 hari (hari ke-8 sampai ke-14) secara
benar melalui oral dengan menggunakan sonde logam yang telah
disterilkan. Inducer kolesterol diberikan 2 kali dalam sehari bersamaan
dengan makanan pelet pada pukul 10.00 WIB dan 16.00 WIB. Hari ke-
15, dilakukan pengukuran awal kadar kolesterol total darah hewan coba.
Selanjutnya, ekstrak daun sirih merah dan simvastatin diberikan selama 7
hari (hari ke-15 sampai ke-22). Kelompok III mendapatkan ekstrak
daun sambung, kelompok IV mendapatkan perlakuan dengan ekstrak etil
asetat daun sirih merah dosis 1 gram/KgBB, dan kelompok V
mendapatkan perlakuan dengan kombinasi daun sambung dan saun sirih
merah. Perlakuan ini berlangsung 1 kali dalam sehari pada pukul 16.00
WIB bersamaan dengan makanan pelet. Hari ke-23, dilakukan pengukuran
akhir kadar kolesterol total darah hewan coba pasca perlakuan dengan
obat uji. Pengukuran awal maupun akhir kolesterol total dilakukan
dengan cara memotong ujung ekor menggunakan gunting yang telah
disterilkan dan pemeriksaan kadar kolesterol total dengan alat Glucose,
Cholesterol, Uric acid (GCU portable).
3.6.10 Cara Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total
Pemeriksaan kolesterol total dilakukan menggunakan alat GCU
portable dengan menggunakan strip sekali pakai. Kadar kolesterol
dinyatakan dalam mg/dL.

3.7 Analisis Data


Parameter yang diukur dari 5 kelompok perlakuan adalah kadar
kolesterol total darah tikus. Selanjutnya dari data yang diperoleh
dihitung persentase proteksi penurunan kadar kolesterol total darah
menggunakan rumus berikut :

Analisa data awal dilakukan dengan Uji Normalitas untuk


mengetahui kenormalan distribusi sampel. Selain itu juga dilakukan
Uji Homogenitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
homogen atau tidak. Bila data terdistribusi normal , maka dilakukan Uji
Analisa Varian Satu Arah (one way ANOVA) untuk melihat signifikansi
aktivitas kombinasi ekstrak daun sambung dengan ekstrak etil asetat daun
sirih merah dalam menurunkan kadar kolesterol total. Kemudian
dilakukan analisa regresi posthoc untuk melihat kelompok mana yang
paling memberi pengaruh dalam menurunkan kadar kolestrol .

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian didasarkan atas etika medik dalam memberikan
perlakuan terhadap hewan coba dan nila-nilai yang harus dipatuhi di
Laboratorium. Penutupan luka pada bekas pengambilan darah yang
dilakukan pada pre-test dan post-test dilakukan pada ekor hewan coba
dengan pemberian betadine agar luka mengering. Setelah semua tikus
mendapat perlakuan dan dilakukan pengambilan darah, hewan coba
dikembalikan ke dalam kandangnya masing-masing. Kemudian hewan
dibunuh dengan anastesi atau dekapitasi dengan pisau yang tajam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton H. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11 ed. Jakarta: EGC;


2008.
2. Aru W. Sudoyo BS, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti
Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5 ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
3. Afrose s, et al. Dietary Koraya Saponin and Rhodobacter
capsulatus Exert Hypocholesterolemic effects by Suppression of
hepatic Cholesterol Synthesis and Promotion of Bile Acid
Synthesis in Laying Hens. Hindawi Publishing Corporation. 2010;
23(6): 733-741.
4. Soebroto L. Hubungan antara Kadar LDL Kolesterol pada Penderita
Stroke di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta [Skripsi]
[Surakarta]:Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2010.
5. Bavane DS RC, Gurudatta Moharir, Bharatha Ambadasu. Beneficial
effect of low amlodipine vs nifedipine on serum cholesterol profile
of rabbits receiving standard diet. International Journal of Medical
Research & Health Sciences. 2013; 2(1): 47-5.
6. Rumouw D. 2017. Identifikasi Dan Analisis Kandungan
Fitokimia Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Yang Dimanfaatkan
Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Sahedaruman. Jurnal
Lppm Bidang Sains Dan Teknologi,
7. Ogunjinmi, O.E., Olateru, C.T. & Ogunjinmi, S.O. 2014, Effects of
collection time on phytochemical screening and antibacterial
activities of Chromolaena odorata leaf extracts, Sci Eng Perspect,
9(1): 32–36.
8. Vijayaraghavan K, Rajkumar J, Seyed MA 2017, Efficacy of
Chromolaena odorata leaf extracts for the healing of rat excision
wounds. Vet Med (Praha).
9. Ria S. Skrining Fitokimia dan Isolasi Senyawa Flavonoid dari Daun
Sirih Merah (Piper porphyrophyllum N.E.Br.) [Skripsi][Medan]:
Fakultas Farmasi; 2011.
10. Madhavan M 2015, Quantitative estimation of total phenols and
antibacterial studies of leaves extracts of Chromolaena odorata (L.)
King & H.E. Robins. Int J Herb Med.
11. Erlianda Ance P, Wijaya S, Kurnia Setiawan H. Standarisasi dari
Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata) dan Simplisia Kering dari
Tiga Daerah yang Berbeda. Vol. 5, Journal Of Pharmacy Science
And Practice I. 2018
12. Sirinthipaporn A, Jiraungkoorskul W. Wound healing
property review of siam weed, Chromolaena odorata.
Pharmacognosy Reviews. 2017
13. Fadlilah M. Benefit of Red Betel (Piper crocatum Ruiz & Pav.) as
Antibiotics. 2015;4.
14. Wahyudi RD. Perbedaan Efektivitas AntiBakteri antara Ekstrak
Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dan Ekstrak Daun Sirih
Hijau (Piper betle L.) terhadap Porphyromonas gingivalis
[Skripsi][Jember]: Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi;
2012.
15. Oktaviani D, Subakir,Firdaus W. Uji Banding Efektivitas Ekstrak
Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) 100% terhadap
Pertumbuhan Pityrisporum Ovale pada Penderita Berketombe. 2012.
16. Rahadian R. Pengaruh Pencekokan Infus Daun Sirih Merah (piper
betle L. Var. Rubrum) terhadap Tingkah Laku Geliat Mencit
(Mus musculus L.) Jantan Galur DDY [Skripsi][Depok]: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi
Universitas Indonesia; 2011.
17. Cairns D. In: Simanjuntak J, editor. Essentials of Pharmaceutical
Chemistry. 2 ed. Jakarta: EGC; 2008.
18. Harefa K. Pengaruh Aktivitas Fisik dan Ekstrak Teh Hijau
(Camellia sinensis) Terhadap Profil Lipid Mencit Jantan (Mus
musculus) Strain DD Webster Dengan Pakan Tinggi Lemak.
Medan: Sumatera Utara; 2011.
19. Koban I,, Klau M, Rame M, Uji aktivitas antihiperkolesterolemia
ekstrak etanol daun kirinyuh (chromolaena odorata l.) Terhadap
tikus putih (rattus norvegicus l.) Jantan yang diinduksi diet lemak
tinggi. CHMK Pharmaceutical Scientific Journal ; 2 (2).2019
20. Irawan C. Studi Komponen Bioaktif Daun Sirih Merah (piper cf.
arcuatum Blume). Depok: Universitas Indonesia; 2010.
21. Harjana T. Kajian Tentang Potensi Bahan-Bahan Alami Untuk
Menurunkan Kadar Kolesterol Darah. 2011.

Anda mungkin juga menyukai