Anda di halaman 1dari 7

Nama : Indri Aryanti

Kelas :5
SDN PAMEGARSARI

Luqman al-Hakim

Luqman (Arab: ‫لقم ان الحكيم‬, Luqman al-Hakim, Luqman Ahli Hikmah) adalah orang


yang disebut dalam Al-Qur'an dalam surah Luqman [31]:12-19 yang terkenal karena nasihat-
nasihatnya kepada anaknya. Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama panjang Luqman
ialah Luqman bin Unaqa' bin Sadun.[1] Sedangkan asal usul Luqman, sejumlah ulama berbeda
pendapat. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Etiopia.
Riwayat lain menyebutkan ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubia, dan ada
yang berpendapat ia berasal dari Sudan. Ada pula yang berpendapat Luqman adalah
seorang hakim pada zaman nabi Daud.[2]

Kisah Luqman al-Hakim


Dikisahkan dalam sebuah riwayat, bahwa pada suatu hari Luqman al-Hakim telah
memasuki pasar dengan menaiki seekor himar (keledai), sedangkan anaknya mengikutinya dari
belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, orang-orang berkata, "Lihat itu orang tua yang tidak
bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki." Setelah mendengarkan desas-
desus dari orang-orang tersebut maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan
anaknya di atas himar itu. Melihat keduanya, maka orang di pasar itu berkata pula, "Lihat orang

1
tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh kurang ajar anak
itu."

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun naik ke punggung himar itu bersama anaknya.
Kemudian orang-orang berkata lagi, "Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, mereka
sungguh menyiksakan himar itu." Karena ia tidak suka mendengar percakapan orang, Luqman
dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi orang berkata, "Dua orang berjalan
kaki, dan himar itu tidak dikendarai." Dalam perjalanan pulang, Luqman al-Hakim menasihati
anaknya mengenai sikap manusia dan ucapan-ucapan mereka. Ia berkata, "Sesungguhnya tidak
ada seseorang pun yang lepas dari ucapannya. Maka orang yang berakal tidak akan mengambil
pertimbangan kecuali kepada Allah saja. Siapa pun yang mengenal kebenaran, itulah yang
menjadi pertimbangannya."

Kemudian Luqman al-Hakim berpesan kepada anaknya, "Wahai anakku, tuntutlah rezeki
yang halal agar kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tidak ada satu pun orang fakir itu
kecuali mereka mengalami tiga perkara, yaitu tipis keimanan terhadap agamanya, lemah
akalnya (mudah tertipu), dan hilang kepribadiannya. Lebih celaka lagi, orang-orang yang suka
merendahkan orang lain dan menganggap ringan urusan orang lain."

Kisah Luqman al-Hakim - Dalam sebuah riwayat menceritakan bahwa pada suatu hari Luqman
Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar, manakala anaknya mengikut
dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun berkata, "Lihat itu orang
tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki." Setelah
mendengarkan desas-desus dari orang ramai maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu
diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata
pula, "Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh
kurang ajar anak itu."

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-
sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, "Lihat itu dua orang menaiki
seekor himar, mereka sungguh menyiksakan himar itu." Oleh karena tidak suka mendengar
percakapan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi
suara orang berkata, "Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai." Dalam
perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke rumah, Luqman Hakim telah menasihati
anaknya tentang sikap manusia dan celoteh mereka. Ia berkata, "Sesungguhnya tiada terlepas
seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil

2
pertimbangan melainkan kepada Allah saja. Siapa saja yang mengenal kebenaran, itulah yang
menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu."

Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, "Wahai anakku, tuntutlah rezeki
yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan
tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah
akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang), dan hilang kemuliaan hatinya
(keperibadiannya). Lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka
merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."

Nasihat Luqman

Di antara nasihat Luqman yang terdapat dalam surah Luqman ialah:

Jangan mempersekutukan Allah (Luqman 31:13).


Berbuat baik kepada dua orang ibu-bapanya (Luqman 31:14).
Sadar akan pengawasan Allah (Luqman 31:16).
Dirikan salat (Luqman 31:17).
Perbuat kebajikan (Luqman 31:17).
Jauhi kemungkaran (Luqman 31:17).
Sabar menghadapi cobaan dan ujian (Luqman 31:17).
Jangan sombong (Luqman 31:19).

Surah Luqman (Arab: ‫لقمان‬, "Luqman al-Hakim") adalah surah ke-31 dalam al-Qur'an. Surah ini
terdiri dari atas 34 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini diturunkan
setelah surah As-Saffat. Nama Luqman diambil dari kisah tentang Luqman yang diceritakan
dalam surah ini tentang bagaimana ia mendidik anaknya.

Luqmanul Hakim menurut riwayat yang lebih kuat, bukan seorang nabi. Ia seorang manusia
shaleh semata. Akan tetapi Allah menilai dari ketakwaaan dan kesalehannnya. Setidaknya, ada
dua manusia yang bukan nabi, tapi namanya diabadikan dalam al-Qur’an menjadi nama surat.
Keduanya itu adalah Luqman dan Maryam. Luqman berdarah Arab. Sebagian sejarawan
menyebut Luqman berdarah Ibrani, sebagian lain menyebut berdarah Habasyi, dan yang

3
lainnya menyebut berdarah Nubi, salah satu suku di Mesir yang berkulit hitam (aswan
sekarang).

Dalam Tarikh nya, Ibnu Ishak menuturkan, bahwa Luqman bernama Luqman bin Bau’raa bin
Nahur bin Tareh, dan Tareh bin Nahur merupakan nama dari Azar, ayah Nabi Ibrahim as.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa Luqman adalah putra dari saudari kandung Nabi
Ayyub as. Muqatil menuturkan, Luqman adalah putra dari bibinya Nabi Ayyub as. Imam
Zamakhsyari menguatkan dengan mengatakan: Dia adalah Luqman bin Bau’raa putra saudari
perempuan Nabi Ayyub atau putra bibinya. Riwayat lain mengatakan, Luqman adalah cicit Azar,
ayahnya Nabi Ibrahim as. Luqman hidup selama 1000 tahun, ia sezaman bahkan gurunya Nabi
Daud. Sebelum Nabi Daud diangkat menjadi Nabi, Luqman sudah menjadi mufti saat itu, tempat
konsultasi dan bertanya Nabi Daud as.

Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang profesinya. Sebagian mengatakan, profesinya
adalah tukang jahit. Sebagian lainnya mengatakan tukang kayu, yang lainnya menuturkan
tukang kayu bakar, dan terakhir mengatakan sebagai penggembala. Riwayat lain menuturkan
bahwa Luqman adalah qadhi pada masa Bani Israil, sekaligus konsultannya Nabi Daud as.
Bahkan riwayat lain menuturkan Luqman adalah seorang budak belian dari Habasyi yang
berprofesi sebagai tukang kayu. Khalid ar-Rib’i menuturkan: “Luqman adalah seorang budak
belian dari Habasyi yang berprofesi sebagai tukang kayu.

Dalam sejarahnya Luqman menikah dan dikaruniai banyak anak, akan tetapi semuanya
meninggal dunia ketika masih kecil, tidak ada yang sampai dewasa, namun Luqman tidak
menangis, karena hidupnya yang sudah yakin dengan Allah. Wasiat-wasiat Luqman dalam al-
Qur’an (QS. Luqman: 13-19). Wasiat-wasiat Luqman lainnya: Selain dalam ayat al-Qur’an,
Luqman juga mempunyai banyak wasiat. Wahab bin Munabbih pernah menuturkan: “Saya
membaca hikmah Luqman yang jumlahnya lebih dari 10 ribu bab”. Dalam bukunya Min
Washaya al-Qur’an al-Karim (1/31-33), Muhammad al-Anwar Ahmad Baltagi, mengutip sebuah
riwayat dari Malik bin Anas bahwasannya Luqman pernah menasehati putranya di bawah ini:

01 – Hai anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak
manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, layarilah lautan itu dengan
sampan yang bernama takwa, isinya adalah iman dan layarnya adalah tawakal kepada Allah.

4
02 – Orang – orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya
akan mendapat penjagaan dari Allah. Orang yang insaf dan sadar setelah menerima nasihat
orang lain, dia akan sentiasa menerima kemulian dari Allah juga.

03 – Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat
kepada Allah, maka dia tawadduk kepada Allah, dia akan lebih dekat kepada Allah dan selalu
berusaha menghindarkan maksiat kepadaNya.

04 – Hai anakku; seandainya ibubapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukanmu,
maka marahnya ibubapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.

05 – Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan
dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.

06 – Dan Berharaplah selalu kepada Allah tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak
mendurhakaiNya. Takutlah kepada Allah dengan sebenar benar takut ( takwa ), tentulah engkau
akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah.

07 – Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai
orang dan seorang yang telah rusak akhlaknya akan sentiasa banyak melamun hal-hal yang
tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih

mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.

08 – Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi
yang amat berat, tetapi akan lebih lagi dari semua itu, yaitu manakala engkau mempunyai
tetangga (jiran) yang jahat.

09 – Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yang bodoh sebagai utusan. Maka bila
tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.

10 – Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging
burung, padahal sedikit sahaja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.

11 – Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau menghadiri majlis
perkawinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab hal itu akan mengingatkanmu kepada

5
kampung akhirat sedangkan menghadiri pesta perkawinan hanya mengingatkan dirimu kepada
kesenangan duniawi sahaja.

12 – Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan
yang terlalu kenyang itu alangkah lebih baik apabila diberikan kepada binatang sekalipun.

13 – Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan sahaja kerana manisnya barang dan
janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu
menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.

14 – Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah
urusanmu dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.

15 – Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi
engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu
bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masihingin terus
menambahkannya.

16 – Hai anakku; bilamana engkau mahu mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu
dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha
menginsafkan kamu,maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian,
maka berhati hatilah.

17 – Selalulah baik tuturkata dan halus budibahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian
engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah
memberikan barang yang berharga.

18 – Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak
mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu
darimu.

19 – Jadikanlah dirimu dalam segala tingkah laku sebagai orang yang tidak ingin menerima
pujian atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya~ yang akan
mendatangkan cela pada dirimu.

6
20 – Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan
olah dunia kerana engkau diciptakan Allah bukanlah untuk

dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya
dengan dunianya.

21 – Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan
kotor serta kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara,
usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.

22 – Hai anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan kerana sesuatu yang
menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah

engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah menyia-nyiakan hartamu.

23 – Barang sesiapa yang penyayang tentu akan disayangi, siapa yang pendiam akan selamat
daripada berkata yang mengandung racun, dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari
berkata kotor tentu akan menyesal.

24 – Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata
nasihatnya karena sesungguhnya hati akan tentram mendengarkan nasihatnya, sehingga hati ini
akan hidup dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya sebagaimana tanah subur yang
disirami air hujan.

25 – Hai anakku; ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja, dan nafkahkanlah yang
selebihnya untuk bekalan akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul
sampah kerana nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain.
Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya
yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau berteman dengan
orang yang bermuka dua, karena kelak akan membinasakan dirimu

Anda mungkin juga menyukai