Abstrak
Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang dipentingkan bagi umat Islam,
karena melalui pendidikan Islam, seorang muslim dapat terbentuk jiwanya untuk
menjadi pribadi yang mulia, bertaqwa kepada Allah dan berakhlakul karimah.
Melalui pendidikan Islam dapat menghantarkan seseorang untuk mengarahkan segala
pikiran manusia, perilaku dan tindakan, serta emosinya berdasarkan ajaran Islam
dengan maksud untuk meralisasikan tujuan ajaran Islam dalam seluruh aspek
kehidupan yang diarahkan untuk mengabdi sepenuhnya kepada Allah S.W.T. (Q.S.
Al-Dzariyat/51:56). [ CITATION Nur16 \l 1033 ]
Pendidikan yang baik ialah pendidikan yang dapat merubah sesuatu dari yang
kurang baik menjadi lebih baik. Di era sekarang ini banyak sekali bermunculan
contoh-contoh yang kurang baik dalam dunia pendidikan misalnya, banyaknya kisah-
kisah fiktif yang didalamnya tidak mengandung hikmah atau pesan moral yang
notabennya dapat mempengaruhi karakter bagi peserta didik. Hal ini tentunya
menjadi kekhawatiran bagi kita semua. Padahal sejatinya Al-Qur’an telah banyak
menyajikan kisah-kisah yang di dalamnya mengandung hikmah dan pesan moral
yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam kisah Luqman
Al-Hakim yang banyak sekali mengandung hikmah di dalamnya. Sehingga Allah
SWT mengabadikan namanya di dalam Al-Qur’an. Maka dari itu kisah Luqman Al-
Hakim ini menarik untuk di bahas kembali jika dilihat dari sudut pandang K.H
Ahmad Dahlan. Inilah pokok pembicaraan dalam tulisan ini.
Menurut Suhaily, nama lengkapnya adalah Luqman bin ‘Anaqa’ bin Sadun.
Sedangkan Ibnu Ishaq menyatakan bahwa nama lengkapnya adalah Luqman bin
Ba’ura’ bin Najur bin Tarah. Tarah ini yang dimaksudkan adalah Azar, bapak Nabi
Ibrahim a.s. Sebagaimana hal ini dicantumkan dalam Tafsir Al-Qurthubiy, Al-Jami’ li
Ahkam Al-Qur’an. Beliau adalah seorang hakim. Pendapat lain menyatakan bahwa
beliau adalah seorang penggembala kambing. Beliau bukan seorang nabi, karena
tidak pernah memperoleh wahyu dari Allah, tetapi memperoleh hikmah. Menurut satu
pendapat, beliau hidup pada masa Nabi Dawud a.s. Pendapat lainnya menyatakan
bahwa beliau hidup pada masa Nabi Ayyub a.s., dan masih memiliki hubungan
keluarga dengan nabi Ayyub, yakni anak bibinya (saudara sepupu). Meskipun
demikian, pendapat keduanya menyatakan bahwa Luqman Al-Hakim hidup di Negara
Bani Israil. Pendapat lainnya menyatakan bahwa beliau hidup di Negara Naubah.
Satu pendapat lagi dikatakan bahwa beliau tinggal di Negara Habasyah. Luqman al-
Hakim adalah seorang hakim pada zaman Nabi Dawud a.s. Pendapat lainnya, beliau
adalah seorang penggembala kambing. Satu pendapat lagi menyatakan bahwa adalah
seorang tukang kayu (najjar). Ada juga yang menyatakan bahwa beliau adalah
seorang penjahit (khayyath).[ CITATION Haf90 \l 1033 ]
Belum berselang lama, dua perempuan menatap heran kepada Luqman seraya
berkata,“Wahai orang tua yang sombong! Engkau seenaknya menunggangi
keledai, sementara engkau biarkan anakmu berlari di belakangmu bagai
seorang hamba sahaya yang hina!”
Mendengar ucapan itu Luqman pun turun dari keledainya dan membiarkan
anaknya tetap di atas keledai. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan
hingga bertemu dengan seorang lelaki tua. Lelaki tua itu kemudian berkata
kepada anak Luqman,"Engkau sungguh lancang! Engkau tidak malu
menunggangi keledai itu, sementara orangtuamu engkau biarkan merangkak di
belakangmu seolah ia adalah pelayanmu!”
Ucapan lelaki tua itu begitu membekas dalam benak anak Luqman. Ia pun
bertanya pada ayahnya,"Apakah yang seharusnya kita perbuat hingga semua
orang dapat rida dengan apa yang kita lakukan dan kita bisa selamat dari cacian
mereka?”
Dari kisah Luqman Al-Hakim yang telah dipaparkan di atas, kita dapat
mengambil hikmah bahwasannya setiap apapun yang kita lakukan pasti ada
saja orang-orang tertentu yang suka dan tidak suka. Sebagai manusia kita tidak
terlepas dari hinaan dan cacian karena sesungguhnya manusia memiliki akal
serta memiliki sudut pandang masing-masing. Maka kita sebagai manusia yang
berakal dan terlebih lagi berpendidikan hendaknya kita menyikapinya dengan
sabar dan bijak. Disinilah letak pentingnya pendidikan islam yang mengajarkan
nilai-nilai keislaman sehingga dapat membentuk karakter Luqman Al-Hakim yang
dapat dijadikan suri tauladan bagi manusia lainnya.
Bagi kiai Dahlan pendidikan bertujuan dalam menciptakan manusia yang baik
budi, yaitu alim dalam agama, luas pandangan, yaitu dalam ilmu-ilmu umum
dipadukan secara selaras dan berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah Al-
Sohihah. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia
muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham
masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Pendidikan Islam tidak hanya terfokus mendalami agama saja akan tetapi perlu
pengetahuan umum juga agar tidak menjadi sebuah ketimpangan. Maka dari itu kiai
Dahlan menggabungkan kedua konsep tersebut agar seimbang, karena menurut kiai
Dahlan kedua hal tersebut (dunia dan akhirat) tidak dapat dipisahkan.
Penutup
Hidayat, N. (2016). Konsep Pendidikan Islam Menurut Q.S. Luqman Ayat 12-19.
Ta'allum, 1.
Jakarta, S. P. (2019, Mei 15). Hikmah dari Luqmanul Hakim. Retrieved 10 08, 2020,
from Paramadina: https://www.paramadina.ac.id/home/media/artikel/hikmah