Anda di halaman 1dari 8

PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH LUQMAN AL-

HAKIM DAN PANDANGAN K.H AHMAD DAHLAN

Faturrahman ‘Arif Rumata


Mahasiswa MPAI Univeristas Ahmad Dahlan
Email : faturrahman2007052017@webmail.uad.ac.id

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pentingnya pendidikan


islam dalam kisah hikmah Luqman Al-Hakim serta pandangan K.H Ahmad Dahlan
dalam pendidikan islam. Hal ini mengingat banyaknya kisah-kisah yang didalamnya
tidak ada hikmah dan nilai-nilai pendidikan islam padahal sejatinya Al-Qur’an
menyajikan kisah-kisah yang didalamnya mengandung banyak hikmah yang salah
satunya adalah kisah Luqman Al-Hakim yang mengajak anaknya untuk berjalan-jalan
di suatu kota.
Pendekatan dalam penulisan ini adalah menggunakan pendekatan Kualitatif
jenis kepustakaan. Sumber data artikel ini adalah literature dibidang pendidikan islam
serta literatur terkait lainnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri
referensi terkait, baik secara manual maupun digital. Data-data yang terkumpul
kemudian di display, reduksi dan dikonstruksi menjadi konsep baru yang utuh dan
fress. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis isi yang mengedepankan
intertekstualitas dan meaning creativity.[ CITATION Imr20 \l 1033 ] Hasil Penelusuran
menunjukkan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
peserta didik. Kemudian dalam kisah Luqman Al-Hakim juga memberikan gambaran
bahwa dengan pendidikan islam seseorangan akan lebih bijak dalam menyikapi
sesuatu, dan begitupula dengan pandangan kiai dahlan yang penulis pahami bahwa
selain kebijaksanaan, peningkatan akhlak dan perubahan karakter dengan adanya
pendidikan islam. Seperti yang terdapat dalam kisah Lukman Al-Hakim.

Keyword : Pendidikan Islam, Luqman Al-Hakim, Pandangan K.H Ahmad Dahlan


Pendahuluan

Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang dipentingkan bagi umat Islam,
karena melalui pendidikan Islam, seorang muslim dapat terbentuk jiwanya untuk
menjadi pribadi yang mulia, bertaqwa kepada Allah dan berakhlakul karimah.
Melalui pendidikan Islam dapat menghantarkan seseorang untuk mengarahkan segala
pikiran manusia, perilaku dan tindakan, serta emosinya berdasarkan ajaran Islam
dengan maksud untuk meralisasikan tujuan ajaran Islam dalam seluruh aspek
kehidupan yang diarahkan untuk mengabdi sepenuhnya kepada Allah S.W.T. (Q.S.
Al-Dzariyat/51:56). [ CITATION Nur16 \l 1033 ]

Pendidikan islam merupakan pendidikan yang penting dalam kehidupan


peserta didik, karena terikat dengan seluruh kemampuan peserta didik, sosial peserta
didik, mengubah suatu peradaban dan faktor peserta didik menuju kesuksesan yang
dibutuhkan pendidikan, sebab pendidikan merupakan suatu cara yang dapat
memberikan pola baru.[ CITATION Wak \l 1033 ]. Pentingnya pendidikan juga mendapat
perhatian dari berbagai kalangan filosof salah satunya adalah K.H Ahmad Dahlan
dalam pandangannya mengatakan pendidikan bertujuan dalam menciptakan manusia
yang baik budi, yaitu alim dalam agama, luas pandangan, yaitu dalam ilmu-ilmu
umum dipadukan secara selaras dan berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah Al-
Sohihah.

Pendidikan yang baik ialah pendidikan yang dapat merubah sesuatu dari yang
kurang baik menjadi lebih baik. Di era sekarang ini banyak sekali bermunculan
contoh-contoh yang kurang baik dalam dunia pendidikan misalnya, banyaknya kisah-
kisah fiktif yang didalamnya tidak mengandung hikmah atau pesan moral yang
notabennya dapat mempengaruhi karakter bagi peserta didik. Hal ini tentunya
menjadi kekhawatiran bagi kita semua. Padahal sejatinya Al-Qur’an telah banyak
menyajikan kisah-kisah yang di dalamnya mengandung hikmah dan pesan moral
yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam kisah Luqman
Al-Hakim yang banyak sekali mengandung hikmah di dalamnya. Sehingga Allah
SWT mengabadikan namanya di dalam Al-Qur’an. Maka dari itu kisah Luqman Al-
Hakim ini menarik untuk di bahas kembali jika dilihat dari sudut pandang K.H
Ahmad Dahlan. Inilah pokok pembicaraan dalam tulisan ini.

Sosok Luqman Al-Hakim

Menurut Suhaily, nama lengkapnya adalah Luqman bin ‘Anaqa’ bin Sadun.
Sedangkan Ibnu Ishaq menyatakan bahwa nama lengkapnya adalah Luqman bin
Ba’ura’ bin Najur bin Tarah. Tarah ini yang dimaksudkan adalah Azar, bapak Nabi
Ibrahim a.s. Sebagaimana hal ini dicantumkan dalam Tafsir Al-Qurthubiy, Al-Jami’ li
Ahkam Al-Qur’an. Beliau adalah seorang hakim. Pendapat lain menyatakan bahwa
beliau adalah seorang penggembala kambing. Beliau bukan seorang nabi, karena
tidak pernah memperoleh wahyu dari Allah, tetapi memperoleh hikmah. Menurut satu
pendapat, beliau hidup pada masa Nabi Dawud a.s. Pendapat lainnya menyatakan
bahwa beliau hidup pada masa Nabi Ayyub a.s., dan masih memiliki hubungan
keluarga dengan nabi Ayyub, yakni anak bibinya (saudara sepupu). Meskipun
demikian, pendapat keduanya menyatakan bahwa Luqman Al-Hakim hidup di Negara
Bani Israil. Pendapat lainnya menyatakan bahwa beliau hidup di Negara Naubah.
Satu pendapat lagi dikatakan bahwa beliau tinggal di Negara Habasyah. Luqman al-
Hakim adalah seorang hakim pada zaman Nabi Dawud a.s. Pendapat lainnya, beliau
adalah seorang penggembala kambing. Satu pendapat lagi menyatakan bahwa adalah
seorang tukang kayu (najjar). Ada juga yang menyatakan bahwa beliau adalah
seorang penjahit (khayyath).[ CITATION Haf90 \l 1033 ]

Sosok K.H Ahmad Dahlan

K.H Ahmad Dahlan lahir di Nitikan dan dibesarkan di kampung Kauman


Yogyakarta, dengan nama kecil Muhammad Darwis, ia berasal dari latar belakang
sosial yang memadukan tradisi santri dan priyayi. Ayahnya adalah imam masjid
agung keraton Yogyakarta, sehingga Darwis kecil dibesarkan dalam tradisi santri
sekaligus priyayi. Ia menempuh pendidikan sebagaimana santri dan keluarga kaya
kala itu: setelah berguru pada kiai kenamaan berbagai pesantren di jawa, ia
melanjutkan pendidikan ke Tanah Suci. Di sinilah ia berkenalan dengan kaum
reformis yang kala itu sedang menjadi Trend pusat peradaban islam. Sepulangnya
dari Tanah Suci dan mengubah nama menjadi Ahmad Dahlan, ia tergerak untuk
mempraktikkan gagasan yang ia dapatkan mengenai Islam untuk memperbaiki
kehidupan umat.[ CITATION Mus15 \l 1033 ]

Kisah Luqman Al-Hakim

Sebuah kisah Luqmanul Hakim beserta anaknya yaitu ketika Luqman


mengajak anaknya untuk menunggangi seekor keledai mengelilingi suatu kota. Pada
suatu hari Luqman bermaksud memberi nasihat kepada anaknya. Ia pun membawa
anaknya menuju suatu kota dengan menggiring seekor keledai ikut berjalan
bersamanya. Ketika Luqman dan anaknya lewat di hadapan seorang lelaki, ia berkata
kepada keduanya,“Aku sungguh heran kepada kalian, mengapa keledai yang kalian
bawa tidak kalian tunggangi?”

Setelah mendengar perkataan lelaki tersebut Luqman lantas menunggangi


keledainya dan anaknya mengikutinya sambil berjalan.

Belum berselang lama, dua perempuan menatap heran kepada Luqman seraya
berkata,“Wahai orang tua yang sombong! Engkau seenaknya menunggangi
keledai, sementara engkau biarkan anakmu berlari di belakangmu bagai
seorang hamba sahaya yang hina!”

Maka, Luqman pun membonceng anaknya menunggangi keledai.

Kemudian Luqman beserta anaknya yang ia bonceng melewati sekelompok


orang yang sedang berkumpul di pinggir jalan. Ketika mereka melihat Luqman
dan anaknya seorang dari mereka berkata,“Lihatlah! Lihatlah! Dua orang yang
kuat ini sungguh tega menunggangi seekor keledai yang begitu lemah, seolah
keduanya menginginkan keledainya mati dengan perlahan.”

Mendengar ucapan itu Luqman pun turun dari keledainya dan membiarkan
anaknya tetap di atas keledai. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan
hingga bertemu dengan seorang lelaki tua. Lelaki tua itu kemudian berkata
kepada anak Luqman,"Engkau sungguh lancang! Engkau tidak malu
menunggangi keledai itu, sementara orangtuamu engkau biarkan merangkak di
belakangmu seolah ia adalah pelayanmu!”

Ucapan lelaki tua itu begitu membekas dalam benak anak Luqman. Ia pun
bertanya pada ayahnya,"Apakah yang seharusnya kita perbuat hingga semua
orang dapat rida dengan apa yang kita lakukan dan kita bisa selamat dari cacian
mereka?”

Luqman menjawab,"Wahai anakku, sesungguhnya aku mengajakmu melakukan


perjalanan ini adalah bermaksud untuk menasihatimu. Ketahuilah bahwa kita
tidak mungkin menjadikan seluruh manusia rida kepada perbuatan kita, juga
kita tidak akan selamat sepenuhnya dari cacian karena manusia memiliki akal
yang berbeda-beda dan sudut pandang yang tidak sama, maka orang yang
berakal, ia akan berbuat untuk menyempurnakan kewajibannya dengan tanpa
menghiraukan perkataan orang lain.” (Lafif min’l-Asatidzah : tt : 135-136)
[ CITATION Sta19 \l 1033 ]

Dari kisah Luqman Al-Hakim yang telah dipaparkan di atas, kita dapat
mengambil hikmah bahwasannya setiap apapun yang kita lakukan pasti ada
saja orang-orang tertentu yang suka dan tidak suka. Sebagai manusia kita tidak
terlepas dari hinaan dan cacian karena sesungguhnya manusia memiliki akal
serta memiliki sudut pandang masing-masing. Maka kita sebagai manusia yang
berakal dan terlebih lagi berpendidikan hendaknya kita menyikapinya dengan
sabar dan bijak. Disinilah letak pentingnya pendidikan islam yang mengajarkan
nilai-nilai keislaman sehingga dapat membentuk karakter Luqman Al-Hakim yang
dapat dijadikan suri tauladan bagi manusia lainnya.

Arti Pendidikan Islam Bagi K.H Ahmad Dahlan

Bagi kiai Dahlan pendidikan bertujuan dalam menciptakan manusia yang baik
budi, yaitu alim dalam agama, luas pandangan, yaitu dalam ilmu-ilmu umum
dipadukan secara selaras dan berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah Al-
Sohihah. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia
muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham
masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Pendidikan Islam tidak hanya terfokus mendalami agama saja akan tetapi perlu
pengetahuan umum juga agar tidak menjadi sebuah ketimpangan. Maka dari itu kiai
Dahlan menggabungkan kedua konsep tersebut agar seimbang, karena menurut kiai
Dahlan kedua hal tersebut (dunia dan akhirat) tidak dapat dipisahkan.

Penutup

Dari penjelasan diatas bahwa terdapat pengertian tentang pendidikan islam,


sosok dari Luqman Al-Hakim, sosok K.H Ahmad Dahlan, dan Hikmah dari kisah
Luqman Al-Hakim. Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan islam
merupakan pendidikan yang dapat membentuk jiwa untuk menjadi pribadi yang
mulia, bertaqwa kepada Allah dan berakhlakul karimah.

Dan sosok lukman merupakan seorang hamba Allah yang namanya


diabadikan dalam suatu surah didalam Al-Qur’an yaitu surah Al-Luqman, dan Allah
juga menganugerahkan hikmah yang dapat menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
Sedangkan K.H Ahmad Dahlan merupakan seorang kiai yang juga merupakan
seorang filosof dalam bidang pendidikan dan juga sangat perhatian dengan dunia
pendidikan, terutama pendidikan islam yang menjadi sasaran dakwah beliau.
Kisah Luqman Al-Hakim mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan
islam. Luqman Al-Hakim menggunakan konsep pendidikan islam dalam mendidik
anaknya misalnya, konsep kebijaksaan dalam mengambil sikap ketika ada pendapat
dan sudut pandang yang bersinggungan. Begitu juga dengan konsep pendidikan islam
yang dikemukakan oleh kiai Dahlan bahwasannya pendidikan Islam hendaknya
diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim
dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hafidz, '. Z. (1990). Al-Qashash Al-Qur’aniy Bayna Al-Abai wa Al-Abnai. Beirut:


Dar Al-Qalam.

Hidayat, N. (2016). Konsep Pendidikan Islam Menurut Q.S. Luqman Ayat 12-19.
Ta'allum, 1.

Imroatun Muhimmah, S. (2020). Neurosains dan Spiritualitas Dalam Pendidikan


Islam. Jurnal Pendidikan Islam.

Jakarta, S. P. (2019, Mei 15). Hikmah dari Luqmanul Hakim. Retrieved 10 08, 2020,
from Paramadina: https://www.paramadina.ac.id/home/media/artikel/hikmah

Mustofa W.Hasyim, N. I.-H. (2015). Ensiklopedi Muhammadiyah, Sejarah, Tokoh,


dan Pemikiran. Yogyakarta: Majelis Ekonomi Kewirausahaan Pinpinan
Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM/DIY),
Lembaga Pengembangan Pendidikan, Penelitian, dan Masyarakat (LP3M)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Mata Bangsa.

Nurkholis. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal


Kependidikan.

Wakhidah, A. N. (n.d.). Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun Relevansinya


Terhadap Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai