Anda di halaman 1dari 4

SUKIYO & BALON UDARA

SUKIYO adalah seekor anak itik. Tetapi jangan sangka kalau dia tidak punya
cita-cita. Dia sama seperti anak-anak lainnya. Hanya cita-citanya saja yang
berbeda. Sukiyo ingin sekali bisa terbang tinggi hingga ke langit.
Sayangnya, sekeras apa pun usahanya, tetap saja dia tidak bisa terbang
setinggi itu.

Kadang Sukiyo mengkhayal tiba-tiba dia dikaruniai sayap baru yang bisa
membawanya melintasi angkasa. Tentu saja tidak segampang itu.
Walaupun khayalan sangatlah indah, tetap saja hanya khayalan. Makanya
Sukiyo sungguh-sungguh berusaha agar keinginannya terkabul.

Suatu pagi nan cerah, Sukiyo merasa yakin dia akan berhasil. Dia pun
mencari pohon terbaik sebagai titik tolak. Dia merentangkan kedua
sayapnya penuh percaya diri. Sedikit menjejakkan kakinya di atas dahan,
lalu membiarkan tubuhnya terbang dibawa angin.
“Aku berhasil!” seru Sukiyo girang. Lalu tiba-tiba kakinya merasakan tanah.
“Lho, kok sudah sampai bawah?” gumam Sukiyo dan menoleh untuk
melihat dahan tempat dia tadi bertolak. “Ah, pantas saja. Dahannya terlalu
rendah. Aku harus cari dahan yang lebih tinggi.”

Setelah menemukan dahan yang tepat, Sukiyo mengulangi lagi latihannya.


“Wah, indahnya pemandangan dilihat dari atas,” gumam Sukiyo kagum.
Sekali lagi dia merentangkan sayapnya. Lalu tubuhnya pun membelah
udara. “Aku terbang!” seru Sukiyo seraya mengepakkan sayapnya. Tetapi
tiba-tiba dia merasa badannya bertambah berat. Apa perutnya kemasukan
angin? Sukiyo menunduk. Ia menemukan kalau bumi di bawahnya terlihat
makin dekat.

“Ada apa, ya? Eh? Hah? HAH? Aku jatuuuuh!” jerit Sukiyo.

Syukurlah dia nyemplung ke sungai. Jadi Sukiyo baik-baik saja—kecuali


hatinya. Ada sesuatu yang terasa tidak enak di sana. Apa itu gerangan? Oh,
ternyata Sukiyo merasa sedih. Lagi-lagi usahanya tidak berhasil. Ia tidak
tahu bagaimana lagi caranya agar bisa terbang tinggi. Karenanya Sukiyo
membiarkan saja air sungai membawanya hanyut.

Di tengah jalan dia bertemu dengan seekor ikan yang tengah berenang
berputar-putar. Sukiyo menghampirinya karena nampaknya ikan itu
sedang butuh bantuan.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak Ikan?” tanya Sukiyo baik hati. Ternyata si
ikan tersangkut di ranting pohon yang hanyut di sungai. Sukiyo membantu
ikan tersebut membebaskan diri.
“Terima kasih, Nak Itik,” kata Pak Ikan.
“Kenapa Pak Ikan bisa sampai tersangkut di situ?”
“Tadi aku terlalu senang, akhirnya tidak mempehatikan sekeliling.”
Terlalu senang? Sementara aku terlalu sedih, pikir Sukiyo. Pak Ikan yang
melihat wajah sedih Sukiyo, jadi penasaran.

“Kenapa kamu terlihat begitu sedih?”


Malu-malu Sukiyo pun menceritakan masalahnya. Pak Ikan mendengarkan
dengan prihatin.

“Oh, kurasa aku bisa membantumu,” kata Pak Ikan. Mata Sukiyo langsung
berbinar-binar. “Temui Pak Rudi si rusa. Dia tinggal di tepi hutan.”

Dengan harapan melambung tinggi Sukiyo segera mencari Pak Rudi si rusa.
Tidak perlu lama, Sukiyo dengan mudah bisa menemukannya.Ketika
berhasil menemui Pak Rudi, Sukiyo agak ragu mengutarakan maksud
kedatangannya. Tetapi rupanya Pak Rudi sangat ramah dan baik hati.

“Jadi kamu ingin terbang lebih tinggi?” tanya Pak Rudi, setelah Sukiyo
memberitahu alasan kedatangannya.
“Kenapa kamu ingin terbang setinggi itu?”
“Aku ingin melihat dunia dari atas. Katanya, dari atas, bumi kelihatan
menakjubkan.”
“Kalau itu masalahnya, barangkali aku bisa membantu.”

Pak Rudi membawa Sukiyo ke tempat yang lebih lapang. Sejauh mata
memandang hanya ada rumput dan tanaman-tanaman kecil. Eh, ada
sesuatu di tengah padang rumput itu! Balon Udara! Sukiyo jadi bertanya-
tanya dalam hati.

Pak Rudi tersenyum lebar. ”Ayo, ke sini.”


“Tapi aku ingin terbang betulan, bukannya naik balon udara,” kata Sukiyo.
“Sudah, naik saja,” kata Pak Rudi, meminta Sukiyo masuk ke dalam
keranjang penumpang. Sukiyo menurut. Segera Pak Rudi menyalakan alat
untuk memanaskan udara dalam balon.

“Siap membelah udara?” tanya Pak Rudi. Mau tak mau Sukiyo jadi
bersemangat.

Perlahan-lahan balon udara mulai terangkat. Makin tinggi dan makin tinggi.
Sukiyo bahkan bisa melihat puncak pohon. Dengan demikian terpanalah ia.

“Bagaimana?” tanya Pak Rudi si rusa.


“Menakjubkan!”
“Tidak harus punya sayap untuk  bisa melihat bumi dari atas,” kata Pak
Rudi. Sukiyo tersenyum, sedikit malu.

Mimpi Sukiyo untuk terbang akhirnya terkabul. Meskipun dengan cara


yang berbeda. Ini tentu saja karena Sukiyo bekerja keras dan tidak
gampang putus asa. Alangkah bahagianya hati Sukiyo.

Oleh: Ange Widuri

Anda mungkin juga menyukai