Bismillahirrohmanirrohiim,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Laporan Kinerja ini menyajikan target dan capaian kinerja Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Tahun 2015 yang tertuang dalam Pernyataan Kinerja Menteri Koordinator serta
perjanjian kinerja Sekretaris Kementerian Koordinator dan para Deputi dengan mengacu Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Mengingat bahwa Kementerian Koordinator
baru dibentuk pada akhir tahun 2014 dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator
masih dalam proses penyusunan, maka Pernyataan Kinerja dan Perjanjian Kinerja tahun 2015
belum berdasarkan Renstra. Dapat disampaikan pula bahwa, sebagai kementerian baru,
Kementerian Koordinator baru mengelola anggaran secara mandiri mulai bulan Mei 2015.
Selain menyajikan target dan capaian kinerja tahun 2015, Laporan Kinerja ini juga memuat analisis
perbandingan antara rencana atau target dengan realisasi kinerja. Pencapaian realisasi kinerja
keuangan juga diuraikan dalam sub bab kinerja keuangan.
Kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam pencapaian kinerja Kemenko Bidang
Kemaritiman kami ucapkan terimakasih. Laporan Kinerja ini kami dedikasikan kepada seluruh
pemangku kepentingan. Harapan kami Laporan Kinerja ini juga bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Sementara target capaian: Status opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenko
Koordinator Bidang Kemaritiman yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP); dan Nilai
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mencapai A; serta Indeks
Persepsi Korupsi dan Reformasi Birokrasi dengan nilai B, merupakan target dalam
Renstra 2015-2019 belum dimasukan dalam target dalam perjanjian kinerja.
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
LAMPIRAN......................................................................................................113
Sumberdaya Bioaktif
Indonesia dikenal memiliki keragaman
biota karang yang cukup tinggi.
Sejumlah spesies karang diketahui
mengandung zat bioaktif yang dapat
dikembangkan sebagai bahan obat-
obatan anti kanker. Gambar disamping
adalah satu koral jenis sponge dari
perairan Indonesia yang prospek untuk
pengembangan obat-obatan anti kanker (sumber: Balitbang KKP).
c. Jasa Maritim
Jasa Kepelabuhanan
Sebagai negara maritim dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km
Data sampai dengan tahun 2013, jumlah armada angkutan laut Indonesia
mencapai 14.540 unit, atau setara dengan 8.237.634 DWT, terdiri dari:
a. angkutan laut sebanyak 11.426 unit;
b. pelayaran rakyat sebanyak 1.340 unit;
c. kapal perintis sebanyak 80 unit; dan
d. kapal angkut khusus sebanyak 1.694 unit.
Sementara itu jumlah perusahaan angkutan seluruh Indonesia mencapai
2.442 perusahaan. Produksi angkutan laut di Indonesia pada Tahun 2013
yang diusahakan oleh perusahaan nasional adalah sebagai berikut:
a. Angkutan dalam negeri: 453.808.627 Ton
b. Angkutan luar negeri: 67.511.611 Ton
Sedangkan produksi angkutan laut seluruh Indonesia pada tahun 2013 yang
diusahakan oleh perusahaan milik asing adalah sebagai berikut:
a. Angkutan dalam negeri: 1.249.509 Ton
b. Angkutan luar negeri: 551.576.580 Ton
Berdasarkan data di atas, kapal milik perusahaan nasional masih menguasai
angkutan dalam negeri (~87%).Namun demikian untuk angkutan luar
negeri dikuasai oleh armada milik perusahaan asing (~99%). Dan jika
Penyelesaian dan pembenahan jalur Sabuk Utara, Sabuk Tengah dan Sabuk
Selatan. Adapun Sabuk Utara yakni terdapat lintas yang belum terhubung
yaitu: Tj. Pinang – Sintete, akan diselesaikan pada 2017-2019. Sedangkan
pada Sabuk Tengah yakni terdapat lintas yang belum terhubung: Wahai–
Fak Fak, diselesaikan pada akhir tahun 2014 sejalan dengan akan
dilakukannya peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal). Terakhir, untuk
Sabuk Selatan yakni telah terhubung sejak tahun 2013, akan dilakukan
peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal).
Jumlah kapal penagkap ikan yang bermotor pada tahun 2012 sebanyak
484.750 buah, sedangkan untuk perahu tanpa motor sebanyak 320.980 buah
(FAO Annual Report 2013) dari
total kapal penangkap ikan
seluruh dunia sebanyak
2.710.300 buah kapal bermotor
dan 2.011.000 buah perahu
tanpa motor.
Berdasarkan Statistik Produksi
Perikanan Tangkap yang dirilis
oleh FAO Tahun 2012, Indonesia merupakan produsen terbesar kedua
setelah Tiongkok dengan besaran produksi 5.813.800 ton (produksi
Tiongkok sebesar 16.167.443 ton). Produksi perikanan tangkap dunia pada
tahun 2012 adalah sebesar 91.336.230 ton, ini berarti Indonesia
berkonstribusi sebesar 6,37%.
Sementara itu untuk produksi perikanan budidaya, Indonesia menempati
urutan ke 4 terbesar setelah Tiongkok, India dan Vietnam dengan total
produksi sebesar 3.067.660 ton atau senilai US$ 6.715.108.000,- dari total
produksi dunia sebesar 66.633.253 ton atau senilai US$ 137.731.508.000,-.
Ini berarti produksi perikanan budidaya Indonesia pada tahun 2012 sebesar
4,6% volume produksi atau sebesar 4,88% dari nilai produksi.
Industri Pengolahan Sumberdaya Hayati Laut
Permintaan pasar dunia terhadap produk industri pengalengan ikan sangat
besar, sementara konstribusi produk industri pengalengan ikan nasional
sangat kecil yaitu 4%.
Iptek Kemaritiman
Pembangunan kemaritiman memberikan prospek yang menjanjikan
keuntungan finansial tinggi. Namun demikian aktifitas kemaritiman
merupakan aktifitas yang memiliki resiko tinggi (padat resiko). Oleh karena
itu, untuk mengurangi resiko dan meningkatkan manfaat ekonomi, aktifitas
kemaritiman harus didukung iptek secara memadai, di samping sumberdaya
manusia yang handal.
Pemerintah juga telah berkomitmen untuk mengembangkan paradigma
pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan kemaritiman. Dukungan
Iptek sangat diperlukan untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya alam. Hal ini sebagaimana terlihat dalam RPJM 2015-2019, arah
kebijakan pembangunan iptek untuk mendukung keberlanjutan dan
pemanfaatan sumberdaya hayati adalah: (i) melaksanakan secara konsisten
dan terurut dengan baik kegiatan eksplorasi, konservasi, pemuliaan, dan
diseminasi; dan (ii) melaksanakan kewenangan sebagai otoritas keilmuan
sebaik-baiknya sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan perundangan.
Untuk sumberdaya nir-hayati, arah kebijakan litbangnya adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang sumberdaya kelautan,
limnologi, dan kebencanaan. Strategi utama yang dilaksanakan adalah
Inovasi Maritim
Masyarakat Indonesia saat ini masuk dalam kelompok Lower Middle Income
($.3.592), masyarakat berpenghasilan kecil dan menengah. Pembangunan
berdimensi kemaritiman yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia harus
mampu menggeser dan mengeluarkan masyarakat Indonesia dari perangkap
Lower Middle Income dan menuju kelompok Upper Middle Income, yaitu
masyarakat yang berpenghasilan menegah tinggi sekitar $12.000. Iptek akan
memainkan peran penting untuk membawa masyarakat Indonesia keluar dari
kelompok Lower Middle Income ini menuju kelompok Upper Middle Income
melalui inovasi yang berkelanjutan.
Inovasi, juga sering disebut pembaruan, pada prinsipnya adalah suatu
perubahan atau proses penerapan ide-ide atau invensi dalam suatu sistem
produksi dan/atau pelayanan sehingga menghasilkan produk dan/atau
layanan yang berlipat ganda. Inovasi dapat berbasis teknologi, manajemen,
pemasaran, budaya kerja atau lainnya. Kata kunci yang paling dalam inovasi
adalah berlipatgandanya kualitas dan/atau kualitas produk dan/atau jasa.
Untuk mempercepat tercapainya sasaran, inovasi di bidang kemaritiman akan
dilaksanakan melalui jejaring masyarakat yang ada, diutamakan antara lain
jejaring inovasi produk sumberdaya alam maritim, jejaring inovasi pariwisata
dan jejaring inovasi pelayaran rakyat.
1) Aspek Kelembagaan
Kementerian koordinator Bidang Kemaritiman merupakan kementerian baru
yang dibentuk dalam jajaran Kabinet Kerja. Sejak diumumkan oleh Presiden
Joko Widodo pada saat pembentukan Kabinet Kerja pada tanggal 27 Oktober
2014, Kementerian Koordinator ini praktis belum memiliki bentuk
kelembagaan.
Bentuk kelembagaan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman
selanjutnya ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang
diterbitkan pada tanggal 23 Januari 2015. Berdasarkan Keputusan Presiden
ini Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terdiri dari 1 (satu)
Sekretariat Kementerian Koordinator, 4 (empat) Deputi, 4 (empat) Staf Ahli
dan Inspektorat.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman selanjutnya baru ditetapkan pada tanggal 13 Maret 2015
berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Nomor 1
Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman.
Sebagai landasan kerja, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman saat
ini hanya mendasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2015.
Dalam hal tertentu Kementerian ini memerlukan dukungan legalitas lain
dalam bentuk Kepres, Perpres maupun Inpres sebagaimana Kementerian
Koordinator lainnya.
Sebagai Kementerian Koordinator baru, tugas dan fungsi Kementerian
Koordinator ini sebelumnya sudah menjadi domain Kementerian
Koordinator lainnnya yang terdahulu. Kondisi ini menjadikan kendala bagi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dalam melaksanakan tugas
koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kepada Kementerian yang berada
di bawah koordinasinya. Sebagai contoh, sejumlah isu tertentu yang menjadi
domain koordinasi Kementerian Koordinator secara legal masih menjadi
menjadi tugas Kemenko lain karena masih didasarkan peraturan lama yang
belum disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saat ini. Terdapat sekitar 20
produk hukum berupa perpres, kepres dan inpres yang perlu disesuaikan
dengan keberadaan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
2) Sasaran strategis #2: Menguatnya jatidiri bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari
yang inovatif, berkarakter dan berbudaya nusantara
Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian isu-isu strategis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
di Iptek, Sumberdaya Manusia dan Budaya Maritim diarahkan untuk
mempercepat:
a. Tersedianya sinergitas sistem pendidikan dan pelatihan maritim yang
berkualitas;
3) Sasaran strategis #3: Meningkatnya pengelolaan dan nilai tambah sumberdaya alam
Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan
pengendalian isu-isu strategis Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritimandi bidang Sumberdaya Alam dan Jasa diarahkan untuk
mempercepat:
a. Peningkatan sinergi tatakelola sumber daya hayati secara berkelanjutan;
b. Peningkatan pemanfaatan dan nilai tambah sumber daya mineral, energi,
dan nonkonvensional yang ramah lingkungan dan mengutamakan
kepentingan nasional;
c. Berkembangnya jasa kemaritiman yang inovatif dan berdaya saing global;
dan
d. Peningkatan kualitas lingkungan maritim dan terwujudnya tatakelola
kebencanaan maritim yang terpadu.
Mewujudkan
tatakelola
pemerintahan yang
baik di Kementerian
Koordinator Bidang
Dalam analisa laporan kinerja ini tidak membahas capaian kinerja tahun
sebelumnya karena Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman baru mulai
efektif melaksanakan kegiatan pada tahun 2015.
Pada tabel diatas terlihat bahwa capaian total kinerja Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman sebesar 101,13% dari target yang ditetapkan.
Penghitungan capaian kinerja tersebut diatas dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah capaian dengan target. Selain target teknis diatas
(indikator nomor 1-10) juga ditetapkan target dalam bidang keadministrasian/
pelayanan sebagai kegiatan penunjang di Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman (indikator nomor 11-14). Indikator nomor 11-14 merupakan
indikator standar yang ada di setiap instansi pemerintah, yang mana pelaksanaan
evaluasi penilaian baru dimulai pada triwulan II tahun berikutnya. Sehingga
sebagai Kementerian yang baru maka belum mendapatkan nilai capaian pada
indikator kinerja dimaksud.
Untuk mencapai target IKU di atas, dicapai dengan beberapa indikator kinerja.
Pada akhir tahun anggaran capaian hasil dari SS1 adalah 100% dari target, dengan
rincian seperti pada tabel berikut:
Target Capaian
Pelayaran dengan KRI Banda Aceh dilaksanakan selama 28 hari dengan rute:
Jakarta – Makassar – Sorong – Saumlaki – Kupang – Jakarta. Jumlah
peserta/relawan yang terlibat dalam pelayaran tersebut adalah 250 orang serta
melibatkan total lebih 2.000 orang/masyarakat di seluruh lokasi dan pelabuhan
singgah. Adapun kegiatan ENJ yang dilaksanakan menggunakan kapal-kapal
perintis diikuti oleh peserta dari berbagai daerah yang menyinggahi pelabuhan-
pelabuhan perintis di daerah/pulau-pulau terpencil. Berikut adalah manfaat
dari pelaksanaan ENJ 2015:
a. Optimalisasi akses kapal-kapal perintis dengan pulau-pulau terluar dan
terpencil
b. Mobilisasi berbagai bahan kontak pemerintah maupun BUMN, ORMAS,
SWASTA, bagi pemerintah daerah atau masyarakat di pulau-pulau terluar,
erpencil maupun di wilayah perbatasan;
c. Pelatihan keterampilan, penguatan wawasan kebangsaan dan jiwa bela
negara bagi generasi muda selama pelayaran dan di lokasi penyelenggaraan;
d. Menyelenggarankan kegiatan pengobatan, pengajaran di sekolah-sekolah,
penyuluhan dan hiburan oleh K/L dan Orsos;
e. Penyelenggaraan aksi bersih dan bina cinta lingkungan pesisir dan laut
f. Pasar Murah yang menjual kebutuhan sehari-hari dengan harga murah
Melalui serangkaian kegiatan koordinasi pada tahun 2015 yang ditujukan bagi
pengembangan kebijakan pemanfaatan energi baru terbarukan, telah dicapai
rekomendasi dan hasil-hasil hal sebagai berikut:
a. Upaya desentralisasi pembangkit listrik skala kecil yang
memanfaatkan potensi sumber energi lokal sebagai bagian dari
upaya peningkatan kemandirian energi serta pemanfaatan sumber
energi baru terbarukan sebagai energi alternatif yang tersedia secara
lokal. Hal ini telah dimulai dengan pencanangan Program
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Pesisir
250 KW di Krueng Raya Aceh Besar telah dicanangkan pada 13
Desember 2015.
Salah satu hasil dari pemberian fasilitas bebas visa adalah berperan dalam
peningkatan jumlah wisatawan sebesar 19,73% pada periode 23 September-23
November 2015 (data Kementerian Pariwisata), yaitu 684.373 orang
dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebanyak 571.565 kunjungan.
IKU No. 7 Persentase Regulasi SDA dan Jasa Bidang Kemaritiman yang
Diharmonisasikan dan Ditindaklanjuti
*) Rumusan sasaran strategis berdasarkan rumusan dalam dokumen perjanjian kinerja yang
ditetapkan sebelum tersusunnya Renstra Kemenko Bidang Kemaritiman
Adapun hasil yang dicapai pada tahun 2015, sesuai dengan indikator
kinerja adalah sebagai berikut:
2. KEK Sorong
Untuk mempercepat akselerasi pembangunan di wilayah indonesia khususnya
di wilayah indonesia bagian timur maka di lakukan dengan berbagai stategis
kebijakan guna mendorong dan mempercepat pembangunan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya yang ada dan di dukung dengan
ketersediaan infrastruktur yang strategis.
Berdasarkan undang – undang nomor 39 tahun 2009 tentang kawasan
ekonomi khusus menegaskan bahwa untuk mempercepat pengembangan
ekonomi diwilayah tertentu yang bersifat strategis bagi perkembangan
ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah
dalam kesatuan ekonomi nasional, maka perlu di kembangkan Kawasan
Ekonomi Khusus.
Salah satu lokasi pengembangan KEK adalah KEK Sorong. Kabupaten
sorong mempunyai letak yang strategis dengan di dukung oleh potensi sumber
daya alam yang melimpah. Kabupaten Sorong terletak di jalur lintasan
perdagangan internasional Asia Pasifik – Australia. Potensi yang dimiliki
adalah sektor perikanan, sektor perhubungan laut, sektor pariwisata bahari,
pertambangan dan industri maritim. Dengan mengkaji kedudukan Kabupaten
Sorong yang terletak di perlintasan jalur pelayaran internasional dan dengan
kemampuan potensi sumber daya alam yang ada serta adanya potensi
destinasi pariwisata bahari Raja Ampat, maka sepatutnyalah bahwa
Kabupaten Sorong dapat lebih berkembang baik secara fisik infrastruktur
maupun tingkat pertumbuhan perekonomian.
Analisis keterkaitan hulu–hilir Komoditas Unggulan: Industri Perikanan;
Industri Rumput Laut; Industri Pariwisata; Industri Sagu; Industri Hasil
peternakan Sapi; Industri Galangan Kapal. Sementara analisis ketersediaan
Berkenan dengan hal tersebut maka Bupati Cilacap telah meminta bahan
pertimbangan kepada jaksa agung dan telah memberikan pendapat
hukum/legal opinion, namun oleh Kepala Badan Pertanahan Cilacap belum
sependapat. Oleh sebab itu, maka Kepala Pertanahan Cilacap akan meminta
pendapat kepada Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan
pertanahan Nasional (BPN) tentang penggunaan Undang Undang nomor 22
Sebagai kementerian baru yang dibentuk pada tahun 2015 sesuai dengan
Perpres No. 10 tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Peraturan Menko Kemaritiman No. 1 tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, secara
efektif penggunaan anggaran di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
baru dimulai sejak bulan Juni 2015. Sampai dengan akhir Desember 2015, dari
total pagu anggaran sebesar Rp 125.000.000.000, realisasi yang dibelanjakan oleh
Kemenko Bidang Kemaritiman adalah Rp 106.121.139.780 atau 84,90%,
sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.
Kegiatan Peningkatan
6 5606 Koordinasi Kebijakan Sumber 5.303.940.000 3.288.612.780 62,00
daya Alam dan Jasa
Kegiatan Peningkatan
7 5607 Koordinasi Kebijakan 9.680.445.000 7.339.646.508 75,82
Infrastruktur
Kegiatan Peningkatan
8 5608 Koordinasi Kebijakan SDM, 28.595.858.000 23.898.301.909 83,57
Iptek, dan Budaya Maritim
Gambar 23. Grafik Persentase Realisasi Penyerapan Anggaran Bulanan Tahun 2015
Hasil pengukuran kinerja dalam laporan ini diperoleh melalui laporan dari
seluruh unit kerja lingkup Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
(masing-masing Deputi, Sekretariat Menteri dan Biro-Biro di bawah Sekretaris
Menteri), serta pemaparan langsung dan diskusi. Hasil dari laporan, pemaparan
dan diskusi tersebut kemudian dianalisis dan disajikan menjadi laporan lengkap
yang terintegrasi.Penyusunannya laporan ditujukan dalam 2 (dua) kelompok
sasaran yaitu:
a. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dalam lingkup
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
b. Terwujudnya sinergi antar sektor, tersedianya rekomendasi solusi atas
permasalahan sektoral, serta termonitornya implementasi kebijakan di
bidang tugas kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Pada tahun 2015, disebabkan karena waktu efektif kegiatan Kementerian dan
keterbatasan sumberdaya manusia (pegawai) maka unit kerja eselon 1 dan 2
belum dapat menyiapkan laporan akuntabilitas kinerja masing-masing.
Melalui laporan ini, diharapkan bisa menjadi umpan balik dalam proses
penyusunan perencanaan kinerja tahun berjalan, sehingga sistem akuntabilitas
kinerja instansi Pemerintah (SAKIP) di Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dapat berjalan dengan baik dan dapat merealisasikan sasaran dan
target kegiatan yang sesuai tugas dan fungsinya, serta masyarakat dapat
merasakan manfaat yang baik akan keberadaan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman.
Semoga laporan ini, bermanfaat untuk semua pihak yang menjadi pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan kegiatan masyarakat Indonesia.
Terima kasih