ESSAY ILMIAH
Diajukan guna penyelesaian tugas pengganti ujian akhir semester mata kuliah
pemeriksaan keuangan negara
Dosen Pengampu : Bpk. Dadang Suwanda
oleh
RINALDA DWI WARDAIN DUNGGIO
NPP.30.1313
Pendahuluan
Pandemi Covid-19 yang terjadi pada triwulan pertama tahun
2020 menimbulkan dampak yang berkepanjangan dan menyeluruh
disetiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Pemerintah Indonesia
dalam rangka menghadapi pandemi covid-19 ini mengeluarkan
kebijakan program PSBB( Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang
membuat hampir keseluruhan aktivitas pekerjaan masyarakat
dilakukan dengan cara virtual atau work from home (WFH). Hal ini
juga dilakukan oleh nyaris keseluruhan lembaga, kementrian ataupun
instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah yang berada di
seluruh Indonesia.
1
digital terutama data beberapa tahun sebelumnya. Bahrullah Akbar
selaku Anggota V BPK RI menyebutkan untuk mengatasi kendala
tersebut BPK menerapkan metode alternative dan mengintensifkan
pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pemeriksaan yaitu
pemeriksaan berbasis komputer,pengarsipan kertas kerja secara
elektronik namun sesuai standar audit, penggunaan dan pemanfaatan
Sistem Aplikasi Pemeriksaan (SiAP) laporan keuangan versi terbaru,
serta portal e-audit. (Setiawan, 2020)
Pembahasan
Sistem pemeriksaan keuangan di Indonesia yang dilakukan
oleh BPK diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu UU
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara serta UU Nomor 15 Tahun 2006
tentang BPK. Pada legislasi ini mengatur lingkup, standar
pemeriksaan dan kewenangan BPK dalam pemeriksaan. Lingkup
pemeriksaan BPK adalah keseluruhan unsur keuangan negara
dengan wewenang melakukan 3 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan
keuangan yang menghasilkan opini, pemeriksaan kinerja yang
menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi serta pemeriksaan
dengan tujuan tertentu dalam rangka pelaksanaan investigasi khusus.
Pada masa pandemi, BPK dituntut untuk memanfaatkan sistem
pemeriksaan berbasis teknologi dikarenakan adanya kebijakan WFH
dan PSBB. Maka dari itu dibuatlah Peraturan BPK RI Nomor 42
Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sistem Elektronik, Informasi
Elektronik dan Dokumen Elektronik di Lingkungan Badan Pemeriksa
Keuangan yang mengatur bahwa dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi BPK dapat dibantu dengan penyelenggaraan sistem berbasis
elektronik. Adanya peraturan ini menjadi landasan keabsahan
penggunaan sistem elektronik dan dokumen elektronik seperti
sertifikat elektronik ataupun tanda tangan elektronik.
Pemeriksaan secara elektronik atau jarak jauh pada praktiknya
sudah dilakukan semenjak sekitar 10 tahun belakang, seiring dengan
pemanfaatan teknologi berbasis aplikasi dan digitalisasi pada setiap
2
sektor publik. Walapun begitu, Pemeriksa dalam pelaksanaannya
dituntut untuk tetap menaati standar kualitas pelaksanaan tugasnya.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), Standar Pemerolehan Keyakinan
Mutu (SPKM), Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP), Sistem
Pengendalian (SPI), Standar Satuan Harga (SSH), Enam Pilar
Standar Pengendalian Mutu BPK, dan beberapa pedoman lainnya
dengan tujuan memberi garis sempadan standar kualitas yang tetap
harus dipenuhi pemeriksa.
E-audit BPK sendiri awalnya diterapkan karena permasalahan
kurangnya auditor atau SDM yang mumpuni dibandingkan banyaknya
entitas yang diperiksa apalagi dengan tenggat waktu yang terbatas. E-
audit BPK menggunakan sistem Computer assisted audit technique
(CAAT) atau teknik audit berbantuan komputer dengan menggunakan
software audit dimana BPK memasang perangkat agen konsolidator
pada entitas pemeriksaan dan master konsolidatornya pada pusat
data BPK. Agen konsolidator dan master konsolidator adalah
sepasang aplikasi yang berfungsi sebagai ETL (extract, transform,
and load) dari sumber data yang berada di database entitas ke pusat
data BPK. (Mubiroh, 2019)
BPK selanjutnya akan melakukan audit setelah menerima
laporan keuangan dari entitas yang sedang diaudit. Fitur yang
terdapat pada portal audit sendiri masih terbatas yang dijabarkan
pada tabel 1. Berikut.
3
Fitur Data
pencarian a. data manifes garuda
utama b. nomor transaksi penerimaan negara.(NTPN)
c. nomor identitas wajib pajak.(NIWP)
d. iuran wajib pegawai.(IWP)
e. tabungan dan asuransi pensiun.(taspen)
f. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
4
Tahap audit jarak jauh pada dasarnya sama dengan tahapan
pemeriksaan langsung. Cotton (2021) menyatakan pemeriksaan jarak
jauh terdiri dari tiga tahap: perencanaan, pemeriksaan, dan pelaporan.
1. Perencanaan, Sejak awal, perencanaan ke depan
diperlukan untuk memastikan semua alat dan proses yang
benar tersedia. Pendekatan yang tepat untuk bisnis perlu
dipertimbangkan serta pemikiran yang diberikan pada
persyaratan kepatuhan industri tertentu serta infrastruktur
teknologi. Oleh karena itu, diskusi perlu dilakukan dengan
auditor sebelum investigasi dimulai untuk mengklarifikasi
proses audit dan menyepakati metode teknologi dan
rencana yang telah diselesaikan.
2. Pemeriksaan, Audit jarak jauh yang sukses bergantung
pada konektivitas yang memadai untuk memastikan
komunikasi antara auditee dan auditor stabil. Setelah
berjalan, audit akan dimulai dan bukti dikumpulkan melalui
wawancara, tinjauan dokumentasi dan catatan serta
pengamatan proses dan kegiatan. Semua bukti akan
ditinjau dan dilaporkan untuk mendukung temuan dan
kesimpulan audit - satu-satunya perbedaan adalah audit
akan dilakukan dengan menggunakan teknik jarak jauh.
3. Tahap akhir audit adalah mengembangkan laporan auditor.
Selain laporan audit di tempat yang standar, laporan audit
jarak jauh juga akan mencakup rincian tentang metode
audit jarak jauh yang telah digunakan dan akan
mengklarifikasi keefektifan audit dalam mencapai tujuan
bisnis yang telah ditetapkan
Contoh nyatanya, pada tahap wawancara atau proses
pengambilan informasi dan data, pemeriksaan konvensional dilakukan
secara langsung dengan bukti laporan wawancara atau catatan
permintaan informasi yang ditandatangani bersama akan langsung
diperoleh.
Sementara itu, untuk audit jarak jauh yang dilakukan melalui
alat komunikasi tertentu dan dilakukan secara online dan nantinya
akan disertai dengan transkrip wawancara atau bukti BAPK yang
ditandatangani secara terpisah, rekaman video/rekaman/konfirmasi
pertemuan, absensi elektronik atau bukti tangkapan layar wawancara
serta permintaan informasi dan klarifikasi akan diperoleh kemudian.
Kelebihan dari remote audit diuraikan oleh Litzenberg &
Ramirez (2020 dan Permana (2022) antara lain :
5
1. Meminimalisir biaya perjalanan
2. mengurangi beban audit pada biaya operasional
3. Menumbuhkan rasa kompetitif dan pembaruan akan ilmu
teknologi informasi
4. menyempurnakan hasil review dokumen
5. Mengoptimalkan semangat pemeriksaan
6. Memperluas wilayah pemeriksaan,
7. Memberi akses pelibatan tenaga yang benar-benar ahli pada
bidang tersebut
8. Meningkatkan kolaborasi
6
misalnya, ketika orang mengirim dokumen melalui email atau
membagikannya di platform media sosial. Selain itu, aplikasi gratis
dapat memudahkan orang untuk melihat dan berbagi dokumen dan
proses audit, yang dapat menyebabkan kebocoran data.
Secara umum, pemeriksaan jarak jauh memiliki beberapa
keterbatasan dibandingkan dengan pemeriksaan konvensional.
Contohnya, Auditor yang bekerja di lapangan sering kali merasa sulit
untuk mendapatkan tingkat umpan balik yang sama seperti yang akan
mereka dapatkan jika mereka melakukan audit secara langsung.
Selain itu, dokumen elektronik yang dikirim melalui email atau media
sosial dapat dengan mudah disalin dan dibagikan, yang dapat
membuatnya kurang dapat diandalkan sebagai bukti apabila terjadi
tindak pidana. (Pasal 1885 KUH Perdata dan Putusan MA
3609/K/Pdt/1985).
Berbagai kendala maupun kekurangan dalam pelaksanaan
pemeriksaan jarak jauh tidak serta merta membuat sistem audit jarak
jauh tidak layak untuk dilanjutkan di masa setelah pandemi. Proses
perencanaan yang baik akan membantu meminimalkan kendala
maupun kekurangan sistem ini.
Proses perencanaan yang baik dalam audit jarak jauh dapat
dilakukan dengan memastikan proses dan waktu yang tepat dalam
pengambilan informasi, jenis teknologi yang akan diterapkan
(misalnya komputer, kamera ataupun drone sampai dengan teknisi
atau operator yang mengoperasikan), kewenangan dalam melakukan
pengambilan video maupun fotografi, batasan-batasan yang perlu
dipertimbangkan karena bersifat rahasia.
Kemudian untuk proses pemeriksaan dapat mencoba
menggunakan beberapa jenis teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan pemeriksaan lapangan secara langsung . contohnya
dengan memanfaatkan teknologi komunikasi langsung dua arah,
termasuk penggunaan livestreaming ataupun teknologi two-way smart
glasses (kacamata pintar dua arah).
Dalam pengecekan dokumen terhadap bukti dilapangan,
auditor harus terlebih dahulu membuata susunan daftar wilayah atau
aspek yang menjadi fokus dalam pengambilan data melalui foto
ataupun video. Contohnya pada aspek pemeriksaan keamanan bahan
kimia dimana auditor memperhatikan akses jalur ke fasilitas yang
mana yang aman dan berbahaya, kemudian video pengawasan
(CCTV) arus balik yang terjadi di sekitar area. Setelah itu pemeriksa
dapat membuat catatan dan menyiapkan daftar pertanyaan.
7
Wawancara jarak jauh dalam prosesnya tidak berbeda dengan
wawancara langsung. Namun untuk mengatasi kendala-kendala yang
dapat terjadi pada saat wawancara langsung misalnya keterbatasan
jaringan maka sebelum itu lakukan perencanaan wawancara yang
baik. (misalnya, Microsoft Teams, Skype, Meet dan Zoom). Misalnya
buatlah rencana tenggat wawancara sekitar 30 hingga 90 menit
dengan auditee. Pembagian waktunya dapat dilakukan wawancara
singkat sekitar 15 menit dengan auditee yang ditunjuk dan memang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan,
kemudian wawancara singkat berikutnya sekitar 10 menit dengan
auditee lainnya yang bertanggung jawab dalam mendukung fokus
audit agar auditor turut memperoleh pengetahuan tentang budaya
umum. Komunikasi secara video lebih baik dilakukan daripada hanya
panggilan suara saja karena pergerakan atau isyarat-isyarat non-
verbal akan membantu jalannya komunikasi. Sebelum melakukan
wawancara auditor terlebih dahulu sudah siap dengan daftar
pertanyaan dan informasi-informasi tambahan lainnya yang
mendukung pelaksanaan pemeriksaan secara wawancara, informasi
tersebut dapat diperoleh dengan kajian dokumen-dokumen terdahulu.
Apabila lebih dari satu auditor berpartisipasi dalam wawancara,
afeksi terhadap sesama harus dilakukan agar tidak ataupun dengan
auditor lainnya. Harus disadari bahwa tidak semua orang merasa
nyaman berkomunikasi melalui video, terutama auditee yang jarang
melakukannya dan awam terhadap teknologi. Kalaupun hal tersebut
tidak dapat dihindari, bisa dicoba dengan mengatur intonasi sebaik
mungkin, selalu sopan dan sadar akan bahasa tubuh yng kita
gunakan.
Selain itu, Direktorat Litbang BPK RI melalui Subdirektorat
Litbang PDTT, selaku perwakilan dari BPK menyusun Panduan
Pemeriksaan Jarak Jauh untuk meminimalisir risiko dan mengatasi
kendala yang terjadi. Panduan tersebut berisi pedoman tentang tata
cara entry meeting dan exit meeting secara jarak jauh, pengujian
sistem pengendalian intern, review dokumen, wawancara, serta
pengujian substantif ( misalnya pengujian kas, persediaan, dan
belanja modal khususnya pada proyek konstruksi) (Permana, 2022).
Panduan ini dapat digunakan untuk semua jenis pemeriksaan.
Kesimpulan
E-audit BPK adalah teknik audit berbantuan komputer dengan
menggunakan software audit. Pada portal e-audit terdiri atas tiga fitur
8
yaitu fitur pencarian utama, data antar dan fitur laporan keuangan
pemerintah daerah. e-audit yang diterapkan hanya sebagai wadah
pengumpulan data-data yang memang sudah tersedia dalam bentuk
elektronik atau soft file. Untuk mengumpulkan data berupa foto
dokumentasi, suara, bukti fisik belum tersedia dalam fitur-fitur e-audit
Sedangkan remote audit atau pemeriksaan jarak jauh
merupakan audit yang dilakukan sebagian atau seluruhnya di luar
lokasi atau secara daring. Kelebihan dari audit jarak jauh adalah
dapat mengatasi permasalahan kekurangan sumber daya dan
biaya operasional yang diperlukan. Namun remote audit juga
memiliki kekurangan yaitu data atau bukti yang diperoleh
nantinya akan berkurang kredibilitasnya dan jumlah datanya
dibanding dengan pemeriksaan konvensional. Maka dari itu,
diperlukan perencanaan yang baik untuk meminimalkan kendala
dan kekurangan sistem tersebut.
REFERENSI
9
Daerah Istimewa Yogyakarta. Berkala Akuntansi dan
Keuangan Indonesia Vol. 04 No. 1, pp. 15-34.
Permana, F. Y. (2022, Mei 27). PEMERIKSAAN JARAK JAUH,
ADAPTASI BARU DI ERA “NEW NORMAL”. Retrieved
Desember 16, 2022, from Situs Resmi BPK RI:
https://www.bpk.go.id/news/pemeriksaan-jarak-jauh-adaptasi-
baru-di-era-new-normal
Setiawan, A. (2020, Juli 25). Mengawal Keuangan Negara di Tengah
Covid-19. Retrieved 12 16, 2022, from Indonesia.go.id:
https://www.indonesia.go.id/ragam/komoditas/ekonomi/menga
wal-keuangan-negara-di-tengah-covid-19
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan
Peraturan BPK RI Nomor 42 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sistem
Elektronik, Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik di
Lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Putusan Mahkamah Agung 3609/K/Pdt/1985
10