Anda di halaman 1dari 3

Resume Kuliah Alasan dimasukkannya tindak pidana korupsi kedalam RUU KUHP

Undang-Undang Korupsi merupakan bagian dari kebijakan kriminal untuk menaggulangi kejahatan yaitu
korupsi.Bagian dari kebijakan criminal merupakan upaya untuk memberantas korups.i Didalam hukum
pidana sanksi pidana sebagai ultimum remedium bukan primum remedium, merupakan upaya terakhir
dalam hal penegakan hukum. Didalam hokum pidana tindak pidana korupsi dibagi dalam beberapa bab
yaitu:

1. Tindak Pidana Korupsi terdapat didalam Bab 2


2. Tindak Pidana Berkaitan Korupsi terdapat didalam Bab 3
3. Tindak Pidana Setelah Korupsi seperti pencucian uang (money laundering) yang berasal dari
korupsi terdapat didalam Bab 4

Ada kekurangan yang ingin diberantas dari Tindak pidana korupsi yaitu TIndak pidana setelah
korupsi.Tindak Pidana Setelah korupsi diatur tersendiri didalam bab 4 yaitu tentang money laundering.
Predicate Offence dalam money laundering yaitu tindak pidana “asal ” dari money laundering yang
dihasilkan dari dari berbagai tindak pidana seperti tindak pidana penipuan, narkoba, penggelapan,
pencurian.

Orang dapat dipidana karena money laundering apabila berasal dari korupsi tanpa menyebut peraturan
yang mana. Jika Undang-Undang tersebut demikian maka setiap pelaku dapat dikenakan pasal tentang
pencucian uang padahal terdapat alasan seseorang melakukan korupsi yaitu karena alasan ekonomi
menengah. Karena dia ekonomi menengah terpaksa dia menggunakan dirinya untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya.

Money laundering merupakan pencucian uang yang berasal dari kejahatan yaitu tindak pidana korupsi,
tindak pidana kesusalaan,pelacuran. Tetapi dilihat darimana peraturan tersebut, padahal diliaht dari
sejarahnya Money Laundering bermaksud untuk memberantas tipuan besar seperti mafia narkoba
dengan melakukan pencucian uang dengan menjual ganja. Jadi itu merupakan mafia semacam korporasi
besar yang menyelenggarakan upaya hukum dengan mencuci uangnya. Jadi sasaran dari money
laundering adalah peraturan hukum kejahatan besar bukan si pelakunya. Karena didalam peraturan
terdapat orang-orang yang menyelenggarakan peraturan besar.
Masalah Kebijakan Hukum Pidana

Hukum Tindak Pidana


Pidana Korupsi

Masalah Kebijakan
PertanggungJawaban Pidana (Korporasi)
Hukum Pidana

Pidana (mati)

Terkait dengan sanksi pidana penal yaitu pidana mati terdapat beberapa masalah yang belum teratasi
yaitu:

- apa sebab seseorang dijatuhi hukuman mati tetapi korupsi semakin marak
- apa sebab hakim tidak pernah menjatuhi hukuman mati , sampai saat ini tidak ada satupun
koruptor yang dijatuhi pidana mati. Semua pelaku delik narkoba yang dijatuhi pidana mati.
- Mengapa kebijakan formulasi tindak pidana mati sulit dijatuhkan karena kemungkinan besar
pidana mati formulasi atau permusannya yang salah di Undang-Undang.
- Syarat dijatuhi pidana mati adalah kalau dilakukan dalam keadaan tertentu. Keadaan tertentu
yang menyebabkan sulit.

Mengapa demikian karena landasan delik pidana mati hanya untuk Pasal 2 saja yaitu memperkaya diri
sendiri, padahal delik korupsi tidak hanya di Pasal 2. Padahal istilah korupsi yang paling sering jika kita
mendengar korupsi adalah “Suap Menyuap”. Orang yang melakukan suap menyuap terdapat di Pasal 5
sedangkan Pejabat yang melakukan suap menyuap terdapat di Pasal 12 tidak pernah diancam pidana
mati.

Didalam Undang-Undang Korupsi jika subjeknya korporasi pidananya adalah dendanya, karena delik
korupsinya itu hanya diancam dengan pidana pokok penjara dan denda. Terdapat didalam Pasal 20,
Apabila tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi maka korporasi hanya dikenakan pidana denda.
Denda tersebut diperberat dengan ditambah 1/3.

Jenis PIdana Korporasi selayaknya hukum untuk korporasi (Badan Usaha)

- Financial Sanction (selain denda yaitu sanksi ganti rugi)


- Structur Sanction
- Stigmatizing Sanction
Penal System (Sentencing system)

Asas Tujuan Aturan Pedoman

Pidana
Tindak
Pidana
Pertanggu
ngJawaban
Pidana

Anda mungkin juga menyukai