Anda di halaman 1dari 2

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO


TAHUN 2018/2019

Nama : Marthsian Y. Anakotta


NIM : 11000118410046
Kelas/Jurusan : Reguler A / Pembaharuan Hukum Pidana
Matkul : Filsafat Ilmu
DP : Prof. Dr. Drs. Iriyanto Widisuseno, M.Hum.

Apa itu Etika dalam Penelitian dan Mengapa Penting ??

1. Etika dalam Penelitian, berarti bahwa peniliti dalam melakukan penelitian harus
melihat tentang masalah-masalah moral seperti prilaku, norma dan adat istiadat
yang berlaku pada komunitas tertentu. Dalam etika, nilai kebaikan dari tingakah laku
yang penuh dengan tanggungjawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun
terhadap tuhan sebagai sang pencipta akan membuat penilitian tersebut dapat
berguna baik bagi semua pihak.
2. Etika dalam Penelitian penting karena Pertama, norma mempromosikan tujuan
penelitian, seperti pengetahuan, kebenaran, dan penghindaran kesalahan; Kedua, karena
penelitian sering melibatkan banyak kerjasama dan koordinasi di antara banyak orang yang
berbeda dalam berbagai disiplin dan institusi, standar etika mendorong nilai-nilai yang
penting untuk kerja kolaboratif, seperti kepercayaan, akuntabilitas, saling menghormati, dan
keadilan; Ketiga, banyak norma etika membantu memastikan bahwa peneliti dapat dimintai
pertanggungjawaban kepada publik; Keempat, norma etika dalam penelitian juga
membantu membangun dukungan publik untuk penelitian. Akhirnya, banyak norma
penelitian mempromosikan berbagai nilai moral dan sosial penting lainnya, seperti tanggung
jawab sosial, hak asasi manusia, kesejahteraan hewan, kepatuhan terhadap hukum, dan
kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Pentingnya ke-empat hal di atas membuat peniliti harus berpegang pada prinsip
etika yang diberlakukan oleh berbagai kode :
 Kejujuran
 Objektivitas
 Integritas
 Kehati-hatian
 Keterbukaan
 Menghormati Kekayaan Intelektual
 Kerahasian
 Publikasi yang bertanggung jawab
 Mentoring yang bertanggung jawab
 Menghormati rekan kerja
 Tanggung jawab sosial
 Tanpa diskriminasi
 Kompetensi
 Legalitas
 Perawatan hewan
 Perlindungan subjek manusia
 Penelitian secara adil
 Pembuatan keputusan etis dalam penelitian

Mengetahui prinsip saja tanpa mengaplikasikannya dapat dimaknai bahwa peneliti


belum secara jelas memahami prinsip-prinsip tersebut sebagai sebuah kode. Contoh
mengaplikasian prinsip di atas dapat dilihat dari ke-tiga kasus yang diberikan. Pada KASUS 1,
peneliti diharuskan untuk tidak melakukan rekayasa, pemalsuan atau plagiat. Tindakan ini
dipandang tidak etis karena tidak sesuai dengan prinsip “Kejujuran”; KASUS 2, jika kemudian
dalam hasil penelitian disadari bahwa telah terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka peniliti
harus memberi tahu jurnal (dan rekan penulis lainnya) tentang masalah tersebut dan
pertimbangkan untuk melakukan koreksi, lalu dipublikasikan. Dengan demikian prinsip
“Kejujuran dan Objektivitas” dalam penelitian dapat terjaga; dan pada KASUS 3, saat berada
dalam situasi “Dilema Etika” idealnya, seorang peneliti membuat keputusan dalam dilema
etika harus dapat membenarkan keputusannya untuk dirinya sendiri, juga rekan kerja,
administrator, dan orang lain yang mungkin berpengaruh oleh keputusan tersebut. Poin
utamanya adalah bahwa penalaran manusia memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan etis namun ada batasan kemampuannya untuk menyelesaikan semua dilema etika dalam
jumlah waktu yang terbatas.

Terkait dengan kesalahan dalam penelitian, terdapat dua teori utama mengapa peneliti
melakukan kesalahan

1. Teori “Apel Buruk”, kebanyakan ilmuwan sangat etis. Hanya peneliti yang secara moral
korup, putus asa secara ekonomi, atau secara psikologis terganggu melakukan kesalahan.
Selain itu, hanya orang bodoh yang melakukan kesalahan karena sistim peer review saintis
dan mekanisme koreksi diri pada akhirnya akan menangkap mereka yang mencoba menipu
sistem. Bagaimanapun, kursus etika riset akan berdampak kecil pada "apel buruk," orang
mungkin membantahnya.
2. Teori Lingkungan “Stres” atau “Tidak Sempurna”, kesalahan terjadi karena berbagai tekanan,
insentif, dan hambatan institusional mendorong orang melakukan kesalahan, seperti
tekanan untuk menerbitkan atau memperoleh hibah atau kontrak, ambisi karir, mengejar
keuntungan atau ketenaran. , pengawasan siswa dan trainee yang buruk, dan pengawasan
para peneliti yang buruk.

Akhirnya, pendidikan dalam etika penelitian harus dapat membantu peneliti bergulat dengan
dilema etika yang mungkin mereka hadapi dengan mengenalkannya pada konsep, alat, prinsip,
dan metode penting yang dapat berguna dalam menyelesaikan dilema ini.

Anda mungkin juga menyukai