Anda di halaman 1dari 6

Metode Riset Akuntansi Keperilakuan

Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah sebagai


berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan panjang hingga
akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang baik. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak
sembarangan. Ada beberapa hal yang wajib untuk diperhatikan. Untuk itulah mengapa
sebelum melakukan riset, terlebih dahulu dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena
dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang terlibat dan etika riset digunakan sebagai
pedoman peneliti dalam bertindak terutama dengan orang lain yang notabene adalah subjek
penelitian. Selain itu, karena riset merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus
keilmuan dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu
sendiri, tentunya dalam perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang
melandasi seorang peneliti dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian
mengenai pentingnya etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga
penelitian tersebut benar-benar berada dalam koridor siklus keilmuan.
Ketika mendengar kata ‘etika’, yang terlintas dalam pikiran adalah suatu hal yang
berhubungan dengan sopan santun atau adat istiadat. Secara sederhana, Nicholas Walliman
menyatakan bahwa etika adalah aturan yang diperlukan dalam melakukan riset dan para
peneliti diharuskan untuk mengetahui sekaligus mengerti terlebih dulu tentang etika ini
sebelum melakukan penelitian. Sementara itu, David B. Resnik berpendapat bahwa etika
merupakan metode, prosedur, atau perspektif dalam memutuskan bagaimana melakukan dan
menganalisis isu atau problema yang kompleks dalam realitas sosial. Dalam hal ini, perlu
digarisbawahi bahwa apa yang dimaksud etika dalam penelitian bukan berbicara pada ranah
benar-salah (right and wrong) tapi lebih pada etis-tidaknya tindakan yang dilakukan peneliti
dalam setiap proses penelitiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan
penelitian terdapat beberapa tata nilai yang harus dipegang dan dilaksanakan oleh peneliti,
karena dalam penelitian pun terdapat etika penelitian (etika research).
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan kadar taat
asas dalam setiap aspek penelitian yang dilakukan. Menurut Resnik, setidaknya terdapat lima
alasan mengenai pentingnya etika penelitian, pertama, etika penting guna menunjang tujuan
penelitian itu sendiri, yaitu demi mencapai pengetahuan dan kesahihan. Hal ini akan
meminimalisir fabrikasi, falsifikasi, dan misrepresentasi data. Kedua, untuk menjamin adanya
kegiatan kolaboratif dalam penelitian baik antar maupun sesama peneliti dalam satu disiplin
atau lembaga tertentu. Ini memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap hasil karya
orang lain. Ketiga, menjamin akuntabilitas terhadap publik, hal ini terutama penelitian yang
dananya bersumber dari pendanaan public, seperti penelitian yang dilakukan oleh instansi
pemerintahan. Dengan demikian, etika yang ada dapat memberikan guidance bagi peneliti
untuk benar-benar akuntabel dalam penelitiannya. Keempat, dengan adanya etika maka
kualitas dan integritas peneliti sudah terkualifikasi sehingga akan sangat mudah dalam
memperoleh dukungan public, karena public yakin akan kualitas dan integritas peneliti
tersebut. Dan terakhir, etika dapat membangun dan memajukan tata nilai moral dan sosial
yang ada, seperti tanggung jawab social, taat hukum, dan hak asasi manusia. Dengan
demikian maka nilai tersebut akan tertanam di dalam diri peneliti dalam setiap proses
penelitian yang ia lakukan. Dinamika yang diharapkan adalah lahirnya tanggung jawab moral
akademik maupun non-akademik dari dalam diri peneliti untuk bisa
mempertanggungjawabkan apa yang ia tulis.
Apa yang dinamakan etika research dalam ilmu sosial, masih belum terkodifikasi
secara jelas karena setiap disiplin ilmu memiliki standar tersendiri, selain bahwa dunia sosial
merupakan fenomena yang kompleks dimana manusia merupakan subjek penelitian. Namun,
setidaknya terdapat etika yang secara general dapat dipakai sebagai prosedur atau patokan
yang bisa diterima sebagai etika research pada umumnya di dunia sosial, yaitu Kejujuran,
peneliti harus menekankan aspek kejujuran dalam penelitiannya, seperti dalam penggunaan
metode, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menuliskan laporan penelitian. Jangan
memfabrikasi dan falsifikasi data. Objektifitas, peneliti harus objektif dalam setiap proses
penelitian sehingga laporan yang dihasilkan merupakan hasil interpretasi empiris terhadap
data bukan interpretasi subjektif peneliti. Sehingga ini dapat menghindarkan bias maupun
self-deception. Integritas, peneliti harus memiliki sifat konsekuen dalam setiap tindakan
maupun pemikiran ketika meneliti. Kehati-hatian, etika ini diperlukan untuk menghindarkan
peneliti terjebak dalam kealpaan dan kesalahan dalam penelitian, seperti mengumpulkan data,
menulis hasil wawancara, mencatat data dari korespondensi, dan lain-lain. Keterbukaan,
peneliti harus memiliki sifat terbuka terhadap kritik dan masukan mengenai penelitiannya.
Penghormatan terhadap Hak Kekayaan Intelektual, etika ini memberikan guidance agar
peneliti menghormati dan menghargai karya orang lain dengan tidak mengutip atau parafrase
tanpa izin maupun mencantumkan sumbernya, karena kalau tidak, peneliti telah melakukan
plagiarisme. Konfidensialitas, peneliti harus menjamin kerahasiaan data-data yang off the
record, selain menjaga kerahasiaan nara sumber yang tidak ingin dipublikasikan. Tanggung
Jawab Publikasi, penelitian selayaknya bukan merupakan ambisi pribadi atau untuk
kepentingan pribadi semata tapi penelitian selayaknya memberikan nilai manfaat bagi publik,
dan untuk itu harus dipublikasikan pada khalayak. Penghargaan pada Kolega, hormati kolega
dan perlakukan mereka sama dalam setiap proses penelitian. Tanggung Jawab Sosial,
penelitian selayaknya dilakukan untuk memajukan publik dan mencegah kekacauan sosial.
Non-Diskriminasi, hindari diskriminasi terhadap co-peneliti dan informan dalam basis seks,
ras, etnis, maupun faktor lain yang tidak berhubungan dengan kompetensi dan integritas
keilmuan mereka. Kompeten, peneliti harus memiliki kompetensi di bidangnya sehingga
penelitian tersebut membuahkan laporan yang kredibel dan maksimal. Kompetensi ini dapat
dibangun dengan terus belajar dan memperbanyak referensi yang berada dalam skop
disiplinnya. Legalitas, peneliti harus mengetahui aspek-aspek legal yang diatur dalam hukum
dan kebijakan pemerintah setempat. Perlindungan Terhadap Manusia, penelitian yang
dilakukan jangan sampai menimbulkan bahaya, resiko, dan side-effect terhadap populasi
manusia dimana peneliti mengambil sampel penelitian. Konflik Kepentingan, peneliti harus
bisa membatasi dan menghindari konflik kepentingan yang mungkin muncul dalam proses
penelitiannya, jadilah peneliti yang profesional.
Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan
standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran
bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya
dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat
luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom,
Merck, dan Xerox, profesi akuntan di dunia menjadi gempar. Cara yang lebih baik dan ideal
dalan mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan
yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi kekawatiran di dalamnya.
Desain riset adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Desain riset
berhubungan dengan temuan masalah sebagai berikut. Desain penelitian/riset (research
design) merupakan suatu cetak biru (blue print) dalam hal bagaimana data dikumpulkan,
diukur, dan dianalisis. Melalui desain inilah peneliti dapat mengkaji alokasi sumber daya
yang dibutuhkan. Desain penelitian yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan
penelitian, yaitu untuk mengetahui, mendeskripsikan, atau mengukur, maka desain penelitian
masing-masing adalah desain eksploratif, deskriptif, atau kausal.
Salah satu peranan penting dari riset akuntansi keperilakuan adalah membantu
merumuskan masalah yang harus diatasi. Riset hanya dapat dirancang secara sistematis untuk
memberikan informasi berharga jika masalah yang dihadapi telah dirumuskan secara jelas
dan akurat. Proses perumusan masalah meliputi pula spesifikasi tujuan riset yang dilakukan.
Pada tahapan penentuan desain riset ini dibuat kerangka untuk melaksanakan
penelitian. Di dalamnya memuat secara rinci prosedur untuk pengumpulan data, cara
pengujian hipotesis, kemungkinan jawab terhadap research questions samapi dengan model
analisis yang dipergunakan.
Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam
penentuan metode pengumpulan data.
Data sekunder adalah sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melaui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu,
mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan, menciptakan tolok ukur untuk
mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika informasi
telah ada, pengeluaran uang dan pengorbanan waktu dapat dihindari dengan menggunakan
data sekunder. Manfaat lain dari data sekunder adalah bahwa seorang peneliti mampu
memperoleh informasi lain selain informasi utama.
Data primer adalah sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan riset. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik secara individu
maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan
hasil pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan
tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan
kebenaran yang dilihat. Bagaimanapun, untuk memperoleh data primer akan menghabiskan
dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lama. Misalnya, pengumpulan
data melalui cara mengamati perilaku, melakukan survei, atau eksperimen laboratorium.
Dalam menjamin validitas data primer dan sekunder, hanya informasi-informasi
esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para peneliti seharusnya menentukan
dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu format pertanyaan yang akan menyediakan
informasi dengan sedikit pembatasan terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat
bersifat terbuka (open ended) atau sudah ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya
(close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas.
Pertanyaan close-ended menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden.
Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format
pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan
tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
Alat ukur riset valid dan andal akan dijelaskan sebagai berikut. Tinggi fisik seseorang
dapat diukur dengan menggunakan inci atau meter. Hanya ada sedikit keraguan mengenai
apakah alat ukur yang digunakan sudah memadai ketika kita mengacu pada tinggi dan berat
badan seseorang. Namun, ketika kita tertarik untuk mengukur sifat dan perilaku seseorang,
alat ukur apa yang akan kita gunakan? Tidak ada ukuran ataupun skala untuk mengukur sikap
kerja atau untuk mengidentifikasikan suatu organisasi atau keberhasilan secara tepat. Oleh
karena itu, seorang peneliti harus mengembangkan instrumen risetnya untuk mengukur
fenomena-fenomena perilaku tersebut.
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset perilaku, yang
pertama adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang sah (validitas) dan yang kedua
adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang tidak representatif (andal). Dua hal
tersebut dinilai dengan validitas dan keandalan.
Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya. Peneliti ingin
melakukan pengukuran dan apa yang diukur seharusnya berkaitan dengan masalah risetnya.
Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus jika digunakan di lapangan dan
waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang sama. Dalam hal itu, peneliti mengacu
pada konsistensi  dari suatu alat ukur. Peneliti tergantung pada ukuran keandalan tetapi tidak
tergantung pada alat ukur yang tidak andal.
Validitas ada beberapa jenis, yaitu (1) validitas isi—konsep masalah yang diukur; (2)
validitas prediktif—pengujian prediksi perilaku; (3) validitas konkuren—alat ukur kruteria
sekarang atau masa lalu; dan (4) validitas konstruksi—pengukuran sesuai dengan teori atau
tidak.
Reliabilitas mengacu pada suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan
alat ukur yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen
pengukuran.
Hanya informasi-informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para
peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu format
pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap
responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau sudah ditentukan
kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta
untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan bermacam-macam
pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan
jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para
responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti.

Anda mungkin juga menyukai