DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS BOSOWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan Makalah Penelitian dan Publikasi guna menyelesaikan tugas Kode Etik
Psikologi. Shalawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
yang terang benderang seperti saat ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Dosen Kode Etik Psikologi kami, ibu Titin Florentina, S.Psi. M.Psi
Psikolog, yang telah membimbing dan mengarahkan kami untuk menyelesaikan
tugas ini.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kode etik tidak terlepas dari setiap aktivitas profesional. Penyusunan kode
etik bertujuan untuk menetapkan standar perilaku atau pedoman bagi para
profesional, khususnya dalam hal ini di bidang Psikologi, dalam menjalankan
fungsinya dengan mengacu pada kesejahteraan orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas tersebut. Tidak terkecuali dalam aktivitas penelitian ilmiah, di mana
kegiatan penelitian tersebut hampir selalu melibatkan manusia sebagai responden.
Guna melindungi hak dan kesejahteraan responden, serta melindungi peneliti dari
hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan reputasinya sebagai
seorang profesional, maka disusunlah kode etik yang berfungsi sebagai safeguard
(pelindung), dan mengatur responsibility dari profesional yang bertindak sebagai
peneliti.
Dalam melakukan pengambilan data sebagai salah satu bagian dari
kegiatan penelitian, Graziano (2000) mengatakan bahwa seorang peneliti tidak
hanya melakukan persiapan yang bersifat teknis seperti memilih partisipan,
kontrol, pengukuran, dan sebagainya, namun juga melakukan persiapan yang
berkaitan dengan etika penelitian. Etika penelitian, dalam hal ini berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti akan memperlakukan organisme, manusia dan hewan,
untuk tujuan penelitian. Pedoman etika penelitian meliputi penelitian yang
dilakukan terhadap manusia maupun hewan, yang menekankan pada perlakuan
yang manusiawi dan sensitif terhadap partisipan yang seringkali menghadapi
berbagai tingkat risiko dan ancaman dalam menjalani prosedur penelitian.
Sebelum meminta kesediaan partisipan, peneliti harus yakin bahwa prosedur
penelitiannya telah sesuai dengan nilai-nilai etis.
Dalam kode etik yang mengatur aktivitas penelitian, terdapat isu-isu yang
terkait dengan deception (penipuan), invasion of privacy (pelanggaran terhadap
rahasia pribadi), dan hak partisipan untuk memperoleh informasi yang terkait
dengan penelitian serta kebebasan memilih, yang umum diterapkan. Deception
atau ‘penipuan’ umum dilakukan dalam penelitian meski sifatnya ringan,
misalnya ketika peneliti tidak memberitahukan maksud sebenarnya dari
treatment yang diberikan kepada responden. Invasion of privacy potensial terjadi
dalam penelitian yang melibatkan area sensitif yang terkait dengan penyesuaian
psikologis seperti perilaku seksual, sikap atau pikiran tertentu terhadap kelompok
sosial tertentu yang mungkin berdampak pada rasa aman secara sosial yang
dialami oleh responden, atau hubungan dengan pasangan. Akses peneliti terhadap
data rekam medis pasien atau data perkembangan prestasi belajar siswa yang
bersifat rahasia, juga berpotensi terhadap terjadinya pelanggaran tersebut. Hal
lainnya yaitu hak partisipan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan
penelitian, menuntut peneliti untuk memperoleh persetujuan baik secara lisan
maupun tertulis mengenai kesediaan partisipan untuk berpartisipasi dalam
penelitian. Dalam hal ini, peneliti tidak diperkenankan untuk memaksa orang lain
untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian yang dilakukan.
Isu-isu tersebut di atas juga berkaitan dengan situasi-situasi dilematis yang
dihadapi peneliti dalam menjalankan kegiatan penelitian, di antaranya adalah
adanya konflik kepentingan. Di satu sisi, peneliti berupaya untuk memenuhi
tuntutan masyarakat akan solusi dari permasalahan yang terjadi, namun di sisi
lain, upaya yang ia lakukan untuk memperoleh solusi tersebut dapat melanggar
hak individu atas rahasia pribadi. Permasalahan moral (moral problem) juga
seringkali muncul, di mana dalam upaya memperoleh informasi yang akurat,
beberapa peneliti melakukan deception yang dapat membuat partisipan merasa
tidak nyaman. Selain itu, penelitian juga berpotensi menyebabkan partisipan
mengalami kerugian sebagai akibat dari partisipasinya tersebut. Untuk
mengurangi kerugian yang mungkin akan dialami oleh partisipan, maka
disusunlah kode etik penelitian sebagai pedoman bagi peneliti untuk
meminimalisir dampak yang merugikan terhadap partisipan.
Ilmu pengetahuan bukanlah pengalaman indvidu, tetapi merupakan
pengetahuan yang dimiliki bersama atas aspek fisik dan sosial. Publikasi sangat
esensial bahkan dapat menjadi acuan untuk menentukan siapa yang pertama
menemukan, tetapi kejadian plagiarisme perlu dicermati dalam berbagai bentuk.
Keterbukaan diperlukan, tetapi kejujuran dan saling menghargai harus dijunjung.
Informasi ilmiah yang akan disampaikan ke publik sebaiknya telah ditelaah
dahulu oleh para peer-reviewer.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian
Satu dari berbagai kegiatan profesional yang dilakukan oleh psikolog dan
ilmuwan psikologi adalah melakukan penelitian. Penelitian merupakan salah satu
bidang esensial yang perlu dilakukan karena ilmu pengetahuan itu terus
berkembang. Bidang ini bukan hanya penting bagi ilmuwan psikologi, tetapi juga
bermanfaat untuk praktisi psikologi yang memanfaatkan temuan riset dalam
kegiatan praktik profesionalnya.
Isu etis pertama terkait rekrutmen partisipan adalah iklan atau undangan
untuk berpartisipasi dalam studi. Umumnya, iklan atau undangan untuk
berpartisipasi dalam studi menggambarkan apa tujuan studi dan kaulifikasi apa
yang diperlukan untuk berpartisipasi. Hal ini juga berlaku ketika prosedur
peneglabuan diperlukan, di mana partisipan tetap perlu tahu dan mendapat
informasi tentang studi secara umum. Terkait waktu partisipasi, cukup banyak
dijumpai studi yang desainnya tidak cukup efektif untuk menjawab pertanyaan
penelitian sehingga waktu partisipan pun terbuang sia-sia (Pomerantz, 1994).
Studi seperti ini biasanya tetap lolos dalam uji etik karena metodenya dianggap
tidak membahayakan.
Isu etis kedua adalah imbalan titik sejumlah studi memberikan imbalan
uang yang sangat besar untuk menarik minat berpartisipasi titik sangat penting
bagi peneliti untuk tidak mengeksploitasi calon-calon partisipan yang karena
kondisi ekonominya akan kesulitan untuk menolak berpartisipasi sekalipun
partisipasinya berisiko. Analisis perhitungan pemberian imbalan perlu dilakukan
dengan mempertimbangkan risiko, waktu, dan upaya yang dikeluarkan oleh
partisipan untuk berpartisipasi dalam studi titik dalam studi studi medis, imbalan
finansial yang diberikan bisa sangat besar titik misalnya, pada tahun 2019 sebuah
pusat riset vaksin di Australia memberikan jumlah imbalan yang bisa mencapai
3000 dolar Australia dalam (sekitar 30 juta rupiah). Namun, imbalan ini dianggap
sepadan dengan risiko dan upaya yang harus dikeluarkan oleh partisipan,
mencakup waktu rawat inap yang dihabiskan oleh partisipan saat dimonitor
kesehatannya selama dua hingga lima hari dan risiko kesehatan yang mungkin
muncul akibat reaksi tubuh terhadap vaksin yang diberikan. Sebaliknya, untuk
sebuah studi berbasis kuesioner terhadap masyarakat umum yang hanya
membutuhkan waktu 20 menit, imbalan hingga berjuta-juta rupiah dapat menjadi
berlebihan.
1. Tujuan penelitian.
2. Jangka waktu penelitian.
3. Prosedur penelitian.
4. Antisipasi keikutsertaan, seperti risiko yang mungkin timbul,
ketidaknyamanan, atau efek sebaliknya.
5. Keuntungan yang mungkin diperoleh dari penelitian.
6. Hak untuk menolak berpartisipasi atau mengundurkan diri.
7. Konsekuensi dari penolakan berpartisipasi atau mengundurkan
diri.
8. Kerahasiaan data dan keterbatasannya.
9. Insentif bagi partisipan.
10. Orang-orang yang dapat dihubungi untuk memperoleh
informasi lebih lanjut.