1. Hadijah (E1A019031)
2. Hardiana Oktaviana (E1A019035)
3. Isatirrodiah Pahma (E1A019043)
4. Manzulina (E1A019058)
UNIVERSITAS MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu antropologi dan kedokteran, penelitian dengan
menggunakan sampel manusia menjadi hal yang semakin umum dilakukan. Perkembangan
dalam topik penelitian manusia ke arah medis dan karakter genetik juga semakin memperluas
kemungkinan pengambilan sampel bagian tubuh atau jaringan tubuh manusia. Berbicara tentang
etika dalam pengambilan sampel manusia bisa sangat rumit. Biasanya, kajian etika diawali dari
intuisi moral si pengamat, meskipun seringkali tidak berakhir pada hal yang sama. Pada
kenyataannya, etika sangat berkaitan dengan persepsi tentang hal yang sangat berarti, nilai-nilai
yang dianut, biaya yang mungkin dikeluarkan, serta resiko dan keuntungan yang mungkin
diperoleh. Sehingga, penyusunan materi etika suatu penelitian biasanya melibatkan tidak hanya
dari kalangan peneliti tetapi juga dari non- peneliti, seperti pakar filsafat, pakar ilmu sosial,
organisasi non pemerintah dan perwakilan berbagai agama. Hal ini disebabkan karena cara
orang mengambil kesimpulan tentang nilai-nilai etika sangat tergantung kepada pengalaman
mereka dalam bidangnya masing-masing. Berbagai forum peneliti ataupun institusi pendidikan
maupun penelitian secara lembaga maupun nasional juga menyusun dan mempublikasikan isu-
isu etik yang berkaitan denganpenelitian manusia (misalnya Komisi Nasional Bioetik di
Indonesia, Nuffield Council on Bioethics, dan European Nutrigenomics Organization di
Norwegia). Komite-komite etik tersebut memang diharapkan pembentukannya untuk menguji
isu-isu etik, legal, ilmiah dan sosial terkait dengan proyek penelitian yang melibatkan manusia
seperti yang tercantum dalam Universal Declaration on Bioethics and Human Rights pasal 19
(UNESCO, 2005). Keberadaan forum dan institusi tersebut secara tidak langsung juga mampu
memberikan pembelajaran kepada masyarakat ilmiah maupun umum dalam menghadapi
tantangan-tantangan baru sejalan dengan perkembangan praktik penelitian manusia pada masa
yang akan datang.
Selain itu, perbincangan tentang etika yang melibatkan banyak komponen juga membantu
para pengambil keputusan, khususnya dalam pemerintahan, agar mereka bisa membuat
keputusan yang paling benar meskipun masyarakat awam menentangnya. Hampir semua komisi
bioetik menyatakan bahwa penggunaan bagian tubuh atau jaringan manusia pada prinsipnya
adalah dapat diterima dalam pelaksanaan penelitian secara sewajarnya. Konsep ‟sewajarnya‟
biasanya dikaitkan dengan penggunaan jaringan manusia yang menghindari dan membatasi luka
yang diakibatkan seminimal mungkin. Hal ini terutama ditujukan untuk menghormati tubuh dan
harga diri manusia sesuai dengan prinsip-prinsip harga diri dan hak asasi manusia seperti yang
tercantum dalam Universal Declaration on Bioethics and Human Rights pasal 3 (UNESCO,
2005). Dengan kata lain, penelitian manusia tidak bertujuan untuk memperlakukan partisipan
sebagai benda untuk objek penelitian. Semakin banyak luka atau kegagalan fungsi tubuh yang
diakibatkan selama kegiatan penelitian ilmiah mengindikasikan semakin rendahnya
penghormatan terhadap tubuh dan harga diri manusia. Sebaliknya, terapi dan semua praktik
kedokteran dianggap memiliki nilai etika khusus karena bertujuan untuk memperbaiki kerusakan
tubuh meskipun dilakukan dengan cara menyakiti pasien. Sehingga, terapi dalam praktik
kedokteran tidak dianggap sebagai aktivitas yang tidak menghargai hidup dan harga diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian dengan subjek manusia ?
2. Apa saja prinsip etika penelitian atas subjek manusia ?
3. Apa saja jenis penelitian dengan subjek manusia ?
4. Apa saja peraturan-peraturan yang terkait dengan penelitian subjek manusia ?
5. Apa saja syarat-syarat penelitian dengan subjek manusia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penelitian dengan subjek manusia.
2. Untuk mengetahui prinsip etika penelitian atas subjek manusia.
3. Untuk mengetahui saja jenis penelitian dengan subjek manusia.
4. Untuk mengetahui peraturan-peraturan yang terkait dengan penelitian subjek
manusia.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat penelitian dengan subjek manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian dengan Subjek Manusia
Kemajuan Iptek kedokteran bertumpu pada penelitian yang dilakukan, termasuk
penelitian biomedik yang dilakukan pada manusia sebagai subjek. Penelitian biomedik
yang menjadikan masnusia sebagai subjek penelitian tidak dapat dihindari, walaupun
telah dilakukan uji coba pada hewan, karena adanya perbedaan spesies antara
keduanya. Jadi walaupun hasil uji coba pada hewan ternyata efektif dan aman, belum
tentu hasilnya sesuai dengan manusia sebagai subjek. Uji coba pada manusia harus
dilakukan, hal ini memerlukan pengawasan dan persyaratan yang ketat termasuk dari
segi etik oleh peneliti. Peneliti yang kompeten, jujur, objektif dan terbuka.
Penelitian dengan subjek manusia ialah penelitian yang dilakukan pada manusia untuk
mengetahui sebab ataupun gejala dari suatu penyakit, yang bertujuan untuk memperoleh
informasi yang akurat tentang perkembangan suatu penyakit. Manfaatnya bagi umat
manusia adalah untuk mengatasi, mencegah dan mengobati penyakit yang dialami oleh
manusia.
Novianti, Titta., dan Seprianto. 2017. Modul Bioetika. Jakarta ; Universitas Esa
Unggul