Anda di halaman 1dari 15

PRINSIP ETIKA KEILMUAN DAN PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN

ILMU TERMASUK DALAM PENELITIAN, PENULISAN DAN PUBLIKASI KARYA


ILMIAH

HASIL DISKUSI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Keilmuan


Yang diampu oleh Prof. Dr. Cholis Sa’dijah, M.Pd, M.A.

Disusun Oleh :
Feti Eka Ratna Sari (210311825606)
Rianti Hidaiyah (210311825658)
Sri Indah Dwirahmasari Y (210311825619)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
2021
DISKUSI TANYA JAWAB

1. Arnaningtyas Rofi'i
Pertanyaan: Salah satu prinsip keilmuan adalah kemurahan hati (Benefience), dikatakan
bahwa "Penelitian harus dirancang dengan teliti, efek negatif harus diminimalkan". Apakah
ada ketentuan minimal penelitian memberikan efek negatif? jika ada tunjukkan dalam
presentase. dan Apakah semua bidang keilmuan memiliki presentase minimal rancangan
memberikan efek negatif yang sama?
Jawaban:
Sri Indah D: Ketentuan minimal rancangan memberikan efek negatif penelitian itu sesuai
pada studi penelitiannnya. Jika pada penelitian medis, apabila partisipan penelitian
menderita efek negatif maka peneliti harus menyiapkan pencegahan dan pengobatan.
Sumber: https://www.ganipramudyo.web.id/2017/05/etika-ilmiah-dan-penelitian
Satriya Adika: Menurut Kode Etik Peneliti (LIPI, 2007) peneliti melakukan kegiatannya
dalam cakupan dan batasan yang diperkenankan oleh hukum yang berlaku, bertindak
dengan mendahulukan kepentingan dan keselamatan semua pihak yang terkait dengan
penelitiannya, berlandaskan tujuan mulia berupa penegakan hak-hak asasi manusia dengan
kebebasan-kebebasan mendasarnya. Muatan nilai dalam suatu penelitian dapat
dikembangkan pada tindakan yang mengikuti aturan keemasan atau asas timbal-balik,
yaitu “berlakulah kepada orang lain hanya sepanjang Anda setuju diperlakukan serupa
dalam situasi yang sama. Aturannya adalah: 1) peneliti bertanggung jawab untuk tidak
menyimpang dari metodologi penelitian yang ada, dan 2) pelaksanaan penelitian mengikuti
metode ilmiah yang kurang lebih baku, dengan semua perangkat pembenaran metode dan
pembuktian hasil yang diperoleh. Dalam mencapai tujuan mulia dengan segala kebebasan
yang mendasarnya, peneliti perlu: 1) menyusun pikiran dan konsep penelitian yang
dikomunikasikan sejak tahapan dini ke masyarakat luas, dalam bentuk diskusi terbuka atau
debat publik untuk mencari umpan balik atau masukan; 2) memilih, merancang, dan
menggunakan bahan dan alat secara optimum, dalam arti penelitian dilakukan karena
penelitian itu merupakan langkah efektif untuk mencari jawab dari tantangan yang
dihadapi; tidak dilakukan bila tidak diperlukan, dan tidak ditempuh sekadar untuk mencari
informasi; 3) melakukan pendekatan, metode, teknik, dan prosedur yang dan tepat sasaran;
dan 4) menolak pelaksanaan penelitian yang terlibat pada perbuatan tercela yang
merendahkan martabat peneliti.
Tanggapan:
Arnaningtyas Rofi'i: apakah bisa disebutkan contoh presentase minimal sebuah penelitian
memberikan efek negatif? misalnya pada medis
Jawaban atas tanggapan:
Sri Indah D: Jika sesuai statistika, presentase kesalahan pada medis sekitar 0,6 persen
pada sebuah studi tahun 2010.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160513191548-255-
130582/kesalahan-medis-bisa-jadi-penyebab-kematian-ketiga-di-dunia
2. Mila Sekar Ayu
Pertanyaan: terkait apa yang disampaikan oleh pemateri, bahwa salah satu prinsip dalam
etika keilmuan yang harus dipegang oleh peneliti adalah Conflict of interest atau bias
kepentingan, terkait hal ini saya masih bingung maksud dari Conflict of interest ini seperti
apa. Mungkin bisa jelaskan bentuk dari Conflict of interest dalam sebuah penelitian itu
seperti apa, lalu bagaimanakah cara seorang peneliti agar menghindari atau meminimalisasi
bias penelitian dalam penelitiannya agar peneliti itu memenuhi prinsip etika keilmuan?
Jawaban:
Satriya Adika: Menurut National Academy of Science USA (1995) menghindarkan diri
dalam keterlibatan kegiatan ilmiah yang mempunyai conflict of interest atau bias
kepentingan sangat penting untuk mengurangi masuknya bias ke dalam sains. Hindarkan
tindakan dan perbuatan yang ada niat tersembunyi baik dalam pelaksanaan penelitian,
evaluasi proposal, evaluasi suatu penelitian, evaluasi naskah yang akan diterbitkan dalam
jurnal ilmiah. Para peneliti harus membebaskan diri dari bias kepentingan ketika
melakukan kegiatan ilmiah.
Sri Indah D: Conflict to interest, maksudnya ada tindakan dan perbuatan yang tersembunyi
baik dalam pelaksanaan penelitian, evaluasi proposal, evaluasi penelitian , evaluasi naskah
yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Maka dari itu peneliti harus membebaskan diri dari
conflict of interest. Cara untuk menghindar dari conflict to interest yaitu tidak menambah
atau mengurangi dalam melaporkan hasil penelitian, keterbukaan dan kejujuran pada
pelaporan penelitian serta hasilnya.
Sumber:
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/6413/1/7%20etika%20peneliti.pdf
Rianti: The National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine (2009)
menggambarkan conflict of interest sebagai berikut: “dalam beberapa kasus, prospek
keuntungan finansial dapat mempengaruhi desain penyelidikan, interpretasi data, atau
penyajian hasil. Memang, bahkan munculnya konflik kepentingan finansial dapat sangat
merugikan reputasi peneliti serta persepsi publik tentang sains. ". Lalu untuk
meminimalkan kepentingan tersebut mempegaruhi penelitian maka beberapa profesional
memberikan panduan khusus, rekomendasi, atau persyaratan pengungkapan kepada
peneliti untuk bekerja sama dengan lembaga pembiayaan yang tidak membawa pengaruh
bias kepentingan tertentu
Sumber : National Academy of Sciences, National Academy of Engineering, and Institute
of Medicine of the National Academies, On Being a Scientist: A Guide to Responsible
Conduct in Research, 3rd Edition, 2009.
3. Fatus Atho'ul Malik
Pertanyaan: Pertama, apakah Prinsip Etika Keilmuan itu hanya berlaku pada para ilmuan
atau juga berlaku bagi masyarakat secara umum?
Kemudian, Di era media sosial seperti ini, semua orang bisa berinteraksi secara luas, bisa
menyampaikan pendapat apa saja dan bisa menerima informasi apa saja. Namun, yang
menjadi permasalahan itu banyak masyarakat awan yang "mungkin" tidak memahami
prinsip etika keilmuan, sehingga berpendapat semaunya tentang suatu keilmuan tertentu
yang sebenarnya bukan keahliannya. Bahkan kadang ketika terlibat perdebatan di media
sosial itu bisa lebih vokal daripada para ahli pada ilmu tertentu. Bagaimana menyikapi hal
tersebut?
Jawaban:
Arnaningtyas Rofi’i: Sejalan dengan pendapat Arifin (2014) Pada dasarnya seorang
ilmuan harus memperhatikan prinsip-prinsip etika keilmuan sebagai berikut: Prinsip
Menghormati Martabat Manusia dan Hak Manusia; Prinsip berbuat baik ; Prinsip keadilan;
Prinsip integrasi keilmuan; Prinsip kepercayaan dan tanggung jawab; Prinsip
keteterbukaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Prinsip Etika Keilmuan itu hanya
berlaku pada para ilmuan. Untuk masyarakat umum jika objeknya sebagai responden
penelitian bebas berpendapat seperti apa berkaitan dengan penelitian tersebut sejujurnya
malah sangat bagus. Namun disini perlu digaris bawahi “terlibat perdebatan di media sosial
itu bisa lebih vokal daripada para ahli pada ilmu tertentu” menurut saya itu bukan masuk
prinsip etika keilmuan namun masuk dalam etika berpendapat harus memiliki sumber yang
jelas, begitu pendapat dari saya, terimakasih
Sumber : Arifin, A. 2014. Etika dan Kode Etik Penulisan Ilmiah. Universitas Negeri
Yogyakarta
Satriya Adika: Menurut National Academy of Science USA (1995) prinsip etika keilmuan
dapat diberlakukan secara umum, hanya saja penelitian bertujuan memperluas pengetahuan
manusia tentang dunia fisik, biologis, dan sosial melebihi apa yang sudah diketahui. Oleh
karena itu, ada prinsip tersendiri bagi pihak yang mau terjun dalam pengembangan ilmu
dibandingkan etika umum kemasyarakatan. Selain itu, pengetahuan atau ilmu individu
akan memasuki ranah sains sesungguhnya hanya setelah ilmu tersebut disajikan kepada
orang lain dalam bentuk yang validitasnya dapat dinilai dan dievaluasi secara bebas.
Berikutnya terkait dengan perdebatan di media sosial, sebaiknya mawas diri tentang
kapasitas diri masing-masing. Lalu, coba kita serahkan kepada ahlinya yang layak dan
pantas menyampaikan hal tersebut. Kalau perlu, diadakan pertemuan ilmiah di dunia nyata
daripada hanya di dunia maya yang banyak menimbulkan anonimitas tinggi.
4. Omega Silfia:
Pertanyaan: Dalam makalah bagian penipuan penelitian terdapat 2 jenis penipuan
penelitian yaitu fabrikasi dan falsifikasi. Pada falsifikasi bentuk penipuannya yaitu berupa
bahan, gambar, data, peralatan, atau proses penelitian. Nah apabila suatu penelitian
misalnya menggunakan peralatan namun dalam laporannya ada peralatan yang tidak
dicantumkan tetapi prosesnya dari penelitian sudah sesuai, apakah hal tersebut juga bentuk
dari penipuan penelitian?
Jawaban:
Rianti: Berdasarkan penjelasan terkait penipuan penelitian dalam “Ethics in Research &
Publication” dalam Ethics Toolkit dari Elsivier maka yang dimaksud dengan penipuan
penelitian mempublikasikan data atau kesimpulan yang tidak dihasilkan oleh eksperimen
atau pengamatan, tetapi oleh penemuan atau data manipulasi. Serta Falsifikasi yakni
memanipulasi bahan, gambar, data, peralatan, atau proses penelitian. Jadi yang dimaksud
penipuan adalah ketika kita memanipulasi suatu hal tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Contoh penipuan tertentu dapat dengan mudah dikenali – misalnya jika
seorang reviewer jurnal mengetahui fakta bahwa laboratorium tertentu tidak memiliki
fasilitas untuk melakukan penelitian yang dipublikasikan. Maka peneliti yang mengajukan
paper telah termasuk melakukan penipuan. Tentu hal ini berbeda kasusnya jika hanya lupa
mencantumkan salah satu peralatan penelitian dalam proseduralnya yang masih bisa
diperbaiki jika dikembalikan oleh reviewer jurnal tersebut.
5. Saidah Ajilatun Nahdawiyah
Pertanyaan: ketika seorang peneliti terbukti melakukan penipuan penelitian apakah sanksi
yang diberikan kepada peneliti tersebut? apakah masih bisa peneliti tersebut untuk
melakukan penelitian lagi?
Jawaban:
Feti Eka: Sanksi yang diberikan mungkin setiap instansi berbeda. Berikut Sanksi yang
diberikan kepada pelanggar kode etik penelitian dari salah satu universitas yakni Teknologi
Del yang menetapkan keputusan :
Sanksi bagi Mahasiswa Pasal 17
1.Apabila berdasarkan delik aduan dan kesaksian telah terbukti melanggar Etika Penelitian
maka Rektor dapat menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa sebagai pelanggar Etika
Penelitian.
2. Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan pelanggaran Etika Penelitian, secara
berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas:
a. teguran lisan terdokumentasi;
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa;
d. pembatalan nilai matakuliah terkait penelitianyang dilanggar ;
e. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;
f. pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai mahasiswa; atau
g. pembatalan ijazah untuk alumni.
Sanksi bagi Dosen dan Tenaga Kependidikan Pasal 18
1. Apabila berdasarkan delik aduan dan kesaksian telah terbukti melanggar Etika Penelitian
maka Rektor dapat menjatuhkan sanksi kepada dosen dan tenaga kependidikan sebagai
pelanggar Etika Penelitian.
2. Sanksi bagi dosen dan tenaga kependidikan yang terbukti melakukan pelanggaran Etika
Penelitian, secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat,
terdiri atas:
a. teguran lisan terdokumentasi;
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian hak dosen/tenaga kependidikan;
d. penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;
e. penundaan hak untuk diusulkan untuk naik pangkat bagi yang telah memenuhi syarat;
f. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/tenaga kependidikan; atau
g. pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai dosen/tenaga kependidikan.
Sumber : Sumber : Kode Etik Penelitian dan Karya Ilmiah Institut Teknologi Del
Agustiani Putri: merujuk pada sumber keputusan rektor setiap universitas yang memiliki
sanksi yang berbeda-beda. Apabila peneliti tersebut adalah mahasiswa dan tenaga pendidik
maka sanksi yang diberikan dapat berupa teguran lisan, peringatan tertulis, penundaan
pemberian sebagian hak mahasiswa atau tenaga pendidik, pembatalan nilai seminar hasil
penelitian, penurunan pangkat dan jabatan, pemberhentian dengan hormat dari status
sebagai mahasiswa atau tenaga pendidik, pemberhentian tidak hormat dari status
mahasiswa atau tenaga pendidik, pembatalan ijazah untuk alumni. Selain itu, ada sanksi
pidana juga dan denda terhadap peneliti yang telah melakukan pelanggaran.
6. Henny Rismawatie
Pertanyaan: mengenai salami slicing, yang saya pahami dari membaca makalah yaitu
salami slicing merupakan pemecahan/segmentasi studi besar menjadi 2 atau lebih publikasi
dan data yang dilaporkan dalam setiap publikasi itu berbeda-beda. Saya masih belum
paham tentang pembagian studi/penelitian ini seperti apa, mungkin bisa diberikan contoh
gambaran pembagiannya pada penelitian kualitatif Pendidikan
Jawaban:
Rianti: Berdasarkan penjelasan terkait penipuan penelitian dalam “Ethics in Research &
Publication” dalam Ethics Toolkit dari Elsivier maka yang dimaksud dengan salami slicing
adalah memecah atau membuat segmentasi data dari satu penelitian dan menciptakan
manuskrip berbeda untuk publikasi. Contohnya terdapat penelitian "Analisis Kecakapan
Matematis Siswa dalam", karena kecakapan matematis tersebut terdiri pemahaman
konseptual, kelancaran prosedural, kompetensi strategis, penalaran adaptif, disposisi
produktif. Lalu seorang peneliti dikatakan melakukan salami slicing ketika membuat paper
yang membuat segmentasi dari variabel tersebut seperti " Analasisi pemahaman konseptual
dalam" tetapi mengambil data dari penelitian awal tadi lalu membuat skrip baru maka itu
termasuk tidak beretika.
7. Salman Alfarisi
Pertanyaan: mengenai Penipuan penelitian, Cara mencegah seseorang peneliti itu
melakukan penipuan penelitian soalnya dimakalah itu gaada tercantum, itu hanya seperti
meyakinkan diri pribadi supaya kita tidak menipu, kalo itu kan nanti antara kita dengan
Tuhan, yg saya tanyakan lebih spesifik, cara mencegah peneliti lain agar tidak menipu
dalam penelitian nya?
Jawaban:
Feti Eka: Cara mencegah agar peneliti tidak melakukan pelanggaran etik yakni penipuan
penelitian.
1. Peneliti harus mengetahui dampak atau bahaya apabila melakukan penipuan penelitian.
Misal dalam penelitian kedokteran. Dokter menerapkan hasil penelitian sehingga
memberikan obat yang salah ke pasien. Hal tersebut akan bisa menyebabkan pasien
mendapatkan efek samping dan bisa juga meninggal. Oleh sebab itu penipuan penelitian
sangat tidak dianjurkan.
2. Mengetahui sanksi pelanggaran kode etik sehingga mencegah peneliti untuk tidak
melakukan pelanggaran seperti penipuan. Salah satu contoh sanksi pelanggaran bagi
mahasiswa yakni dikeluarkan dari universitas.
Sumber : Kode Etik Penelitian dan Karya Ilmiah Institut Teknologi Del (2017)
Saidah: Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penipuan penelitian yaitu, semisal
publish or perish yang menjadi tekanan untuk menghasilkan publikasi pada jurnal ilmiah
bereputasi baik. Hal lain adalah adanya keinginan untuk tampil di muka dibandingkan
dengan lainnya. Selain itu, juga ada grant or gone, yaitu peneliti dituntut bisa mendapatkan
dana riset kompetitif eksternal atau dikeluarkan jika tidak mampu. Namun, bisa juga
merupakan masalah personal terkait dengan integritas ilmiah.
Edukasi merupakan cara efektif mencegah terjadinya penipuan penelitian. Perlu guideline
jelas tentang pelaksanaan riset yang bertanggung jawab. Kita harus jujur bahwa
pemahaman tentang penipuan penelitian ini masih relatif rendah di Indonesia. Penekanan
terhadap isu plagiarisme lebih kuat meskipun kasus ini memang terus mencuat. Mentoring
aktif dari peneliti senior terhadap kolega dan yunior tentang pentingnya praktik ilmiah yang
baik serta integritas ilmiah harus dilakukan terutama melalui contoh nyata para
senior.Selanjutnya adalah pembentukan zero tolerance environment terkait dengan
pelanggaran guideline yang disepakati serta implementasi penalti yang jelas.
Pada kasus penipuan penelitian, perlu dibuat mekanisme pelaporan dan investigasi yang
jelas, dilengkapi dengan komite pengawasan untuk penyelidikan yang adil.
Upaya yang paling tepat adalah membentuk Office of Research Integrity (Kantor Integritas
Penelitian) dengan mekanisme dan sistem terpadu yang memungkinkan pencegahan dan
penanganan kasus yang fair dan termonitor baik.
Sumber: https://lppm.undip.ac.id/v1/2014/10/11/scientific-misconduct-tren-
mencemaskan/
Satriya Adika: Menurut National Academy of Science USA (1995) Bagaimana
menghindari penipuan penelitian? bisa dilakukan dengan mendorong publikasi dan
keterbukaan. Sains bukan hanya pengalaman pribadi. Sains adalah pengetahuan yang
dibagikan berdasarkan pemahaman bersama tentang beberapa aspek dunia fisik dan sosial.
Untuk alasan itu, konvensi sosial sain memainkan peranan penting dalam memantapkan
keandalan pengetahuan ilmiah. Jika konvensi ini dilanggar, kualitas sains akan rusak.
Konvensi sosial yang sudah terbukti efektif dalam sains adalah publikasi penelaahan
sejawat. Ada konvensi bahwa penemu pertama bukan yang meneliti pertama tetapi yang
melaporkan pertama dalam jurnal ilmiah yang menjadi penemu pertama. Sekali hasil
penelitian telah diterbitkan maka hasil tersebut akan dapat digunakan oleh peneliti lain
untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi harus diingat bahwa
sampai hasil itu menjadi pengetahuan umum, orang-orang yang menggunakannya harus
mengakui penemunya melalui rujukan. Dengan cara ini ilmuwan menjadi diberikan
ganjaran melalui pengakuan sejawat dengan mempublikasikan hasil penelitian. Sebelum
publikasi, pertimbangan yang berbeda akan berlaku. Jika seseorang menggunakan bahan-
bahan yang belum dipublikasikan yang ditemukan pada suatu usulan penelitian khusus atau
pada naskah, orang yang menggunakan informasi tersebut bisa dikatakan pencuri hak
kekayaan intelektual. Dalam industri, hak komersial atas karya ilmiah dimiliki oleh pemilik
usaha dibandingkan dengan pekerja, akan tetapi ketentuan yang hampir mirip berlaku: hasil
penelitian adalah rahasia (privilage) sampai hasil tersebut dipublikasikan atau yang
dibeberkan atau disebarluaskan secara publik. Publikasi pada jurnal yang ditelaah oleh
rekan sejawat masih tetap merupakan cara baku untuk menyebarluaskan hasil penelitian
ilmiah. Poster, abstrak, kuliah umum, dan volume prosiding sering sekali digunakan untuk
menyajikan hasil awal sebelum penelaahan yang mendalam. Apa pun metode publikasi
yang digunakan harus tetap menjaga mekanisme kontrol mutu. Jika kontrol mutu ini tidak
dilakukan maka akan melemahkan bahkan mematikan konvensi yang telah melayani sains
dengan baik. Hal yang sering terjadi adalah contoh seperti seorang saintis yang
membeberkan atau mengumumkan hasil penting dan kontroversial langsung ke publik
sebelum diserahkan ke penelaahan dan pemeriksaan oleh ahli sejawat. Jika peneliti telah
melakukan kesalahan atau jika temuan itu disalahtafsirkan oleh media atau publik,
kumunitas ilmiah dan publik bisa bereaksi buruk. Jika berita seperti itu akan dibeberkan ke
media, seharusnya dilakukan setelah penelaahan oleh sejawat dan ahli sudah selesai,
biasanya pada waktu publikasi pada suatu jurnal ilmiah.
8. Isti Noviyanti
Pertayaan: Saat menulis untuk diterbitkan didalam jurnal ilmiah adakah kriteria mengenai
siapa saja yang harus kita sertakan sebagai penulis?
Jawaban:
Nurul Audhifa, Saidah dan Feti Eka: Berdasarkan ICMJE(International Committee of
Medical Journal Editor), kriteria seseorang layak masuk dalam susunan author adalah
1. Berkontribusi secara substansial untuk membuat konsep atau mendesain penelitian; atau
mengumpulkan, menganalisis, atau interpretasi data untuk penelitian;
2. Merancang penelitian atau merevisinya secara kritis untuk konten intelektual yang
penting;
3. Menyetujui pada tahap final dari versi yang akan diterbitkan;
4. Menyetujui untuk bertanggung jawab atas semua aspek penelitian dalam memastikan
bahwa pertanyaan yang terkait dengan keakuratan atau integritas bagian pekerjaan apa pun
diselidiki dan diselesaikan dengan tepat.
Kontributor yang tidak memenuhi 4 kriteria di atas, tidak boleh dimasukkan sebagai
penulis, tetapi mereka harus diakui di bagian ucapan terima kasih. Contoh kegiatan tunggal
dari seseorang yang tidak memenuhi syarat sebagai kontributor untuk kepengarangan
adalah:
1. pencarian dana,
2. supervisi umum kelompok riset atau dukungan administrasi umum,
3. bantuan penulisan, pengeditan teknis, pengeditan bahasa, dan proofreading.
Mereka yang kontribusinya tidak memenuhi kriteria author dapat diakui secara individu
atau bersama-sama sebagai sebuah kelompok dan kontribusinya harus dituliskan
(misalnya, "bertugas sebagai penasihat ilmiah," " mengkaji proposal penelitian secara
kritis, "" mengumpulkan data, "" menyediakan dan merawat pasien "," berpartisipasi dalam
penulisan atau pengeditan teknis naskah").
Karena pengakuan dapat menyiratkan dukungan oleh individu yang diakui dari data
penelitian dan kesimpulan, editor jurnal disarankan untuk meminta penulis untuk
memperoleh izin tertulis terhadap orang-orang yang masuk dalam ucapan terima kasih.
Sumber :
• https://id.quora.com/Saat-menulis-sebuah-artikel-untuk-diterbitkan-di-dalam-
jurnal-ilmiah-adakah-kriteria-mengenai-siapa-saja-yang-harus-kita-sertakan-
sebagai-penulis
• https://academicwriting.quora.com/Saat-menulis-sebuah-artikel-untuk-
diterbitkan-di-dalam-jurnal-ilmiah-adakah-kriteria-mengenai-siapa-saja-yang-
harus-kit
9. Aditya Pratama
Pertanyaan: materi yang sudah disampaikan oleh peneliti terkait salah satu etika dalam
plagiasi yaitu Parafrase. Terkadang pernyataan peneliti di kutip oleh berbagai orang,
sehingga terkadang kutipan (parafrase) kita malah mendapat plagiasi parafrase orang yang
lebih dulu mengutip. Apakah mungkin dalam me-parafrase suatu pernyataan bisa kita
lakukan dengan kata yang berbeda terus menerus dan sehingga dari banyaknya kutipan
setiap katanya berbeda?
Jawaban:
Henny Rismawatie: Dalam memparafrase peneliti boleh menggunakan kata yang berbeda
dari pengutip sebelumnya asalkan maksud/ide/gagasan dari kalimat yang dikutip itu sama.
Ada beberapa tips yang dapat dilakukan peneliti untuk memparafrase yaitu membaca text
asli, singkirkan teks/naskah asli tersebut dan tulislah ulang gagasan dalam teks tadi dalam
sebuah kertas, tuliskan kata kunci yang menunjukkan subjek atau tema parafrase kita,
bandingkan tulisan parafrase kita tadi dengan naskah aslinya untuk mengecek apakah
semua gagasan, terutama gagasan yang penting telah tercantum dalam hasil parafrase
tersebut, kemudian mencantumkan sumbernya.
(sumber: Sahla, dkk. 2019. IbM-Pelatihan Teknik Penulisan Parafrase untuk Skripsi
Mahasiswa Sebagai Upaya Menghindari Plagiarisme. Jurnal Impact, 1(2))
Isti Noviyanti: Kita sebagai peneliti juga boleh melakukan tes plagiasi secara mandiri
untuk mengantisipasi karya kita agar tidak terkena plagiarisme. Tes secara mandiri bisa
dilakukan menggunakan aplikasi aplikasi tes plagiasi seperti Plagiarism Checker.
Agustiani Putri: Berdasarkan artikel Mursalati (2020), plagiarisme dalam kegiatan
menulis dapat dihilangkan dengan teknik parafrase. Parafrase berarti penyajian kembali
atas sebuah karya dengan bahasa lain tanpa menghilangkan makna sesungguhnya dari
karya tersebut. Yang perlu dipelajari oleh peneliti dalam membuat prafrase yang benar dan
tepat adalah memahami konsep dasar tulisan, perkaya kosa kata, dan menambah wawasan
terhadap bidangnya tersebut. Jadi, inti parafrase di sini adalah mengetahui dan mendalami
makna dari tulisan yang ada di sumber, sehingga kita dapat menuliskan dalam kalimat yang
berbeda. Jadi, bisa saja dalam satu kalimat tersebut memiliki kutipan yang banyak. Karena
satu kalimat dari satu sumber pasti sudah dilakukan parafrase oleh orang banyak. Jadi, kita
mudah menemukan kalimat yang mengandung makna sama di artikel lainnya. Perlu diingat
peneliti harus mencantumkan sumber yang lengkap seperti nama, tahun, judul, halaman,
jurnalnya.
10. Diana Sari Hasibuan
Pertanyaan: Sebenarnya apa faktor yang menyebabkan seorang peneliti itu melakukan
penipuan penelitian yaitu fabrikasi dan falsifikasi serta pragiatisme?
Jawaban:
Sri Indah: faktor yang menyebabkan seorang peneliti melakukan penipuan penelitian
yaitu fabrikasi dan falsifikasi serta pragiatisme, antara lain:
a. Mempercantik data atau hasil penelitian.
b. Terdapat data yang tidak ada atau kosong
c. Menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan mempunyai kualitas yang baik
d. Mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan
e. Memperoleh kredit nilai untuk karya ilmiahnya

Sumber: Departemen Ilmu Keluargaan dan Konsumen. 2017. Fabrikasi, Falsifikasi, dan
Fragiatisme. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Saidah Ajilatun Nahdawiyah: Penulis menganggap bahwa dengan melakukan fabrikasi


falsifikasi akan mendapatkan kenyamanan dan kemudahan untuk mencapai sesuatu yang
berhubungan dengan akademika, misal untuk meraih suatu gelar. Sehingga penulis tertarik
untuk melakukan hal tersebut padahal itu merupakan penipuan dalam penelitian dan dapat
mengakibatkan hal yang fatal.
Kemudian untuk faktor yang mempengaruhi terjadinya penulis melakukan plagiatisme
yaitu ada beberapa macam:
1. Mengacu dan/atau mengutip frasa dan/atau kalimat yang bersifat tidak umum tanpa
menyebutkan sumber karya sendiri atau orang lain dalam catatan kutipan dan/atau tanpa
menyatakan sumber sesuai dengan pengacuan dan/atau pengutipan dalam tata tulis ilmiah.
2. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, data, dan/atau teori tanpa
menyatakan sumber karya sendiri atau orang lain sesuai dengan pengacuan dan/atau
pengutipan dalam tata tulis ilmiah.
3. Merumuskan dengan kalimat sendiri dari sumber kalimat, data, atau teori tanpa
menyatakan sumber karya sendiri atau orang lain sesuai dengan pengacuan dan/atau
pengutipan dalam tata tulis ilmiah.
4. Menerjemahkan tulisan dari suatu sumber karya sendiri atau orang lain secara
keseluruhan atau sebagian yang diakui sebagai karya ilmiahnya.
5. Mengakui suatu karya yang dihasilkan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya.
Sumber: http://anjani.ristekbrin.go.id/indikator-dan-spesifikasi-pelanggaran-akademik/
Satriya Adika: Menurut Handout UNY (2020) factor yang menyebabkan seorang peneliti
melakukan penipuan penelitian yaitu fabrikasi dan falsifikasi serta pragiatisme
1. Tidak tahu: Tidak tahu bahwa plagiarisme adalah tindak kejahatan akademik.
2. Tidak mau tahu: Tahu bahwa plagiarisme adalah tindak ilegal, tapi tidak tahu bagaimana
cara menghidarinya. Kemudian, tahu bahwa plagiarisme adalah tindak ilegal, tapi tidak
peduli (nikmat, cara gratis mendapat nilai, dan menjadi sarjana/peneliti )
3. Managemen waktu yang buruk.
Tanggapan:
Omega Silfia: menanggapi jawaban mas satria, untuk menghindari hal tersebut adakah
langkah yang bisa dilakukan agar hal tersebut tidak terjadi
Jawaban dari tanggapan:
Satriya Adika: Ada langkah yang bisa dilakukan dengan menyatakan secara jelas dan
benar ketika menggunakan:
1. Ide, pendapat dan teori orang lain.
2. Setiap fakta, data statistik, grafik, gambar, dan informasi.
3. Mengutip (memberi tanda “....”) pada tulisan atau perkataan orang lain (kalimat
langsung) dengan tetap menyebutkan sumber.
4. Melakukan parafrasa (menuliskan/mengucapkan ide orang lain dengan kalimat sendiri)
dan tetap menyebutkan sumber.

11. Firdha Mahrifatul Zana


Pertanyaan: Pada ppt yg disajikan, penjelasan tentang plagiasi substansial dgn
manipulating data image itu kenapa sama? Apakah kesalahan ketika memasukkan dalam
ppt? Atau memang kedua istilah itu sama?
Kemudian, yg ingin saya sampaikan yaitu terkait "Translating publication". Di presentasi
dikatakan bahwa kita boleh melakukan penerjemahan terhadap publikasi seseorang dgn
ijin dari penulisnya. Apakah dgn menerjemahkan ke bahasa yg berbeda saja yg dasarnya
bisa dilakukan semua orang bahkan bisa menggunakan aplikasi penerjemah itu bisa disebut
sebagai publikasi juga? Jika iya, apakah itu bukannya tidak etis, karena kita tidak
melakukan penelitian tp hanya menerjemahkan saja kemudian mempublikasi. Apakah dari
kelompok penyaji pernah menemui publikasi yg menerjemahkan dari publikasi lain?
Jawaban:
Rianti: untuk manilapulating data image dan plagiasi substansial tentu berbeda,
Berdasarkan penjelasan dalam “Ethics in Research & Publication” dalam Ethics Toolkit
dari Elsivier, maka manipulating data image adalah memanipulasi atau mengubah bahan,
proses, tabel, atau peralatan suatu penelitian, sedangkan plagiasi subtansial adalah
menyalin bahan, proses, tabel, atau peralatan penelitian tanpa mencantumkan sumbernya.
Untuk penjelasan mengapa tidak etis pada bagian manipulating data image karena naskah
peneliti mungkin ditolak jika data asli tidak disajikan atau disalahartikan.
Feti Eka: Berdasarkan Weinbaum dkk (2019) atau jurnal yang kami rujuk, Translating
Publication dengan hanya menterjemahkan ke bahasa lain diperolehkan, asalkan
mendapatkan izin dari penerbit. Publikasi yang menterjemahkan dari publikasi lain
misalkan buku Kalkulus yang aslinya dalam Bahasa Inggris, namun boleh ada buku
kalkulus dalam Bahasa Indonesia, yang mungkin oleh penerbit sudah diberi izin untuk
mempublikasikan dalam bahasa lain namun tetap mencantumkan sumber asli.
12. Farih Nur Hisyam
Pertanyaan: dalam makalah disebutkan mengenai prisip etika keilmuan yang harus
dipegang oleh peneliti salah satunya yaitu Conflict of interest atau bias kepentingan,
"Peneliti harus meminimalkan pengaruh keuangan (finansial) atau lainnya pada
penelitiannya dan pada partisipan penelitian yang dapat membiaskan hasil penelitian". bisa
dijelaskan lebih lanjut mengenai bias kepentingan ini yang bagaimana, kemudian apabila
pengaruh keuangan (finansial) dapat menyebabkan peneliti terjerumus dalam kasus
korupsi misalnya (jika peneliti kurang memiliki etika keilmuan) atau penggelapan dana
penelitian, mengingat dimakalah tertulis kata2 finansial. atau apakah pemateri mempunyai
maksud lain?
Jawaban:
Sri Indah : melanjutkan jawaban dari mbak mila, bias kepentingan ini maksudnyaa ada
tindakan dan perbuatan yang tersembunyi baik dalam pelaksanaan penelitian, evaluasi
proposal, evaluasi penelitian , evaluasi naskah yg diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Maksud
dari makalah jika ada pengaruh keuangan (finansial) pada penelitiannya, bisa saja hasil
penelitiannya di manipulsi untuk kepentingan pribadinya.

Anda mungkin juga menyukai