Bab Iii
Bab Iii
PEMBAHASAN
Menurut data yang ada di Statistik Desa Seteluk Atas memang tidak
banyak informasi yang dapat dituangkan oleh karena data yang terdapat di
Kantor Desa Seteluk Atas terbatas, yakni yang terdapat dalam buku terbitan
Desa Seteluk Atas adalah bagian dari Kecamatan Seteluk bersama dengan
Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas
wilayah 4.408 Ha dan jarak dengan Ibukota kecamatan berjarak 0,50 Km.
Dengan luas wilayah 4.408 Ha tersebut, sebagian terdiri dari tanah sawah,
tanah kering, tanah perkebunan, tanah hutan, dan fasilitas umum, yakni total
keseluruhan 4.408 Ha dengan rincian luas tanah sawah 173,89 Ha, luas tanah
kering 64,41 Ha, luas tanah perkebunan 77,50 Ha, luas tanah hutan 4.072 Ha,
52
53
penduduk Desa Seteluk Atas adalah sebanyak 2.312 dengan rincian jumlah
laki-laki 1.092 orang dan perempuan 1.220 orang. Yang mana tersebar paling
Rukun Warga 2.
Dalam bidang Sosial Ekonomi, bahwa dari jumlah penduduk desa Seteluk
Atas tersebut, yang masih dalam usia produktif sekitar 57%, dengan jumlah
sekitar 12% kemudian secara berurutan karyawan honorer, PNS, buruh tani,
buruh harian lepas, dan lain-lain. Kemudian angka penagguran di Desa Seteluk
Atas terhitung tinggi sekitar 26% dari jumlah keseluruhan penduduk Desa
Seteluk Atas.
disekitar Desa Seteluk Atas masih banyak terdapat lahan pertanian dan rata-
dilihat dari masyarakanya sendiri yang dimana masyarakat Desa Seteluk Atas
Kabupaten Sumbawa Barat yang dari hal tersebut dapat menyerap tenaga kerja
yang banyak. Dengan demikian Desa Seteluk Atas dapat dikatakan dalam
Desa Swasembada. Yang pada saat ini dipimpin oleh bapak Abdullah, yang
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah Pelepasan tanah untuk
Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat, yang mana tanah tersebut secara
keseluruhan merupakan tanah masyarakat yang tinggal di sekitar Desa Seteluk Atas.
Atas.
Atas tersebut membutuhkan luas tanah sebesar dan terdiri dari pemilik tanah
yang termasuk dalam wilayah hukum desa Seteluk Atas terdapat suatu
pelepasan hak atas tanah. Pelepasan Hak Atas Tanah yang dimaksud adalah
berupa jalan yang menuju ke TPU (Tempat Pemakaman Umum). Lahan yang
perseorangan.
mengetahui dan menerapkan aturan yang berlaku pada zaman orde baru untuk
membuka atau pelepasan lahan atau menerapkan suatu aturan yang dianggap
suatu penggantian kerugian, serta apabila adanya suatu pelepasan hak atas
tanah pemilik tanah atau pihak yang akan membuat jalan tersebut membuat
surat pernyataan bahwa tanah tersebut telah dilepaskan atau biasa disebut
Akta Pelepasan Hak Atas Tanah (APH) atau Surat Pelepasan Hak Atas Tanah
(SPH) yang dibuat di hadapan Notaris dengan dua orang saksi berdasar
57
pada Pasal 131 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan
3/1997).
dan pengadaan tanah. Tidak boleh ada tindakan pengambilan tanah tanpa
dusun, dari hasil Musrenbang tingkat dusun itulah diusulkan untuk membuat
Prosedur yang tidak sesuai dengan urutan tahapan yang telah ditetapkan
tahun 2006, dalam undang-undang ini juga diatur bahwa pengadaan tanah
umum.
ini dilakukan dengan melibatkan pihak yang berhak dan masyarakat yang
kuasa dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana pembangunan.
59
memerlukan tanah.
masyarakat pada masa itu. Dalam proses Musrenbang tersebut juga diundang
para pemilik tanah yang terkena rencana pembangunan jalan tersebut, dalam
proses Musrenbang tersebut juga dibahas akan kesediaan para pemilik tanah
tanah tidak meminta adanya ganti kerugian dengan catatan bahwa pemilik
tersebut dilepaskan.
sudah dilepaskan oleh pemilik tanah agar memudahkan pihak desa untuk
Musrenbang selanjutnya.
Pemakaman Umum tersebut maka pihak Desa akan membuat hasil dari
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) akan tetapi akan diusulkan untuk
Desa maka Desa akan mengawal usulan tersebut ke tingkat kecamatan sampai
“Di dalam RKPDesa ada istilah dimana ada daftar usulan yang
dibiayai oleh APBDes atau uang yang masuk sebagai dana Desa ada
juga usulan yang diusulkan kepada pemerintah kabupatem atau pusat
contoh jalan ke kuburan tersebut digunakan anggaran kabupaten. Jadi
misalkan seperti tanah ke kuburan tersebut desa mengusulkan untuk
tidak menggunakan APBDes akan tetapi APBD. Tergantung
bagaimana musyawarah masyarakat atau kebijakan desa maka akan
diusulkan ke Kabupaten37.
Umum Desa Seteluk Atas tersebut adalah berawal dari kebutuhan mayarakat Desa
Seteluk Atas itu sendiri dikarenakan Tempat Pemakaman Umum yang berada jauh
dari pemukiman yang berada di daerah perbukitan Desa Seteluk Atas dimana
sawah dan perkebunan milik warga Desa Seteluk Atas dan sebagian milik warga
merasa kesulitan apabila ada warga yang meninggal dunia kemudian di bawa ke
perkebunan milik warga yang kesemuanya telah dipagari oleh pemilik kebun, dan
tersebut.
37
Hasil Wawancara dengan Abdurrahman, Sekretaris Desa Seteluk Atas, pada tanggal 13
November 2017, di Kantor Desa Seteluk Atas
62
Kemudian akses yang dipilih jalan tersebut karena dekat dengan jalan
besar yang menghubungkan antara Desa Seteluk Atas dan Desa Rempe Beru’
dan juga hanya pemilik tanah tersebut yang mengikhlaskan tanahnya untuk
bisa juga dimanfaatkan untuk Jalan Usaha Tani bagi petani di daerah
Proses yang dilakukan untuk melakukan pelepasan suatu hak atas tanah di Desa
seluruh staff atau Instansi Desa Seteluk Atas yang akan melaksanakan
musyawarah tersebut.
yang dimana salah satu dari masyarakat Desa Seteluk Atas menginginkan
adanya jalan yang memadai yang dimana jalan yang dimaksud adalah jalan ke
Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk Atas yang berada di atas bukit.
yang dimana pada saat itu jalan yang dilalui adalah berupa persawahan dan
tersebut dibuat, maka perangkat desa akan meninjau lokasi tanah siapa saja
Setelah diketahui jalur yang akan dijadikan jalan umum tersebut, maka
Atas. Ada beberapa pemilik tanah yang bersedia dan ada pula pemilik tanah
yang tidak bersedia, terlebih bahwa jalan yang dilalui tersebut yang
itu sendiri adalah merivisi hasil dari Musrenbang tingkat desa, yang dimana
Sumbawa Barat.
38
Hasil Wawancara dengan Ibu Eny Nuraini S.Ip, Sekertaris Kecamatan Seteluk, pada
tanggal 14 November 2017 di Kantor Camat Seteluk
65
“kan yang dinamakan jalan umum itu dia kan harus terdaftar di dalam
pencatatan pemetaan jalan kabupaten, dan itu yang melakukan
pemetaan jalan itu adalah dinas terkait yaitu dinas PU di Bina
Marganya, nah kalau misalnya dilihat badan jalan itu kan ada
standardnya nih, untuk menentukan bahwa kalau itu jalan umum, jalan
kabupatenkah namanya, ada jalan Provinsi, ada jalan negara, atau di
dalam itu kemungkinan bisa saja paling besar namanya itu kalo
dinamai jalan kabupaten, bisa saja itu namanya jalan desa, jalan desa
itu ya untuk kepentingan di desa saja nah itulah mungkin cikal
bakalnya tidak diarahkan ke Jalan Kabupaten karena aksesnya hanya
untuk kepentingan desa saja dan mungkin dilihat juga dari fisik
jalannya, yang dilihat itu lebar jalan, bentangan jalan, hamparan
jalannya, bahu jalannya, begitu mungkin yang menjadi dasar
dimasukkan ke dalam jalan usaha tani saja karena aksesnya itu lebih
fokus kepada bagaimana hasil-hasil pertanian tersebut bisa diangkut
ke jalan umum, itu dia dasarnya.39”
Tanpa adanya Surat Pelepasan Hak Atas Tanah (SPH) atau Akta Pelapasan
Hak Atas Tanah (APH) dari pemilik tanah maupun dari perangkat desa atau
39
Hasil Wawancara dengan bapak Syarifuddin M.Si, Kepala Bagian Sosial Budaya
BAPPEDA, pada tanggal 21 November 2017, di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat
66
“Karena itu tidak memerlukan ganti rugi, dan tidak masuk usulan
anggaran cukup di desa, pengerjaannya langsung di dinas PU maka
usulan anggaran tidak ada untuk pembebasan tanah. PU hanya
meminta surat persetujuan masyarakat, dan masyarakat sepakat untuk
digunakan lahan dan tidak menuntut ganti rugi ya surat pernyataan
dari pemilik tanah.40”
tanda tangan terhadap surat apapun atau akta apapun, semua di setujui pada
yang dianggap paling dibutuhkan oleh masyarakat maupun Desa. Hasil dari
yang paling dibutuhkan oleh masyarakat setempat salah satunya ialah jalan
dimana di area persawahan tersebut jalan berupa pematang sawah dan ketika
melewati perkebunan pembawa mayat yang kita tahu bahwa mayat yang
oleh pemilik kebun. Pagar tersebut terbilang sulit untuk dilalui dikarenankan
pintu akan tetapi melewati tangga kayu. Kalaupun memiliki pintu maka pintu
oleh masyarakat desa Seteluk Atas saja akan tetapi desa lain juga ikut
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat. Membujuk dalam hal ini
proses tersebut ada beberapa pemilik tanah yang keberatan untuk melepaskan
tanahnya dikarenakan tanah tersebut telah ditanami pohon jati dan pohon
asam. Adanya masalah tersebut memberi peran kepada para panitia untuk
yang bertugas juga untuk mengurus pelepasan hak atas tanah tersebut.
68
Setelah pelepasan hak atas tanah tersebut sudah selesi maka Desa akan
oleh Kecamatan yang dalam hal ini adalah Kecamatan Seteluk maka Desa
3. Akibat Hukum Dari Tidak Dibuatnya Surat atau Akta Pelepasahan Hak
Atas Tanah Oleh Baik Pemerintah Maupun Pemilik Tanah
jalan umum yang dimana jalan tersebut merupakan hak milik seseorang maka
Sumbawa Barat..
warga sekitar untuk menuju ke Tempat Pemakaman Umum dan bisa juga
dimanfaatkan untuk jalan usaha tani berdasarkan hasil Musrenbang yang telah
disepakati oleh masyarakat itu sendiri, yang dimulai dari Musrenbang tingkat
membangun jalan yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu pelepasan
hak atas tanah tersebut. Akan tetapi baik pemerintah maupun masyarakat
dalam hal ini tidak membuat suatu akta atau surat pernyataan pelepesan,
Menurut peraturan Akta Pelepasan Hak Atas Tanah (APH) atau Surat
Pelepasan Hak Atas Tanah (SPH) yang dibuat di hadapan Notaris dengan dua
orang saksi berdasar pada Pasal 131 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria/Kepala
Tanah (Permenag No. 3/1997). Apabila aturan tersebut tidak dilaksanakan maka
pelepasan hak tersebut menjadi tidak sah yang apabila disimpulkan makah tanah
yang telah dilepaskan tersebut haknya masih dipegang oleh pemilik aslinya.
Dengan tidak dilepaskannya hak tanah tersebut maka hal ini akan sangat
dapat apabila ahli waris mensengketakan tanah yang telah dibangun tersebut,
karena hak penuh dari tanah masih dipegang oleh pemilik tanah.
kedudukan hukum yang kuat apabila dikemudian hari terjadi sengketa tanah, dan
masyarakat Desa Seteluk Atas sendiri, yang dimana jalan tersebut sudah menjadi
akses yang biasa digunakan oleh masyarkat dan dibangun oleh pemerintah
dibangun untuk jalan umum tanpa menerima ganti rugi berupa uang atau
benda-benda lain karena fungsi jalan yang akan dibangun tersebut sangat
membantu warga setempat ketika ada salah satu warga yang keluarganya
mudah dibawa, mengingat sebelumnya ketika jalan tersebut tidak ada satu-
satunya akses untuk menuju Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk Atas
Dengan akses sseperti itu warga sangat kesulita untuk mebawa jenazah
panen tiba atau musim hujan maka pematang tersebut makin sulit untuk
telag dipagari bukan dengan tembok atau pagar kayu akan tetapi pagar pohon
berduri. Dan sebagian perekebunan pada saat itu tidak memiliki pinta seperti
pintu pada umumnya akan tetapi pintu berupa tangga kayu yang dibuat untuk
Pemakaman, jalan tersebut bisa digunakan untuk jalan usaha tani bagi pemilik
tanah serta para petani yang mempunyai sawah di daerah dekat jalan tersebut.
Membawa hasil panen dan hasil kebun akan semakin mudah karena dengan
menuju Tempat Pemakaman Umum Desa Seteluk Atas tersebut menjadi amal
yang tidak akan pernah terputus karena dapat digunakan secara terus menerus
jalan tersebut.
Terlebih salah satu pemilik tanah bukan warga Desa Seteluk Atas yaitu
bapak Masdar Arma yang merupakan warga Desa lain yang ikut
menyumbangkan tanahnya bagi warga Desa Seteluk Atas untuk digunakan bagi