ACEH Dikonversi
ACEH Dikonversi
Untuk membebaskan penderitaan rakyat waktu itu Tengku Abdul Djalil mengajak rakyat
Aceh mengangkat senjata untuk melawan Jepang. Ajakan itu didukung sepenuhnya
oleh rakyat, maka meletuslah perlawanan terhadap penjajah Jepang di Aceh.
Dalam pada itu Jepang membujuk Tengku Abdul Djalil untuk mengadakan perdamaian
tetapi tidak berhasil. Akhirnya Jepang menyerang rakyat di Cot Plieng yang sedang
menjalankan ibadah sembahyang subuh.
Setelah rakyat Cot Plieng mengetahui adanya serangan Jepang itu mereka segera
bangkit mengambil senjata yang dimilikinya seperti: rencong, tumbak, pedang dan
kelewang untuk membalas serangan pasukan Jepang itu. Akhirnya Jepang terdesak
mundur. Dengan tangan hampa Jepang kembali ke markasnya di Lhok Seumawe.
perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang
Dalam serangan yang ketiga ini masjid Cot Plieng di bakar oleh Jepang. Rakyat
mengalami kewalahan dan Tengku Abdul Djalil meloloskan diri. Akan tetapi sayang
karena dia dapat ditembak oleh pasukan Jepang ketika sedang menjalankan ibadah
sembahyang.
Perlawanan rakyat Aceh yang kedua terjadi pada tahun 1944 di bawah pimpinan
Tengku Hamid. Ia berhasil membawa pasukannya ke lereng-lereng gunung untuk
mengadakan gerilya, tetapi karena keluarganya diancam oleh Jepang akan dibunuh
semuanya maka mereka terpaksa kembali dan menyerah kepada Jepang.
Sebagai kelanjutan perlawanan itu, seorang kepala kampung Pandreh juga melakukan
perlawanan kepada Jepang tetapi dapat ditindas dengan kejam.