Anda di halaman 1dari 2

Nama : Syifa’ Agustina Firdausi

Kelas : XI MIA 7
No : 37
1. Perlawanan di Aceh
Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat Aceh diperlakukan
dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan yang cukup lama karena banyak
rakyat Aceh yang dikerahkan untuk Romusha. Akibat hal itu, pada 10 November 1942 terjadi
penyerangan terhadap Jepang di Cot Plieng, penyerangan tersebut dipimpin oleh Tengku
Abdul Jalil yang merupakan seorang guru mengaji di Cot Plieng. Sebanyak dua kali Jepang
berusaha menaklukan wilayah Cot Plieng, dua-duanya pun berhasil digagalkan oleh rakyat
Aceh dengan serangannya, dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah Lhokseumawe.
Kemudian pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan Tengku Abdul Jalil
harus gugur di tempat saat sedang beribadah. Kebencian rakyat pun semakin bertambah.

2. Perlawanan Singaparna
Rakyat Singaparna merupakan rakyat yang religius dan sangat anti terhadap orang asing
terutama Jepang. Kebijakan jepang yang kejam dan tidak sesuai ajaran islam sangat tidak
disukai rakyat Singaparna.

Para romusa dari Singaparna banyak yang meninggal akibat kecelakaan kerja maupun
tindakan Jepang yang tidak berprikemanusiaan. Kehidupan rakyat yang. semakin sengsara
mendorong rakyat untuk melawan Jepang di bawah pimpinan Kyai Zainal Mustafa. Ia adalah
seorang anjengan di Sukamanah, Singaparna yang sangat menentang kebijakan-kebijakan
Jepang.
Sebelumnya, Jepang mengirim beberapa polisi utusannya untuk berunding dengan Zainal
Mustafa. Namun, mereka ditahan dan dilucuti senjatanya oleh pengikut Zainal mustafa. Hal
ini terjadi lagi pada polisi utusan Jepang yang datang kedua kalinya. Sikap mereka yang
sombong membuat Zainal Mustafa marah.
Pertempuran meletus pada Februari, 1944. Zainal Mustafa dan pengikutnya bertempur mati-
matian menghadapi Jepang yang bersenjata lengkap dan memiliki lebih banyak pasukan.
Pasukan Zainal mustafa pun dikalahkan oleh tentara Jepang. Kemudian Kyai Zainal Mustafa
ditangkap bersama gurunya, Kyai Emar yang kemudian diangkut ke Jakarta beraama 27
orang pengikutnya. Pada tanggal 25 Oktober 1944 mereka disiksa dan dihukum mati

3. Perlawanan di Indramayu

Indramayu mendapatkan perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat Indramayu dipaksa
menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan dan diperlakukan secara sewenang-wenang. Oleh
karena itu, masyarakat Indramayu juga melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan pada bulan April 1944. Selanjutnya
beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa
Cidempet, Kecamatan Loh Bener.

Anda mungkin juga menyukai