SEJARAH PEMINATAN
DI
OLEH:
RASMA.R.S
SUCIATI
SITTI ZUBIDAH
SOFIA
MUH.RIFAI
SMAN 2 PINRANG
2021/2022
PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENDUDUK JEPANG
Perjuangan Organisasi
Putera
Barisan Pelopor
Ini merupakan bagian dari Jawa Hokokai. Barisan Pelopor ini diketuai oleh Ir.
Soekarna dan beberapa pahlawan nasionalisme yang menjadi anggotanya.
Chuo Sangi In
Chuo Sangi In merupakan salah satu organisasi yang dimanfaatkan para tokoh
nasionalisme dalam pembentukan organisasi Barisan Pelopor untuk kepentingan
Indonesia.
Secara umum, kegiatan bawah tanah yang dilakukan oleh para pejuang nasional
guna melawan pendudukan Jepang di Indonesia memiliki beberapa tujuan seperti
saling membagi informasi dan menjaga nasionalisme, mempersiapkan kekuatan
untuk kemerdekaan Indonesia, menyempurnakan semangat dan persiapan untuk
kemerdekaan Indonesia, serta mendapatkan informasi perkembangan Perang Asia
Timur Raya dari radio.
Perlawanan Bersenjata
Perlawanan ini dipimpin oleh seorang guru mengaji bernama Tengku Abdul Jalil,
yang dipicu karena tindakan Jepang yang sewenang-wenang dan gagalnya
perundingan, Jepang menyerang Cot Plieng. Tengku Abdul Jalil dan para
pahlawan tanpa nama yang mengikutinya pun gugur.
Perlawanan ini di pimpin oleh anak bupati Blitar yaitu Supriyadi, yang dipicu
karena banyaknya masalah dengan Jepang maka Supriyadi dan teman-temannya
melakukan pemberontakan terhadap Jepang meskipun pada akhirnya harus
menelan kekalahan.
Perlawanan ini di pimpin oleh Perwira Giyugun T Hamid, yang dipicu akan
kekejaman Jepang terhadap rakyat dan terlebih lagi kepada Prajurit Indonesia.
Perlawanan ini dipimpin oleh regu (budanco) Kusaeri dan kawan-kawannya. Pada
25 April 1945, Jepang mengetahui rencana perlawanan tersebut, sehingga Kusaeri
di hukum mati tetapi digagalkan karena di desak oleh sekutu.
Beberapa wilayah yang dikuasai oleh Jepang dan mendapat perlawanan dari rakyat
Indonesia diantaranya:
1) Perlawanan di Aceh
Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat Aceh
diperlakukan dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan yang cukup
lama karena banyak rakyat Aceh yang dikerahkan untuk Romusha. Akibat hal itu,
pada 10 November 1942 terjadi penyerangan terhadap Jepang di Cot Plieng,
penyerangan tersebut dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil yang merupakan seorang
guru mengaji di Cot Plieng. Sebanyak dua kali Jepang berusaha menaklukan
wilayah Cot Plieng, dua-duanya pun berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh dengan
serangannya, dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah Lhokseumawe.
Kemudian pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan Tengku
Abdul Jalil harus gugur di tempat saat sedang beribadah.
Singaparna, Tasikmalaya, menjadi salah satu wilayah yang berhasil di duduki oleh
Jepang. Pada masa itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk mengikuti upacara
Seikerei. Upacara Seikerei merupakan upacara penghormatan kepada kaisar Jepang
dengan cara membungkuk kearah matahari terbit. Dengan cara seperti ini,
masyarakat Singaparna merasa sangat dipermalukan dan dilecehkan. Selain itu,
mereka juga merasa menderita karena diperlakukan secara sewenang-wenang dan
kasar oleh Jepang. Akibatnya, pada bulan Februari 1944, rakyat Singaparna
melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pasukan perlawanan dipimpin oleh Kiai
Zainal Mustofa. Akan tetapi Jepang berhasil menangkap Kiai Zainal Mustofa pada
tanggal 25 Februari 1944, dan pada tanggal 25 Oktober 1944, Kiai Zainal harus
menghentikan perjuangannya setelah beliau dihukum mati.
3) Perlawanan di Indramayu