Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SEJARAH PEMINATAN

DI

OLEH:

RASMA.R.S

SUCIATI

SITTI ZUBIDAH

SOFIA

MUH.RIFAI

SMAN 2 PINRANG

2021/2022
PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENDUDUK JEPANG

Kependudukan Jepang di Indonesia memang terbilang singkat, hanya 3,5 tahun


tetapi menyisakan kenangan buruk yang mendalam bagi rakyat Indonesia. Kala itu
penguasa Jepang bersikap semena-mena dan menyengsarakan rakyat Indonesia,
sehingga memicu kebencian rakyat terhadap Jepang. Bahkan di sebagian wilayah
Indonesia, rakyat memilih angkat senjata untuk mengusir keberadaan Jepang di
Indonesia. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Pendudukan Jepang pun pecah.

Saat itu, perlawanan bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang di Indonesia


bisa dikategorikan menjadi 3, yaitu melalui perjuangan yang berbentuk organisasi,
gerakan bawah tanah, dan perlawanan bersenjata.

Perjuangan Organisasi

Perlawanan bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang dilakukan oleh tokoh-


tokoh nasionalisme yang memanfaatkan organisasi pembentukan Jepang sebagai
alat pemersiap kemerdekaan Indonesia. Beberapa organisasi yang digunakan antara
lain:

 Putera

Ini merupakan organisasi yang memperbolehkan para anggotanya untuk berbicara


di depan umum. Oleh karena itu, para tokoh nasionalisme memanfaatkan
kesempatan acara rapat besar maupun acara radio yang diselenggarakan oleh
organisasi Putera dengan mengarahkan rakyat untuk mempersiapkan kemerdekaan
dan mengkoordinasikannya.

 Barisan Pelopor

Ini merupakan bagian dari Jawa Hokokai. Barisan Pelopor ini diketuai oleh Ir.
Soekarna dan beberapa pahlawan nasionalisme yang menjadi anggotanya.
 Chuo Sangi In

Chuo Sangi In merupakan salah satu organisasi yang dimanfaatkan para tokoh
nasionalisme dalam pembentukan organisasi Barisan Pelopor untuk kepentingan
Indonesia.

Gerakan Bawah Tanah

Selain melalui gerakan organisasi, rakyat Indonesia melawan kependudukan


Jepang di Indonesia dengan gerakan bawah tanah yaitu gerakan yang dilakukan
secara diam-diam dan rahasia. Dimana, gerakan ini dipraktikkan di dalam
organisasi bentukan Jepang tanpa sepengetahuan pihak Jepang.

Secara umum, kegiatan bawah tanah yang dilakukan oleh para pejuang nasional
guna melawan pendudukan Jepang di Indonesia memiliki beberapa tujuan seperti
saling membagi informasi dan menjaga nasionalisme, mempersiapkan kekuatan
untuk kemerdekaan Indonesia, menyempurnakan semangat dan persiapan untuk
kemerdekaan Indonesia, serta mendapatkan informasi perkembangan Perang Asia
Timur Raya dari radio.

Adapun beberapa contoh gerakan bawah tanah yang mengupayakan perlawanan


terhadap pendudukan Jepang di Indonesia antara lain :

 Kelompok Sukarni yang mencoba mempengaruhi jiwa-jiwa revolusioner dan


rakyat Indonesia dengan membongkar tipu daya Jepang.
 Kelompok Achmad Subarjo membentuk Asrama Indonesia Merdeka yang
berisikan para pemuda Indonesia, dan mencoba membakar semangat jiwa
kemerdekaan para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap
pendudukan Jepang.
 Kelompok Sutan Syahrir yang menyiapkan Gerakan Bawah Tanah Anti-
Fasis untuk melawan Jepang di waktu yang tepat.

Perlawanan Bersenjata

Perlawanan bersenjata merupakan perlawanan bangsa Indonesia secara terbuka


terhadap pendudukan Jepang di Indonesia. Perlawanan ini ditandai dengan perang
antara Bangsa Indonesia terhadap Jepang secara terbuka dan mengakibatkan
korban di kedua belah pihak. Ada beberapa contoh bentuk perlawanan bersenjata
yang terjadi di Indonesia antara lain :

 Perlawanan di Aceh pada 10 November 1942

Perlawanan ini dipimpin oleh seorang guru mengaji bernama Tengku Abdul Jalil,
yang dipicu karena tindakan Jepang yang sewenang-wenang dan gagalnya
perundingan, Jepang menyerang Cot Plieng. Tengku Abdul Jalil dan para
pahlawan tanpa nama yang mengikutinya pun gugur.

 Perlawanan PETA di blitar pada 14 Februari 1945

Perlawanan ini di pimpin oleh anak bupati Blitar yaitu Supriyadi, yang dipicu
karena banyaknya masalah dengan Jepang maka Supriyadi dan teman-temannya
melakukan pemberontakan terhadap Jepang meskipun pada akhirnya harus
menelan kekalahan.

 Perlawanan PETA di Meureuh, Aceh pada November 1944

Perlawanan ini di pimpin oleh Perwira Giyugun T Hamid, yang dipicu akan
kekejaman Jepang terhadap rakyat dan terlebih lagi kepada Prajurit Indonesia.

 Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap pada April 1945

Perlawanan ini dipimpin oleh regu (budanco) Kusaeri dan kawan-kawannya. Pada
25 April 1945, Jepang mengetahui rencana perlawanan tersebut, sehingga Kusaeri
di hukum mati tetapi digagalkan karena di desak oleh sekutu.

 Perlawanan rakyat Indramayu pada April 1944

perlawanan ini di latarbelakangi dengan amarah rakyat dikarenakan romusha dan


penyetoran bahan pangan kepada Jepang yang secara terus menerus. Perlawanan
ini, dilakukan secara spontan sehingga Jepang dengan mudah menghentikannya.
Perlawanan di Kalimantan yang dipimpin oleh pemimpin suku Dayak yaitu
Pangsuma. Perlawanan Kalimantan termasuk ke dalam perang Gerilya yang
berlangsung lama dan berpindah-pindah.

 Perlawanan di Biak tahun 1944

Perlawanan ini dipimpin oleh pimpinan gerakan koreri yaitu L. Rumkoren.

 Perlawanan di Pulau Yappen Selatan yang dipimpin S. Papare.


 Perlawanan di Tanah Besar, dataran Irian Papua yang dipimpin oleh Simson

Rakyat Papua tersebut mendapatkan bantuan dari pasukan penyusup sekutu


sehingga rakyat papua mendapatkan senjata.

Beberapa wilayah yang dikuasai oleh Jepang dan mendapat perlawanan dari rakyat
Indonesia diantaranya:

1) Perlawanan di Aceh

Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat Aceh
diperlakukan dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan yang cukup
lama karena banyak rakyat Aceh yang dikerahkan untuk Romusha. Akibat hal itu,
pada 10 November 1942 terjadi penyerangan terhadap Jepang di Cot Plieng,
penyerangan tersebut dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil yang merupakan seorang
guru mengaji di Cot Plieng. Sebanyak dua kali Jepang berusaha menaklukan
wilayah Cot Plieng, dua-duanya pun berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh dengan
serangannya, dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah Lhokseumawe.
Kemudian pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan Tengku
Abdul Jalil harus gugur di tempat saat sedang beribadah.

2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)

Singaparna, Tasikmalaya, menjadi salah satu wilayah yang berhasil di duduki oleh
Jepang. Pada masa itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk mengikuti upacara
Seikerei. Upacara Seikerei merupakan upacara penghormatan kepada kaisar Jepang
dengan cara membungkuk kearah matahari terbit. Dengan cara seperti ini,
masyarakat Singaparna merasa sangat dipermalukan dan dilecehkan. Selain itu,
mereka juga merasa menderita karena diperlakukan secara sewenang-wenang dan
kasar oleh Jepang. Akibatnya, pada bulan Februari 1944, rakyat Singaparna
melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pasukan perlawanan dipimpin oleh Kiai
Zainal Mustofa. Akan tetapi Jepang berhasil menangkap Kiai Zainal Mustofa pada
tanggal 25 Februari 1944, dan pada tanggal 25 Oktober 1944, Kiai Zainal harus
menghentikan perjuangannya setelah beliau dihukum mati.

3) Perlawanan di Indramayu

Indramayu mendapatkan perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat Indramayu


dipaksa menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan dan diperlakukan secara
sewenang-wenang. Oleh karena itu, masyarakat Indramayu juga melakukan
perlawanan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan
pada bulan April 1944. Selanjutnya beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 30
Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.

4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)

Perlawanan juga terjadi di Blitar. Pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi


pemberontakan yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air) di bawah
pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada
masa pendudukan Jepang.

Anda mungkin juga menyukai