Anda di halaman 1dari 5

Perlawanan Indonesia

Terhadap Jepang

A. Strategi Perlawanan
Beberapa wilayah yang dikuasai oleh Jepang dan mendapat perlawanan
dari rakyat Indonesia diantaranya:
1. Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Jepang
Perlawanan ini terjadi di Cot Plieng, Aceh, dan dipimpin oleh Tengku
Abdul Jalil pada November 1942. Kejadian ini berawal dari kesewenang-
wenangan Jepang yang memaksa untuk melakukan Seikerei dan ditolak
oleh rakyat setempat karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.
Perlawanan rakyat Aceh ini bisa dibilang menjadi perlawanan fisik
pertama yang dilakukan rakyat Indonesia. Ke depannya, perlawanan akan
semakin meluas dan terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

2. Perlawanan Rakyat Singaparna Tasikmalaya terhadap Jepang


Pada Februari 1944, rakyat Sukamanah, Singaparna di Tasikmalaya
melakukan perlawanan terhadap Jepang dibawah pimpinan K.H. Zainal
Mustafa. Perlawanan rakyat Singaparna terhadap Jepang terjadi karena
menderitanya rakyat akibat kegiatan romusha oleh Jepang. Rakyat tentu
nggak mau kalau ini terus-menerus terjadi kepada mereka.
Selain itu, Jepang juga memaksakan penerapan seikerei, yaitu suatu
bentuk penghormatan dengan membungkuk 90 derajat kepada
Amaterasu Omikami atau Dewa Matahari yang merupakan Kaisar Jepang.
Hal ini bertentangan dengan kepercayaan rakyat yang memeluk agama
Muslim, dimana membungkuk 90 derajat merupakan bagian dari ibadah
kepada Allah, sedangkan seikerei diarahkan kepada manusia.
Namun, perlawanan ini akhirnya gagal. K.H. Zainal Mustafa di tangkap
pada Oktober 1944 dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang.

3. Perlawanan Rakyat Kalimantan terhadap Jepang


Di pulau yang berbeda yaitu Kalimantan, perlawanan terhadap Jepang
terjadi dan dipimpin oleh seorang pemimpin Suku Dayak, yaitu Pang
Suma. Awal mulai pertempuran terjadi karena penindasan yang dilakukan
Jepang.

4. Perlawanan Rakyat Indramayu terhadap Jepang


Perlawanan di pulau Jawa, salah satunya terjadi di Indramayu, tepatnya di
Lohbener dan Sindang. Perlawanan dipimpin oleh H. Madriyas, dan
dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat karena kewajiban menyerahkan
hasil panen padi dan adanya romusha.

5. Perlawanan Rakyat Blitar terhadap Jepang


Pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar adalah sebuah
peristiwa pemberontakan yang dilakuan sebuah batalion PETA (Pembela
tanah Air) di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 14 Februari 1945.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Shodancho Soeprijadi terhadap
pasukan Jepang.
Shodancho Soeprijadi merasa prihatin pada nasib rakyat Indonesia,
khususnya di Blitar, Jawa Timur yang hidup sengsara dibawah kekuasaan
Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II. Penderitaan yang dialami oleh
rakyat pribumi dikarenakan Kekaisaran Jepang menerapkan kebijakan
yang sangat brutal, seperti kerja paksa (romusha), perampasan hasil
pertanian, dan perlakuan rasial seperti halnya kekuasaan fasisme di Eropa,
perlakuan rasis tersebut juga dialami oleh tentara PETA yang notabene
adalah bentukan Jepang. Berdasarkan hal-hal itulah, Soeprijadi kemudian
mengkonsolidasikan pasukannya untuk melakukan pemberontakan
melawan Tentara Kekaisaran Jepang.
Pemberontakan itu sendiri berhasil membunuh sejumlah tentara Jepang
dan pasukan PETA pimpinan Soeprijadi berhasil melarikan diri dengan
membawa banyak perlengkapan dan logistik Jepang, seperti senjata
Arisaka dan senapan mesin Type 99. Namun, struktur komando Jepang
yang tidak mebuatkan PETA memiliki komando terpusat sendiri,
melainkan tetap terpusat pada komando Tentara Jepang berhasil
mencegah pemberontakan itu menyebar ke ''daidan'' lainnya. Kemudian
Jepang akhirnya memutuskan untuk mengirim tentara PETA yang masih
setia pada Jepang untuk memburu Soeprijadi dan pengikutnya.
Tentara PETA yang tertangkap kemudian diadili di Jakarta, pusat
komando pemerintahan pendudukan Kekaisaran Jepang di Indonesia.
Sebanyak 68 orang anggota PETA yang memberontak berhasil ditangkap -
8 orang dihukum mati, 2 orang dibebaskan - sementara Soeprijadi sendiri
tidak ditemukan sampai hari ini. Banyak spekulasi beredar tentang
keberadaan Soeprijadi, ada yang mengatakan ia ditangkap dan dibunuh di
tempat, melarikan diri ke Trenggalek, kota kelahirannya yang letaknya
cukup dekat dengan Blitar dan kondisi geografisnya yang memungkinkan
Soeprijadi untuk mengasingkan diri dan bersembunyi, atau sebenarnya
Soeprijadi telah tewas dalam pertempuran 14 Februari 1945 itu, sampai
sekarang tidak ada yang tahu.

6. Perlawanan Rakyat Bali terhadap Jepang


Ternyata, perlawanan juga nampak dari rakyat Bali. Mengapa pemuda Bali
melakukan perlawanan terhadap Jepang juga hampir sama dengan
perlawanan yang lain. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Jepang ketika
menduduki Bali membuat rakyat merasa terpaksa dan terkekang.
Harus bisa berbahasa Jepang, harus melakukan setoran kekayaan untuk
keperluan perang Jepang, hingga dilarang membuat organisasi
pergerakan. Rakyat mulai merasa tertekan, apalagi waktu Jepang mulai
terdesak lagi oleh Sekutu.
Akhirnya gerakan anti Jepang dan anti fasis mulai muncul, namun rakyat
Bali tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Mereka melakukan
perlawanan dan pergerakan dengan berhati-hati. Namun sayangnya,
perlawanan ini pun gagal dan senjata rakyat Bali dilucuti.
Selain melalui perlawanan secara fisik, cara melakukan perlawanan
terhadap Jepang adalah melalui pergerakan kelompok- kelompok didalam
organisasi- organisasi bentukan Jepang di berbagai daerah. Kelompok-
kelompok tersebut antara lain :
1. Kelompok Sukarni, Pada masa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja
di Sendenbu atau Barisan Propaganda Jepang bersama Moh. Yamin.
2. Kelompok Ahmad Subarjo, pada masa pendudukan Jepang
menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor
Perhubungan AngkatanLaut)di Jakarta.
3. Kelompok Sutan Syahrir berjuang secara diam - diam dengan
menghimpun mantan teman-teman sekolahnya dan rekan
seorganisasi pada zaman Hindia Belanda.
Beberapa dampak yang muncul akibat dari pendudukan Jepang antara
lain dapat kita lihat dari berbagai bidang kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam bidang politik para tokoh pergerakan nasional
pada masa pendudukan Jepang mengambil sikap kooperatif. Dengan
sikap kooperatif, mereka banyak yang duduk dalam badan-badan yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo
Sangi In. Selain itu, para tokoh pergerakan nasional juga
memanfaatkan kesatuan-kesatuan pertahanan yang telah dibentuk oleh
Jepang, seperti Jawa Hokokai, Heiho, Peta. Hal tersebut memberikan
keuntungan bagi bangsa Indonesia dalam melanjutkan perjuangannya.
Meskipun pemerintah Jepang berhasil menghentikan berbagai kegiatan
dalam organisasi pergerakan nasional, namun mereka tidak berhasil
menghentikan semangat para tokoh untuk terus berjuang.
Dalam bidang perekonomian pada pendudukan Jepang juga merugikan
rakyat Indonesia. Jepang menguasai semua wilayah pertanian dan
perkebunan peninggalan Belanda dan dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan perang mereka. Dari hasil panen, rakyat hanya
dapatmenikmati 40%,sisanya disetorkan kepada pemerintah Jepang dan
disimpan ke lumbung untuk persediaan bibit, hal tersebut menimbulkan
bahaya kelaparan serta penyakit diberbagai daerah. Dalam bidang
pendidikan pada masa pendudukan Jepang sangat berkembang pesat
dibandingan dengan era penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia diberi
kesempatan untuk sekolah, disekolah yang dibangun pemerintah,Bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-
sekolah.Meskipun hal tersebut dilakukan oleh Jepang hanya untuk
menarik simpati rakyat semata.
Dalam bidang sosial, pada pendudukan Jepang terjadi paksaan kepada
rakyat untuk bekerja kepada Jepang yang kemudian dikenal dengan
sebutan romusha. Mereka diminta untuk bekerja secara paksa guna
membangun sarana prasarana perang. Terjadi mobilitas sosial dari desa-
desa ke daerah dimana sarana perang tersebut dibangun. Banyak wanita
Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada masa itu.
Jepang juga memperkenalkan sistem tonarigumi (rukun tetangga).
Tonarigumi merupakan kelompok-kelompok yang masing- masing terdiri
atas 10–20 rumah tangga. Maksud diadakannnya tonarigumi adalah
untuk mengawasi penduduk, mengendalikan, dan memperlancar
kewajiban yang dibebankan kepada mereka.

Anda mungkin juga menyukai