Anda di halaman 1dari 4

MATERI: PERLAWANAN TERHADAP PEMERINTAHAN JEPANG

Mereka terus berusaha untuk menghentikan ke kejaman jepang.Oleh karena itu, bangsa
indonesia melakukan berbagai perlawanan terhadap bangsa jepang.
A. Perlawanan Bersenjata dari Rakyat Terhadap Pemerintahan Jepang.
Untuk mengusir jepang dari tanah air,maka rakyat di berbagai daerah melakukan
perlawanan tersebut.
1. Perlawanan di Aceh
Pada tanggal 10 November 1942,terjadi penyerangan oleh tentara jepang di cot
plige.Perlawanan pertama rakyat aceh di cot pligen di pimpin oleh TEUKU ABDUL JALIL,
seorang guru agama yg menentang jepang karena adanya aturan tentang kewajiban rakyat
untuk melakukan seikerei( sikap penghormatan pada kaisar jepangdengan membungkukan
badan arah matahari terbi/tokyo)yang bertentangan dengan ajaran islam

2. Perlawanan di Pontianak (Kalimantan Barat)


Perlawanan ini terjadi pada tanggal 16 oktober1943.Adapun latar belakang perlawanan
ini adalah karena rakyat pontianak menderita akibat tindakan jepang yang kejam.Para
pemimpin bertekad untuk melawan jepang, tetapi usaha mereka gagal. Hal tersebut di
karenakan sebelum perlawanan rakyat meluas, pihak jepang telah mengetahui rencana
adanya perlawananyang telah menyusupkan mata-mata ke dalam organisasi perlawanan
rakyat tersebut.

3. Perlawanan di Singaparna
Singaparna, Tasikmalaya, menjadi salah satu wilayah yang berhasil di duduki oleh Jepang.
Pada masa itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk mengikuti upacara Seikerei. Upacara
Seikerei merupakan upacara penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara
membungkuk kearah matahari terbit. Dengan cara seperti ini, masyarakat Singaparna
merasa sangat dipermalukan dan dilecehkan. Selain itu, mereka juga merasa menderita
karena diperlakukan secara sewenang-wenang dan kasar oleh Jepang. Akibatnya, pada
bulan Februari 1944, rakyat Singaparna melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pasukan
perlawanan dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Akan tetapi Jepang berhasil menangkap Kiai
Zainal Mustofa pada tanggal 25 Februari 1944, dan pada tanggal 25 Oktober 1944, Kiai
Zainal harus menghentikan perjuangannya setelah beliau dihukum mati.

4. Perlawanan di Indramayu
Indramayu mendapatkan perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat Indramayu
dipaksa menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan dan diperlakukan secara sewenang-
wenang. Oleh karena itu, masyarakat Indramayu juga melakukan perlawanan terhadap
Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan pada bulan April 1944.
Selanjutnya beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi
pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Kertasemaya.
5. Perlawanan di Sulawesi Selatan
Sejarah singkat perlawanan rakyat sulawesi
Perlawanan rakyat sulawesi terjadi pada tahun 1829-1907. Perjuangan itu melawan
Pemerintahan Hindia Belanda dengan Kerajaan Gowa yang hanya mengakui kekuasaan
Belanda.
Pada tahun 1811-1816, Belanda kembali ke Sulawesi Selatan setelah berakhirnya
pemerintahan Inggris . Kemudian Belanda mengundang raja-raja Sulawesi Selatan untuk
meninjau kembali Perjanjian Bongaya yang dibuat pada tahun 1667. Pada tahun 1824,
Belanda menyerang kerajaan Tanette dan kerajaan Suppa. Belanda menang setelah dua
kali perang dengan kerajaan Suppa.
Pada bulan Oktober 1824, pasukan Bone dapat merebut kembali wilayah kerajaan
Tanette. Lalu, Tanette pun bergabung dengan pasukan Bone. Kekuatan Bone pun semakin
besar dan daerah kekuasaannya makin luas

6. Perlawanan Biak
Rakyat biak,irian barat melakukan perlawanan terhadap tentara jepang melalui gerakan
koreri di biak yang di pimpin oleh L.Rumkorem.Adapun latar belakang perlawanan rakyat
biak ini di sebabkan oleh penderitaan rakyat yang di perlakukan sebagai budak dan
kekejaman yang di lakukan oleh jepang.Dalam perlawanan di biak banyak rakyat yang
menjadi korban,akan tetapi karena perlawanan rakyat yang gigih rakyat pun berhasil
membuat pasukan jepang meninggalkan pulau biak

B. Perlawanan Bersenjata yang di Oleh PETA


Tindakan Jepang yang menyengsarakan rakyat Indonesia selama pendudukan, memicu
rakyat melakukan perlawanan. Pembela Tanah Air (PETA) berada di bawah kendali
pemerintah militer Jepang bahkan ikut memberontak. Ini disebabkan karena perwira PETA
kerap direndahkan oleh Jepang. Para syidokan yang melatih mereka bersikap congkak dan
sombong. Mereka juga tak tahan melihat romusha dan pemerasan yang dilakukan Jepang.
Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (2019), salah satu perlawanan PETA
terjadi di Daidan (Batalyon) Blitar. Daidan Blitar dibentuk pada 25 Desember 1943.
Pemimpinnya adalah Shodanco Supriyadi.

1. Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie, Aceh (November 1944)


Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar belakang perlawanan
ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan
prajurit Indonesia pada khususnya

2. Perlawanan PETA di di Blitar (29 Pebruari 1945)


Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail.
Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho
yang dilakukan secara paksa dan diluar batas kemanusiaan.
Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu
sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit
Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa
3. Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama rekan-
rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai 21 April 1945 diketahui Jepang, sehingga
Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati, tetapi tidak
terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.

C. Tujuan Perlawanan terhadap Pemerintahan Jepang

Tujuan utama Jepang menduduki Indonesia adalah untuk menguasai sumber-sumber


alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung
industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia
Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber pasokan minyak utama
Pertumbuhan ekonomi Jepang disebabkan oleh berbagai faktor baik yang berasal dari
Jepang sendiri muapun yang berasal dari lingkungan' internasional. Secara historis titik awal
kemajuan Jepang dapat dilacak dari Restorasi Meiji. Restorasi Meiji yang pada dasarnya
berarti pembuakaan terhadap dunia luar (Barat) membuat Jepang berhasil mengadopsi ilmu
pengetahuan dan teknologi Barat tanpa merusak nilai-nilai budaya Jepang atau yang lebih
dikenal dengan istilah cultural borrowing.
Kemampuan menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi itu tampaknya juga didukung
oleh situasi budaya dan masyarakat Jepang yang relatif homogen. sehingga secara relatif
juga kurang membawa dampak dialokasi sosial dbbandingkan dengan proses modernisasi
yang dilakukan oleh negara sedang berkembang lainnya. yang umumnya mempunyai ciri
sebagai masyarakat yang heterogen dilihat dari sudut budaya dan etnik. Di samping
karakteristik di atas, patut juga untuk disebut nilai-nilai budaya masyarakat Jepang lainnya
seperti disiplin diri yang tinggi, rajin, berrnotivasi tinggi dan gemar menabllng. Etos kerja
yang demikian memberikan suatu nilai lebih bagi masyarakat Jepang untuk bersaing dengan
negara-negara lainnya di tingkat internasionaL Kemungkinan besar.
Mentalitas masyarakat Jepang tersebut disebabkan oleh kondisi alam Jepang, yaitu
kesadaran bahwa mereka memiliki sumber-sumber alam yang terbatas dan oleh karenanya
kerja keras merupakan suatu hal yang mutlak untuk dapat hidup dengan layak. Sumberdaya
manllsia Jepang dikembangkan dengan memperbaiki dan memprioritaskan mutu pendidikan
dasar dan menengah, sehingga keluaranpendidikan menengah sudah trampil dan siap-pakai.
Kekurangan-kekurangan luaran pendidikan menengah itu diatasi dengan in-house training
pada perusahaan-perusahaan yang menampung mereka. Hal ini menyebabkan tenaga kerja
trampil bisa memasuki pasar kerja pada usia lebih awal.
Faktor lainnya adalah kerjasama yang erat antara pemerintah dan usahawan Jepang yang
dikenal dengan istilah Japan Incorporated. MeIaIui bentuk kerjasama demikian, pemerintah
memberikan masukan-masukan yang sang at penting kepada pihak usahawan khususnya
tentang pasar dan produk yang memberikan kemungkinan prospek paling menguntungkan.
Selain itu, pemerintah Jepang memberikan perlindungan yang eukup besar bagi industri-
industri Jepang dengan eara menerap , kan tingkat proteksi yang cukup tinggi sehingga
produk:produk ekspor dari negara Iuar sangat sukar untuk menembus pasar domestik
Jepang. Patut juga dicatat bahwa Peang Dunia I memberi momentum keberuntungan
industri Jepang yang sedang meneari pasar.
Merosotnya industri Eropah Barat akibat Perang Dunia I berkeeamuk dan kebutuhan yang
meningkat sekali akan pirantipiranti perang menjadikan industri Jepang bisa meningkatkan
kapasitas industrinya Setelah berakhirnya perang dunia kedua, maka dilihat dari aspek
keamanan Jepang berada di dalam situasi yang menguntungkan karen a negeri tersebut
berada di bawah perlindungan Amerika Serikat. Perlindungan yang demikian telah
memberikan peluang bagi Jepang, sebagai free rider, untuk lebih memusatkan diri pada
persoalan persoalan ekonomi, sementara masalah-masalah yang berkaitan dengan
keamanan diserahkan kepada Amerika Serikat. Selain itu. bantuan ilmu dan teknologi,
penyediaan pasar dati Amerika Serikat, dan eskalasi perang di Semenanjung Korea dan
Indocina menambah keberuntungan proses kemajuan ekonomi Jepang. Kesimpulan Kedua.
Dilihat dari segi nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Jepang, maka sesulanya. 

Anda mungkin juga menyukai