Untuk menopang perang Asia Timur Raya, jepang mengerahkan semua tenaga kerja Indonesia. Tenaga
kerja ini dikenal Romusha.
Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga romusha. Panitia pengerahan tersebut
disebut Romukyokai.
Dibeberapa kota pernah terdapat beberapa romusha yang sifatnya sementara dan sukarela. Romusha
sukarela terdiri atas para pegawai yang bekerja (tidak digaji) selama satu minggu. Contonya adala
Rombongan dari Jakarta yang dipimpin Sukarno. Para pekerja ini bekerja dalam suasana yang disebut
“Pekan Perjuangan Mati-Matian”
Pekerja Romusha diberlakukan dengan tidak senonoh, tanpa mengenal perikemanusiaan. Mereka
dipaksa bekerja dari pagi hari sampai petang tanpa makanan dan pelayanan yang cukup.
Sejak tahun 1943 jepang menerapkan kampanye/propaganda untuk mengambil hati rakyat dengan cara
memberikan julukan pada bekerja dengan sebutan “Pejuang Ekonomi” atau “Pahlawan Pekerja”
Pada periode itu sudah terdapat 300.00 pekerja yang dikirim ke luar jawa
Dgerakan abdul jalil di mata jepang dianggap tindakan yang membahayakan. Sehingga
jepang berusaha untuk mengajak damai, namun Abdul jalil menolak. Sehingga pada tanggal
10 November 1942 jepang mengerahkan pasukan untuk menyerang Cot Plieng dan berlanjut
hingga 24 November 1942.
Kebencian rakyat aceh semakin luas, timbulah berbagai macam perlawanan lainya seperti :