Anda di halaman 1dari 3

TEKNIK KLARIFIKASI

2.1.1 Definisi Klarifikasi
         Clarification adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan
klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar (Supriyo dan Mulawarman, 2006: 25).
Sedangkan menurut Fauzan Lutfi, dkk (2008: 34) clarification atau penegasan pernyataan adalah
pola respon atau teknik menanggapi pembicaraan dengan cara memperjelas kata-kata yang telah
diucapkan konseli melalui pemetikan atau pengambilan inti pembicaraan yang dianggap penting.
         Sekilas teknik clarification hampir sama dengan paraphrasing. Namun, dalam clarification
ini, konselor tidak hanya mengungkapkan kembali apa yang telah diungkapkan konseli. Tetapi
juga melakukan penegasan dan penajaman sehingg wawancara konseling menjadi lebih jelas dan
terarah. Penajaman membantu konseli dalam menggali pernyataan-pernyataannya dan makna
yang melekat dalam kata-kata yang dipergunakannya. Hal ini akan mengarahkan konseli untuk
memahami lebih jauh pokok pembicaraan itu dan memberikan keterbukaan yang lebih besar
untuk menghadapi hal-hal yang terkait dengan masalahnya (Yeo dalam Sugiharto &
Mulawarman, 2007: 58)
       Clarification merupakan teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti penegasan
pernyataan. Clarification dilakukan oleh konselor untuk menanggapi pembicaraan konseli
dengan cara memperjelas kata-kata yang telah diucapkan oleh konseli melalui pemetikan atau
pengambilan inti pembicaraan yang dianggap penting (Fauzan, 2008:34)
       Klarifikasi ialah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan
konseli dengan menggunakan kata-kata baru dan segar. Respon konselor didahului oleh kata-kata
pendahuluan: pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain, dan
sebagainya.

2.1.2 Tujuan
         Menurut Sofyan Willis (2007: 198) tujuan clarification adalah agar konseli dapat
menyatakan pesannya (perasaan, pikiran, dan pengalaman) dengan jelas, alasan yang logis, dan
dapat mengilustrasikan perasaan dengan cermat. Selain itu, clarification juga bertujuan
menangkap pesan konseli yang samar-samar (tidak jelas) atau meragukan, serta menyusun
kalimat yang menjernihkan pernyataan-pernyataan yang samar-samar, tidak jelas, dan
meragukan.
         Sedangkan menurut Fauzan Lutfi, dkk. (2008: 34) tujuan clarification adalah:
1. Konseli memperoleh balikan bahwa konselor memahaminya secara Utuh
2. Diperoleh kejelasan inti isi pembicaraan konseli
3. Konseli terbantu mendiskriminasikan perbuatan ataupun situasi yang dihadapi
4. Mengarahkan pembicaraan lebih lanjut ke arah uraian situasi ataupun perbuatan yang lebih luas
dan dalam

2.1.3 Fungsi/Manfaat
Manfaat penggunaan teknik clarification ini adalah sebagai salah satu upaya untuk memahami
konseli secara lebih utuh. Dengan clarification, konselor dapat memahami maksud yang ingin di
sampaikan atau pesan-pesan yang disampaikan konseli melalui pernyataan-pernyataannya.
Sehingga akan memperjelas dan mempermudah konselor mengarahkan proses wawancara
konseling. 

2.1.4   Hal-hal yang harus diperhatikan


       Berikut ini adalah yang perlu diperhatikan konselor dalam menggunakan
keterampilan  klarifikasi antara lain:
1. Apa yang telah dikatakan klien .
2. Apakah pesan yang disampaikan klien ada bagian yang hilang, jika ada
    konselor harus memeriksa kembali bagian itu. Jika tidak konselor harus        
    menentukan respon lain yang tepat
3. Bagaimana konselor mendengar, melihat, atau mengerti cara memulai respon ini.
4. Konselor harus mengetahui apakah klarifikasinya berguna.

2.1.5   Prinsip aplikasi
 Prinsip aplikasi klarifikasi disebutkan antara lain:
  Menghindari sterotip.
  Menggunakan kata pemandu atau modalita klarifikasi.
  Kaya akan perbendaharaan istilah.
  Mengungkapkan inti yang merupakan perasaan atau sari pati dari isi
     pembicaraan.
  Menggunakan kata-kata yang baru dan segar.

Modalita yang digunakan: Pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata,
dengankata lain, dari keterangan saudara.

Contoh 1
Konseli   : Saya harus bagaimana, “Ibu menginginkan saya putus dengan pacar saya dan mencari pengganti
yang sama-sama anak kuliah, Bapak menghendaki saya untuk bertunangan dengan putra sahabat
dekatnya
                 sewaktu SMA, saya sendiri lebih suka cowok pilihanku.
Konselor : Pada dasarnya anda berada dipersimpangan jalan.
                 Arah pembicaraan Agar konseli mengungkap lebih jauh aspek-aspek  
                 konflik pilihanya.

Contoh 2
Konseli    :  “Saya harus menjadi seperti apa, setiap langkah yang saya lakukan
                     selalu saja  tidak disetujui ibu dan ayah, setiap saya mau ini, harus  
                     begitu, saya benar- benar lelah harus mengikuti apa yang mereka  
                     inginkan, seakan-akan aku seperti boneka saja”
 Konselor : “ Pada dasarnya anda kurang suka atas sikap orang tua anda, yang  
                     suka mengatur-atur anda”

Contoh 3
 Konseli   : saya benar-benar bingung harus memilih si A atau si B?
 Konselor : anda bingung memilih A yang sangat baik dan mencintai anda dengan  
                    tulus tapi  anda tidak mencintainya, atau bertahan dengan B yang sangat  
                  anda cintai meski B kerapkali menyakiti hati anda, begitu?

   Contoh 4
    Konseli   : “saya pernah meminjamkan buku catatan kuliah konseling individual 
                        kepada andi, tetapi ia tidak mengembalikannya lagi kepada saya Ee..  
                        kemarin lusa adik andi, ari, mau pinjam buku psikologi belajar kepada  
                        saya. Saya tidak memberinya pak. Dia kan adik andi, sudah tentu dia  
                      juga  tidak akan mengembalikan buku yang dipinjamnya itu pada  
                      saya.”
    Konselor :  “dengan kata lain, anda menyamakan ari dengan andi”.

Anda mungkin juga menyukai