Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEKNIK DIAM DALAM KONSELING


Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Materi Perkuliahan
Keterampilan Dasar Konseling

DOSEN PEMBIMBING:
Muslimah, M.Pd

DISUSUN OLEH:

Nana Maulana 2021.9.5.1.00264


Indah Azzahra 2021.9.5.1.00249
Siti Fauziah 2021.9.5.1.00278
M Yoga Nugraha 2021.9.5.1.00263

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN
ISLAM (BKPI)
INSTITUT BUNGA BANGSA CIREBON 2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................2
TEKNIK DIAM DALAM KONSELING..........................................................3
A. Pengertian Diam dalam Konseling............................................................3
B. Tujuan Diam Dalam Konseling.................................................................5
C.    Jenis-jenis Diam Dalam Konseling.........................................................6
D.    Diam Merupakan Teknik Non-Verbal dalam Konseling........................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9

2
TEKNIK DIAM DALAM KONSELING

A. Pengertian Diam dalam Konseling

Banyak orang bertanya tentang kedudukan diam dalam kerangka


proses konseling. Sebenarnya diam adalah amat penting dengan cara
attending. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi akan tetapi tetap ada
yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal diam itu paling
tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal.
Akan tetapi jika konselor menunggu klien yang sedang berfikir mungkin 
diamnya bisa lebih dari 5 detik. Hal ini relative tergantung feeling
konselor.
Dengan berdiam diri, akan memberi kesempatan untuk berpikir
baik kepada konselor maupun konseli, coba bayangkan disaat kita
berdiam diri pasti akan lebih mudah untuk memikirkan sesuatu. Berdiam
diridalam konseling itu dilakukan oleh konseli dan konselor.
Berdiam diri untuk memberikan kesempatan kepada konseli
berbicara secara leluasa, mengatur pikirannya atau menenangkan diri.
Bila konseli diam, mungkin konselor ikut berdiam diri, namun lamanya
tergantung pada makna yang terkandung dalam diamnya Konseli,
misalnya Konseli merasa:
1. Sulit mengungkapkan perasaannya
2. Malu untuk berbicara dan atau gelisah
3. Antifati terhadap konselor karena bersikap bermusuhan
4. Bingung dan mengharapkan saranan atau bimbingan dari konselor
5. Lega setelah mengungkapkan semua perasaannya

3
Dalam proses konseling, adakalanya seorang konselor perlu
untuk bersikap diam. Adapun alasan konselor melakukan hal ini dapat
dikarenakan konselor yang menunggu Konseli berpikir, bentuk protes
karena Konseli bicara dengan berbelit-belit atau menunjang perilaku
attending dan empati sehingga Konseli bebas bicara. Diam disini bukan
berarti tidak ada komunikasi akan melainkan tetap ada yaitu melalui
perilaku non verbal.
Contoh:
Ki           : “saya tidak akan menemuinya lagi…..dan saya….”(berpikir)
Ko          : “…..”(diam)
Ki           : “saya….saya harus bagaimana….sayatidak tau…”
Ko          : “….”(diam)

Catatan : Ki = Klien (Konseli)


Ko = Konselor (Guru BK)

B. Tujuan Diam Dalam Konseling


Tujuan diam dalam konseling adalah memberikan kesempatan
kepada Konseli untuk beristirahat atau mereorganisasi pikiran dan
perasaannya atau mereorganisasi kalimat yang akan dikemukakan
selanjutnya mendorong Konseli atau memotivasi Konseli mencapai
tujuan konseling.
Makna diam bertujuan untuk mengatasi hal sebagai berikut:
a. Konseli merasa sakit, diam salah satu cara pengekspresian rasa
sakit Konseli saat terjadinya proses konseling, rasa sakit tersebut
bisa timbul saat Konseli mengenang kenangan-kenangan yang
tidak menyenangkan saat terjadi proses konseling.

4
b. Ragu-ragu, munculnya keragu-raguan didiri konselor atau
Konseli saat proses konseling.
c.  Ungkapan Keinginan, sebuah bentuk pengekspresian yang
mungkin dilakukan Konseli saat Konseli menginginkan sesuatu
dari konselor.
d.  Ungkapan berpikir, salah satu cara pengekspresian yang
dilakukan Konseli untuk menunjukkan Konseli sedang
memikirkan hal-hal yang baru saja dibicarakan dalam proses
konseling.
e.  Ungkapan Kesadaran, salah satu bentuk pengekspresian yang
dilakukan Konseli untuk menunjukan Konseli baru menyadari
perasaan yang baru saja dikeluarkan atau diekspresikan Konseli.

Adapun, manfaat diam dalam konseling, antara lain :


 Mendorong Konseli untuk berbicara
 Membantu Konseli memahami dirinya
 Memberikan kesempatan dan relaksasi pada Konseli. 

C.    Jenis-jenis Diam Dalam Konseling

1.  Diam dari konselor


Jenis diam ini terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada
konselor. Pada waktu-waktu tertentu, konselor merespon dengan
diam. Konselor merasa dirinya terlalu aktif dan memutuskan untuk
mengurangi keaktifan tersebut dengan memberikan kesempatan
kepada Konseli untuk lebih banyak aktif dan bertanggung jawab
dengan menggunakan teknik diam (silence).

5
Disamping itu, kemungkinan konselor menyadari adanya suatu
momentum pada diri Konseli yang dapat mengarahkan keasadaran,
komitmen, atau isi-isu baru yang relevan. Dalam hal ini konselor
menggunakan teknik diam agar tidak menggangu momentum
psikologi Konseli tersebut.
Misalnya :
Ki   :  Bu, saya masih saja bertanya-tanya kenapa sampai sekarang
saya belum menemukan pasangan hidup?
Ko   : “..........(diam sejenak setelah memberikan kesempatan kepada
Konseli istirahat sejenak setelah menumpahkan perasaan-
perasaanya berkaitan dengan pertanyaan mengenai pasangan
hidupnya)

2. Diam dari Konseli


Diam jenis ini terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada
Konseli, yaitu setelah Konseli bercakap-cakap dan menerima
tanggung jawab. Pada saat itu, ia berhenti berbicara beberapa saat.
Diam tersebut terjadi antara lain karena Konseli mau beristirahat
sejenak setelah mengungkapkan perasaan-perasaan dan konfliknya,
mereorganisasi pikiran dan perasaan-perasaannya, memadukan
pengalman-pengalamn atau isu-isi baru kedalam dirinya, menyusun
kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya, atau mungkin
penolakan terhadap proses konseling.
Misalnya:
Ki   : Dulu saya selalu merasa hidup saya itu lengkap dan sangat
sempurna, semua yang saya inginkan bisa terpenuhi, Namun
semenjak ayah saya tiada semua jadi berubah...........(Konseli diam)

6
Ko  : .......(diam beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada
Konseli untuk mengalami perasaan-perasaanya secara mendalam)

Pelaksanaan teknik diam tergantung pada masing-masing jenisnya


dan kami akan mengambil dari konselor. Konselor menggunakan teknik
diam dalam beberapa waktu seperti pada saat konseli berbicara.
Kemudian diam sebagai bentuk persetujuan seperti yang dilakukan Nabi
terhadap para sahabat. Misalnya ketika seorang sahabat bertanya kepada
Rasul tentang hokum shalat sebelum magrib, rasul hanya diam.

D.    Diam Merupakan Teknik Non-Verbal dalam Konseling

Teknik-teknik non verbal yang dapat dilakukan konselor dalam


proses konseling, adalah sebagai berikut:
a.Senyuman: digunakan untuk menyatakan sikap menerima,
misalnya pada saat menyambut kedatangan Konseli
b.Cara duduk: untuk menyatakan sikap rileks dan sikap mau
memperhatikan. Misalnya membungkuk kedepan atau duduk
agak bersandar. Sikap badan benar-benar menunjukkan atau
menyampaikan suatu pesan kepada Konseli
c. Anggukan kepala: untuk menyatakan penerimaan dan
menunjukkan pengertian.
d. Berdiam diri untuk memberikan kesempatan kepada Konseli
berbicara secara leluasa, mengatur pikirannya atau menenangkan
diri
e.  Mimik: untuk menunjang atau mendukung dan menyertai reaksi-
reaksi verbal

7
f. Kontak mata: untuk menunjang dan mendukung tanggapan verbal
dan atau menyatakan sikap dasar
g.Sentuhan: untuk menunjang tanggapan verbal atau menyatakan
sikap dasar
Semua hal diatas dapat dilakukan dengan cara diam, seperti dalam
memberikan senyuman disaat konseli memasuki ruangan, dan disaat
mengungkapkan perasaannya. Cara duduk konselor dengan rileks dan
memperhatikan dengan diam. Konselor melakukan anggukan kepala
tanda persetujuan ataupun penerimaan. Konselor menggunakan mimik
yang bertujuan menperkuat tanggapan terhadap ungkapan konseli, dan
lain sebagainya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lamuddin Lubis. Konsep-konsep Dasar Bimbingan


Konseling. 2006. Cita Pustaka Media. Bandung.

Supriyo&Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling.


Semarang : UNNES Press

Lamuddin Lubis. Landasan Formal Bimbingan Konseling di


Indonesia. 2011. Citapustaka Media Perintis. Bandung.

Lumongga Namora Lubis. Memahami Dasar-dasar Konseling


Dalam Teori dan Praktik.  2011. Kencana. Jakarta.

9
10

Anda mungkin juga menyukai