Anda di halaman 1dari 25

TEORI WATSON

SAINS KEPERAWATAN

KELOMPOK III

Kheniva Diah Anggita 1921312031


Atika Ulfa Putri 1921312015
Testcia Arifin 1921312032
Darma Widyawati 1921312009
Restu Arahman Melba. D 1921312011

Dosen Pembimbing : Dr. Rika Sabri., M.Kes., Sp.Kom

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul konsep teori Watson yaitu human science dan human
care. Makalah ini berisikan tentang teori Watson yang didalamnya terdiri dari :
biografi Watson, falsafah teori, paradigma teori, pengembangan teori, asumsi
teori, kelebihan dan kekurangan teori. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini.

Padang, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Biografi ...................................................................................... 3
B. Falsafah Teori ............................................................................ 6
C. Paradigma Teori ......................................................................... 12
D. Pengembangan Teori ................................................................. 15
E. Asumsi Teori Watson ................................................................ 18
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori .............................................. 20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian dari disiplin ilmu yang berorientasi
kepada praktik keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan, ditujukan untuk
memberikan pelayanan kepada klien (Roy, 1976 dalam Aligood, 2017).
Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit
untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimiliknya
sehingga individu tersebut mampu melakukan aktivitas sehari-hari, sembuh
dari penyakit dan meninggal dunia dengan damai (Henderson, 1978 dalam
Aligood, 2017).
Perawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan seni keperawatan. Pelayanan keperawatan tidak terlepas
dari konsep dan teori keperawatan. Teori keperawatan berguna untuk
menyusun suatu model konsep keperawatan sehingga aplikasi tersebut
mengandung arti. Konsep keperawatan digunakan untuk menetukan model
praktik keperawatan atau sebagai dasar melakukan praktik keperawatan yang
akan diterapkan kepada klien.
Profesi keperawatan mempunyai 4 tingkatan teori salah satunya yaitu
meta theory yang berhubungan dengan isu-isu ilmiah dan dikenal dengan
filsafat ilmu yang berfokus pada ilmu, proses, dan hasil sehingga
menghasilkan dasar dari ilmu pengetahuan. Teori ini merupakan teori abstrak
dan sulit untuk diuji coba. Meta theory digunakan untuk menjawab
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmuan seperti kasus menjelang
kematian. Salah satu contoh meta theory adalah teori transpersonal caring
yang dikembangkan oleh Watson.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah
adalah bagaimana konsep dari teori transpersonal caring Watson?

1
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui biografi Watson.
2. Mengidentifikasi konsep teori Watson.
3. Memahami falsafah teori Watson.
4. Memahami paradigma teori Watson.
5. Memahami pengembangan teori Watson.
6. Memahami asumsi teori Watson.
7. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan teori Watson.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Biografi
Margaret Jean Harman Watson, PhD, RN, AHN-BC, FAAN, lahir dan
tumbuh di sebuah kota kecil bernama Wetch, Virginia Barat, di pegunungan
Appalachian. Sebagai anak paling bungsu dari 8 bersaudara, Watson
dikelilingi oleh lingkungan keluarga besar.
Watson menyelesaikan sekolah menengah atas di Virginia Barat,
kemudian melanjutkan pendidikan di Lewis Gale School of Nursing di
Roanoke, Virginia. Setelah lulus pada tahun 1961, Watson menikah dengan
Douglas dan pindah ke negara bagian asalnya yaitu Colorado. Watson
melanjutkan pendidikan keperawatannya di Colorado dan lulus dari program
sarjana keperawatan di University of Colorado. Watson memperoleh gelar
sarjana pada tahun 1964 di kampus Boulder, kemudian gelar master dari
program keperawatan jiwa pada tahun 1966 di kampus ilmu kesehatan, dan
akhirnya gelar doktor di bidang psikologi pendidikan dan konseling pada
tahun 1973 di Sekolah Pascasarjana, Kampus Boulder. Watson bergabung di
Fakultas Keperawatan setelah menyelesaikan pendidikan doktornya,
University of Colorado Health Sciences Center di Denver, yaitu dengan
mengabdikan diri baik di fakultas maupun di bagian administrasi.
Pada tahun 1980, Watson dan rekan-rekannya mendirikan Pusat “Human
Caring” di University of Colorado, yaitu pusat kajian, multidisiplin yang
pertama di negaranya, yang berkomitmen menerapkan ilmu tentang “human
caring” untuk kepentingan praktik klinis, beasiswa, administrasi dan
kepemimpinan (Watson, 2016). Di pusat kajian ini, Watson dan rekan-
rekannya tersebut memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan klinis,
pendidikan, beasiswa dan proyek terkait “human caring”. Kegiatan ini
melibatkan para pakar di tingkat nasional dan internasional, dan turut
bergabung relasi kolega di seluruh dunia seperti Australia, Brasil, Kanada,
Korea, Jepang, Selandia Baru, Inggris, Skandinavia, Thailand dan Venezuela.

3
Kegiatan ini berlanjut dengan diadakan program sertifikasi internasional
tentang “Caring Healing” di University of Colorado, di mana Watson
menawarkan pendidikan khusus tentang teori yang dikembangkannya kepada
mahasiswa doktor.
Watson menjabat sebagai ketua dan wakil dekan pada program sarjana
University of Colorado School of Nursing. Ia terlibat dalam perencanaan dan
penerapan serta menjadi koordinator dan direktur program doktor pada tahun
1978-1981. Pada tahun 1983-1990, Watson menjadi Dekan University of
Colorado School of Nursing dan Direktur Pelayanan Keperawatan di
University Hospital. Selama masa jabatannya, Watson mengembangkan
kurikulum pascasarjana terkait “human caring”, kesehatan dan penyembuhan
yang menjadikannya Doktor Keperawatan, gelar doktor klinis yang pada
tahun 2005 dikenal sebagai gelar Doctor of Nursing Practice.
University of Colorado School of Nursing menganugerahkan gelar
profesor keperawatan pada Watson di tahun 1992. Selain itu, ia mendapatkan
enam gelar doktor keperawatan dari tiga universitas di Amerika Serikat (AS)
dan tiga lainnya dari luar AS, termasuk dari Goteborg University di Swedia,
Luton University di London, dan University of Montreal di Quebec, Canada.
Pada tahun 1993, Watson menerima penghargaan Martha E. Rogers dari Liga
Nasional Keperawatan/ National League for Nursing (NLN) atas kontribusi
yang signifikan untuk memajukan ilmu keperawatan dan kesehatan.
Selanjutnya pada tahun 1997, NLN menganugerahkan penghargaan seumur
hidup kepada Watson sebagai perawat holistik. Di tahun 1999, Watson
menjadi Ketua Ilmu Caring Murchison-Scoville yang pertama dan hingga
saat ini menjadi profesor kehormatan.
Watson mendapatkan gelar kehormatan Ilmuwan Keperawatan dari New
York University di tahun 1998 dan di tahun berikutnya menerima
penghargaan Fetzer Institute’s National Norman Cousins atas komitmennya
mengembangkan, memelihara dan memperkuat praktik perawatan berpusat
pada hubungan manusia (Watson, komunikasi pribadi, 14 August 2000).

4
Watson juga merupakan pengajar kehormatan di beberapa universitas di
AS termasuk Boston College, Catholic University, Adelphi University,
Columbia University-Teachers College, State University of New York dan di
Universitas serta pertemuan ilmiah di banyak Negara di Luar AS. Watson
terlibat pada berbagai proyek internasional dan diundang ke banyak Negara
seperti New Zealand, India, Tahiland, Taiwan, Israel, Japan, Venezuela,
Korea, dan lainnya. Jean Watson telah menulis 11 buku, menulis bersama
dalam enam buku dan telah menulis sejumlah besar artikel di jurnal
keperawatan. Publikasi berikut mencerminkan evolusi teori caring-nya dari
gagasan awalnya mengenai filosofi dan ilmu caring.
Buku pertamanya, Nursing: The philosophy and Science of Caring
(1979), dikembangkan dari catatan yang diajarkannya pada mahasiswa
sarjana di University of Colorado. Sebelas faktor kuratif Yalom menstimulasi
pemikiran Watson tentang 10 faktor karatif sebagai kerangka kerja (Watson,
1979), yang “berpusat pada keperawatan” (hal. 9), dan sebagai ideal moral,
karya awal Watson menggambarkan 10 faktor karatif tersebut tetapi
kemudian berkembang hingga melingkup konsep “caritas” yang
menghubungkan caring dan cinta secara eksplisit (Watson, komunikasi
pribadi, 2004). Buku pertamnya dicetak ulang pada tahun 1985 dan
diterjemahkan ke bahasa Korea dan Perancis.
Buku keduanya, Nursing: Human Science and Human Care – A Theory
of Nursing, diterbitkan tahun 1985 dan dicetak ulang pada 1988 dan 1999.
Buku ini berisi pemikirannya mengenai masalah konseptual dan filosofis
pada keperawatan. Buku kedua ini telah diterjemahkan ke bahasa Cina,
Jerman, Jepang, Korea, Swedia, Norwegia, Denmark dan mungkin lebih
banyak bahasa lagi saat ini.
Buku ketiga Watson, Postmodern Nursing and Beyond (1999, berisikan
model untuk membawa praktik keperawatan pada abak 21. Watson pernah
menjelaskan dua peristiwa pribadi yang mempengaruhi tulisannya. Tahun
1997, ia mengalami kecelakaan sehingga kehilangan mata kirinya dan tak
lama setelah itu di tahun 1998, suaminya meninggal. Watson mengatakan

5
bahwa “saya berusaha memadukan luka yang dialami dalam kehidupan dan
pekerjaan saya. Salah satu anugerah yang bisa didapat dari penderitaan adalah
kehormatan untuk mengalami dan menerima sendiri teori yang saya
kembangkan melalui perawatan yang diberikan suami, teman dan sejawat
perawat yang saya cintai.” (Watson, komunikasi pribadi, 31 Agustus 2000).
Buku ketiga ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Portugis dan Jepang.
Bukunya yang berjudul Instruments for Assessing and Measuring Caring in
Nursing and Health Sciences (2002), kumpulan 21 instrumen untuk mengkaji
dan mengukur cari, menerima penghargaan sebagai Buku Tahun ini dari
American Journal of Nursing.
Buku kelimanya, Caring Science as Sacred Science (2005),
menggambarkan perjalanan pribadinya untuk meningkatkan pemahaman
tentang ilmu caring, praktik spiritual, konsep dan praktik keperawatan serta
caring-healing. Dalam buku ini, ia menggiring pembaca melalui pengalaman
yang mampu memicu pemikiran dan kesakralan keperawatan dengan
menekankan pada refleksi diri yang dalam serta pertumbuhan pribadi, ilmu
komunikasi, penggunaan pertumbuhan transpersonal – diri dan perhatian
pada ilmu caring maupun healing melalui sikap memaafkan, bersyukur dan
pasrah. Buku ini pun menerima penghargaan Buku Tahun ini dari American
Journal of Nursing tahun 2005.
Buku-bukunya yang terbaru di antaranya Measuring Caring: International
Research on Caritas as Healing (Nelson & Watson, 2011), Creating a Caring
Science Curriculum (Hills & Watson, 2011), dan Human Caring Science: A
Theory of Nursing (Watson, 2012).

B. Falsafah Teori
Watson (1988) mendefinisikan teorinya sebagai pengelompokan
imajinatif dari pengetahuan, gagasan dan pengalaman yang diwakili secara
simbolik dan bertujuan untuk menerangkan fenomena tertentu. Watson
menarik makna dari asal kata teori dalam bahasa Latin yang berarti “untuk
melihat” dan menyimpulkan bahwa ilmu manusia membuatnya melihat

6
dengan lebih luas dan jelas. Watson juga menerangkan mengenai orientasi
fenomenologis, eksistensial, dan spiritual dari aspek ilmu dan kemanusiaan
serta panduan filosofis dan intelektual dari teori feminis, metafisika,
fenomenologi, fisika kuantum, tradisi kebijaksanaan, filosofi kuno dan ajaran
Budha (Watson, 1995, 1997, 1999, 2005, 2012). Latar belakang dari filosofi
teori keperawatannya, Watson mengutip pemikiran dari para teoris
keperawatan seperti Nightingale, Henderson, Leininger, Peplau, Rogers dan
Newman, serta Gadow, filsuf keperawatan dan pakar etik pelayanan
kesehatan (Watson, 1985, 1997, 2005, 2012). Ia menghubungkan komitmen
yang dalam dan panggilan jiwa terhadap etika pelayanan manusia seperti
yang dimiliki Nightingale.
Watson memberikan penekanan pada aspek kualitas interpersonal dan
transpersonal yang meliputi empati, kesadaran dan kehangatan dari
pandangan Carl Rogers dan penulis psikologi transpersonal yang baru
lainnya. Watson menjelaskan bahwa pendekatan fenomenologis Carl Rogers
dengan pandangannya bahwa perawat bukanlah untuk mengendalikan atau
mengubah orang lain melainkan untuk memahami, berpengaruh besar pada
saat perawatan (Watson, komunikasi pribadi, 31 Agustus 2000). Dalam
bukunya Caring Science as Sacred Science, Watson (2005) menggambarkan
pemikiran bijak dari filsuf Perancis, EmmanuselLevinas (1969) dan filsuf
Denmark KnudLogstrup (1995) sebagai landasan dari karyanya.
Konsep utama Watson mencakup 10 faktor karatif dan penyembuhan
transpersonal (transpersonal healing) serta hubungan caring transpersonal
(transpersonal caring relationship), saat caring (caring moment), peristiwa
caring (caring occasion), modalitas caring healing (caring healing
modalities), kesadaran caring (caring consciousness), energi kesadaran
caring (caring consciousness energy), dan kesadaran keutuhan fenomenal
(phenomenal file/ unitary consciousness). Watson mengembangkan faktor
karatif menjadi sesuatu yang mendekati konsep caritas, dari bahasa Latin
yang berarti mengasihi, menghargai, memberikan perhatian khusus, jika
bukan perhatian yang bersifat menyayangi. Dengan berkembangnya konsep

7
faktor karatif dengan sudut pandang, gagasan dan nilai yang lebih, Watson
kemudian menerjemahkan faktor karatif menjadi suatu proses caritas klinis
yang menyiratkan pemaknaan secara lebih terbuka (Tabel 6-1).
Tabel 1. Faktor Karatif dan Proses Caritas
Faktor Karatif Proses Caritas
1. Membentuk sistem nilai Praktik cinta kebaikan dan ketenangan
humanistik altruistik dan konteks kesadaran caring.
2. Membangkitkan keyakinan Hadir secara tulis serta memampukan
harapan dan mempertahankan system
kepercayaan yang dalam dan dunia
kehidupan yang subjektif tentang diri
sendiri dan orang yang dirawat.
3. Menanamkan kepekaan terhadap Menanamkan praktik spiritual diri dan
diri sendiri dan orang lain transpersonal yang melampaui ego diri
sendiri.
4. Mengembangkan hubungan Mengembangkan dan
membantu rasa percaya menjadi mempertahankan hubungan caring
mengembangkan hubungan caring yang bersifat tulus, membantu dan
manusia yang bersifat membantu percaya.
dengan rasa percaya
5. Meningkatkan dan menerima Hadir dan mendukung perasaan positif
ungkapan perasaan positif dan dan negatif yang bertautan dengan
negatif jiwa dan yang lebih dalam tentang diri
sendiri dan orang yang dirawat.
6. Menggunakan metode pemecahan Menggunakan diri sendiri dan cara-
masalah secara sistematis untuk cara lain yang kreatif sebagai bagian
pengambilan keputusan menjadi dan proses caring; untuk menyertakan
menggunakan proses caring seni dalam praktik caring-healing.
pemecahan masalah secara kreatif
dan sistematis

8
7. Meningkatkan mengajar-belajar Melibatkan diri dalam pengalaman
interpersonal belajar mengajar yang tulus untuk
menyatukan keberadaan dan makna,
serta berusaha untuk hadir dalam
“perspektif” orang lain.
8. Menyediakan lingkungan Menciptakan lingkungan yang
psikologis, fisik, sosial budaya dan menyembuhkan pada semua tingkat
spiritual yang mendukung, (fisik maupun nonfisik, lingkungan
melindungi dan (atau) energi dan kesadaran, di mana
memperbaiki keutuhan, keindahan, kenyamanan,
kehormatan dan kedamaian dapat
dioptimalkan).
9. Membantu pemenuhan kebutuhan Membantu pemenuhan kebutuhan
manusia dasar, dengan kesadaran caring yang
didasari niat, memberikan “esensi
perawatan manusia”, yang dapat
menguatkan kesesuaian antara jiwa
tubuh dan pikiran, keutuhan dan
kesatuan dari seseorang dalam semua
aspek perawatan.
10. Mengizinkan kekuatan Membuka dan memasuki dimensi
eksistensial-fenomenologis spiritual-misterius dan eksistensial dari
menjadi mengizinkan kekuatan kehidupan dan kematian seseorang;
eksistensial-fenomenologis- merawat jiwa sendiri dan orang lain
spiritual yang dirawat.

Watson (1999) menggambarkan “Hubungan Caring Transpersonal”


sebagai landasan dari teorinya. Hubungan Caring Transpersonal diartikan
sebagai hubungan manusia yang bersifat caring – bersatu dengan orang lain –
dengan menghargai seseorang tersebut seutuhnya termasuk dengan
keberadaannya di dunia.

9
Watson melandaskan teori praktik keperawatannya pada 10 faktor karatif
berikut ini:
1. Membentuk Sistem Nilai Humanistik Altruistik
Nilai humanistik dan alstruistik dipelajari pada usia ini tetapi dapat
sangat dipengaruhi oleh perawat pendidik. Faktor ini dapat diartikan
sebagai kepuasan yang didapat dengan memberi dan memperluas
dimensi diri (sense of self) (Watson, 1979)
2. Membangkitkan Keyakinan – Harapan
Faktor ini, dipadukan dengan nilai humanistik dan altruistik, dapat
membantu mewujudkan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif
pada populasi pasien. Faktor ini juga menggambarkan peran perawat
dalam mengembangkan hubungan perawat pasien yang efektif dan
meningkatkan kesejahteraan pasien dengan membantunya menerapkan
perilaku sehat ‘(Watson, 1979).
3. Menanamkan Kepekaan Terhadap Diri dan Orang Lain
Menyadari perasaan diri, baik bagi perawat maupun pasien, dapat
mengarahkan seseorang menuju aktualisasi dirinya. Perawat mengakui
kepekaan dan perasaannya dapat menjadi lebih tulus, ikhlas dan peka
terhadap orang lain (Watson, 1979).
4. Mengembangkan Hubungan Membantu Hubungan Rasa Percaya
Hubungan membantu dan rasa percaya antara perawat dan pasien sangat
penting dikembangkan untuk mewujudkan hubungan caring
transpersonal. Melalui hubungan saling percaya, perawat dan pasien
dapat mengungkapkan perasaan positif maupun negatifnya. Hubungan
semacam ini membutuhkan sikap yang empati, selaras, kehangatan yang
tidak bersifat posesif, dan komunikasi efektif. Sikap yang selaras yaitu
sikap yang jujur, tulis, asli, dan tidak berpura-pura. Empati adalah
kemampuan untuk merasakan dan memahami sudut pandang dan
perasaan orang lain, serta untuk mengungkapkan pemahaman tersebut.
Kehangatan yang tidak posesif ditunjukkan dengan nada suara yang
sedang/ tidak terlalu pelan atau keras, sikap tubuh yang terbuka, dan

10
ekspresi wajah yang sesuai. Sedangkan komunikasi efektif memiliki
komponen kognitif, efektif dan perilaku (Watson, 1979)
5. Meningkatkan dan Menerima Ungkapan Perasaan Positif dan Negatif
Berbagi perasaan dapat dianggap sebagai pengalaman yang beresiko bagi
perawat ataupun pasien. Perawat harus siap menghadapi perasaan yang
positif atau negatif. Perawat harus menyadari pula bahwa pemahaman
intelektual dan emosional dari setiap situasi dapat berbeda-beda (Watson,
1979)
6. Menggunakan Metode Pemecahan Masalah secara Sistematis untuk
Pengambilan Keputusan
Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan pemecahan
masalah secara ilmiah dalam keperawatan, memupuskan citra perawat
sebagai pembantu dokter. Proses keperawatansama dengan proses
penelitian yang sistematis dan tertata (Watson, 1979).
7. Meningkatkan Pengajaran – Pembelajaran Interpersonal
Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan karena
membedakan caring dengan curing. Melalui proses pengajaran –
pembelajaran interpersonal, pasien dapat terinformasikan sehingga dapat
bertanggungjawab untuk mencapai kesejahteraan dan kesehatan dirinya.
Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik mengajar belajar yang
dirancang untuk memampukan pasien merawat dirinya, menentukan
kebutuhan dirinya dan memberikan kesempatan bagi dirinya untuk
tumbuh (Watson, 1979)
8. Menyediakan Lingkungan Psikologis, Fisik, Sosial Budaya dan Spiritual
yang Mendukung, Melindungi dan Memperbaiki
Perawat harus menyadari adanya pengaruh lingkungan internal dan
eksternal terhadap sehat dan sakit individu. Konsep yang relevan dengan
lingkungan internal termasuk di antaranya kesejahteraan jiwa dan
spiritual serta keyakinan sosial budaya seorang individu. Selain variabel
tersebut, variabel epidemiologis, variabel eksternal lainnya meliputi

11
kenyamanan, privacy, keamanan, kebersihan dan lingkungan yang indah
(Watson, 1979).
9. Membantu Pemenuhan Kebutuhan Manusia
Perawat menyadari adanya kebutuhan biofisika, psikofisik, psikososial
dan intrapersonal dari dirinya sendiri dan juga pasien. Pasien harus dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih mendasar terlebih dahulu sebelum dapat
memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Kebutuhan
nutrisi, eliminasi dan ventilasi adalah contoh kebutuhan biofisika dasar,
sementara kebutuhan aktivitas, inaktivitas dan seksualitas termasuk
kebutuhan psikofisik dasar. Pencapaian dan afiliasi merupakan
kebutuhan psikososial yang tingkatannya lebih tinggi. Aktualisasi diri
merupakan kebutuhan intrapersonal-interpersonal yang tingkatannya juga
tinggi (Watson, 1979)
10. Mengizinkan Kekuatan Eksistensial – Fenomenologis
Fenomenologi menggambarkan data dari situasi yang membantu untuk
memahami suatu fenomena. Sedangkan psikologi eksistensial adalah
ilmu manusia yang menggunakan analisis fenomenologi. Watson
menganggap faktor ini sulit dipahami. Faktor ini diikutsertakan untuk
memberikan pengalaman yang dapat memicu pemikiran agar dapat
memahami diri sendiri dan orang lain.
Watson percaya bahwa perawat memiliki tanggung jawab untuk
melakukan lebih dari 10 faktor karatif tersebut dan membantu pasien dalam
area promosi kesehatan melalui tindakan preventif. Tujuan ini dapat dicapai
dengan mengajarkan pasien perubahan diri untuk meningkatkan kesehatan,
memberikan dukungan sesuai situasi, mengajarkan cara menyelesaikan
masalah, dan mengetahui kemampuan adaptasi dan koping terhadap
kehilangan (Watson, 1979).

C. Paradigma Teori
Menurut Watson (1988), kata perawat adalah kata benda dan kata kerja.
Baginya, keperawatan terdiri dari pengetahuan, pemikiran, nilai, filosofi,

12
komitmen, dan tindakan, dengan disertai gairah. Perawat tertarik memahami
kesehatan, penyakit, dan pengalarnan manusia; meningkatkan dan
memperbaiki kesehatan; dan mencegah penyakit (Watson, 2005; 2012).
Menggunakan 10 faktor karatif yang awal maupun yang telah dikembangkan,
perawat memberikan pelayanan pada berbagai pasien. Setiap faktor karatif
dan proses caritas klinis menggambarkan proses caring, bagaimana pasien
meraih atau mempertahankan kesehatannya, atau meninggal dengan damai.
Sebaliknya, Watson menggambarkan caring sebagai istilah medis yang
mengacu pada eliminasi dari suatu penyakit (Watson, 1979). Dengan
berkembangnya karya Watson, ia semakin berfokus pada proses perawatan
manusia dan aspek transpersonal dan caring-healing dalam hubungan caring
transpersonal (1999, 2005).
Watson kemudian menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak bisa
diperlakukan sebagai objek dan bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari
dirinya, dari orang lain, alam, dan semesta. Paradigma caring-healing terletak
di dalam sebuah kosmologi yang bersifat metafisik dan transenden dengan
manusia yang terus berkembang di alam semesta. Ia meminta untuk terbiasa
terhadap kemungkinan dan menyingkirkan anggapan-anggapan terhadap diri
sendiri dan orang lain, untuk kembali belajar, dan melihat menggunakan
seluruh indera yang dimiliki.
Paradigma keperawatan menurut Watson:
1. Manusia
Watson menggunakan istilah manusia, orang, kehidupan, dan diri sendiri
secara bergantian. Manusia mempunyai fungsi yang kompleks dalam
dirinya. Manusia memilik 4 cabang kebutuhan yang saling
berkesinambungan, seperti kebutuhan dasar biofisikal (untuk hidup) yang
meliputi kebutuhan makan dan cairan, eliminasi, dan ventilasi; kebutuhan
dasar psikofisikal (fungsional) meliputi aktivitas, istirahat dan
seksualitas; kebutuhan psikososial (untuk integrasi) meliputi kebutuhan
untuk berprestasi dan berorganisasi; kebutuhan intrapersonal dan
interpersonal (untuk pengembangan) meliputi aktualisasi diri.

13
Berdasarkan kebutuhan tersebut, manusia harus dalam keadaan baik
untuk mencapai kesehatannya sehingga keharmonisan antara pikiran,
badan, dan jiwa berperan penting dalam meningkatkan status kesehatan
yang dibantu oleh keperawatan.
2. Kesehatan
Watson mendefinisikan sehat sebagai kesatuan dan harmoni dalam
pikiran, tubuh, dan jiwa, berhubungan dengan derajat kesesuaian antara
diri sendiri yang diterima dan diri sendiri yang dialami. Watson (1988)
menyatakan penyakit tidak harus berupa penyakit seperti kekacauan
subjektif atau ketidakharmonisan di dalam jiwa atau diri seseorang pada
tingkat tertentu yaitu ketidakharmonisan dalam area pengaruh seseorang,
misalnya dalam pikiran, tubuh, dan jiwa seseorang, baik yang terjadi
secara sadar maupun tidak sadar. Sementara suatu kondisi tidak sehat
(illness) dapat menjadi penyakit (disease), tidak sehat/illness dan sehat
adalah suatu fenomena yang tidak harus dianggap sebagai suatu rentang.
Proses penyakit dapat pula berasal dari faktor genetik, kerentanan
konstitusional, dan terwujud pada saat terjadi suatu kondisi
ketidakharmonisan. Penyakit akan membuat ketidakharmonisan lebih
banyak.
3. Lingkungan
Watson dengan 10 faktor karatifnya menyatakan bahwa peran perawat
terhadap lingkungan adalah memberikan lingkungan mental, fisik, sosial,
dan spiritual yang mendukung, melindungi, dan/atau memperbaiki”
(Watson, 1979). Watson memandang lingkungan adalah terjadinya
interaksi transpersonal caring antara klien dan perawat. Ia menyatakan
bahwa ruang penyembuhan yang dapat digunakan untuk membantu
orang melampaui penyakitnya, nyerinya, dan penderitaannya,
menekankan pada hubungan antara lingkungan dan seseorang ketika
perawat memasuki kamar pasien, terciptalah lapang magnet pengharapan
(Watson, 2003).

14
4. Keperawatan
Menurut Watson (1988), kata perawat adalah kata benda dan kata kerja.
Baginya, keperawatan terdiri dari pengetahuan, pemikiran, nilai, filosofi,
komitmen. dan tindakan, dengan disertai gairah. Perawat tertarik
memahami kesehatan, penyakit, dan pengalarnan manusia; meningkatkan
dan memperbaiki kesehatan; dan mencegah penyakit. Teori Watson
mengajak perawat untuk melakukan lebih dari sekedar prosedur, tugas,
dan teknik yang digunakan di lahan praktik. Keperawatan adalah
penerapan art dan human science melalui transpersonal caring untuk
membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran, jiwa, dan
raga.(Watson, 2005; 2012).

D. Pengembangan Teori
1. Praktik
Teori Watson divalidasi di tatanan pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan
komunitas dengan berbagai populasi, termasuk penerapan yang terkini
dengan fokus pada esensi perawatan pasien (Pipe, Connolly, Spahr, et al.,
2017), pasien dengan ventilator (Lindahl. 2011), dan simulasi perawatan
(Diener & Hobbs, 2012). Watson dan Foster (2003) menggambarkan
sebuah penerapan teori ke dalam praktik yang sangat baik pada Attending
Nurse Caring Model (ANCM). Ini adalah proyek awal di rumah sakit
anak Denver yang dikembangkan berdasarkan model dokter “hadir”.
Akan tetapi, tidak seperti model medis/penyembuhan, ANCM fokus
kepada model keperawatan. “Model ini dibangun sebagai Ilmu
Keperawatan-Caring, model praktik kolaboratif yang dipandu dari teori
dan berbasis bukti untuk diterapkan pada penanganan nyeri di unit
pascabedah dengan 37 tempat tidur” (Watson & Foster, 2003, hal. 363).
Perawat yang ikut serta dalam proyek tersebut belajar mengenai teori
caring Watson, faktor karatif, kesadaran caring, niat, dan praktik caring-
healing. Misi dari ANCM adalah untuk membangun hubungan caring
yang berkelanjutan antara perawat dengan anak-anak yang mengalami

15
nyeri serta keluarganva. ANCM dibuat agar keberadaan caring-healing
dapat dilihat di seluruh rumah sakit (lihat situs Watson
[http://www.walsoncaringscience.org] untuk contoh penerapan teorinya di
dalam praktik dan untuk informasi lebih lanjut tentang institusi pelayanan
yang menggunakan teori Watson, misalnya Miami Baptist Hospital,
Resurrection Health System [Chicago], Denver Veterans Administration
Hospital [Denver], Inova Health System [Virginia], Babtist Central
Hospital [Kentucky], Elmhurst Hospital [New York], Pascal Valley
Hospital [New Jersey], Sarasota Memorial Hospital and Tampa Memorial
Hospital [Florida], dan Scripps Memorial Hospital (California], di antara
rumah sakit lainnya.
2. Administrasi/kepemimpinan
Teori Watson menghimbau agar praktik administratif dan model bisnis
melingkupi konsep caring (Watson, 2006c), bahkan di lingkungan
pelayanan kesehatan dengan tingkat keakutan yang tinggi, lama rawat
yang singkat. teknologi yang makin kompleks, dan harapan yang makin
meningkat terhadap “tugas” keperawatan. Tantangan-tantangan tersebut
membutuhkan solusi untuk reformasi sistem pelayanan kesehatan pada
tingkat yang mendalam dan etis, agar perawat mampu mengikuti model
praktik profesionalnya sendiri ketimbang solusi jangka pendek, misalnya
dengan menambah jumlah tempat tidur, bonus, dan/atau insentif
pemindahan perawat. Banyak rumah sakit mencari status Magnet,
misalnya Central Baptist Hospital di Lexington, Kentucky, yang
mengatasi tantangan ini dengan menggunakan teori caring manusia
Watson untuk perubahan administratif. Pengembangan lingkungan
profesional berkelanjutan lainnya didasarkan pada definisi esensi
perawatan pasien (Pipe, Connolly, Spahr, et al., 2012). Contoh ini beserta
contoh lainnya tentang penerapan caring dalam praktik administratif
dapat ditemukan di situs Watson dan di artikelnya, “Caring Theory as an
Ethical Guide to Administrative and Clinical Practices” (Watson, 2006c).

16
3. Pendidikan
Tulisan-tulisan Watson berfokus pada bagaimana mendidik mahasiswa
keperawatan dan memberikan landasan ontologis, etis, dan epistemologis
bagi praktik keperawatan mereka, bersamaan dengan arahan untuk
penelitian (Hills & Watson, 2011). Kerangka kerja caring Watson telah
diajarkan pada banyak kurikulum mahasiswa sarjana keperawatan,
termasuk Bellarmine College di Louisville, Kentucky; Assumption
College di Worcester, Massachusetts; Indiana State University di Terre
Haute; Oklahoma City University; dai Florida Atlantic University. Selain
itu, konsep Watson digunakan pula di program pendidikan keperavatan di
berbagai negara diantaranva Australia, Jepang, Brazil, Finlandia, Saudi
Arabia, Swedia, dan Inggris.
4. Penelitian
Metode kualitatif, naturalistik, dan fenomenologi adalah metode yang
sesuai untuk penelitian tentang caring dan untuk pengembangan
keperawatan sebagai ilmu humaniora (Nelson & Watson, 2011; Watson,
2012). Watson juga menyarankan untuk menggabungkan antara metode
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian untuk menguji, mengembangkan, dan
mengevaluasi teori semakin berkembang baik secara nasional maupun
internasional (DiNapoli. Nelson. Turkel, & Watson, 2010; Nelson &
Watson, 2011). Salah satu contohnya yaitu Smith (2004) yang melakukan
telaah terhadap 40 penelitian yang menggunakan teori Watson secara
spesifik. Selain itu, Persky, Nelson, Watson, dan Bent (2008)
menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menentukan atribut “perawat
caritas” sebagai bagian dari upaya inisiasi Perawatan Berbasis-
Hubungan/Relationship Based Care (RBC) di New York Presbyterian
Hospital/ Columbia University Medical Center. Pada tahun 2011, Nelson
dan Watson melaporkan penelitiannya yang dilakukan di tujuh negara.
Penelitian tersebut berisi delapan survei caring dan instrumen penelitian
lainnya untuk penelitian caritas, misalnya tentang perbedaan persepsi

17
internasional terhadap caring, hubungan perawat dan pasien, serta
panduan bagi rumah sakit yang mencari status Magnet.

E. Asumsi Teori Watson


Watson menjelaskan asumsi hubungan Caring transpersonal hingga
meliputi praktisi multidisiplin sebagai berikut:
1. Komitmen moral, niat dan kesadaran caritas oleh perawat dapat
melindungi, meningkatkan dan memperkuat harga diri, keutuhan dan
penyembuhan seseorang hingga orang tersebut mampu menciptakan atau
bersama-sama menciptakan makna keberadaan dirinya sendiri.
2. Keinginan yang penuh kesadaran dari perawat menegaskan kemaknaan
subjektif dan spiritual pasien yang sedang mencari caring yang tetap ada
di tengah-tengah ancaman dan penderitaan – secara biologis,
institusional, dan sebagainya. Dampaknya adalah pasien akan
menghargai hubungan Saya – Engkau (I – Thou Relationship)
ketimbangan Saya – Itu (I – It - Relationship).
3. Perawat berusaha menyadari, mendeteksi dengan tepat dan
menghubungkan antara kondisi dalam jiwa dari orang lain dengan cara
hadir secara tulus dan memusatkan diri pada saat caring (caring
moment); tindakan, kata-kata, perilaku, kognisi, bahasa tubuh, perasaan,
intuisi, pemikiran, medan energi, dan seterusnya, seluruhnya
berkontribusi pada hubungan caring transpersonal.
4. Kemampuan perawat untuk terhubung dengan orang lain pada tingkat
jiwa – ke – jiwa transpersonal ini diejawantahkan dalam bentuk gerakan,
sikap tubuh, ekspresi wajah, prosedur, informasi, sentuhan, suara,
ekspresi verbal dan sarana komunikasi manusia lain yang bersifat ilmiah,
teknis, estetis. Semua ini diterjemahkan menjadi seni/ tindakan
keperawatan atau modalitas caring – healing.
5. Modalitas caring – healing dalam konteks kesadaran caring/ caritas
transpersonal memperkuat harmoni, keutuhan, dan kesatuan seorang
individu dengan melepaskan ketidakharmonisan, yaitu energi yang

18
mengganggu proses penyembuhan alamiah. Dengan demikian, perawat
membantu pasien mengakses penyembuhan yang ada dalam dirinya,
sebagaimana pandangan Nightingale tentang keperawatan.
6. Pengembangan personal dan profesional yang berkesinambungan, serta
pertumbuhan spiritual, membantu perawat untuk memasuki tingkat yang
lebih dalam tentang praktik penyembuhan secara profesional. Perawat
dapat membangkitkan kondisi transpersonal dan aktualisasi penuh atas
“kompetensi ontologis” yang diperlukan pada praktik pelayanan
keperawatan tingkat lanjut ini.
7. Riwayat hidup perawat itu sendiri, serta pengalaman sebelumnya,
kesempatan untuk belajar terfokus, mengalami berbagai kondisi manusia
dan membayangkan perasaan orang lain dalam beragam situasi
merupakan guru yang berharga bagi perawat. Perawat juga dapat
mengambil ilmu dan kesadaran yang dibutuhkan untuk menerapkan
hubungan caring transpersonal dengan bekerjasama dengan orang dari
latar belakang budaya berbeda dan mempelajari kemanusiaan (misalnya
melalui seni; drama; sastra; cerita pribadi atau narasi penyakit dan
perjalannannya), dengan sambil mengeksplorasi nilai diri sendiri,
kepercayaan yang dalam dan dimilikinya dan hubungannya dengan diri
sendiri, orang lain dan dunia.
8. Fasilitator lainnya adalah pengalaman pertumbuhan personal seperti
psikoterapi, psikologi transpersonal, meditasi, pekerjaan bioenergetik dan
model lainnya dari kebangkitan spiritual.
9. Pertumbuhan yang terus menerus untuk mengembangkan dan
mematangkan model caring transpersonal terus berjalan. Anggapan
bahwa tenaga kesehatan adalah penyembuh luka diakui sebagai bagian
dari pertumbuhan yang penting dalam teori/ filosofi ini (Watson, 2006)

19
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori
Kelebihan:
1. Teori Watson mudah dipahami sebagai dasar moral dan filosofis
keperawatan. Lingkup kerangka kerja teori meliputi aspek yang luas
tentang fenomena sehat sakit.
2. Teori Watson mencakup promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan
kematian yang damai sehingga memiliki keumuman yang tinggi.
3. Teori Watson memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian
kebutuhan pasien yang terdiri dari kebutuhan biofisikal, psikofisikal,
psikososial, dan kebutuhan interpersonal intrapersonal.
4. Teori Watson dapat memandu interaksi perawatan perawat dan pasien
berdasarkan 10 faktor karatif.
5. Teori Watson menggunakan orientasi metafisika yang penting dan
berguna untuk asuhan keperawatan seperti diri, proses caring, dan rasa
spiritual menjadi manusia dapat membantu perawat dan pasien
menemukan makna dan harmoni selama terjadinya kerumitan.
Kekurangan:
1. Bahasa yang digunakan non-teknis, rumit, cair dan evolusioner untuk
menggambarkan konsep secara artistik.
2. Teori Watson lebih mengenai menjadi daripada melakukan. Perawat
harus menginternalisasikan secara menyuluruh agar dapat
menerapkannya dalam praktik.
3. Teori Watson tidak memberikan arahan yang eksplisit mengenai
bagaimana cara mencapai hubungan caring-healing yang sebenarnya.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep teori Watson yaitu human science dan human care yang berfokus
kepada faktor karatif berasal dari hasil aktivitas keperawatan berhubungan
dengan perspektif humanistik. Manusia adalah individu yang sempurna.
Manusia dituntut untuk selalu sehat pikiran, jiwa, dan tubuh dengan
memprioritaskan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Manusia
memiliki 4 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi meliputi kebutuhan
biofisikal, kebutuhan psikofisikal, kebutuhan psikososial, dan kebutuhan
intrapersonal-interpersonal. Untuk mendukung kebutuhan dasar tersebut,
diperlukan peran perawatan holistik yang menjadi pusat dari praktik
keperawatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. R. (2017). Nursing Theorist and Their Work Ed. Indonesia.


Singapore: Elsevier.
Diener, E & Hobbs. N. (2012). Simulating care: technology mediated learning in
twenty-first century education. Nursing Forum, 47(1), 34-38
Di Napoli. P., Nelson, J., Turkel. M.. & Watson, J. (2010). Measuring the caritas
processes; caring factor survey. International journal for Human Caring.14
(3), 17-20.
Drummond, J. (2005). Caring science as sacred science. [Book review.] Nursing
Philosophy, 6, 218-220.
Hills, M., & Watson, J. (2011). Creating a caring science curriculuman
emancipatory pedagogy for nursing.g New York: Springer.
Jesse, D. E. (2010) Watson’s philosophy in nursing practice. In M. R. Alligood
Nursing theory: Utilization & application (4th ed., pp. 111-136) St. Louis:
Mostly-Elsevier.
Leininger, M. (1979). Preface. In J. Watson (Ed.). Nursing the philosophy and
science of caring. Boston: Little, Brown
Levinas. E. (1969). Totality and infinity. (A. Lingis. Trans.) Pittsburgh. (PA).
Duquesne University.

Anda mungkin juga menyukai