PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penggunaan volume suara dalam konseling
2. Untuk mengetahui cara menlakukan ajakan terbuka untuk berbicara dalam
konseling
3. Untuk mengetahui serta memahami penstrukturan dalam konseling
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ajakan terbuka untuk berbicara kalimat yang diajukan benar-benar siswa mau
mengemukakan secara terbuka segala hal yang dipikirkan, disarakan, dan
diinginkannya mengganggu siswa dan kehidupannya.
2
1. Pertanyaan tertutup : pertanyaan yang dapat dijawab dengan beberapa kata
atau kalimat.
2. Pertanyaan terbuka : adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab konseli
secara bebas tanpa dibatasi. Ajakan terbuka untuk berbicara memberi
kesempatan ada klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan
pewawancara. Pertanyaan terbuka membuka peluang klien untuk
mengemukakan ide perasaan dan arah tanpa harus menyesuaikan dengan
setiap kategori yang telah ditentukan oleh pewawancara.
Contoh-contoh pertanyaan yang disarankan adalah :
a. Membantu memulai wawancara
-”apa yang akan anda dibicarakan hari ini?”
b. Membantu menguraikan masalah
-”Cobalah anda menceritakan lebih banyak lagitentang hal itu!”
c. Membantu munculnya contoh contoh perilaku khusus sehingga
pewawancara dapat memahami dengan baik apa yang dijelaskan oleh klien.
-”Apa yang anda rasakan pada saat anda menceritakan hal ini kepada saya?”
-“Bagaimana perasaan anda selanjutnya pada saat itu?”
Contoh-contoh pernyataan yang tidak disarankan adalah :
a. Pemakaian pertanyaan tertutup terlalu sering
-“apakah anda harus memasuki pekerjaan itu?”
b. pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada saat yang sama.
-“apakah anda harus memasuki perkerjaan itu dan harus memutuskan untuk
meninggalkan rumah?’
3
2.3 Penstrukturan
2.3.1 Pengertian perstrukturan
4
b) Bagaimana konseling itu dilakukan?
c) Kemana arah konseling itu dilakukan?
d) Asas-asas pokok yang menangui proses konseling?
Hal ini dilakukan untuk klien yang tidak menyadari dirinya bermasalah dan klien
punya persepsi negatif terhadap konseling.
b. Fungsi terapeutik yaitu untuk memecahkan masalah klien dan menyehatkan mental
individu yang bermasalah.
5
c. Fungsi protektif yaitu untuk melindungi klien agar merasa nyaman dalam
melakukan proses konseling, menjamin kerahasiaannya.
6
konselor pada saat ini (di ruang konseling) tetapi juga apa yang harus
diperankan oleh konselor dan klien dalam proses yang akan berlangsung.
Konselor menjelaskan peranannya dalam hubungan konseling karena konseli
kadang-kadang datang kepada konselor dengan konsepsi yang salah. Beberapa
konseli menganggap konseling sebagai obat mujarab yang dapat
menyembuhkan dengan cepat seperti memecahkan masalah dan memberikan
nasihat. Sedangkan konseli yang lain sering beranggapan bahwa tanggung
jawab untuk sukses terletak dipundak konselor, harapan-harapan yang tidak
realistis ini memerlukan penjelasan dari konselor bahwa dalam konseling
yang menentukan keputusan atau yang dapat memecahkan masalah adalah
konseli sendiri, sedangkan konselor hanya membantu mengarahkan.
BAB III
PENUTUP
7
3.1 Kesimpulan