Anda di halaman 1dari 130

Kelompok 1

A. Memberikan Kesan yang Baik


Adapun yang dimaksud dengan konseling yaitu merupakan salah satu bentuk hubungan
yang bersifat membantu. Makna bantuan di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain
agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Rogers
mengartikan konseling sebagai hubungan membantu di mana salah satu pihak (konselor)
bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi
persoalan/konflik yang dihadapi dengan lebih baik.
Oleh karena itu seorang konselor dalam proses konseling atau dalam membantu suatu
permasalahan yang sedang dihadapi oleh individu, bukan sekedar mendengarkan atau mencari
solusi masalahnya, dengan nasehat-nasehat, atau membiarkan luapan emosi untuk mencapai
kelegaan diri. Akan tetapi memberikan informasi tentang masalah yang sedang dihadapi konseli,
dan memberikan kepercayaan kepada konseli untuk melakukan apa yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan semua masalah yang dihadapi konseli.
Dalam proses konseling seorang konselor harus mampu melibatkan konseli secara penuh,
supaya konseli bisa terbuka. Dalam hal ini konselor dituntut untuk mampu berkomunikasi secara
efektif. Karena keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh keefektifan komunikasi di antara
partisipan konseling yaitu konselor dengan konseli.
Salah satu keterampilan yang diperlukan oleh konselor adalah keterampilan
berkomunikasi secara dialogis, khususnya dengan konseli, komunikasi dialogis pada dasarnya
merupakan salah satu bentuk komunikasi interaktif antara satu pihak dengan pihak lain melalui
penciptaan suatu situasi dalam upaya mencari informasi yang diperlukan dalam pembuatan
keputusan secara tepat. Selain keterampilan berkomunikasi secara dialogis, konselor juga perlu
memperhatikan keterampilan konseling yang lain. Keterampilan tersebut merupakan aspek-
aspek yang mempengaruhi efektivitas konseling yakni meliputi:
1. Penampilan konselor
2. Kekhasan pribadi konselor
3. Sikap konselor
4. Keterampilan konseling
Demikian itulah merupakan Grooming dalam konseling. Grooming adalah penampilan diri
seseorang yang terjaga, menarik, dan selalu rapi pada saat dia berkomunikasi dengan orang lain.
Berpenampilan menarik memiliki arti sangat penting sebagai salah satu kunci sukses untuk dapat
menjalin hubungan atau interaksi yang harmonis. Sebaliknya apabila penampilan diri ini
diabaikan, dapat mengakibatkan dampak yang merugikan, baik secara pribadi atau kelembagaan.
Ditempat kerja seringkali kita menjumpai karena disepelekannya penampilan diri, maka merusak
reputasi dan nama baik seorang karyawan.
Dengan demikian, Grooming juga penting bagi seorang konselor karena dalam proses
konseling, klien membutuhkan situasi yang harmonis, hangat, dan damai. Salah satu yang dapat
dilakukan oleh seorang konselor yaitu dengan menjaga penampilan.Penampilan menarik seorang
konselor dapat mempengaruhi mood seorang klien. Jika konselor terlihat menyenangkan, ramah,
dan rapi, klien akan merasa dihargai dan akan terjalin interaksi yang harmonis pula diantara
keduanya, serta dengan hanya melihat saja, dapat dijadikan terapeutik bagi klien.
Setiap orang tentu saja ingin selalu tampil serasi dan menarik agar disukai oleh orang lain.
Penampilan menarik mencerminkan kepribadian orangnya. Orang yang berpenampilan menarik
akan dinilai sebagai orang yang berkepribadian baik. Sebaliknya, orang yang kurang
memperhatikan penampilannya dinilai sebagai orang yang berkepribadian kurang menarik.
Penampilan yang menarik akan memberikan kesan yang positif bagi orang lain. Oleh
karena itu, penampilan diri perlu diperhatikan agar sedapat mungkin selaras dengan nilai-nilai
keindahan dan tata krama yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Ungkapan “kecil itu indah” dapat dijadikan motto dalam memelihara penampilan diri
pribadi. Penampilan diri adalah hal kecil tetapi jika dilaksanakan dapat membawa kesan-kesan
indah yang membangun jati diri dalam pekerjaan dan pergaulan. Karena penampilan diri
merupakan hal kecil, orang sering menyepelekan dan melalaikannya. Akibatnya hal kecil ini dapat
menyebabkan jatuhnya citra diri dan reputasi seseorang
Selama proses konseling, pesan tubuh konselor sebagai pendengar penting baik ketika
Listening (mendengarkan) maupun ketika merespon klien. Untuk menjadi orang yang Rewarding
bagi orang yang anda ajak bicara, anda perlu secara fisik menunjukkan kesiapsediaan dan
ketertarikan Anda.Ini sering disebut sebagai attending behavior.
Keterampilan konseling juga membutuhkan kehalusan perasaan untuk memberikan
kesan bahwa tubuh anda siap untuk klien. Postur tubuh rileks, tanpa tampak loyo, memberikan
kontribusi pada pesan bahwa anda reseptif. Salah satu alasan bahwa konselor dan klien perlu
duduk dengan postur tubuh terbuka adalah agar dapat saling melihat satu sama lain dengan
mudah. Sebagian pelatih keterampilan konseling merekomendasikan untuk duduk dengan posisi
menyudut dengan klien. Sehingga masih dapat saling melihat pesan-pesan wajah dan tubuh
signifikan yang dikirimkan satu sama lain. Perasaan bahagia, tertarik, terkejut, takut, sedih, marah,
dan jijik atau penghinaan yang masingmasing dapat ditunjukkan, atau kadang-kadang disamarkan
oleh ekspresi wajah. Wajah orang biasanya merupakan cara utama untuk mengirimkan pesan
tubuh tentang berbagai perasaan. Ekspresi wajah seorang konselor perlu menunjukkan bahwa
anda mengerti apa yang diucapkan klien. Dengan demikian ini harus dilakukan dengan tepat, baik
sebagai respon terhadap sifat dan intensitas emosinya maupun terhadap bagaimana klien
bereaksi.

B. Memberikan Saran yang Baik


Agar dapat memenuhi kebutuhan konseli seorang konselor harus memiliki pemahaman
tentang maksud dan tujuan proses konseling. Menjadi konselor yang efektif perlu mengetahui
makna efektif dalam konseling. Menilai efektifitas konseling biasanya sangat subyektif dan
mempunyai dua perspektif, yaitu perspektif konselor dan konseli. Keduanya dapat berbeda
karena masing-masing mempunyai harapan yang berbeda.
Salah satu cara untuk memaham perspektif konseli ialah memahami alasan-alasan konseli untuk
memperoleh konseling. Diantara mereka ada yang memiliki harapan yang realistis dan ada pula
yang tidak realistis. Bahkan ada yang mengharapkan agar konselor memberikan petunjuk paktis,
karena mengira dengan mengikuti petunjuk konselor masalah yang dihadapinya dapat
diselesaikan. Memberikan petunjuk mengandung resiko baik untuk koseli maupun konselor.
1. Umumnya konseli merasa tidak senang jika diberi petunjuk atau saran oleh orang lain
sehingga dapat mendatangkan pengaruh terbalik.
2. Jika saran yang diberikan tidak menyelesaikan masalah akan mengurangi kepercayaan konseli
kepada konselor sehingga konseli tidak terbuka mengenai dirinya sendiri.
3. Jika petunjuk memberikan pengaruh positif untuk jangka pendek, saran atau petunjuk akan
menimbulkan ketergantungan konseli kepada konselor karena tidak mampu berdiri sendiri.
Seorang konselor yang efektif, perlu memiliki pandangan atau pikiran yang jelas tentang
maksud dan tujuan-tujuan konseling. Beberapa tujuan konseling adalah:
1. Membantu konseli merasa baik
2. Membantu konseli merasa percaya diri (self-reliant)
3. Memperoleh keterampilan-keterampilan untuk menghadapi situasi pada saat ini
dan di kemudian hari dalam cara-cara yang konstruktif
Agar harapan dan kebutuhan konseli dapat terpenuhi oleh konselor, maka pendekatan
yang dapat dilakukan adalah pembahasan tujuan konseling secara terbuka. Atas dasar hasil
pembahasan tersebut dilakukan penyusunan program konseling yang disepakati bersama oleh
konselor dan konseli (Nelson-Jones, 1997).

Teknik-teknik konseling yang dikemukakan Williamson (Burks & Stefflre, 1979; Patterson, 1980)
adalah sebagai beriukut.

a. Penciptaan hubungan baik (establishing rapport)


Penciptaan hubungan baik perlu dilaksanakan konselor agar konseli merasa aman, nyaman,
segera terlibat dalam hubungan konseling.
b. Penumbuhan pemahaman diri konseli (cultiviting self-understanding)
Konselor hendaknya membantu konseli memahami dirinya yang terdiri atas kelemahan dan
kelebihannya serta membantu konseli tersebut untuk mau menggunakan kelebihannya dan
mengatasi kelemahannya.
c. Pemberian nasihat atau bantuan perencanaan program kegiatan (advising or planning
program of action)

Konselor dapat memberikan nasihat/saran kepada konseli dalam perencanaan dan pelaksanaan
rencana tindakan konseli berdasarkan kelemahan dan kelebihan pilihan, tujuan, pandangan, atau sikap
konseli. Untuk pemberian nasihat ini ada tiga cara:

1) Nasihat langsung (directive advice)

Konselor secara jelas dan terbuka mengemukakan pendapatnya/nasihatnya kepada konseli jika
konseli tersebut benar-benar tidak tahu apa yang akan dilaksanakan atau konseli tersebut akan
mengalami kegagalan dengan pilihan atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

2) Metode persuasif (persuasive method)

Nasihat yang diberikan bilamana konseli telah mengemukakan alasan-alasan logis dari rencana
yang akan dilakukan tetapi ia belum mampu membuat keputusan.

3) Metode eksplanatori (explanatory method)


Nasihat yang diberikan setelah klien mengemukakan kelebihan dan kelemahan setiap alternatif
tindakan. Dalam hali ini, konselor memberikan nasihat dengan cara memberikan penjelasan mengenai
implikasi setiap pilihan yang akan diambil konseli.

d. pelaksanaan rencana tindakan (carrying out the plan)

Setelah konseli menetapkan pilihan atau keputusan yang akan dilaksanakan maka konselor dapat
memberikan bantuan secara langsung dalam pelaksanaan keputusan tersebut. Bantuan tersebut,
misalnya, berupa program remediasi atau program pendidikan dan pelatihan yang dapat meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan keputusan konseli. Agar konseli dapat melaksanakan rencana tindakannya
dengan berhasil maka konselor perlu membantu konseli memperjelas pelaksanaan rencana tersebut
dengan membahas hal-hal sebagai berikut: kapan, di mana, bagaimana, dan dengan siapa rencana
tersebut akan dilaksanakan.

e. Perujukan konseli kepada ahli lain yang lebih berwenang dalam penanganan masalah konseli
(referral to other personnel workers).

Konselor adalah tenaga professional yang memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga tidak ada
konselor yang ahli dalam segala hal. Oleh karena itu, konselor harus menyadari kelemahan dan
kelebihannya. Implikasinya, bilaman konselor menghadapi masalah klien di luar kewenangannya maka
hendaknya ia merujuk konseli kepada ahli lain yang berwenang.

Menjalin Hubungan Menghargai dan Menerima

Dalam melakukan sebuah konseling ada hal penting yang tak boleh ditinggalkan, yaitu
Atitude Acceptence (penerimaan). Suatu konseling tidak bisa optimal attitude acceptence tidak
timbul diantara klien dan konselor. sehingga konselor harus berusaha untuk dapat memunculkan
sikap tersebut.

Penerimaan berarti menghormati dan menghargai klien apa adanya dengan segala keunikan
dan pemikiran mereka, yang terlepas dari diri konselor. Sikap menerima juga dapat diartikan
sebagai penangguhan penilaian moral. Artinya konselor dapat menerima dengan baik klien tanpa
membuat penilaian / prasangka atas apa yang pernah klien lakukan, karena setiap individu
memiliki kekuatan dan kelemahan dalam ketrampilan hidup yang membawa mereka pada
konsekuensi baik atau buruk bagi dirinya maupun orang lain.

Dalam pelaksanaan sebuah konseling, sikap menerima tidak muncul begitu saja. Untuk
memunculkan sikap ini konselor perlu hadir secara psikologis kepada klien. Penerimaan ini
memerlukan sikap tidak adanya pembelaan diri dan perasaan dan membiarkan ungkapan serta
pengalaman klien mempengaruhi diri anda. Akses psikologis yang dibutuhkan dapat muncul
ketika penerimaan muncul diantara klien dan konselor, namun jika hanya muncul pada salah satu
pihak maka konseling yang dilakukan akan terhambat.

Sikap penerimaan yang muncul pada diri klien terhadap konselor tergantung bagaimana
cara seorang konselor bertindak. Saat konselor salah dalam bertindak, maka akan muncul
hambatan internal dan hambatan eksternal. Hambatan internal muncul berupa distorsi yang
disebabkan karena konselor menyaring bagian-bagian tertentu dari klien, bahkan lebih buruk lagi
apabila konselor menyangkal seluruh pesan yang klien sampaikan. Hambatan eksternal muncul
dengan sangat halus dan samar dengan isyarat verbal dan tubuh klien menunjukkan bahwa mereka
harus memilah pesan apa yang hendak klien sampaikan pada konselor.

HAMBATAN DALAM MEMBANGUN SIKAP PENERIMAAN

1. Anxiety Evoking Feelings (Perasaan yang membangkitkan kecemasan)


Kecemasan ini muncul pada saat konselor merasa tidak mampu menghadapi klien
akibat perasaan yang muncul pada saat konseling berlangsung. Contohnya pada saat
konselor merasa tertekan atau merasa sangat bahagia. Kecemasan juga dapat muncul
akibat konselor merasa terancam dengan perasaan yang diarahkan kepadanya, misalkan
permusuhan. Selain itu kecemasan juga bisa muncul akibat orang lain, misalkan duka
cita karena berkabung.

2. Anxiety Evoking Client (Kehadiran Klien yang memicu Kecemasan)


Kecemasan yang muncul pada diri konselor akibat konselor merasa terancam oleh
kategori klien tertentu. Misalkan klien lawan jenis, klien yang sangat sukses, klien yang
sangat cerdas, dan klien yang memiliki perasaan kuat yang tidak disukai oleh konselor.

3. Anxiety Evoking Situations


Kecemasan yang muncul akibat suatu situasi tertentu. Tidak jarang dalam situasi
konseling menjadi tidak kondusif karena konselor melakukan hal-hal yang kurang tepat
pada waktu itu. Berikut ini merupakan beberapa contoh situasi yang menggagu selama
konseling : (1) konselor sibuk mempersiapkan sesi awal konseling, sehingga klien
merasa terabaikan, (2) terlambat untuk dating pada sesi wawancara, dsb.

4. Trigger Words, Phases, and Attitudes


Setiap kata, kalimat, dan sikap seorang konselor akan sangat berpengaruh pada klien.
Setiap perkataan dan sikap konselor dapat menjadi pemicu. Contohnya, memberikan
perkataan yang merendahkan budaya klien. Atau melontarkan kata yang merendahkan
klien, seperti “Anda yakin ?”, “Anda tidak mengerti”, dsb.

5. Being Prejudiced
Hambatan ini berupa prasangka. Konselor terkadang tidak memahami berbagai tingkat
prasangka yang berhubungan dengan kebiasaan konselor. prasangka ini biasanya
berhubungan dengan usia, jenis kelamin, preferensi seksual, budaya, ras, kelas social,
kecacatan fisik atau tingkat kecerdasan mereka.

6. Current Unfinished
Pekerjaan yang belum terselesaikan dapat menganggu jalannya konseling. Misalkan
konselor meninggalkan ruangan rapat saat rapat sedang berlangsung untuk menemui
klien yang hendak melakukan konseseling. Saat memasuki ruang konseling, konselor
akan terlihat tidak siap melakukan konseling karena ia memaksakan diri untuk bisa
berada ditempat konseling, maka hal semacam ini akan sangat tidak nyaman. Selain itu
jika konselor masih memiliki beban pekerjaan yang belum terselesaikan, bisa jadi pada
saat konseling berlangsung akan terus terpikir beban pekerjaan itu, dan membua
konselor tidak mendengarkan apa yang klien utarakan dengan baik.

7. Presenting Professional Facade


Seorang konselor hendaklah mempersiapkan diri dengan baik untuk bisa menjadi
konselor yang professional. Namun konselor tidak diperkenankan untuk melakukan
sesuatu melebih kapasitas pengetahuan dan wewenang konselor. lakukan apa yang
seharusnya boleh dan bisa dilakukan. Hambatan dapat terjadi saat konselor berpura-
pura menjadi seseorang yang sangat professional melebihi kapasitas pengetahuan dan
wewenang dimiliki.

8. Emotional Exhaustion and Burnout


Hambatan ini muncul akibat seseorang memiliki perasaan kelelahan. Perasaan
kelelahan ini disebabkan terkurasnya tenaga secara fisik dan mental. Emosi-emosi
negative yang ada pada diri seseorang akan mengguras banyak energi. Sehingga
seorang konselor harus menghindari emosi-emosi negative sebelum melakukan
konseling. Perasaan lelah semacam ini akan mengakibatkan konselor menuntut klien,
menjadi kurang memahami Batasan antara konselor dan klien.
9. Insuddicient Administrative Support

10. Physical Barriers


Hambatan fisik mungkin bisa menyebabkan klien kehilanggan penerimaan. Contoh
hambatan fisik yang sering dijumpai antara lain : konselor terlalu hangat atau terlalu
dingin, kursi yang konselor duduki tidak nyaman, pencahayaan yang sangat minim,
atau bahkan tempat konseling yang gaduh. Hal-hal semacam ini menyebabkan klien
tidak nyaman dalam melakukan konseling.

SKILL 5: USE OPENERS, SMALL REWARDS AND OPEN-


ENDED QUESTIONS
OPENERS

Pembuka, untuk izin berbicara, adalah pernyataan singkat yang mengindikasikan bahwa
para pembantu siap untuk mendengarkan. seringkali pembantu memulai sesi awal dengan
pembuka singkat yang mendorong klien untuk berbagi dan menjelaskan mengapa mereka datang.
Pembantu dapat mengakhiri sesi jika semua pertanyaan telah lengkap terjawab. Pembuka adalah
“pembuka pintu” yang memberikan klien pesan bahwa “saya tertarik dan bersiap untuk
mendengarkan, tolong bagikan dengan saya sudut pandang internal Anda.”

Berikut merupakan contoh pembuka yang digunakan pada sesi awal penolong :

 Hallo, saya …. Silakan (mempersilakan masuk dan duduk)


o Katakana pada saya mengapa anda datang ?
o Katakana pada saya mengapa anda di sini ?
o Katakana pada saya tentang diri anda
o Katakana pada saya, apa masalah anda ?
 Anda telah dirujuk .. sekarang bagaimana kamu melihat situasi kamu?

Terkadang pembantu membuat pernyataan pembuka sebagai tanggapan atas pesan tubuh klien :

 Anda tampak kesal, maukah anda mengatakan apa yang mengganggumu?


 Anda terlihat sangat tegang.

Pernyataan tersebut memberi kesempatan kepada klien untuk membicarakan masalah


yang mereka bawa untuk membantu atau tentang apa yang dia rasakan di sini dan sekarang
sedang dalam interview. Pembantu terkadang bisa memberi izin untuk berbicara dengan pesan
tubuh saja misalnya melihat, mungkin disertai dengan gerakan lengan.
Beberapa pembantu memiliki kontak dengan klien di luar wawancara formal, misalnya
petugas penjara di pusat penahanan pemuda, staf perumahan, untuk mantan pecandu narkoba,
atau perawat di rumah sakit. Di sini Anda dapat menggunakan izin untuk berbicara saat Anda
merasa ada seseorang yang memiliki agenda pribadi yang mengganggu mereka, namun perlu
sedikit dorongan untuk membagikannya. Pembuka yang digunakan saat interview tidak formal:

 adakah sesuatu yang ada dalam pikiranmu ?


 Anda tampak tegang hari ini ?
 Saya bersedia jika Anda ingin berbicara.
SMALL REWARDS

Small rewards adalah ekspresi minat verbal dan nonverbal singkat yang dirancang untuk
mendorong klien terus berbicara. pesan yang mereka sampaikan adalah, "Saya bersamamu,
silakan lanjutkan." Small reward yang salah dapat mendorong klien untuk menanggapi pembantu
mereka dan bukan pada diri mereka sendiri. Misalnya, Anda mungkin mengatakan "ceritakan
lebih banyak" kapan klien membicarakan topik yang menarik bagi Anda. Banyak small rewards
adalah gerak tubuh dari pada pesan lisan: misalnya ekspresi wajah, anggukan, dan kontak mata
yang baik. Berikut ini adalah contoh verbal, meski mungkin yang paling sering digunakan "uh-
hmm" lebih banyak suara daripada pesan verbal.
Contoh small rewards verbal:
 Um-hmm  Tentu
 Tolong lanjutkan  Memang
 Lanjutkan  Dan….
 Katakana lagi padaku  Jadi….
 Oh ?  Sungguh
 begitu  Benar
 lalu …  Ya
 aku mendengarkan  Anda tidak bercanda

Jenis lain dari small rewards yaitu mengikuti kalimat terakhir yang klien katakan, seperti:
Klien : saya merasa gugup
Pembantu : gugup

OPEN-ENDED QUESTION

Pembantu dapat menggunakan pertanyaan dengan cara yang membantu klien untuk
menguraikan sudut pandang intens mereka atau mengarahkan mereka keluar dari sudut pandang
mereka dan secara terbuka terhadap Anda. Pertanyaan terbuka memungkinkan klien untuk
berbagi sudut pandang internal mereka tanpa membatasi pilihan mereka. Penggunaan yang baik
dari pertanyaan terbuka adalah ketika, pada sesi awal, Anda ingin membantu klien menceritakan
kisah mereka. Dalam sesi berikutnya juga, Anda cenderung menemukan pertanyaan terbuka yang
bermanfaat. Ini termasuk: "ceritakan tentang hal itu", "tolong jelaskan?", dan sedikit kurang
terbuka, "bagaimana perasaan Anda tentang itu?" Pertanyaan terbuka bisa dikelompokkan
dengan pertanyaan tertutup yang membatasi pilihan pembicara: misalnya "katakan apakah Anda
menyukai atasan Anda?" Pertanyaan terbuka juga mungkin bertentangan dengan pertanyaan
utama yang memberi jawaban ke dalam bentuk klien: misalnya "bagaimana perasaan Anda
terhadapnya? Dia orang hebat, bukan?"

REFLECTIVE RESPONDING
Pemberian penghargaan membutuhkan para penolong tidak hanya untuk memahami
komunikasi klien secara akurat, namun juga memberi tanggapan verbal yang menunjukkan
pemahaman yang akurat. Penolong memberikan karunia mendengarkan mereka sehingga klien
benar-benar merasa dimengerti. kadang menanggapi seolah-olah dalam 'sudut pandang internal
klien disebut empati (Roger, 1957, 1962, 1975, 1980). Roger juga menjelaskan empati: empati
berarti memasukkan dunia klien beserta perasaan-perasaannya ke dalam diri sendiri tanpa
terhanyut oleh pikiran dan perasaan klien (Hackney, 1978). roger menekankan pentingnya
pembantu "mengkomunikasikan sensasi anda tentang dunianya saat anda melihat dengan mata
segar dan tidak cakap pada elemen-elemen dimana individu itu takut '(1975, hal.4). Selanjutnya,
klien mengkomunikasikan maksud untuk mengerti (barrett-lennard, 1962, 1981; rogers, 1962).
Dalam Roger person-center helping, refleksi empati adalah pembantu utama Roger yang
bisa digunakan untuk menggunakan empati terutama berfokus pada konstruksi pengalaman
(Gendlin 1962). Dia mencoba untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kliennya dalam
mendengarkan aliran pengalaman yang terus berlanjut di dalamnya. Aliran ini adalah rujukan
yang bisa berulang kali dihidupkan klien untuk menemukan makna pengalaman mereka sehingga
mereka dapat bergerak maju di dalamnya.
Dalam keterampilan hidup yang membantu istilah reflective responding adalah singkatan
untuk menanggapi dengan pengertian seolah-olah dalam sudut pandang internal klien. reflective
responding memerlukan berlari dan 'mirroring' dengan pesan verbal, suara dan tubuh inti dari
makna yang terdapat dalam pesan verbal, voice and body klien anda. Dalam keterampilan hidup
yang membantu hanya salah satu keterampilan, meskipun sangat penting, yang digunakan oleh
pembantu untuk membantu klien mengelola pola keterampilan masalah dan permasalahan.
Penolong menggunakan reflective responding tidak hanya untuk membangun hubungan, tapi
juga saat mengembangkan keterampilan spesifik klien.
Reflective responding lebih disukai simpati atau empati yang merespons dua alasan
utama. Pertama, kata refleksi lebih dekat menggambarkan proses yang terlibat daripada empati.
Kedua, istilah menghindari kebingungan dengan penggunaan roger dari empati. Roger memilih
untuk tidak memikirkan empati sebagai keterampilan, tapi sebagai sikap (Rogers, 1951) atau cara
menjadi (Rogers, 1975). Tujuan terapeutik Roger adalah membantu orang menjadi lebih tangguh
dengan proses penilaian batin mereka daripada mengembangkan rangkaian kehidupan yang
spesifik. Sebelum membahas beberapa keterampilan komponen dalam menanggapi refleks,
berikut adalah beberapa contohnya:

Pasien pada perawat


Pasien : 'Ketika saya pertama kali mendengar bahwa saya menderita kanker
stadium akhir, dunia saya berantakan. Aku masih terguncang dan takut
memikirkan kematian.
Perawat : "Anda masih merasa terguncang dan ketakutan dengan diagnosis kanker
stadium akhir."
wanita pada konselor karir
Wanita : 'Dengan anak-anak menjelang akhir pendidikan mereka, saya ingin
membangun lebih banyak kehidupan untuk diri saya. Saya tidak ingin
selalu berkeliaran di rumah sepanjang waktu. '
Konselor : 'Anda bertekad untuk mengukir sesuatu di luar rumah untuk diri sendiri
dan tidak terus merenung di atas sarang kosong'

Saat membantu siswa pertama kali diperkenalkan pada keterampilan Reflective


responding, banyak pemesanan kilat.

"Ini sangat tidak alami."


"Klien hanya akan mengira aku mengulangi semua yang mereka katakan."
"Ini menghalangi saya menjadi spontan."
"Itu membuat saya terlalu sadar diri."

Saat mempelajari keterampilan baru, misalnya mengendarai mobil atau berenang, pada
awalnya anda harus berkonsentrasi ekstra keras untuk membuat urutan pilihan yang benar yang
merupakan keterampilan.
Reflective responding tidak boleh menjadi sesuatu yang anda gunakan sepanjang waktu:
anda harus secara fleksibel menggabungkan tanggapan semacam itu ke dalam kemampuan
menolong anda. Reflective responding anda mungkin bisa membantu dalam banyak kesempatan.
 Saat menciptakan iklim emosional yang aman bagi klien untuk menceritakan kisah
mereka;
 Ketika anda perlu menunjukkan bahwa anda telah mengerti;
 Ketika Anda perlu memeriksa bahwa anda telah mengerti;
 Ketika klien berjuang untuk berhubungan dengan pikiran dan perasaan;
 Ketika klien perlu mengalami pemikiran dan perasaan mereka sebagai valid;
 Bila anda ingin memastikan bahwa klien memikul tanggung jawab atas pikiran mereka
sebuah perasaan yang terlepas dari apa yang mungkin anda pikirkan;
 Saat klien membutuhkan hadiah atau batu loncatan emosional untuk terus berbicara;
 Bila Anda memeriksa pemahaman klien tentang poin spesifik yang Anda buat.

Kelompok 2

I. Menggunakan Kata Lain

Memvisualisasikan sesi membantu antara klien dan burung beo. Burung beo mengulangi
apa yang dikatakan klien. Penting bagi para pembantu untuk menulis ulang atau parafrase, karena
anda membuat pembicara gila jika anda naksir mereka. Menulis ulang hanya berfokus pada isi
kata kerja dari apa yang dikatakan klien. Terkadang penulisan ulang disebut refleksi konten Fokus
hanya pada isi verbal pesan klien adalah langkah pertama dalam belajar menanggapi pesan
gabungan suara, tubuh dan verbal mereka. Saat anda menulis ulang, terkadang anda menggunakan
kata-kata klien, tapi hemat. Anda mencoba untuk tetap dekat dengan jenis bahasa yang mereka
gunakan. Berikut adalah beberapa contoh dasar :
Pasien kepada pembicara terapis
Pasien: Saya menemukan menelan sulit
pembicara terapis: Anda mengalami kesulitan menelan
Taroki kepada pastor
Paroki: Saya senang Anda kembali ke gereja kami
Pastor: Anda sangat senang bisa membawa saya kembali ke gereja
Orang tua kepada konselor keluarga
Orang tua: Saya menyuruh anak-anak saya untuk pergi ke neraka
konselor keluarga: Anda benar-benar marah dengan mereka
Karyawan ke manajer
Karyawan: beberapa waktu saya suka bekerja di sini, tapi beberapa saat saya kurang positif.
Manajer: Anda memiliki perasaan campur aduk tentang apa yang anda lakukan di sini
Sebuah menulis ulang yang baik dari konten verbal dapat memberikan refleksi cermin yang
lebih jelas dan ringkas daripada pernyataan aslinya. Klien mungkin menunjukkan penghargaan
dengan komentar seperti 'itu benar atau anda punya saya. Tip sederhana untuk menulis ulang
adalah memulai tanggapan anda dengan kata ganti pribadi 'Anda' untuk menunjukkan bahwa anda
mencerminkan sudut pandang internal klien. Tip lainnya adalah dengan memperlambat laju
ucapan anda hingga memberi anda lebih banyak waktu untuk berpikir. Anda membutuhkan ingatan
yang bagus dan perintah kosakata yang bagus untuk reword. Untuk menjadi percaya diri, fleksibel
dan fasih dalam keterampilan membutuhkan banyak latihan.

II. Refleksi Perasaan

1. Definisi Refleksi Perasaan


Refleksi perasaan adalah teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan
perasaan/sikap yang terkandung dibalik pernyataan klien. Dalam hal ini konselor bertugas untuk
mendengar secara cermat, menafsirkan perasaan yang tersirat dan merumuskannya dalam kalimat
jelas (gamblang) yang berisi kata perasaan menurut dugaan konselor (Sugiharto dan Mulawarman,
2007:57).
Refleksi perasaan adalah upaya untuk menangkap perasaan, pikiran dan pengalaman klien
kemudian merefleksikan kepada klien kembali (Willis, 2009:184).
Geldard & Geldard (2011: 81) mengemukakan bahwa Refleksi perasaan adalah salah satu
ketrampilan mikro yang paling bermanfaat ketikam dipraktikan dengan benar dan pada saat yang
tepat selama proses konseling. Refleksi perasaan adalah merefleksikan kepada klien ekspresi –
ekspresi emosional yang terjadi dalam diri klien.
Dengan menggunakan keterampilan refleksi perasaan, konselor menyampaikan kepada
klien bahwa dia mencoba memahami bagaimana perasaannya, agar memperkuat kebebasan klien
dan mempercayai ekspresi perasaannya sendiri. Refleksi yang baik tentang perasaan mencakup
pengenalan akan apa yang dikatakan dan bagaimana klien mengatakannya. Refleksi ini
menyangkut upaya mencapai isi dan mengeluarkan perasaan, serta membaca apa yang sedang
dikomunikasikan (Hutauruk dan Pibradi, 1984: 21).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa refleksi perasaan adalah
teknik yang digunakan konselor untuknmenangkap perasaan, pikiran, sikap, dan pengalaman klien
kemudian merefleksikannya kembali pada klien dengan bahasa konselor sendiri untuk
memperkuat kebebasan klien dan mempercayai ekspresi perasaannya klien.

2. Tujuan Teknik Refleksi Perasaan


Ada beberapa tujuan dari refleksi perasaan (Hariastuti dan Darminto, 2007: 42) antara lain
yaitu:
a. Membantu klien memahami perasaanya.
b. Mendorong klien agar lebih banyak mengekspresikan perasaanya, baik positif maupun negatif,
tentang situasi, orang, atau hal-hal khusus lainnya.
c. Membantu klien menata atau mengatur perasaan-perasaannya.
d. Memberitahukan pada klien bahwa konselor memahami perasaan klien yang tidak suka atau
marah kepada konselor, sehingga perasaan tersebut dapat berkurang.
e. Membantu kien membedakan intensitas berbagai perasaan yang ada dalam dirinya.
Latihan refleksi bertujuan untuk memberikan kemampuan dan keterampilan kepada calon
konselor agar dia dapat merefleksikan perasaan, pikiran, dan pengalaman klien melalui
pengamatan perilaku verbal dan nonverbal (Willis, 2009:184).
3. Fungsi Teknik Refleksi Perasaan
Fungsi dari teknik refleksi perasaan adalah:
a. Untuk menunjukkan pada klien bahwa kita berempati terhadapnya dan memahami apa yang
mereka rasakan.
b. Untuk merefleksikan kepada klien ekspresi – ekspresi emosional yang terjadi dalam diri klien.
c. Untuk memantulkan perasaan atau sikap yang terkandung dibalik pernyataan klien.

4. Cara Penggunaan Teknik Refleksi Perasaan


Cormier & Cormier dalam Hariastuti & Darminto (2009:42) mengemukakan enam langkah
dalam membuat refleksi perasaan, yaitu:
a. Dengarkan kata-kata yang digunakan klien untuk menyatakan perasaan-perasaannya, atau
kata-kata afektif dalam pesan atau pernyataan klien.
b. Perhatikan tingkah laku nonverbal klien ketika ia mengemukakan pernyataan/pesan-peasan
secara verbal. Sering kali perilaku nonverbal menjadi petunjuk yang lebih sesuai dengan
emosi klien karena perilaku nonverbal lebih sulit dikontrol dibandingkan dengan kata-kata.
c. Menyatakan kembali perasaan-perasaan klien dengan menggunakan kata-kata yang berbeda
dari yang diucapkan klien.
d. Mengemukakan pernyataan refleksi dengan awalan kata yang sesuai dengan petunjuk dari
klien, apakah disampaikan secara visual, auditori atau kinestetik.
Contoh respon refleksi:
Berdasarkan penyampaian visual:
“Sepertinya Anda kecewa saat ini”
“ namapaknya Anda kecewa saat ini ’’
Contoh respon refleksi yang auditori:
“ kedengarannya Anda kecewa saat ini ’’
“ saya mendengar bahwa Anda kecewa saat ini ’’
Contoh respon Refleksi Kinestik:
“ saya dapat memahami kekecewaan Anda ”
“ anda sedang marah saat ini ”

e. Menambahkan konteks atau situasi dimana perasaan itu muncul.


f. Memeriksa keefektifan refleksi berdasarkan respon klien terhadap pernyataan refleksi yang
disampaikan konselor. Jika identifikasi perasaan klien dalam refleksi itu tepat, klien akan
menjawab “Ya, benar” atau “Ya, itulah yang saya rasakan.”
Dalam merefleksikan perasaan pikiran, atau pengalaman klien dengan bahasa konselor
yang dimulai:
a. “Nampaknya yang Anda katakan adalah...”
b. “Barangkali Anda merasa...”
c. “Hal itu rupanya seperti...”(paraprase)
d. “Kelihatannya yang Anda maksudkan adalah...”
e. “Nampaknya Anda mengalami...”
f. “Mungkin Anda merasa...”
g. “Apakah Anda menyatakan...”
Supriyo & Mulawarman ( 2006: 24) mengungkapkan bahwa dalam melakukan refleksi perasaan,
ada hal – hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Menghindari steriotip
b. Memilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien.
c. Menggunakan kata – kata perasaan yang melambangkan perasaan atau sikap
klien secara tepat

5. Contoh Penggunaan Teknik Refleksi Perasaan


Konseli : “ saya dihadapkan dengan 2 pilihan yang sulit Buk. Disatu sisi, saya ingin
melanjutkan kuliah di fakultas kesehatan, tetapi disisi lain orang tua saya menghendaki saya
melanjutkan ke fakultas pendidikan Buk. Mereka ingin saya menjadi guru Buk.”
Konselor : “emmm...iya...iya. namapaknya sekarang ini Mbak Lia bingung ya, harus memilih
melanjutkan ke fakultas apa...”
Konseli : “iya Buk, benar sekali...”

III. Refleksi Alasan


Refleksi Alasan yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide, pikiran, pendapat
konseli sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan non-verbal. Untuk melakukan keterampilan
ini konselor dapat menggunakan kalimat seperti:
“nampaknya yang akan anda katakan...”
“barangkali yang akan anda utarakan adalah...”
“adakah yang anda maksudkan...”

IV. Menghindari Kata Jangan


Jika klien ingin mengungkapkan permasalahan, explore masalah dengan pemecahan
masalah dan rasakan permasalahan mereka lebih dalam, meraka memerlukan rasa aman.
Berikut beberapa cara untuk membantu komunikasi pada klien . Anda hanya n memilih
untuk menggunakannya. cara-cara yang para pekerja komunikasikan untuk berkomunikasi dengan
klien bahwa mereka tidak sepenuhnya mengabaikan kata 'jangan' ini tidak berarti Anda seharusnya
tidak menggunakan salah satu dari apa pun untuk menyadari kemungkinan konsekuensi negatif
mereka sebelumnya.
1. Mengarahkan dan memimpin:
Mengendalikan apa yang dapat dibicarakan klien.
misalnya saya ingin Anda memulai dengan apa yang terjadi pada Anda saat Anda menjadi anak.
2. Menilai dan mengevaluasi:
Membuat pernyataan evaluatif, terutama yang menyiratkan bahwa klien tidak sesuai dengan
standar Anda sendiri.
misalnya, 'Anda terlalu mengekang anak-anakmu.
3. Menyalahkan:
Menugaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi pada klien dalam penunjuk jari.
misalnya, itu semua salahmu
4. Moralitas, berkhotbah dan bersikap merendahkan:
Mengatakan kepada klien bagaimana mereka harus menjalani hidup mereka.
misalnya, Orang yang membantu orang lain biasanya lebih bahagia daripada mereka yang hidup
untuk diri mereka sendiri. '
5. Pemberian label dan diagnosa:
Menempatkan kategori diagnostik superfisial pada klien dan hubungan perilaku mereka.
Misalnya : anda paranoid atau anda akan baik baik saja.
6. Meyakinkan dan humouring:
Mencoba untuk membuat klien merasa lebih baik, namun tidak menerima klien perasaan:
memberitahu klien yang positif mereka atau perasaan alasan untuk begitu tertekan.
7. advising dan pengajaran: tidak biving klien ruang untuk tiba di solusi mereka sendiri:
misalnya," mengapa kau tidak berputar menemuinya dan mencoba untuk membuat hal-
hal? "
8. Menginterogasi: menggunakan pertanyaan dengan cara-cara yang mengancam klien
dengan yang tidak diinginkan probing: katakan padaku tentang kelemahan Anda. Spesifik.
.
9. overinterpreting: menawarkan penjelasan yang berasal dari internal Anda sudut pandang
dan bahwa Bear sedikit kesamaan dengan apa yang klien mungkin berpikir: misalnya,'
Anda keraguan tentang memilih karir berhubungan dengan rasa takut gagal untuk hidup
sampai dengan ayahmu perfeksionis standar. .
10. inappropriately diri mengungkapkan: berbicara tentang diri Anda dengan cara-cara yang
mengganggu klien pengungkapan: misalnya, 'Anda memiliki masalah. Biarkan aku
memberitahu Anda tambang memakai profesional fasad: mencoba untuk membuat diri
Anda tampak seorang ahli dan dengan demikian berkomunikasi di defensif atau autentik
cara: misalnya, aku sudah banyak pelatihan dan pengalaman dengan masalah seperti milik
Anda..
11. Berpura-Pura perhatian: insincerely berpura-Pura menjadi lebih tertarik dan terlibat dalam
apa yang menjadi kata dari Anda: misalnya, yang sangat menarik.
12. Menempatkan waktu tekanan: membiarkan klien tahu bahwa Anda ketersediaan untuk
mendengarkan terbatas: misalnya,' Anda sebaiknya singkat.

Menghindari ketrampilan berfikir buruk

Anda membawa Anda keterampilan berpikir kekuatan dan kelemahan untuk


mendengarkan. semua verbal 'larangan' hanya menyebutkan bahwa membatasi klien psikologis
ruang dan kebebasan mencerminkan miskin keterampilan berpikir. Anda dapat berbicara dengan
diri Anda dengan cara-cara yang membuat kecemasan atau tenang Anda ke bawah. Anda mungkin
memiliki orang atau berbahaya aturan tentang diri Anda, orang lain dan membantu proses. Anda
mungkin atribut tanggung jawab untuk apa yang terjadi dalam membantu dengan cara-cara yang
pagar betis atau melemahkan klien kapasitas untuk mengembangkan diri membantu keterampilan.
Anda dapat memperkuat cara memahami klien dan reaksi mereka untuk Anda R di membuat
accurac bagian kedua pembantu iklan esponses th dia perlu untuk efektif keterampilan berpikir
tentang Engkau klien lewat sini meliputi buku ini.

Kelompok 3 kosong

Kelompok 4

A. Keterampilan Mengungkapkan Diri Sendiri (Self Disclosing Skills)


Pengungkapan diri membantu berhubungan dengan cara Anda membiarkan diri Anda
dikenal oleh klien. Biasanya istilah ini mengacu pada pengungkapan lisan yang disengaja. Namun,
ada banyak cara lain di mana para penolong mengirim pesan termasuk pesan suara dan tubuh,
ketersediaan, dekorasi kantor, komunikasi tertulis, dan ukuran biaya. Meskipun diskusi berikut
terutama berfokus pada pengungkapan verbal yang disengaja di sesi awal, namun memiliki
relevansi yang jauh dengan sesi selanjutnya.
Ada perbedaan yang berguna antara tanggapan yang melibatkan diri dan tanggapan
pengungkapan diri. McCarthy mengamati: "Respons pengungkapan diri adalah pernyataan yang
mengacu pada sejarah masa lalu atau pengalaman pribadi konselor dan respons yang melibatkan
diri adalah ekspresi langsung dari perasaan konselor tentang atau reaksi terhadap pernyataan dan /
atau perilaku klien. Cara lain untuk menyatakan hal ini adalah bahwa setidaknya ada dua dimensi
utama pengungkapan diri penolong: menunjukkan keterlibatan dan pengungkapan informasi
pribadi.

Menampilkan Keterlibatan
Pengungkapan penolong yang tepat yang menunjukkan keterlibatan membantu dalam
membentuk aliansi kerja. Secara khusus, pernyataan yang melibatkan diri mengekspresikan
perasaan positif dan bukan perasaan negatif tentang klien menarik reaksi yang menguntungkan.
Pengungkapan melibatkan diri dapat mempersonalisasi proses membantu sehingga klien merasa
berhubungan dengan orang sungguhan. Bahkan reaksi negatif pun bisa digunakan secara
konstruktif sebagai ajang eksplorasi. Ada kualitas di sini dan sekarang tentang bereaksi terhadap
klien. Berikut ini adalah tiga area untuk pernyataan yang melibatkan diri:
 Menanggapi pengungkapan khusus. Komentar itu termasuk "Saya senang, itu bagus dan itu
mengerikan.
 Menanggapi klien sebagai orang. Komentar positif diilustrasikan seperti: "Saya mengagumi
keberanian Anda, saya menghargai kejujuran Anda, dan saya menyukai selera humor Anda .
 Menanggapi untuk menolong suatu hubungan. Komentar diilustrasikan seperti: "Saya tidak
nyaman karena saya merasa kamu ingin menempatkanku sebagai tumpuan, Saya menemukan
perhatian dan bertanya-tanya mengapa, Saya senang atas kesediaan Anda untuk bekerja sama
dan bekerja keras.
Mengungkapkan Informasi Pribadi
Penelitian belum memberikan kesimpulan pasti tentang penolong yang berbagi informasi
pribadi. Mengungkapkan informasi dan pengalaman pribadi dapat membantu klien merasa bahwa
Anda memahami apa yang mereka lalui. Misalnya, klien yang menganggur mungkin tidak hanya
merasa lebih positif tentang penolong yang memiliki pengalaman menganggur masa lalu, namun
mungkin juga berbicara lebih mudah. Dalam beberapa jenis bantuan, pengungkapan pengalaman
bersama merupakan bagian dari proses bantuan: misalnya, mengungkapkan pengalaman oleh
mantan pecandu alkohol dan mantan pecandu alkohol dalam anonim dan dalam program
pengobatan tertentu.
Penolong memiliki banyak pilihan dalam mengungkapkan informasi pribadi.
1. Pertama, apakah akan menyebutkannya atau tidak.
2. Kedua, seberapa jujur mereka.
3. Ketiga, apakah akan melampaui mengungkapkan fakta untuk mengungkapkan perasaan:
misalnya, tidak hanya menganggur tapi juga harus berjuang melawan depresi dan perasaan
tidak berguna.
4. Keempat, bagaimana Anda mengatasi pengalaman Anda.
5. Kelima, bagaimana perasaan Anda tentang hal itu sekarang.

Berikut adalah beberapa panduan sementara untuk pengungkapan informasi pribadi dan
pengalaman yang sesuai
 Jadilah referen sendiri. Jangan mengungkapkan pengalaman orang lain.
 To the point. Jangan melambat atau defocus wawancara karena tidak relevan atau berbicara
banyak.
 Gunakan pesan suara dan tubuh yang baik. Jadilah kongruen Pesan suara dan tubuh Anda
harus sesuai dengan apa yang Anda katakan.
 Peka terhadap klien. Memiliki kepekaan yang cukup untuk menyadari kapan pengungkapan
Anda dapat membantu klien dan bila tidak disukai atau menjadi beban. Misalnya, jika saat ini
Anda sangat emosional terlibat dalam bercerai, Anda harus menilai apakah Anda memiliki
cukup detasemen untuk mengungkapkan pengalaman itu secara konstruktif. Juga peka
terhadap bagaimana klien menerima pengungkapan Anda dan memutuskan apakah akan
melanjutkannya sesuai dengan itu.
 Peka terhadap perbedaan penolong - klien. Harapan untuk para penolongnya berbeda antar
budaya, kelas sosial, ras dan jenis kelamin dan juga harapan mengenai kelayakan pembelaan
diri penolong.
 Jangan lakukan terlalu sering. Penolong yang terus berbicara tentang diri mereka sendiri
berisiko menyembunyikan fokus pekerjaan mereka dari klien mereka kepada diri mereka
sendiri.
 Waspadalah terhadap counter transference. counter transference mengacu pada perasaan
negatif dan positif terhadap klien berdasarkan area yang tidak terselesaikan dalam kehidupan
penolong. Secara sengaja atau tidak sengaja, beberapa penolong dapat menggunakan
pengungkapan diri dan informasi untuk memanipulasi klien untuk memenuhi kebutuhan akan
persetujuan, keintiman, dan jenis kelamin. Ini menyoroti pentingnya kesadaran akan motivasi
Anda dan juga bahaving secara etis.

Kendala/Hambatan dalam Membuka Diri

Tidak semua orang memiliki keberanian membuka diri dalam menjalin sebuah hubungan
dengan orang lain atau pertemanan. Membuka diri merupakan langkah awal yang sangat penting.
Tanpa adanya keberanian membuka diri, tidak akan terjadi proses saling berbicara-mendengarkan,
yang merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh orang-orang dalam menjalin hubungan
dengan orang lain (persahabatan). Tanpa keterbukaan diri, hubungan yang dikembangkan dengan
orang lain merupakan hubungan superficial.

Hubungan yang secara merupakan cirri khas yang ada dalam jalinan pertemanan atau
hubungan dengan orang lain. Apabila seseorang mengalami hambatan untuk membuka diri,
terdapat dua kemungkinan penyebab hambatan tersebut. Pertama, hambatan itu mungkin sekali
disebabkan perasaan tertekan, marasa tidak berharga, dan takut mendapatkan respon yang kurang
positif. Kedua, mingkin orang tersebut merasa berbeda dengan orang lain, karena pola pikirnya
yang berbeda, lebih canggih atau lebih rumit, sehingga orang lain dianggap kurang memahami.

B. Memahami Keterampilan Konteks

Melihat Masalah Dalam Konteks

Penolong membutuhkan keterampilan dalam memunculkan informasi tentang dan


memahami konteks masalah. Masalah dan keterampilan bermasalah tidak ada dalam ruang hampa,
mereka ada di jaringan variabel kontekstual yang relevansinya berbeda dalam setiap contoh.
Berikut adalah beberapa konteks yang mungkin terkait untuk mengklarifikasi dan memahami
masalah klien. Konteks ini juga relevan dengan area negosiasi perbedaan antara penolong dan
klien.

 Konteks Budaya. Nilai dan pola komunikasi budaya klien. Paparan klien untuk
mengarusutamakan budaya dan keinginan untuk asimilasi. Isu kejutan budaya, keterasingan,
ketidakpercayaan dan kesepian. Isu budaya dapat relevan dengan pengunjung asli, imigran
dan pengunjung luar negeri.
 Konteks Rasial. Tingkat klien rasial dan kebanggaan. Paparan diskriminasi ras dan
keterampilan dalam menanganinya. Nilai, pola komunikasi dan struktur keluarga yang
berbeda dengan budaya mayoritas rasial.
 Konteks Kelas Sosial. Aturan untuk perilaku berbeda secara luas antara kelas sosial. Penolong
harus memahami banyak perilaku klien misalnya, sopan santun, berpakaian dan bahasa dalam
konteks kelas sosial klien.
 Konteks Keluarga Asal. Disini keluarga asal mengacu pada orang tua dan orang tua tiri.
Konteks keluarga asal mungkin langsung atau tidak langsung. Ambil contoh Julian dan
Nancy, pasangan berusia dua puluhan yang memiliki pernikahan yang tidak bahagia. Sampai
dengan empat orang tua tiri, dan mungkin juga beberapa orang tua, mungkin langsung
memberi tahu mereka bagaimana berperilaku. Mereka mungkin juga menerima saran dari
saudara. Selain itu, keluarga asal secara tidak langsung mempengaruhi hubungan Julian dan
Nancy melalui suara orang tua di kepala, yang banyak di antaranya tidak dikenali. Dalam
masyarakat multikultural, seperti Amerika dan Inggris, konteks budaya dan keluarga asal
bermunculan: pada ekstremnya, keempat orang tua alami pasangan itu mungkin berbeda
secara budaya.
 Konteks Kerja / Studi. Konteks kerja / studi dapat relevan baik untuk masalah terkait pekerjaan
maupun masalah kerja. Misalnya, pekerja yang perusahaannya dirasionalisasi setelah
mengambil alih mungkin mengalami tekanan kerja tambahan. Stres ini dapat
memanifestasikan dirinya dalam peningkatan iritabilitas di rumah, menimbulkan masalah di
sana juga.
 Konteks Kesehatan / Kedokteran. Klien menyatakan kesehatan fisik dapat dalam berbagai
tingkat berkontribusi terhadap masalah psikologis, misalnya masalah kelenjar yang
menyebabkan apatis. Selanjutnya, klien mungkin bersikap berbeda saat melakukan
pengobatan. Penolong sering kali perlu mengeksplorasi konteks klien masa lalu dan terkini
tentang masalah klien: pendapat dari praktisi medis sangat penting. Bidang terkait yang
memerlukan eksplorasi adalah pengalaman klien sebelum mencari dan menerima bantuan
psikiatri dan psikologis.
 Konteks Gender. Penolong feminis dan penolong sadar gender menganggap bahwa sebagian
besar, jika tidak semua, masalah perlu dipahami dalam perspektif gender. Penolong
membutuhkan kepekaan terhadap perbedaan fungsi biologis dan pengalaman, misalnya
berkaitan dengan menstruasi dan menopause. Namun, area utama sensitivitas gender
berhubungan dengan perilaku dan harapan peran seks yang dipelajari, misalnya tentang
hubungan dan pilihan karir. Penolong sadar gender sering menekankan pemahaman konteks
sejarah, sosial dan politik pembelajaran gender dan diskriminasi.
 Konteks Preferensi Seksual. Klien homoseksual mungkin atau mungkin tidak hidup dalam
konteks peraturan dan nilai komunitas gay dan lesbian. Sikap budaya mainstream atau lurus
terhadap preferensi homoseksual atau biseksual memberikan konteks lebih lanjut untuk
memahami masalah klien tertentu. Selain itu, mengubah sikap terhadap homoseksualitas
dalam profesi membantu, dimana stigma penyakit jiwa tidak lagi melekat padanya, tetap
memberikan konteks lain.
 Konteks Umur. Proses fisik penuaan dapat menyebabkan beberapa masalah pada klien. Orang
lain mungkin menghadapi kekurangan misalnya dalam persahabatan dan pekerjaan karena
usia. Rasa hormat yang diberikan pada usia sangat berbeda antar budaya. Usia, diskriminasi
berdasarkan usia, mungkin lebih merupakan masa depan orang Barat daripada budaya Asia.
 Preferensi Konteks Grup. Manusia adalah hewan sosial yang cenderung mengasosiasikan
sebagian besar waktu dalam kelompok. Seringkali, pemahaman berharga tentang perilaku
klien dapat diperoleh dengan menempatkannya dalam contet norma kelompok referensi.
Misalnya, pemahaman yang berbeda tentang suatu masalah mungkin berasal dari penolong
yang menemukan bahwa seorang remaja mencuri mobil sebagai tanggapan terhadap
kelompok sejawat yang menunggak daripada di kotanya.
 Konteks Agama. Klien religius religius bisa menjadi sumber kekuatan, dan saling berbagi
keyakinan dan etika religius yang sama dapat memperkuat aliansi kerja. Namun, keyakinan
agama, meski terkadang disalahpahami, bisa juga menjadi sumber penindasan diri. Selain itu,
beberapa kelemahan keterampilan mungkin dipertahankan karena alasan agama: misalnya,
kurangnya penegasan mungkin keliru dipandang sebagai kerendahan hati. Karena agama
membentuk bagian sentral dari banyak kehidupan klien, para pekerja harus peka terhadap
konteks religius dan pengaruhnya. Beberapa penolong juga membutuhkan kesadaran akan
keterbatasan mereka dalam memahami orang-orang yang memiliki motivasi religius.
 Dukungan Konteks Jaringan. Sebuah wawasan berharga tentang masalah klien mungkin
berasal dari penjelajahan jaringan pendukung mereka. Murgatroyd mengamati bahwa Ketika
seseorang mencari bantuan dari orang asing, ini sering menjadi pertanda bahwa jaringan
bantuan mereka sendiri tidak memadai. Jaringan pendukung bisa terdiri dari pasangan,
keluarga, teman, rekan kerja, pendeta gereja dan penolong proffesionals, untuk menyebutkan
beberapa. Seberapa terisolasi adalah klien? siapa yang tersedia untuk menawarkan dukungan
dan seberapa berguna atau mungkin dukungan mereka? Apa kemampuan klien untuk
mengakses dan menggunakan jaringan pendukung?

Memiliki Kemampuan Memahami Konteks

Klien bervariasi dalam jumlah pertimbangan kontekstual yang relevan untuk


mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah mereka. Penolong juga bervariasi dalam rentang
klien yang mereka lihat. Kebanyakan penolong membutuhkan berbagai keterampilan konteks
pemahaman, beberapa di antaranya disajikan di bawah ini.

 Memiliki Pengetahuan Kontekstual. Jika penolong bekerja dengan kelompok tertentu,


misalnya imigran dari negara tertentu, atau klien gay dan lesbian, mereka harus terbiasa
dengan asumsi, nilai dan pengalaman bersama kelompok-kelompok ini. Jika tidak memiliki
pengetahuan seperti itu, mereka harus mencarinya. Acara mereka yang memiliki pengetahuan
bagus. Misalnya, penolong yang bekerja dengan kelompok homoseksual memerlukan
informasi terkini tentang undang-undang tentang perilaku homoseksual dan tentang penularan
dan pengobatan AIDS.
 Tunjukkan Empati Kontekstual. Penolong dapat menunjukkan empati kontekstual dengan
pesan suara, tubuh, verbal dan tindakan mereka. Ambilah menunjukkan empati budaya
sebagai contohnya. Orang-orang Inggris cenderung berbicara lebih lembut daripada orang
Amerika Utara. Artik Jepang, mungkin lebih baik duduk berdampingan daripada bertengkar
dengan batang unggas yang ramping. Penolong yang menangani orang-orang dari budaya
yang berbeda perlu mempertimbangkan berbagai cara agar pesan suara dan tubuh mereka
dirasakan, dan juga secara akurat melihat pesan suara dan tubuh klien. Mereka seharusnya
tidak berasumsi bahwa niat baik menghasilkan hasil lintas budaya yang baik. Selanjutnya,
dalam menanggapi pesan verbal, penolong harus peka terhadap topik yang mungkin memiliki
arti khusus bagi orang-orang dari budaya yang berbeda. Misalnya, keinginan untuk hubungan
keluarga yang harmonis mengandung pesan budaya yang jauh lebih kuat bila diungkapkan
oleh orang Asia daripada Anglo Saxon. Terkadang tingkat empati yang tinggi hanya bisa
ditawarkan oleh orang-orang yang berbicara bahasa asuh klien.
 Berikan Izin Untuk Mendiskusikan Perbedaan Antara Penolong dengan Klien. Penolong
dan klien berasal dari konteks yang berbeda. Penolong dapat dengan cepat menyadari bahwa
mereka berbeda karakteristik yang signifikan dari klien. Salah satu kemungkinannya adalah
mengakui perbedaan misalnya ras atau budaya dan bertanya apa yang dipikirkan dan
dirasakan klien tentang hal ini. Kemungkinan keuntungan menjadi langsung adalah memberi
kesempatan kepada klien untuk memberi udara dan bekerja karena ketidakpercayaan. Risiko
adalah bahwa pertanyaan semacam itu mungkin mencerminkan perhatian pekerja lebih dari
sekadar klien dan oleh karena itu mungkin akan membuat klien tidak fokus.
 Berikan Izin Untuk Mendiskusikan Masalah Dalam Konteks Mereka Yang Lebih Luas.
Seringkali tingkat tinggi penolong klien yang sesuai dengan karakteristik kontekstual yang
signifikan tidak mungkin dilakukan. Namun demikian, para penolong dapat menunjukkan
kepekaan terhadap isu kontekstual dalam masalah klien. Salah satu cara untuk melakukannya
adalah dengan mengetahui kemungkinan kekurangan dalam memahami konteks masalah
klien dan meminta mereka untuk mengisi kekosongan.
 Pertanyaan Fokus Mencakup Konteks Yang Lebih Luas. Sebagai bagian dari usaha mereka
untuk memperoleh informasi yang relevan, para pekerja dapat menggunakan pertanyaan yang
berfokus pada konteks masalah klien yang lebih luas. Bergantung pada apa yang tampaknya
berpotensi relevan, para pekerja mungkin mengajukan pertanyaan yang terfokus pada satu
atau lebih konteks yang digambarkan pada gambar 5.3.
Cultural
Support
Network Racial

Social
Religious
Class

Reference CLIENT
Group Problems Family
Problematic Skills of Origin

Age Work /
Study

Sexual Health /
Preference Medical

Gender

Figure 5.3
C. Mengelola Keterampilan Resistensi Awal

Apa yang dimaksud Resistensi?

Resistensi (resistance) adalah keadaan sikap untuk berperilaku bertahan, berusaha


melawan, menentang atau menolak. Resistensi merupakan suatu sistem pertahanan klien yang
berlawanan dengan tujuan konseling atau terapi (Brammer dan Shostrom, 1982). Dalam proses
konseling, keadaan ini akan menghambat atau menghalangi terjadinya konseling karena klien
berusaha untuk menutup diri dan tidak menerima adanya bantuan. resistensi dapat hadir pada
setiap tahap konseling. Pada saat bersamaan kadang klien menginginkan perubahan namun juga
enggan untuk mengungkapkan kelemahan-kelemahannya. Pada beberapa klien mungkin datang
dengan enggan, misalnya anak yang bermaslah dikirim ke konselor sekolah karena mengganggu
proses pembelajaran dikelas.

Resistensi juga dapat disebabkan oleh budaya, karena adanya pemahaman bahwa sesorang
itu tidak membutuhkan bantuan, orang-orang yang sudah memahami dirinya sendiri, orang-orang
yang memiliki naluri alami yang baik, memiliki intusi yang baik sehingga mereka dapat memilih
cara yang benar dalam bertindak dan berpikir. Kesalahan pemikiran budaya lainnya yang memiliki
kontribusi dalam resistensi adalah bahwa orang-orang yang membutuhkan bantuan saat sakit dan
orang yang membantu harus bias menyelesaikan semua masalahnya dengan akal sehat.

Pada umumnya konselor melihat resistensi sebagi suatu hal yang berlawanan dengan
kemajuan dalam pemecahan masalah dan oleh karena itu konselor harus berusaha menguranginya
sebanyak mungkin. Namun, konselor melihat resistensi sebagai suatu gejala yang penting untuk
dianalisa secara intensif. Dengan demikian pada dasarnya resistensi merupakan gejala normal
dalam proses konseling.

Sumber munculnya resistensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu resistensi
internal dan resistensi yang bersifat eksternal. Resistensi internal datang dari kepribadian klien
sendiri, dan resistensi eksternal timbul sebagai hasil konseling misalnya pengaruh teknik yang
digunakan oleh konselor atau sikap kontratransparasi konselor.

Berikut beberapa keterampilan yang dapat digunakan untuk menghadapi resistensi awal:
 Gunakan keterampilan mendengar yang menyenangkan. Konselor yang baru atau bahkan
yang lebih berpengalaman mungkin dapat mempertahankan dan menciptakan resistensi dari
klien melalui keterampilan yang buruk. Resistensi adalah bagian normal dari sesi awal. Jika
Anda mendengarkan dengan penuh perhatian, anda banyak membangun kepercayaan untuk
menurunkan resistansi. Beberapa resitansi klien mewujudkan diri mereka dalam sikap agresi.
Daripada membenarkan diri sendiri atau membiarkan diri anda ditarik ke dalam kontes
kompetitif, satu pendekatan untuk menangani agresi semacam itu adalah dengan
merefleksikannya kembali, menemukan perasaan itu dengan jelas di klien. hanya
menunjukkan kepada klien bahwa Anda memahami sudut pandang internal mereka, terutama
jika dilakukan secara konsisten, dapat mengurangi resistensi.
 Bergabunglah dengan klien. Kadang konselor dapat mengurangi resitansi klien dengan
membantu mereka merasa memiliki teman. Misalnya, konselor awalnya dapat mendengarkan
dan menawarkan dukungan kepada anak-anak yang mengungkapkan kebencian tentang orang
tua. Cobalah memahami klien dan menjadi orang yang dekat dengannya, sehingga klien akan
merasa nyaman dan dapat dengan mudah menceritakan masalah-masalahnya.
 Berikan izin untuk membahas keengganan dan ketakutan. Memberikan waktu untuk
mendiskusikan perbedaan karakterisik konselor dan klien, misalnya ras dan budaya yang bisa
menyebabkan keenngganan dalam proses konseling.
 Ajak kolaborasi. Sifat kolaboratif dari hubungan kerja dalam pendekatan membantu lifeskills
baik mencegah dan juga mengatasi banyak resistensi klien. usaha bersama di mana klien dan
konselor dapat melakukan pekerjaan untuk mengetahui bagaimana klien dapat mencapai
tujuan dengan lebih baik.
 Mintalah minat klien. Membantu klien mengidentifikasi alasan untuk berpartisipasi dalam
proses konseling. Gali minat klien agar dapat menjalankan proses konseling dengan lancar
dan sehingga dengan mudah dapat mengetahui penyelesaian masalahnya.
 Berilah penghargaan ketika klien diam agar mau berbicara. Beberapa klien merasa sulit
untuk berbicara. Orang lain mungkin merasa sangat sulit untuk berbicara dengan konselor.
Tanpa terlalu kuat, konselor mungkin harus merespons lebih sering dan lebih jelas. Sebagai
contoh, konselor dapat memberikan penghargaan kecil ketika klien berbicara, mendorong
klien dengan respon yang reflek untuk beberapa pernyataan. Konselor juga dapat secara
reflektif menanggapi kesulitan yang dimiliki klien dalam berbicara, bahkan mengira mereka
mungkin tidak mengatakan hal ini.

Hal di atas hanyalah beberapa cara untuk menghadapi resitansi dan keengganan. konselor harus
cepat peka terhadap perbedaan pekerjaan klien. Klien yang merasa tertekan oleh konselor mungkin
menjadi lebih resisten. Selanjutnya, jika diserang secara terus menerus, klien dapat memperkuat
pertahanan mereka. Saat berhadapan dengan konselor klien yang resisten, konselor membutuhkan
kepekaan, realisme, fleksibilitas dan kebijaksanaan.

D. Kemampuan Berpikir

Disini saya menguraikan dengan ringkas suatu topik yang mendukung tentang kemampuan
berpikir tingkat 1. Karena saya mendiskusikan kemampuan berpikir klien dibab selanjutnya dan
bertitik diintervensi berpikir klien dibab 10. Semua materi ini bersangkutan untuk mendukung
berpikir juga. Berikut ini adalah bidang keterampilan berpikir yang relavan dengan tahap 1 dari
model life-skills dan seringkali sampai tahap selanjutnya juga.

Memiliki Tanggung Jawab Ketika Memilih

Penolong selalu perlu menyadari bahwa mereka adalah pemilih (Nelson-Jones, 1984,
1988). Mereka membuat pilihan bebrapa hal seperti pesan verbal, suara, tubuh, sentuhan dan pesan
tindakan. Mereka memilih bagaimana mereka berpikir dan rasakan. Sepanjang dukungan yang
terus-menerus mereka membuat keputusan bagaimana saat klien berkomunikasi. Disesi pertama
disana ada tekanan yang berat untuk memilih apa yang terbaik untuk mengenal, mejelaskan dan
memecahkan masalah. Seharusnya mendukung untuk memilikitanggung jawab tidak hanya
memilih, tapi juga untuk resiko dari pilihannya. Pilihan membantu yang paling baik dipandang
sebagai hipotesis yang dapat dimodifikasi dalam umpan balik.

Menggunakan self-talk (bicara sendiri)


Diawal sesi membantu dapat menggunakan self-talk dengancara membuat kegelisahan di
diri mereka dan klien. Trish diawal sangat membantu. Setelah jangka panjang pekerjaan ini mudah
dilakukan, tentang dia melihat kliennya yang pertama dan merekam untuk atasannya. Trish dengan
sangat gugup dan membuat hal dengan mengikuti self-talk:
Tolong. Saya ada interview penting yang akan datang.
Saya bertanya-tanya apakah saya akan baik-baik saja. Saya takut
Klien akan memberitahukan bahwa aku cemas dan kurang dalam
keterampilan.
Apa jika klien mempunyai masalah itu diluar kedalaman saya.
Bagaimana saya akan mengatur itu ? juga, atasan saya akan
mendengarkan dan mendengar semua kesalah saya

Cara yang lebih berguna bagi Trish menjelang sesi pertamanya akan menggunakan salinan self-
talk. Ini terdiri dari ketenangan dan pelatihan self-statements (penyataan diri): menenangkan
pernyatan untuk menengkan diri dan tetap fokus dalam latihan pernyataan alangkah baiknya untuk
melanjutkan. Trish seharusnya dapat mengikuti salinan self-talk:

Tolong. Saya merasa khawatir karena ini pertama kalinya saya


bertemu dengan klien. Sekarang tenang dan ambil nafas dalam-
dalam. Saya cukup yakin saya dapat mengatasi keadaan ini. Saya
telah banyak melakukan pelatihan dan menerima umpan balik yang
bagus. Atasanku hanya ingin saya melakukan sebaik mungkin dan
tidak mengharapkan saya sempurna. Saya dapat memulai interview
dengan pernyataan pembuka yang bagus dan berbicara dengan
tenang dan jelas. Saya dapat menggunakan manfaat pengajaran
kemampuan mendengar. Saya tidak hanya mengkontrol segala
sesuatu yang terjadi. Sya sudah memulai dengan perasaan yang
jauh lebih baik menggunakan salinan kemampuan self-talk ku.

Juga dapat membantu selama menggunakan salinan self-talk dan setelah sesi mereka. Misalnya,
mereka bisa tenang dan berpikir cara terbaik untuk bertindak jika klien menjadi bermusuhan
selama sesi berlangsung. Mereka dapat berbicara kediri mereka secara konstruktif setelah sesi ini:
misalnya dengan mengetahui apa kesempatan yang benar dan snagat tidak memuaskan
dikesempatan yang salah.
Memilih Kebiasaan (Peraturan) Pribadi Yang Realistis
Dapat membantu tekanan yang tidak biasa di diri mereka dengan kebiasaan pribadi yang
tidak realistis (Nelson-Jones,1989), keyakinan yang tidak logis atau ‘mustabations’ (Ellis, 1962,
1989). Penolong dapat menempatkan tuntutan pada diri mereka sendiri: ‘saya harus menjadi
sempurna’; di klien mereka: ‘klienku harus menghargai saya’; dalam proses yang membantu: ‘saat
membantu harus selalu berjalan lancar’; dan dilingkungan: ‘orang lain harus selalu perhatian dan
mendukung dalam usaha saya.’
Membantu mengenali kebiasaan pribadi yang tidak realistis dan mereka merumuskan ulang
menjadi lebih realistis atau kebiasaan yang rasional.
Kebiasaan yang tidak realistis: ‘Saya harus jadi yang sempurna.’
Kebiasaan yang realistis: ‘Saya seharusnya melakukan dengan kompeten yang saya bisa.’

Kebiasaan yang tidak realistis: ‘Klienku harus selalu menghargai saya’


Kebiasaan yang realistis: ‘Lebih dulu berpikir menyenangkan untuk memiliki persetujuan klien,
pemusatan saya untu menolong mereka menjadi yang lebih baik dengan kemampuan saya.’

Kebiasaan yang tidak realistis: ‘saat membantu harus selalu berjalan lancar.’
Kebiasaan yang realistis: ‘membantu yang tak terduga dan saya bisa sabar menghadapi kesalahan
dan kemunduran.’

Kebiasaan yang tidak realistis: ‘orang lain harus selalu mendukung dan perhatian dalam usaha
saya.’
Kebiasaan yang realistis: ‘saya harus mencoba memberikan alasan yang baik dengan apa yang
saya bantu, tapi akhirnya saya hanya dapat pengaruh orang lain dan tidak bisa mengkontrol apa
yang mereka pikirkan.’

Memilih Secara Akurat


Membantu yang mereka rasakan, orang lain dan klien mereka dan dengan ketepatan tingkat
kejadian yang bermacam-macam. Ini penting tidak untuk melompati kesimpulan ketika mecoba
untuk mengenali dan memecahkan masalah. Kamu membutuhkan ketelitian dari kesimpulan dan,
jika tepat, mengumpulkan banyak informasi untuk mengembangkan dan menarik kesimpulanmu.
Berikut adalah beberapa spesifik yang meliputi kesalahan yang harus dihindari (Back 1976, 1988;
Beck & Weishaar, 1989).
 Penglihatan tembusan. Memusatkan hanya dibagian informasi yang tersedia mengenai
masalah daripada memperhitungkan semua data penting.
 Memperbesar dan meremehkan. Memperbesar atau menyatakan yang dilebih-lebihkan
kualitas dan signifikan dari orang lain dan kejadian, atau meremehkan mereka.
 Kenegatifan. Terlalu menekankan hal negatif pada klien dan dirimu sendiri dan meremehkan
hal positif. Selalu mencari kelemahan daripada kelebihan. Menerapkan hal negatif pada
dirimu sendiri atau orang lain: contoh, ‘aku adalah pecundang’ atau ‘klien itu tidak mungkin.’
 Kurang perhatian (selektif). Melewatkan atau kurang perhatian dalam materi itu mungkin
karena kamu khawatir (Sullivan, 1954). Menyangkal dan mengubah informasi melalui pikiran
yang defensif (membela diri).
 Overgeneralizing. Meyakinkan akan tidak didukungnya oleh suatu fakta-fakta: ‘semua sesi
awalku berjalan lancar’; ‘klienku tidak pernah memotong apa yang saya jelaskan’; ‘dia gagal
disutu hubungan oleh karena itu dia selalu gagal disetiap hubungannya’
 Malapetaka. Membuat prediksi hal negatif yang kuat akan tidak didukungnya oleh suatu fakta-
fakta: ‘sesi siang pertamaku tidak berjalan lancar, dan semua sesiku pasti juga begitu’
 Berpikir terpolarisasi (mempertentang). Merasa tiap dan/atau istilah hitam dan putih:
‘setiapklien sangat koorperatif atau tidak koorperatif’; ‘klien merasa melanjutkan asalah atau
mengobatinya’
 Self-rating (penilaian). Melebihi fungsi penilaian atau spesifik suatu karakteristik untuk
mendevaluasi dirimu sendiri sebagai keseluruhan orang: ‘saya merasa kesulitan dalam
kemampuan menolong, oleh karena itu saya adalah orang yang buruk’
 membaca pikiran. Kamu percaya bisa mengatakan apa yang dipikirkan klien, tanpa cukup
menguasai fakta-fakta atau mengecek kesimpulanmu.

Atribut Penyebab Dan Responbilitas Secara Akurat


Penolong mungkin keliru dalam menunjukkan hubungan terlalu banyak atau sedikit dalam
penyebab dan responbilitas ke diri mereka. Disini beberapa pernyataan penolong terlalu banyak
responbilitas ke diri mereka:
‘Saya bertanggung jawab atas segalanya untuk kejadian yang saya tolong.’
‘saya semata bertanggung jawab untuk hasil yang saya tolong’
‘segala sesuatu yang tidak benar itu adalah kesalahanku’

Berikut adalah pernyataan penolong terlalu sedikit responbilitas ke diri mereka:


‘Jeannie tidak berkata banyak karena dia orang yang pemalu.’[Jennie mungkin malu tapi
penolong juga rendah dalam kemampuan mendengarkan]
‘boris mempunyai perlawanan untuk dibantu.’ [penolong mungkin juga mempunyai
kontribusi perlawanan]

Kelompok 5

A. Peran Assessmen (Role of Assesment)


Penilaian dalam membantu keterampilan hidup klien dilakukan baik oleh klien tersebut.
Penilaian juga bertujuan untuk membantu mengembangkan keterampilan penilaian diri klien.
Pada tahap 1: Anda mengembangkan model kerja masalah klien dan keterampilan yang
bermasalah. Klien datang untuk membantu hipotesis, meskipun tidak memadai, tentang masalah
mereka dan bagaimana hal itu dipertahankan. Selama proses identifikasi dan klarifikasi masalah,
klien mungkin mulai merevisi model mereka. Seringkali proses secara sistematis memunculkan
informasi deskriptif tentang masalah klien dengan melonggarkan konseptualisasi diri mereka saat
ini.

Tahap 2: melanjutkan pelonggaran konseptualisasi masalah klien yang ada.


Namun, prosesnya tidak berhenti sampai disitu. hasil yang diinginkan dari tahap 2 adalah untuk
mengkritisi ulang masalah sehingga klien sekarang memiliki pegangan untuk perubahan. apa yang
Egan (1990) sebut ‘pengaruh’. Konselor menggunakan keterampilan mereka tidak hanya untuk
memperoleh informasi deskriptif dasar tetapi juga untuk mengeksplorasi kecukupan hipotesis
tentang keterampilan bermasalah yang menopang masalah. Konselor bekerja sama dengan klien
untuk menilai informasi, mengajukan diri secara sukarela dan terangsang. Bersama-sama, para
Konselor dan klien mereformasi definisi deskriptif tentang masalah menjadi redefinisi
keterampilan.
Peran Pembantu (the helper’s role)
Konselor harus selalu menawarkan hubungan yang mendukung saat menilai dan
mendefinisikan ulang masalah klien dalam hal keterampilan. Menghargai keterampilan mendengar
sangat mendasar. Selanjutnya, banyak keterampilan yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengklarifikasi masalah misalnya Memfokuskan dan meringkas relevan untuk menilai dan
mendefinisikan ulang masalah.
Di Tahap 2, Anda bergerak melampaui menawarkan empati responsif akurat berdasarkan
pemahaman sudut pandang internal klien untuk menawarkan empati aktif yang akurat di mana
Anda mengembangkan sudut pandang internal klien untuk memberikan pemahaman yang lebih
lengkap tentang masalah dan keterampilan bermasalah.
Konselor adalah praktisi-peneliti yang merumuskan hipotesis tentang bagaimana klien
menopang masalah. Sumber hipotesis tersebut adalah informasi deskriptif yang diberikan oleh
klien memunculkan sebagai Konselor 'mencoba' hipotesis awal, membantu teori, pengetahuan
tentang penelitian yang relevan, dan pengalaman klien sebelumnya. Jika memungkinkan berusaha
bekerja secara terbuka dengan klien. Anda memperlakukan klien sebagai orang yang cerdas,
pertahanan itu terlepas dari kecemasan, ingin membantu diri mereka sendiri melalui pemahaman
diri yang lebih besar. Kamu membantu klien untuk melakukan banyak penilaian mereka sendiri
daripada melakukan semua itu untuk mereka. Kamu tidak pernah mengabaikan fakta bahwa
bantuan bersifat sementara. Terutama di mana klien Selama beberapa sesi, para konselor mengajar
klien bagaimana mendefinisikan ulang masalah dalam istilah keterampilan.
Dapatkah melakukan penilaian secara berlebihan? Jawabannya adalah 'ya'. Kamu perlu
peka terhadap jumlah informasi yang dibutuhkan untuk menilai masalah. Selanjutnya, Anda perlu
memperhitungkan persepsi klien saat sudah cukup. Meskipun ideal, Anda harus mengumpulkan
informasi dan mendefinisikan kembali masalah dalam persyaratan keterampilan sesopan mungkin.

Peran Klien
Seperti klien Konselor juga pembuat hipotesis dan penguji. Sampai saat ini, hipotesis
mereka tentang bagaimana memecahkan masalah mereka tidak memadai. Seringkali, mereka
terjebak dalam kesalahan definisi masalah. Klien dapat secara aktif berkolaborasi dengan konselor
untuk menghasilkan hipotesis, memberikan informasi untuk menilai hipotesis, dan mengevaluasi
konseptualisasi masalah
Mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai upaya untuk menilai perasaan, pikiran dan
tindakan. Misalnya, mereka bisa berusaha untuk jujur dalam mengalami dan mengekspresikan
perasaan. Mereka bisa terbuka tentang bagaimana mereka berpikir, bahkan jika secara sosial cara
yang tidak diinginkan Mereka dapat membantu dalam mengeksplorasi pikiran mereka. Selain itu,
mereka dapat berbagi rincian spesifik tentang bagaimana mereka telah bertindak di masa lalu,
memantau tindakan mereka saat ini, dan berpartisipasi dalam permainan peran dan mengevaluasi
hipotesis tentang bagaimana
Penilaian adalah untuk klien bahkan lebih daripada untuk tunjangan konselor. Klien
dapat terlibat dalam menguji kecukupan konsepsi awal tentang masalah dan melakukan koreksi,
koreksi atau umpan balik negatif tentang hipotesis konselor. Klien dapat bekerja sama dengan para
konselor untuk mengembangkan keterampilan yang lebih akurat dan redefinisi masalah sederhana.
Seringkali, jika aktif dalam menilai dan mendefinisikan ulang masalah, klien mendapatkan
motivasi yang baik untuk perubahan. Partisipasi aktif dalam menilai dan mendefinisikan ulang
masalah mendorong perolehan keterampilan ini untuk membantu diri sendiri.

B. ASSES FEELINGS ( Menilai Perasaan )


Contoh berikut adalah klien yang membuat pernyataan perasaan
 Saya mendapat serangan panik
 Saya memiliki pikiran untuk bunuh diri
 Saya tidak bisa mengendalikan emosi
 Saya tidak dapat mengontrol kemarahan
 Saya tidak tau apa yang saya inginkan
 Saya kekurangan energy
 Saya tidak responsif secara seksual

Seseorang ( psikolog) menilai perasaan dengan berbagai alasan, beberapa di antaranya


disebutkan di bawah ini.

Melindungi Klient

Psikolog mempunyai tugas etis untuk melindungi klien. Sebagian besar psikolog
mempunyai pemikiran ketika bertemu klien baru yang mereka tanyakan adalah ‘ apakah klien
beresiko untuk bunuh diri?’. Psikolog juga memahami intensitas dan rasa sakit klien.
Pemahaman seperti itu selain diperlukan untuk melindungi client, tetapi juga membuat
kemampuan yang sesuai untuk mendefinisikan masalah.

Mengevaluasi Respon Emosional

Psikolog selalu perlu memperhatikan kemampuan klien untuk merasakan pengalaman.


Perasaan dapat dilihat sebagai inti dari identitas manusia. Psikolog berusaha untuk menilai
seberapa responsif klien terhadap diri mereka dan orang lain. sejauh mana klien berhubungan
dengan proses penilaian mereka? Apakah klien berhubunganatau terhubung dengan perasaan
yang berarti atau mereka menyakal dan memutar balikkan perasaan seperti itu? Sejauh mana
klien berhubungan dengan keinginan dan keinginan/harapan?

Klarifikasi Agenda sesunguhnya

Perhatikan baik baik perasaan klien mungkin bisa menolong psikolog untuk
mengklarifikasi agenda klien yang sesunguhnya. Terkadang klien memberi petunjuk bahwa
masalah yang lebih besar mendasari penjelasan mereka. Contohnya dari suara dan bahasa tubuh
wanita yang mungkin ingin mendiskusikan masalah anak menunjukkan bahwa agenda
sebenarnya adalah ketidak puasan perkawinan.

Dave, 50, telah bercerai selama lima tahun dan memiliki hak asuh atas 3 orang anak. Jan,
15th , Beth, 17th dan Marty, 13th. Untuk tahun terakhir, Dave telah melihat Maria, 45th. Seorang
janda cerai juga dengan memiliki 3 anak dengan usia mulai dari 6 sampai 17. Dave datang untuk
membantu kebinggungan nya tentang hubungan dengan Maria, ingin mengembangkan lebih jauh
atau keluar dari situ. Pelatih Dave, Mel, menghabiskan sebagian besar sesi awal untuk membantu
Dave berhubungan dan mengeksplorasi perasaanya mengenai masa depannya yang lalu,
sekarang dan mungkin di masa depan bersama Maria. Ketakutannya akan komitmen mengubah
rasa sakit karena penceraiannya. Kegelisahannya tentang bagaimana dia berada dalam
komunikasi dalam hubungan yang erat, kebutuhannya untuk persahabatan dan ketakutannya
akan kesepian selama sisa hidupnya. Ketika sesi berlangsung, Dave menjadi lebih jelas mengenai
keinginannya untuk bekerja keterampilannya dalam berhubungan dengan Maria.

Dapatkan petunjuk tentang kelemahan kemampuan berpikir dan tindakan


Alasan lainnya dari penilaian perasaan adalah untuk membantu client mengatur perasaan
yang tidak diinginkan dan dalam mengungkapkan perasaan yang tepat. Karena perasaan
mencerminkan sifat hewani manusia, mereka tidak memiliki keahlian sendiri. Namun penilaian
perasaan secara tepat dapat menjadikan jalan utama untuk mengidentifikasi kelemahan
kemampuan berfikir dan tindakan. Contoh, klien mengakui kemarahan, rasa sakit dan rasa
bersalah mereka sebagai langkah awal yang bagus untuk mengembangkan kemampuan berfikir
dan tindakan untuk mengontrol perasaan ketika klien menolak atau memutarbalikkannya. Kamu
juga perlu menilai kemampuan klien dalam terlalu sulit untuk mengungkapkannnya”.

Sadar akan pertimbangan Medis dan Psikiater

Memisahkan tubuh – pikiran adalah keliru namuh kamu harus sadar tentang
“pertimbangan medis” dapat mempengaruhi perasaan klien. Tidak terlatih secara medis seorang
psikolog harus mengetahui batasan dan meminta saran medis atau psikiater yang sesuai.
Kesempatan dimana anda perlu mempertimbangkan pertimbangan medis dan psikiater termasuk
dimana klien sedang menjalani pengobatan.memiliki penyakit fisik seperti kangker dapat
mempengaruhi bagaimana perasaan client; memunculkan gejala psikofisiologis seperti radang
usus /magh dan migrain; menunjukkan efek penyalagunaan obat dan menderita schizopherenia,
gannguan khayalan dan gangguan suasana hati.

Mengembangkan Klient ‘ Kemampuan menilai diri sendiri

Psikolog bekerja bersama dengan klient untuk menilai perasaan. Dimasa lalu banyak
klient merasa tidak percaya diri. Penilaian kemampuan bisa sekaligus menegaskan pentingnya
kesadaran akan perasaan dan membantu klien untuk mengalaminya, mengidentifikasi dan
mengeksplorasi perasaan secara signifikan. Perasaan klien mungkin butuh waktu untuk muncul
dan berbagi dengan kamu. Mengungkapkan dan menilai perasaan terjadi selama klient
membantu. Jika memungkinkan kamu dapat menilai klient untuk mengembangkan kemampuan
dalam menilai perasaan untuk “pengobatan” selanjutnya

Kapasitas Untuk Merasakan

Psikolog perlu menyadari kemampuan klient untuk mengalami perasaan atau merasakan.
Beberapa klien kurang respon emosional pada berbagai macam perasaan. Yang lainya sulit
memahami perasaan tertentu contohnya “seks” atau “kemarahan” . klien yang sulit memahami
perasaan tertentu berada di tingkat yang berbeda . salah satu hasilnya klien harus menjadi lebih
baik dalam mengalami dan mengekspresikan perasaan.

Tingkat Energi

Terkait kemampuan klien untuk mengalami perasaan/merasakan adalah tingkat energi


nya. Seberapa banyak kekuatan fisik dan metal yang mereka punya?sampai tingkat mana
semangatnya/daya tahan atau terlihat lesu? Jika energi klien sangat rendah, psikolog harus
berbicara pada klien agar memeriksa ke dokter apakah ada tindakan medis.

Menghargai Diri sendiri

Psikolog harus sadar akan rasa percaya diri klien. Klien yang kurang menghargai dirinya
sendiri beresiko bunuh diri. Klien yang bisa menghargai diri sendiri adalah aset yang berguna
untuk menyelesaikan masalah dan problematik skill. Kata kata yang biasanya di ungkapkan klien
yang kurang menghargai diri sendiri seperti tidak berharga, tidak ada harapan, tak berdaya dan
putus asa.

Kegelisahan dan defensif

Psikolog perlu menilai seberapa gelisah klien di daerah tempat tinggalnya. Apakah
kecemasan mereka melekat pada dirinya atau melekat pada keadaan/ situasi yang spesifik?
Psikolog juga perlu menilai bagaimana klien menunjukkan kegelisahannya. Perhatikan
kecamasan klien dan juga kecemasan mu dapat mengubah proses.

Suasana hati

Mood adalah keadaan pikiran atau feeling. Cara mendefinisikan mood adalah “emosi
berkepanjangan yang mewarnai kehidupan psikis” umunya melibatkan depresi atau
kegembiraan. Bagaimanapun suasana hati relatif semantara. Psikolog dapat menilai kerasnya,
arah, durasi dan naik turunya suasana hati klien.

Rasa sakit psikologis


Psikolog yang efektif terampil dalam menilai rasa sakit secara psikologi. Terkadang
selama sharing dengan psikolog, klien mengakui apa rassa sakit psikologi nya yang sampai
sekarang mereka tekan. Psikolog juga harus sadar rasa sakit klien mungkin memberikan
pengalaman ketika berdiskusi bahan tertentu, misalnya pemerkosaan atau pelecehan seksual.

Reaksi Fisik

Reaksi fisik keduanya (klien dan psikolog) mewakili perasaan, sebagai contoh reaksi fisik
terkait rasa malu ( mulut kering, pipi merona, mual, jantung berdebar, nafas yg cepat/ngosngosan
dll). Terkadang klien bereaksi terhadap reaksi fisik mereka sendiri. Contohnya, waktudilanda
gelisah dan panik klien mungkin mengalami perasaan tegang dan cemas kemudian menjadi lebih
oarah lagi karna hal tersebut. Psikolog perlu mengembangkan kemampuan ber empati yang
menggambarkan reaksi fisik dengan kata yang teapt.

Gangguan Psikofisiologi

Penyebab utamanya adalah faktor psikologis dan emosional daripada faktor fisik /
organik. Gangguan psikofisiologi dapat berakibat di kulit, timbulnya jerawat, pernafasan,
kardivaskular, migrain, asma dan tekanan darah tinggi. Gangguan psikofisiologi dapat dibedakan
dari gangguan somatoform.

Perasaan yang Dominan

Terkadang klien menunjukkan perasaan yg spesifik dengan harapan dapat ditangani


dengan lebih baik. Sebagai contoh kegelisahan waktu test atau berbicara di depan publik. Di
contoh yang lain perasaan yang dominan mungkin muncul sebagai proses yang sangat
membantu: sebagai contoh kasihan pada diri sendiri, dendam, marah atau kecemasan yang
dikenal dengan nama “characterlogical feeling”. Psikolog perlu mengawasi dan mencari tau
secara berulang ulang perasaan sentral yang sulit ditangani klien. Sebelum dan bahkan selama
membantu klien mungkin akan sulit untuk mengakui perasaan seperti itu.

Rumit dan saling bertentangan

Perasaan klien sangan kompeks, psikolog membutuhkan kemampuan untuk


memunculkan, klarifikasi dan mengrtikulasi unsur yang berbeda dari beberapa dan beragam
perasaan. Klien mungkin butuh belajar untuk menghindari pemikiran tentang perasaan mereka
yang kaku, statis dan sederhana. Perasan sering datang dua kali atau lebih. Contohnya marah
mungkin dibarengi rasa sakit dan bersalah, atau depresi dibarengi rasa kecewa dan sedih.
Meskipun tidak selalu sama intensitasnya, perasaan sering disertai oleh kebalikannya. Terkadang
klien mengalami kebalikan feeling secara bersamaan terkadang berurutan.

Antecedents dan Konsekuensi Perasaan

Saat menilai perasaan, pembantu dapat menilai anteseden dan konsekuensinya. Asal-usul
perasaan bisa teratasi kembali ke masa kecil klien. Misalnya, rasa sakit dari kehilangan saat ini
dapat mengaktifkan kembali rasa sakit dari kerugian sebelumnya. Orang mungkin sulit untuk
mengungkapkannya sekarang karena perasaan seperti itu tertekan dalam keluarga asal klien.
Seringkali, penjelajah mengeksplorasi anteseden dan konsekuensi perasaan: misalnya pikiran
sebelum mengalami perasaan, dan konsekuensi positif dan negatif setelah mengungkapkan
perasaan.

Kekuatan dan Kegigihan Perasaan

Sering merasakan intensitas digambarkan dengan kata ‘ringan’ ‘sedang’ atau ‘berat’.
Sebagai contoh klien mungkin mengalami depresi ringan, depresi sedang atau depresi berat.
Dapat terjadi perbedaan pesepsi dari ringan, sedang atau berat bagi antara psikologsatu dengan
lain atau antara psikolog dan kliennya. Kegigihan perasaan dapat digambarkan dari kata seperti
kronis dan akut, kronis mengaambarkan kegigihan (sudah lama dan tetap); akut menggambarkan
tajam dan pendek (tingkat keparahan).

Persyaratan Perasaan

Seringkali pembantu dan klien berusaha untuk menilai kesesuaian perasaan. Apakah
klien mengalami jumlah yang tepat dari sebuah perasaan yang tepat dan apakah ini tepat
diungkapkan? Pembantu dan klien harus mengambil dengan mempertimbangkan gaya unik klien
untuk mengungkapkan perasaan dan banyak situasi, kontekstual dan pertimbangan budaya. Salah
satu cara menilai kesesuaian perasaan adalah untuk menilai konsekuensinya bagi klien dan orang
lain. Sampai sejauh mana dan dengan cara apa. Ada konsekuensi emosional dan perilaku positif
atau negatif (Ellis, 1962,1989)? Cara lain adalah menilai perasaan tertentu dalam hal klasifikasi
kejiwaan.

Perasaan Tidak Jelas

Klien mungkin tidak jelas tentang perasaan atau mengkomunikasikan perasaan dengan
tidak jelas, atau keduanya. Terkadang perasaan tertutup: misalnya depresi bisa menutupi
kemarahan. Pada kesempatan lain perasaan tergusur: kemarahan karena gagal dalam ujian dapat
dilakukan 'pada pasangan kamar, pasangan atau orang tua. Terkadang agenda sebenarnya tidak
jelas. Misalnya, pasangan suami istri mungkin berdebat mengenai hal-hal kecil dan menghindari
menghadapi perbedaan yang lebih serius dan ketakutan akan hubungan. Seringkali, ekspresi
perasaan dihambat atau diencerkan. Beberapa klien mengaburkan perasaan dengan pergi ke
ekstrem yang lain: mereka mendramatisasi dan memperbesar perasaan. Pertimbangan keinginan
sosial mencakup tahap awal untuk membantu: klien dapat memainkan peran sosial untuk
mendapatkan keterampilan buruk dalam menggunakan kata-kata perasaan dan membingkai
perasaan verbal mereka sebagai pembantu. Klien mungkin juga memiliki pesan suara dan tubuh
yang sesuai. Banyak perasaan butuh waktu untuk muncul. Pembantu membutuhkan kepekaan
terhadap kecepatan di mana klien dapat dan ingin mengungkapkan diri emosional mereka.

Perasaan tentang Kegiatan Membantu dan Menjadi Penolong

Klien selalu memiliki perasaan baik untuk membantu dan membantu. Klien dapat
menolak atau bekerja sama dalam proses membantu merasa senang atau frustrasi dengan
kemajuan mereka. Selain itu, mereka mungkin memiliki perasaan tentang pembantu, pada
dimensi seperti suka / tidak suka, percaya, tidak kompeten, kompeten / tidak kompeten dan tidak
bergantung / mandiri. Terkadang perasaan klien yang sulit ditangani oleh para penolong:
misalnya suka, ketertarikan seksual, marah dan sedih. Seringkali ada hubungan timbal balik
antara pembantu dan contoh, saling menyukai atau tidak suka.

C. Penilaian terhadap Tindakan ( assessment of action )


Keterampilan tindakan adalah perilaku yang dapat diamati. Pembantu harus memperhatikan
assesing Keterampilan tindakan karena, jika klien mengelola sebagian besar masalah dengan lebih
baik, mereka harus bertindak lebih baik Keterampilan tindakan berinteraksi dengan pemikiran dan
perasaan. Pemikiran yang membaik perlu diikuti dengan tindakan yang efektif Selanjutnya, jika
klien merasa lebih baik, mereka sering perlu mengambilnya tindakan untuk mencapai tujuan
perasaan: misalnya, klien yang ingin kurang kesepian perlu menggunakannya mengembangkan
keterampilan persahabatan Umumnya, mulai pembantu merasa lebih mudah untuk berpikir dalam
hal keterampilan tindakan daripada kemampuan berpikir. Namun, kesalahan yang umum adalah
hanya berfokus pada keterampilan verbal. Tindakan Keterampilan melibatkan lima kategori pesan
utama: verbal, suara, tubuh, sentuhan dan tindakan. Itu pertama empat kategori pesan biasanya
mengasumsikan kontak tatap muka. Kategori kelima pesan tindakan, tidak memerlukan kontak
langsung: misalnya mengirim bunga ke seseorang yang kamu cintai.

Keterampilan untuk membedakan, mengamati, dan menilai keterampilan


tindakan

Ketika penolong menilai keterampilan tindakan yang mereka cari untuk mengidentifikasi
ketrampilan mana yang penting dan juga untuk mengevaluasi kinerja saat ini di dalamnya. Berikut
adalah beberapa keterampilan penolong untuk menilai tindakan klien dan untuk membantu klien
untuk mengamati diri mereka sendiri.

 Membangun basis pengetahuan seperti berfikir, Saat menilai tindakan pembantu perlu
dipikirkan dalam istilah keterampilan. selain itu pembantu membutuhkan pengetahuan
dasar keterampilan tindakan untuk populasi klien yang mereka layanan. Misalnya,
pembantu yang bekerja dengan agresif membutuhkan pengetahuan tentang keterampilan
tindakan untuk mengelola agresi dan berperilaku asertif. Pembantu yang bekerja dengan
pengangguran memerlukan pengetahuan tentang keterampilan tindakan seperti membuat
resume karir, mencari informasi pekerjaan dan menangani wawancara.
 Mengumpulkan informasi dalam pembantu wawancara dapat mengumpulkan informasi
tentang tindakan yang dapat diamati baik di dalam maupun di luar wawancara.
 Laporan diri klien klien dapat memberitahu Anda bagaimana mereka berperilaku di luar
membantu. beberapa keterbatasan laporan diri klien adalah bahwa Anda tidak mengamati
perilaku dan bahwa Anda bergantung pada versi kejadian mereka.
 Pihak ketiga sebagai pengamat. Dengan izin, Anda juga dapat mengumpulkan informasi
tentang melakukan tindakan klien dari pihak ketiga: misalnya, pasangan, orang tua, saudara
kandung, perbedaan antara pihak ketiga dan klien yang diundangkan. Anda mungkin perlu
melatih pihak ketiga dalam hal apa yang harus dicari dan bagaimana cara mengamati secara
sistematis...
 Menjelajahi anteseden dan konsekuensi tindakan pembantu dapat mendorong klien untuk
memahami kejadian di dalam dan di luar tindakan sebelumnya. Misalnya, bagaimana
perasaan dan perasaan mereka sebelum mereka bertindak? Anda juga dapat membantu
klien untuk menjadi lebih sadar bahwa tindakan mereka selalu memiliki konsekuensi dan
juga dari apa adanya. Selanjutnya, Anda dapat membantu klien untuk melihat sejauh mana
konsekuensi tindakan mempengaruhi perilaku selanjutnya.

D. Mendefinisikan ulang Persoalan ( Redefine of Problems )


Menjelaskan tentang cara seorang konselor membantu klien untuk mengelola masalah
yang dihadapi ataupun masalah yang akan dihadapi dimasa depan dengan lebih baik lagi. Mereka
harus paham bahwa mendefinisikan permasalahan akan membantu konsep apa yang akan
digunakan untuk menangani sebuah permasalahan yang mereka hadapi. Dengan penjelasan yang
baik dari seorang konselor membuat klien bisa membuat pilihan yang lebih baik lagi untuk
menjelaskan dan menyelesaikan masalahnya. Singkatnya, klien akan bisa memilah milah sebuah
permasalahan dan mendefinisikan atau menjelaskan dengan baik yang akhirnya bisa mendapatkan
solusi yang akan dibuatnya sendiri. Pengulangan definisi masalah yang dilakukan secara terus
menerus akan berdampak baik bagi klien tentunya juga harus terbuka terhadap perubahan
mengingat umpan balik dan informasi baru yang akan didapatkan.

Keterampilan mendefinisikan ulang masalah


Berikut adalah beberapa keterampilan penolong untuk mendefinisikan ulang masalah
klien dalam istilah keterampilan :
1. Berikan alasan, berikan suatu alasan mengapa mereka harus memisahkan masalah terlebih
dahulu atau melakukan pembagian masalah lalu kemudian dipikirkan. Dengan alasan yang
bagus, klien akan bisa menerima mengapa masalah itu harus dipisah-pisah terlebih dahulu.
Sama seperti menjelaskan permasalahn secara detail, kebanyakan manusia memang enggan
untuk menjelaskan bagaimana proses permasalahn itu terjadi bahkan tidak sedikit mereka lebih
memilih untuk diam saja dan mempertahankan masalah.
2. Buat definisi yang jelas dan sederhana
Konselor harus sadar bahwa redefinisi masalah dalam keterampilan adalah untuk keuntungan
klien. Selalu gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. bertujuan untuk mengetahui kelemahan
utama dan kelemahan tindakan di bidang perhatian langsung terhadap klien.
3. Gunakan papan tulis putih
Intinya disini klien diajak untuk membuat tabel dan membuat gambaran secara nyata tentang
memisahkan antara solusi dan tindakan yang akan dilakukan, jadi klien tidak hanya mengangan
angan lalu sulit melakukan bahkan lebih banyak bingung dan sedikit melakukan tindakan,
dengan bantuan papan tulis klien akan sangat terbantu.
4. Gunakan keterampilan memeriksa.
Jika klien sudah menerapkan, periksalah kembali apakah kemampuannya digunakan dengan
baik dan sesuai dengan yang seharusnya. Jika ada yang tidak sesuai, harus ditindak lanjuti.
Memperbaiki dan memodifikasi dalam sebuah diskusi
5. Hadirkan perasaan
Ketika mendefinisikan ulang masalah, konselor harus memperhatikan perasaan klien.
6. Doronglah – sesi belajar
Keterampilan ini membantu anda untuk dapat mendorong klien untuk berperan aktif dan
belajar. Waktu dimana konselor membangun kemampuan untuk menilai seorang klien.

Kelompok 6

Pertanyaan yang terjawab pada bab ini


 1. Apa bedanya ada yang menyatakan tujuan untuk manajemen masalah dan untuk
mengubah keterampilan bermasalah?

 2. Di mana beberapa keuntungan dan risiko menyatakan tujuan kerja?

 3. Apa sajakah pertimbangan dalam keputusan tujuan?

 4. Bagaimana keterampilan konselor konselor memengaruhi tujuan kerja?


 5. Apa saja keterampilan tindakan konselor untuk menyatakan tujuan kerja?

Manajemen masalah dan sasaran keterampilan bermasalah


Meskipun tumpang tindih, ada perbedaan antara manajemen masalah dan tujuan keterampilan
bermasalah.Pernyataan tujuan manajemen masalah dapat bersifat umum atau spesifik.Sering
masalah tujuan umum klien jelas terlihat dari kekhawatiran mereka: misalnya merasa kurang
tertekan atau tidur lebih baik. Tujuan manajemen masalah spesifik memerlukan menyatakan hasil
dimana konselor dan klien dapat mengevaluasi apakah atau tidak klien cukup mengelola
masalah.Sering, konselor perlu bekerja dengan klien dalam membentuk pernyataan umum dari
tujuan hasil ke dalam pernyataan yang lebih spesifik.Misalnya, T ingin menurunkan berat badan.
Konselor yang efektif juga akan menentukan periode untuk mempertahankan penurunan berat
badan
Sedapat mungkin, konseling menyelesaikan hidup melampaui tujuan-tujuan manajemen
masalah menyatakan tujuan keterampilan yang bermasalah. Bahkan jika klien ingin mencapai
tujuan manajemen masalah mereka membutuhkan bantuan dalam mengembangkan kekuatan
keterampilan. Di Bab 2, saya menyebutkan itu masalah klien sering memperpanjang
kedua horizontall y , atau situasi serupa lainnya saat ini dan secara vertikal, atau untuk situasi
serupa di masa depan.Bermasalah dari tujuan keterampilan bermasalah redefinisi masalah klien
dalam hal keterampilan. Tujuan-tujuan seperti itu meliputi pemikiran dan keterampilan tindakan
untuk mengelola masalah saat ini spesifik, arus serupa lainnya masalah, dan masalah masa depan
yang serupa. Idealnya kemampuan yang f o kehidupan r, tidak hanya untuk mengelola masalah
segera.
Konselor dan klien dapat memiliki kedua tujuan manajemen masalah dan keterampilan yang
bermasalah tujuan. Dari Bab 6 mari kita gunakan contoh Jim Blake untuk mengilustrasikan hal-
hal yang sama dan perbedaan antara tujuan manajemen masalah dan tujuan keterampilan
bermasalah. Mendapatkan pekerjaan lain adalah salah satu area masalah Jim Blake. Tujuan
manajemen masalah Jim mendapatkan pekerjaan lain bisa dijabarkan dalam hal o f apa jenis
pekerjaan dankapan.
Berbagai langkah manajemen masalah dalam mendapatkan pekerjaan bisa dinyatakan sebagai
sub- tujuan , masing - masing dengan kerangka waktu. Misalnya, membuat résumé karier,
pencarian informasi tentang peluang kerja yang diiklankan, membuat dan
menggunakan jaringan kontak informal , membuat dan menerapkan rencana pemasaran, dan
mengembangkan keterampilan wawancara semuanya sub tujuan dengan tanggal target. Namun,
hanya sub-tujuan untuk mengembangkan keterampilan wawancara dinyatakan dalam bahasa
keterampilan. Sub-tujuan lainnya dinyatakan sebagai tugas. Misalnya, sementara Jim perlu
membuat résumé karier, dia juga perlu mengembangkan keterampilan membuat dan
memperbarui ini. Risiko hanya menyatakan sub-tujuan sebagai tugas adalah meningkatkan
kemungkinan tidak cukup menentukan dan menginstruksikan subskills yang
diperlukan. Kekurangan ini mungkin tidak hanya menyebabkan inefisiensi dalam mengelola
masalah saat ini, tetapi dapat berkontribusi kurang transfer pembelajaran untuk menangani situasi
mendapatkan pekerjaan di masa depan.
Konselor harus menyatakan sasaran keterampilan yang bermasalah atau sub-tujuan tidak hanya
dalam hal tindakan keterampilan tetapi keterampilan berpikir juga. Misalnya, Jim dapat
menetapkan sendiri tugas sub-tujuan membuat keputusan karier. Dia bahkan mungkin
memutuskan kerangka waktu untuk ini. Namun, ada perbedaan besar antara tugas sub-tujuan
membuat keputusan karier tunggal dan mengembangkan keterampilan untuk membuat keputusan
karier yang efektif, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan. Jika pengambilan
keputusan karir dipandang sebagai tugas tunggal daripada sebagai seperangkat keterampilan ,
konselor dapat mengecilkan atau mengabaikan beberapa keterampilan berpikir lain yang Jim
butuhkan di luar ketrampilan pengambilan keputusan yang langsung . Misalnya, Jim mungkin
juga perlu untuk dikerjakan memiliki aturan pribadi yang realistis tentang pencapaian.

KEUNGGULAN DAN RISIKO TUJUAN BEKERJA


Menetapkan tujuan kerja memiliki kelebihan dan risiko. Berikut ini beberapa keuntungan
berkolaborasi dengan klien untuk menyatakan tujuan kerja.

Membantu klien menjadi penulis kehidupan mereka.


Menyatakan tujuan kerja membantu klien berasumsi daripada menghindari tanggung jawab
pribadi untuk mengelola masalah dan keterampilan yang bermasalah. Tujuan yang dinegosiasikan
dengan klien memungkinkan mereka untuk menjadi penulis kehidupan mereka daripada hanyut
tanpa tujuan atau menjalani tujuan orang lain seolah-olah mereka adalah milik mereka sendiri.

Jembatan untuk bekerja.


Risiko besar dalam konseling adalah bahwa konselor dan klien berbicara daripada
kerja. Konseling dapat menjadi tanpa arah tanpa tujuan kerja (Cormier & Cormier ,
1985). Menyatakan tujuan kerja jelas menetapkan harapan bahwa konselor dan klien
akan mengeluarkan upaya untuk mencapainya.
Kejelasan tidak fokus .
Menytakan dengan baik tujuan bekerja jelas untuk mengenali keterampilan bermasalah
pada klien mana yang perlu bekerja. Dimana kebingungan dan kesengajaan mungkin telah
memerintah sebelumnya, sekarang klien memiliki cukup tujuan yang jelas ke arah mana untuk
berjuang. Fokus tujuan kerja pada apa yang penting dan dengan demikian, hematkan upaya klien
dengan mengeluarkan atau kegitan periperal.

Motivasi meningkat .
Sasaran kerja dapat meningkatkan motivasi dan ketekunan karyawan karena mereka
menyediakan klien dengan sesuatu yang nyata untuk dicapai. Sasaran kerja juga
bisa meningkatkan motivasi konselor karena mereka juga memiliki tujuan untuk dicapai.

Dasar untuk merencanakan intervensi .


Jika tujuan kerja dinyatakan dengan jelas atau tidak jelas, para konselor dan klien tidak
memiliki dasar yang memadai untuk memilih strategi dan intervensi perencanaan

Dasar untuk evaluasi .


Terlepas dari kenyataan bahwa tujuan kerja berbeda dalam seberapa mudah mereka
melakukannya, mengukur, pernyataan tujuan memberikan dasar bagi klien dan konselor untuk
mengevaluasi kemajuan dan berhasil. Klien dapat memantau dan evaluasi kemampuan yang
ditargetkan pada awal; selama, di akhir, dan setelah konseling.

Dorongan untuk konseling diri sendiri .


Pernyataan tujuan kerja mengidentifikasi keterampilan yang memperkuat hal itu klien
membutuhkan keduanya sekarang dan di masa depan. Setelah konseling , klien lebih mungkin
melakukannya ingat pernyataan yang jelas tentang kekuatan keterampilan daripada jika tidak ada
pernyataan seperti itu. Mereka bisa menggunakan pengetahuan ini untuk mengkonsolidasikan
keterampilan yang ditargetkan.
Ada juga risiko untuk menyatakan tujuan. Risiko seperti itu biasanya terjadi jika tujuan
ditetapkan dan dinyatakan cara yang salah atau prematur. Kebanyakan risiko tidak melekat dalam
menetapkan tujuan.

Kurangnya penekanan pada perasaan .


Beberapa klien membutuhkan waktu, ruang dan dukungan untuk masuk sentuh dengan
kapasitas mereka untuk merasakan dan keinginan dan keinginan mereka. Risiko menyatakan
tujuan adalah bahwa klien tidak cukup konseling untuk merasakan diri sebagai orang yang
merasa. Ini bisa menjadi penekanan berlebihan pada berpikir dan melakukan dengan
mengorbankan perasaan yang dialami.

Pembatasan fokus yang belum waktunya


Tujuan dinyatakan terlalu kaku pada awal antarmuka dengan konselor
dan kemampuan klien untuk berurusan dengan problema yang muncul dan keterampilan yang
bermasalah. Dadu telah terjadi terlalu cepat. Beberapa masalah begitukompleks sehingga bahwa
pernyataan tujuan yang sederhana dalam sesi awal tidak membuatnya adil
Ketidaktelitian dan kedangkalan
Konselor mungkin salah menilai masalah dan bermasalah keterampilan dan ketidakakuratan ini
tercermin dalam penyataan dari tujuan kerja. Selanjutnya, para konselor mungkin hanya fokus
pada bagian-bagian masalah dan pada lebih sedikit daripada yang lebih penting keterampilan yang
bermasalah.

Menimbulkan resistensi dan penolakan .


Pernyataan tujuan dapat mendatangkan resistensi, ' Ya. . . tapi' tanggapan dan bahkan
pembangkangan terbuka. Tujuan kerja mungkin secara intelektual untuk konselor mungkin secara
emosional tidak rapi untuk klien yang harus segera menerapkannya, Ketahanan dan reservasi klien
dapat ditayangkan secara terbuka atau menjadi nyata kurangnya komitmen .

Mengontrol dan menekan klien .


Konselor dapat menyatakan lebih banyak hal untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri untuk kepastian dan prestasi daripada untuk konseling klien. Mereka mungkin
memiliki agenda sendiri dan teori hewan peliharaan bahwa mereka bekerja ke dalam pernyataan
tujuan. Ditambah , konselor dapat menyatakan tujuan dengan cara penekanan klien: misalnya
menetapkan tujuan tinggi yang tidak realistis, atau menyatakan mereka dengan cara yang
menuntut.

PERTIMBANGAN DALAM KEPUTUSAN TUJUAN


Disamping perbedaan antara tujuan manajemen masalah dan keterampilan bermasalah tujuan,
ada banyak pertimbangan lain ketika memutuskan pada sebuah tujuan.

Tujuan yang lebih tinggi


Dalam kemampuan konselor, ada 2 kategoi utama untuk tujuan yang lebih tinggi. Di Bab 1,
dibedakan antara tujuan akhir dari lifeskillš konseling, pribadi keunggulan , dan tujuan mediasi,
kemampuan khusus.
Kategori lain dari tujuan yang lebih tinggi adalah bahwa belajar untuk
menerapkan liveskills konseling model sebagai keterampilan diri konseling
untuk mengelola masalah dan mengubah keterampilan yang bermasalah. Alih-alih konselor
menggunakan beberapa model klien untuk identifikasi dan mengerjakan keterampilan
bermasalah, pelanggan belajar untuk berbuat banyak dari pekerjaan sendiri.
Model kemampuan konselor bertujuan untuk konseling klien dalam
menggunakan keterampilan yang ditargetkan dalam situasi serupa di masa depan. Namun jika
model itu sendiri diajarkan sebagai satu set keterampilan, klien dapat menerapkannya pada mereka
sendiri untuk permasalahan dan keterampilan bermasalah yang berbeda yang mereka awalnya
diminta bantuan.
Meskipun model lifeskill saya dan model manajemen masalah Egan berbeda, Egan juga
menganggap manajemen masalahny model bukan hanya sebagai alat konselor, tetapi juga alat
bantu mandiri (Egan, 19 00 ).

Tujuan sebagai hipotesis


Antara konselor dan klien adalah praktisi - peneliti: konselor bagaimana cara terbaik untuk
konseling, klien dalam cara terbaik untuk hidup.
Konselor perlu melihat kemampuan tujuan ilmiah. Mereka benar-benar serangkaian
'Jika. . kemudian. . . ' hipotesis. Misalnya, 'Jika saya mengembangkan saya keterampilan
pengambilan keputusan karir , maka saya akan membuat keputusan karir yang lebih baik sekarang
dan di masa depan . ' Keterampilan pengambilan keputusan karir mungkin kemudian dipecah
menjadi serangkaian sub hipotesis berkontribusi pada hipotesis utama.
Contoh lain adalah seorang remaja pemalu yang ingin menjadi lebih terbuka: 'Jika saya
memiliki aturan pribadi yang lebih realistis mengenai persetujuan orang lain, maka saya
cenderung menjadi lebih terbuka. ' Padahal tidak selalu menggunakan bahasa penelitian, konselor
dan klien berhipotesis yang mana keterampilan yang bermasalah berkontribusi pada masalah yang
berkelanjutan. Mereka kemudian menyatakan sebagai tujuan kerja
mengembangkan kekuatan dalam keterampilan yang ditargetkan. Sebagai hipotesis, tujuan
tersebut terbuka untuk modifikasi dalam umpan balik dan mengubah keadaan. Misalnya, klien
dan konselor mungkin menemukan bahwa keterampilan bermasalah lainnya lebih penting untuk
mencapai yang diinginkan hasil dari yang awalnya disepakati.

Tujuan awal dan yang muncul


Dalam sesi awal, konselor dapat mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mendefinisikan kembali
beberapa masalah dalam hal keterampilan dan kemudian bernegosiasi tujuan yang berdiri di
seluruh konseling. Tujuan lebih cenderung stabil di mana masalah relatif terfokus dan memiliki
kerangka waktu yang singkat, misalnya lewat tes mengemudi yang akan datang . Namun, pada
kesempatan lain, para konselor memperhitungkan hal-hal yang muncul tujuan baik sebagai
tambahan untuk, sebagai modifikasi, atau bahkan bukannya tujuan awal.
Situasi di mana konselor perlu memperhatikan sasaran yang muncul termasuk yang berikut ini.
Pertama, beberapa klien mungkin sangat cemas dan tidak berhubungan dengan proses
penilaian mereka. Klien yang sangat rentan mungkin memerlukan hubungan pengasuhan untuk
menurunkan pembelaan mereka dimana mereka siap untuk menerima beberapa tanggung jawab
untuk mengatasi masalah mereka. Sampai mereka memiliki lebih banyak waktu untuk berbagi
perasaan dan mempercayai para konselor, itu mungkin terlalu dini bernegosiasi cita-cita berpikir
dan tindakan keterampilan.
Kedua, beberapa masalah, seperti perkawinan masalah , mungkin begitu rumit sehingga para
konselor entah tidak mau atau tidak bisa menyatakan secara penuh berbagai tujuan pada akhir
penilaian awal. Terlalu penuh pernyataan keterampilan bermasalah tujuan hanya dapat
membingungkan klien dan risiko yang mengubah bantuan menjadi latihan intelektual yang
gersang. Terlalu kaku definisi keterampilan awal masalah klien mungkin juga mengecualikan
banyak hal yang berharga informasi yang akan muncul selama konseling.
Ketiga, baik untuk fokus dan untuk lebih banyak lagi masalah kompleks dan keterampilan
bermasalah, konselor selalu perlu dipersiapkan untuk mengubah dan menyempurnakan tujuan
dalam umpan balik dan mengubah keadaan klien.

Tujuan yang dipaksakan atau dinegosiasikan


Pertanyaan dasar adalah ' Tujuan siapa ini? Tujuan dapat berupa pusat perhatian atau berpusat
pada klien . Idealnya mereka berdua. Konselor dan klien berkolaborasi untuk
mengidentifikasi, çlarifr , menilai, dan mendefinisikan kembali masalah dalam hal keterampilan.
Ketika konselor secara sensitif dan menyeluruh melakukan tahap 1 dan 2 dari model
konseling kemampuan , pernyataan tujuan kerja di tahap 3 seharusnya tampaknya hasil logis dari
pekerjaan sebelumnya ini.
Negosiasi yang terlibat saat tiba konseptualisasi umum masalah klien dan keterampilan
bermasalah pada dasarnya berarti bahwa sasaran kerja berdasarkan konseptualisasi ini telah
dinegosiasikan juga.
Karena ruang telah disiapkan, baik konselor dan klien menetapkan tujuan yang sama. Risiko
para konselor memaksakan agetidas mereka sendiri karena tujuan selalu
ada. Terkadang konselor tidak cukup menyeluruh dalam mendefinisikan ulang masalah dalam hal
keterampilan dan terburu-buru dalam pernyataan tujuan untuk mereka sendiri untuk kepastian dan
prestasi konselor muda mungkin terutama rentan terhadap ini.
Beberapa konselor dapat bekerja dalam jarak yang
sempit dari keterampilan berpikir dan bertindak , dan sebagainya satu persatu perintah yang
dibatasi atau rentang dari tujuan dari diinginkan.
Konselor dapat menyajikan definisi dan tujuan keterampilan kepada klien dengan cara yang memberikan
ruang untuk diskusi.Sebagai tambahan, klien mungkin cenderung menyetujui dan mengatakan "ya" untuk
tujuan bekerja ketika mereka berarti "tidak atau mungkin".

Penolong mungkin gagal untuk mengenali isyarat bahwa negosiasi lebih lanjut dan eplanasi diperlukan.

Komitmen terhadap tujuan

Klien dapat memiliki berbagai tingkat komis terhadap tujuan Unis & Mann, 1977; Watson &
Tharp, 1989). Kadang-kadang klien secara terbuka mengungkapkan keraguan
tentang commitment; pada diskusi lainnya mereka mungkin berbicara komitmen, tetapi kemudian
gagal untuk bertindak. Ini adalah satu hal dari konseling mereka mencapai tujuan masalah, satu
lagi bagi klien untuk menyetujui, dan masih ada lagi untuk klien bekerja untuk melaksanakannya
baik sekarang dan di masa depan.
Ambivalensi klien hampir selalu af suatu e mendatang komitmen untuk tuj bekerja. Disatu sisi,
mereka ingin menjadi masalah gratis , namun di sisi lain menolak sepenuhnya mengakui tanggung
jawab pribadi untuk berubah keterampilan yang bermasalah . Dalam berbagai tingkatan, mereka
masih percaya pada solusi magis. Takut akan berubah , takut gagal dan takut sukses semua dapat
mengganggu komitmen (N el son Joncs , 1991 ).
Komitmen untuk tujuan bekerja mungkin memerlukan
menyerah otis berbayar dan keuntungan sekunder dari pola sebelumnya perilaku misalnya,
menyalahkan orang lain, atau penyalahgunaan zat , di samping itu, klien dapat kembali ke
lingkungan yang menghargai keterampilan kelemahan daripada konseling membangun kekuatan
keterampilan yang ditargetkan.Konselor perlu memperhatikan dengan cermat tingkat
komitmen cherna terhadap sasaran. Klien mungkin lebih cenderung berkomitmen pada tujuan
bersama yang dinegosiasikan dipaksakan .
Tujuan yang dinyatakan dalam istilah keahlian mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut
dan klarifikasi , baik awalnya maupun nanti. Sulit bagi klien untuk berkomitmen untuk
bekerja tujuan yang tidak sepenuhnya mereka pahami. Anda mungkin perlu bekerja dengan klien
dalam menjelajah imbalan untuk perubahan serta kerugian tidak berubah. Anda perlu
mengakui bahwa mungkin ada biaya berat untuk klien dalam memberikan up
panjang kebiasaan mapan se l f - mengalahkan berfikir dan bertindak Anda dapat
mengidentifikasi dan berdiskusi dengan klien potensial kesulitan dan kemunduran yang
dapat menurunkan kepercayaan diri .
Selain itu, ketika perencanaan intervensi , jika mungkin Anda harus membangun
penghargaan. Misalnya, pengentasan dini nyeri psikologis atau keberhasilan awal dalam
mencapai sub-tugas dapat memperkuat komitmen menuju tujuan. Hubungan bantuan yang
mendukung juga memberi penghargaan kepada klien .

Menentukan sasaran
Salah satu cara untuk mendefinisikan tujuan adalah dalam hal kemajuan dalam mengubah
keterampilan yang bermasalah daripada mengatasi masalah tertentu. Namun, ketika berfokus pada
keterampilan yang bermasalah, konselor dan klien perlu mempertimbangkan kriteria untuk
kemajuan dan pencapaian tujuan. Dalam realit y, karena klien harus mempertahankan kekuatan
keterampilan sepanjang hidup mereka, keterampilan yang bermasalah kelemahan tidak pernah
disembuhkan. Meskipun demikian, para konselor dapat berpikir tentang cara terbaik untuk
melakukannya amati dan ukur perubahan dalam pemikiran dan keterampilan bertindak yang
bermasalah, bahkan jika agak tidak tepat.
Misalnya, tujuan keseluruhan dari program perawatan berhenti merokok dalam
judulnya. Namun, konselor juga perlu memikirkan cara
mengukur keterampilan komponen . dari berhenti merokok dan menjaga perubahan ini.
Miisalnya ,perokok mungkin memiliki
sebuah kemampuan berpikir memprediksi kelemahan itu, “ kanker paru paru tidak bisa
terjadi pada saya. ' Untuk suatu periode tertentu, klien mungkin menyimpan sugesti dalam pikiran
dan juga apakah ada perbedaan; realistis prediksinya pernyataan diri.
Tujuan keterampilan yang bermasalah mungkin, pada akhir periode, baik untuk menghilangkan
prediksi palsu sepenuhnya atau, jika itu terjadi, selalu berselisih dan menggantinya.

KETERAMPILAN BERPIKIR KONSELOR


Bagaimana para konselor berpikir dengan cara mempengaruhi dalam menentukan sasaran.
Berikut ini adalah beberapa keterampilan berpikir yang relevan untuk menetapkan dan menyatakan
tujuan:
Penggunaan Kemampuan kerangka konseptual dan Bahasa
 Konselor menyatakan tujuan dalam model kemampuan perlu menilai dan
mengkonseptualisasikan masalah dalam diri.
 Konselor berpikir tidak hanya tentang masalah, tetapi tentang mengidentifikasi
keterampilan bermasalah pada masalah yang berkelanjutan. Pada tahap ini, menilai
masalah dan mendefinisikan mereka dalam hal keterampilan, kemampuan konselor
hampir selalu memecahkan masalah ke dalam pemikiran dan keterampilan bertindak
mereka komponen .
 Konselor menyatakan tujuan keseluruhan dan sub-tujuan keterampilan bermasalah yang
diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan tujuan keseluruhan.

Atribut secara akurat


 'Siapa yang memiliki tujuan kerja?' dan ' Siapa yang memiliki tanggung jawab untuk
mencapai tujuan kerja? ' Jika konselor dan klien berkolaborasi dengan baik dalam
pekerjaan konseling ,kemudian redefinisi dari masalah mereka dalam hal keterampilan
harus cukup jelas bagi klien.
 Mengikuti laporan tujuan konseling dengan mudah dari yang disepakati bersama untuk
konseptualisasi masalah dan keterampilan yang bermasalah .
 Konselor telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam konseling klien dalam
memahami masalah mereka dengan cara di mana mereka dapat mengerjakannya.
 Tujuan konseling dapat dimiliki oleh klien dan konselor, meskipun dengan Cara yang
berbeda. Klien memiliki tujuan untuk diri mereka sendiri, sedangkan konselor memiliki
tujuan sebagai panduan untuk konseling. Kedua konselor dan klien juga memiliki
tanggung jawab untuk mencapai tujuan kerja: konselor menjadi tanggung jawab
'profesional', klien adalah tanggung jawab 'pribadi'. Konselor perlu berhati-hati untuk
mengaitkan terlalu banyak tanggung jawab untuk membentuk kerja tujuan untuk diri
mereka sendiri. Klien lebih cenderung merasa bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan jika mereka telah berkontribusi untuk membentuk mereka.
 Tujuan harus realistis untuk klien, yang dianggap sebagai penting untuk mengelola
pr obems mereka, konsisten dengan v a lues mereka , dan dapat dipahami. Fonning dan
menyatakan tujuan kerja adalah tanggung jawab bersama antara konselor dan klien.

Aturan Umum dan Khusus dalam Konseling

Peraturan khusus dan aturan konseling dapat mempengaruhi secara negatif bagaimana konselor
menetapkan sasaran.
Berikut adalah beberapa aturan helper yang tidak realistis yang dapat berkontribusi pada
pernyataan tujuan kerja yang salah:
 "Aku harus mendapatkan hasil yang cepat."

 'Aku harus selalu konseling klien menetapkan sasaran tinggi.'

 'Aku harus menjadi orang yang memegang kendali.'

 "Aku harus selalu menyatakan tujuan kerja secara komprehensif."

 ' Klien harus selalu diperlakukan seolah-olah mereka sangat rentan.'

 "Saya harus selalu menyatakan tujuan kerja sebelum akhir sesi awal."

 'Saya tidak pernah harus merevisi laporan awal tujuan workiiig.'

 'Semua bantuan harus jangka pendek

 'Semua bantuan harus jangka panjang,'

 'T harus selalu disukai oleh klien saya'

 "Aku tidak boleh membuat kesalahan saat menyatakan tujuan kerja."

Konselor mungkin perlu mengenali , menentang , dan merumuskan aturan khusus yang tidak
realistis itu letakkan tuntutan yang tidak perlu pada diri mereka dan klien. Aturan yang tidak
realistis dapat menghilangkan masalah konseling proses serta klien tekanan atau infantilise .
Selanjutnya, para konselor mungkin sangat rentan terhadap umpan balik klien dan 'hal-hal yang
perlu dilakukan dengan benar'. Idealnya, para konselor merumuskan dan menyatakan tujuan kerja
bukan berdasarkan irasional mereka sendiri berpikir , tetapi hanya demi kepentingan terbaik klien

Melihat secara akurat


Dalam banyak cara seberapa akurat Anda merasakan dapat mempengaruhi
bagaimana Anda menyatakan tujuan kerja.
 Pertama, Anda mungkin telah mengabaikan atau salah mengartikan
signifikan informasi ketika mengidentifikasi, mengklarifikasi dan menilai masalah
klien. Contohnya, Persepsi Anda tentang masalah klien Anda mungkin diwarnai oleh
perjuangan masa lalu Anda sendiri dan keadaan sekarang. Oleh karena itu keahlian
Anda mendefinisikan ulang mungkin telah menderita dan, dalam putar , pernyataan
Anda tentang tujuan kerja.
 Kedua, Anda mungkin salah mengartikan betapa realistisnya Anda tujuan adalah untuk
klien.
 Ketiga, Anda mungkin salah memahami seberapa baik klien Anda
memahami pernyataan Anda tentang tuhan yang bekerja, meskipun Anda mungkin
telah memeriksanya dengan mereka.
 Keempat, Anda mungkin salah mengartikan isyarat resistensi dan kurangnya
komitmen dan dengan demikian tidak alamat mereka. Memahami klien Anda secara
akurat selalu sulit karena para konselor membawa begitu banyak 'barang' mereka
sendiri untuk konseling. Namun demikian, Anda harus sadar bahwa Anda memang
demikian selalu berisiko mendistorsi klien . Anda harus berusaha untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki cara khusus di mana Anda melakukan ini.

Memprediksi secara Realistis


 Pernyataan tujuan kerja mengasumsikan prediksi bahwa jika klien mencapai beberapa
atau semua keterampilan yang ditargetkan, mereka akan membuat kemajuan dalam
mengelola masalah.
 Konselor mungkin memprediksi atau tidak
memprediksi kemampuan klien untuk mengembangkan kekuatan keterampilan; merek
a mungkin menetapkan tujuan bekerja yang terlalu tinggi atau rendah. Selanjutnya,
konselor mungkin secara tidak akurat memprediksi imbalan dan biaya yang terlalu
tinggi dari upaya klien untuk mengubah perilaku mereka .
 Dalam memprediksi hadiah secara tidak akurat, para konselor mungkin melebih-
lebihkan atau meremehkan konsekuensi yang baik. Demikian pula, dalam memprediksi
biaya tidak akurat, konselor mungkin meremehkan atau melebih-lebihkan konsekuensi
buruk (Nelson-Jones,1989).
 Memprediksi imbalan dan biaya secara akurat dan relevan untuk memprediksi
ketekunan klien dalam bekerja menuju sasaran yang ditargetkan. Untuk mengatasi
kecenderungan untuk prediksi yang tidak akurat saat mengatur tujuan , helpera dapat
meninjau probabilitas lebih ketat dan menilai
kembali koping klien kapasitas . Konselor juga dapat merencanakan intervensi untuk
konseling klien dalam menangani kesulitan dan kemunduran.
KETERAMPILAN TINDAKAN KONSELOR

Laporan dari tujuan konseling adalah 'sisi - lain' redefinisi masalah klien keterampilan
konselor . Konselor mengambil redefinisi yang diungkapkan dalam hal keterampilan berpikir
dan kelemahan hipotesa keterampilan aksi dan mengubahnya
menjadi pernyataan positif konseling dan tujuan konseling diri sendiri.
Banyak tumpang tindih ada di antara keterampilan untuk mendefinisikan kembali
masalah dalam hal keterampilan dan menyatakan tujuan kerja.

Presentasikan Dasar Pemikiran


Menjelang akhir stage 2, konselor mempresentasikan alasan untuk mendefinisikan
kembali masalah dalam hal keterampilan. Setelah konselor dan klien telah tiba di sebuah ruangan;
saling setuju konseptualisasi dari masalah dalam hal keterampilan, konselor dapat
membuat pernyataan transisi yang memperkenalkan gagasan tentang tujuan kerja:

Jon, kami sekarang telah mengidentifikasi dan menyepakati beberapa

kemungkinan pemikiran dan kelemahan keterampilan tindakan oleh

yang h Anda dapat berkontribusi untuk po hubungan atau Anda

dengan Pam. Tujuan Anda secara keseluruhan adalah memiliki yang baik

hubungan ibu-anak dengan dia. Dengan membalik

keterampilan yang mungkin Anda kelemahan menjadi positif

tujuan Anda lebih lihat di mana Anda mungkin

bekerja untuk mengembangkan kekuatan keterampilan. Semoga,

Memiliki ing pernyataan positif dari goa l s akan memotivasi

Anda untuk terus bekerja pada mereka sekarang dan di

masa depan . Juga, pernyataan tujuan semacam itu memberi kita a.

fokus untuk mendiskusikan cara terbaik untuk mencapainya .


Namun, jika tujuan baru atau di mana-mana muncul, kita masuk

perbarui atau ubah pernyataan tujuan kami.

Mempergunakan Papan Tulis


 Sebuah keuntungan besar dari menggunakan papan tulis adalah kemudahan yang dua-
kolom T redefinisi dari kelemahan berpikir dan aksi dapat
disunting pernyataan kekuatan keterampilan yang diinginkan.
 Selain itu,papan tulis membuat bulu lebih mudah
klien untuk membuang tujuan kita. Sebuah keuntungan lebih lanjut dari papan tulis
adalah bahwa kedua klien gersang Anda dapat menurunkan pernyataan pemikiran dan
sasaran keterampilan tindakan yang sama untuk setiap masalah.

Menggunakan Keterampilan Memeriksa


 Meskipun Anda telah memeriksa redefinisi Anda dengan klien dan, jika perlu,
mengubahnya, Anda masih harus memeriksa reaksi mereka untuk melihat
mereka kelemahan keterampilan bermasalah dinyatakan sebagai tujuan kerja yang
positif.
 Klien mungkin membutuhkan lebih lanjut klarifikasi mengenai beberapa
keterampilan . Meskipun Anda mungkin mencoba untuk memperjelas.
 Keterampilan tujuan, anda mungkin harus menunda sesi berikutnya s penjelasan rinci
dari mereka. Selanjutnya, klien mungkin tidak sepenuhnya memahami makna dari
keterampilan tertentu, terutama keterampilan berpikir , sampai mereka sudah mahir
menggunakannya.

Memperhatikan Perasaan
 Beberapa klien merasa sangat positif tentang pernyataan tujuan bekerja
dan se mereka sangat memotivasi. Namun, pernyataan tujuan bekerja dapat
mengancam
yang lain . Tujuan berkonotasi pada kebutuhan akan upaya dan perubahan. Tingkat
ambivalensi adalah tak terhindarkan dalam hal tujuan kerja. Perhatikan resistensi dan
reservasi. Konselor membutuhkan kepekaan terhadap suara dan isyarat tubuh dari
komitmen yang tidak memadai.
 Bahkan meskipun klien dapat mengungkapkan komitmen dan keyakinan, pesan
nonverbal mereka dapat menunjukkan sebaliknya. Jika memungkinkan bekerja melalui
dengan klien reservasi mereka dan kesulitan komitmen . Beberapa klien merasa lebih
nyaman tentang tujuan ketika mereka menjadi lebih jelas tentang bagaimana cara
mencapainya.

Fleksibel
Ada banyak alasan mengapa Anda harus fleksibel dalam menyatakan bekerja tujuan . Selalu
mempertimbangkan pertimbangan klien dan masalah. Beberapa klien mungkin datang hanya
untuk satu sesi, misalnya untuk meminta kenaikan gaji yang dijanjikan, dan mencari lebih banyak
strategi untuk menangani masalah mereka daripada analisis keterampilan. Anak-anak
bisa membutuhkan pernyataan singkat dan sederhana tentang tujuan kerja yang lebih berfokus
pada keterampilan bertindak alih - alih keterampilan berpikir, meskipun yang terakhir mungkin
relevan.
Dengan klien dengan kompleks masalah , Anda mungkin menyatakan tujuan kerja
untuk area masalah prioritas terbesar untuk Anda klien . Anda kemudian dapat mengindikasikan
bahwa area masalah lain akan ditangani
mode serupa atau sebutkan satu atau dua tujuan kerja ilustratif untuk setiap area masalah.
Jika ada fitur keterampilan problematik tertentu di banyak bidang masalah yang berbeda,
misalnya aturan pribadi yang tidak realistis , Anda dapat menyatakan mengembangkan aturan
pribadi yang realistis secara luas tujuan kerja . Kesempatan lain untuk fleksibilitas
adalah bahwa orang - orang dalam krisis mungkin memerlukan gol dan rencana untuk
menghadapi kesulitan langsung mereka. Konseling klien-klien ini memikirkannya masalah dalam
keterampilan terrns dan menyatakan tujuan kerja bisa datang nanti, jika sama sekali.

Contoh menyatakan tujuan kerja

Di bawah ini adalah contoh yang menyatakan tujuan kerja. Contoh pertama terdiri dari
pernyataan workingf tujuan kerja, satu singkat dan yang lain cukup rinci, untuk dua pekerjaan Jim
Blake masalah terkait . Contoh kedua adalah pernyataan tujuan kerja untuk sebuah perguruan
tinggi yang pemalu siswa , Anita Walton.
Kelompok 7
A. Pengertian Intervensi
Intervensi adalah perilaku yang disengaja yang dirancang untuk membantu klien
mencapai manajemen masalah dan sasaran keterampilan yang problematis. Intervensi
berarti strategi bantuan (Cormier & Cormier, 1985), prosedur efektif (Hutchins & Cole,
1986), atau teknik terapi (Goldfried & Davison, 1976).
Dalam pengertian yang lain intervensi adalah upaya untuk mengubah perilaku,
pikiran, atau perasaan seseorang (Markam, 2003). Dapat dilakukan oleh professional atau
terapis bidang lain (tidak harus psikolog).

Adapun beberapa fungsi dari intervensi yang dapat dilakukan oleh konselor untuk
membantu klien dalam mengatasi permasalahannya antara lain:

1. Intervensi atau strategi untuk perubahan bisa jadi berpusat pada konselor atau berpusat
pada klien, misalnya konselor dapat memberikan saran kepada klien tentang bagaimana
berperilaku.
2. Dengan intervensi yang berpusat pada klien, para konselor mengembangkan kapasitas
klien untuk melakukan intervensi dalam masalah mereka sendiri dan bidang
keterampilan yang bermasalah, misalnya para konselor dapat membantu klien dalam
memantau pemikiran mereka. Baik konselor maupun klien bisa menjadi agen
intervensi.

Dalam konteks kemampuan hidup, sasaran intervensi dari konselor harus dilakukan
untuk memperkuat intervensi klien sendiri, misalnya: “Saya sebagai konselor paling
banyak digunakan untuk anda sebagai klien jika saya membantu anda untuk melakukan
intervensi, pada awalnya dengan bantuan saya tapi kemudian anda sendiri dapat
mengembangkan dan memelihara kemampuan anda untuk mengelola masalah Anda”.
“konselor memerlukan perbendaharaan intervensi atau keterampilan intervensi untuk
mencakup berbagai kelemahan dari klien”.

B. Pengertian Rencana
Rencana adalah pernyataan keseluruhan tentang bagaimana menggabungkan dan
mengurutkan intervensi untuk mengelola masalah dan mencapai tujuan kerja. Istilah
“rencana pengobatan” kadang-kadang digunakan (Cormier & Cormier, 1985). Resiko yang
mungkin terjadi dengan istilah “rencana pengobatan” adalah bahwa hal itu mungkin
berkonotasi dengan pemusat perhatian daripada kemampuan klien dalam mengembangkan
diri untuk membantu diri mereka sendiri. Istilah “rencana kerja” mungkin lebih tepat,
karena rencana menyediakan kerangka kerja dimana konselor dan klien bekerja. Rencana
menunjukkan intervensi yang mengatur sebelumnya. Namun, seperti yang ditulis oleh
penulis Romawi Publilius Syrus pada abad pertama SM, 'Ini adalah rencana buruk yang
mengakui tidak ada modifikasi.'

POKOK PEMBAHASAN

1. MEMILIH INTERVENSI
Banyak dari konselor pada sesi awal awal setelah membuat perencanaan kerja,
mengalami rasa kekosongan tentang kemampuan mereka melakukan sesuatu yang berguna
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharakan. Melampaui penilaian terhadap
intervensi pemilihan dan perencanaan menciptakan tekanan tambahan bagi mereka untuk
“mengantarkan barang”, dibutuhkan waktu bagi para konselor untuk membangun
perbendaharaan intervensi dan kepercayaan akan keefektifannya. Konselor yang sering
bahkan berpengalaman menemukan bahwa keputusan tentang intervensi tidak dipangkas
dan melibatkan pertukaran antara pertimbangan yang saling bertentangan. Kecemasan
awal para konselor tentang memilih intervensi tidak merugikan diri sendiri. Bagaimana
Anda mengatasi kecemasan, Anda menentukan hal ini:
a. Kriteria untuk memilih Intervensi

Bagian ini lebih berfokus pada bagaimana memilih intervensi daripada memilih
bagaimana menerapkan intervensi. Begitu Anda memiliki pernyataan tentang tujuan
kerja, langkah selanjutnya adalah memilih intervensi yang tepat. Anda tidak memulai
dari nol dalam melakukan ini. Bahkan saat Anda mengklarifikasi, menilai dan
mendefinisikan ulang masalah klien dalam istilah Keterampilan, Anda mungkin
membuat hipotesis intervensi. Sekarang saatnya untuk mengklarifikasi dan
memperbaiki ini. Berikut adalah beberapa kriteria untuk disertakan dalam pengambilan
keputusan dalam memilih intervensi:
1. Pentingnya Membangun Hubungan Pendukung

Apapun intervensi lain yang Anda pilih, Anda selalu menawarkannya dalam
konteks hubungan membantu yang mendukung. Resiko bagi beberapa konselor saat
memecahkan masalah, menetapkan tujuan kerja dan menentukan intervensi adalah
orientasi teknik mereka. Orang yang menekankan hubungan suportif mungkin
merupakan intervensi utama bagi beberapa klien yang rentan sampai mereka
mendapatkan lebih kepercayaan diri dan wawasan. Bagi semua klien, hubungan
yang mendukung dapat berkontribusi pada kualitas aliansi kerja
(Kokotovic&Tracey, 1990) dan memfasilitasi motivasi klien.

Selanjutnya, hubungan yang mendukung dapat membantu lebih banyak


intervensi yang berorientasi pada tugas, misalnya dengan memberikan iklim
emosional yang lebih baik untuk bermain peran dan melatih keterampilan.

2. Penekanan Intervensi Tentang Mengelolah Masalah atau Membuat


Perubahan
 Keterampilan mengatasi masalah

Anda dan klien Anda mungkin memilih untuk lebih fokus dalam
mengelola masalah langsung daripada mengubah keterampilan bermasalah.
Bagaimana Anda melakukan intervensi akan sangat dipengaruhi oleh keputusan
seperti itu. Situasi dimana mungkin ada penekanan lebih pada manajemen
masalah daripada pada intervensi keterampilan. Adapun hal-hal berikut antara
lain:

Pertama, klien mungkin dalam krisis. Mereka mungkin merasa terbebani oleh
intensitas emosi mereka dan merasa shock, bingung, sangat cemas, sangat
depresi, sangat marah, memikirkan bunuh diri dan takut akan kegilaan atau
gangguan saraf. Tujuan intervensi penolong dalam krisis mencakup antara lain:
(1) Melindungi klien, (2) Menenangkan mereka, dan (3) Membantu mereka saat
ini untuk memecahkan masalah dan merencanakan sehingga mereka
mendapatkan kembali menendalikan kehidupan mereka. Fokus yang jelas pada
keterampilan bermasalah ditangguhkan sampai nanti, jika sama sekali.
Kedua, klien mungkin menghadapi masalah segera: misalnya ujian mendatang,
pertunangan atau konfrontasi publik dengan orang-orang yang sulit. Konselor
dan klien bersama mengembangkan 'rencana permainan' untuk menghadapi
situasi segera daripada menekankan keterampilan membantu diri sendiri untuk
kemudian.

Ketiga, klien mungkin memiliki tujuan yang terbatas. Berurusan dengan


masalah segera ingin diselesaikan mungkin hanya itu yang mereka punya.
Karena beberapa dari klien tidak memiliki banyak waktu karena
kesibukkannya.

Keempat, jadwal Anda sendiri sebagai konselor mungkin sangat sibuk sehingga
yang dapat Anda tawarkan adalah bantuan manajemen masalah 'pertolongan
pertama'.

3. Relevansi Intervensi untuk Memenuhi Tujuan Kerja

Kemampuan hidup sangat membantu menekankan tujuan berpikir dan


tindakan kerja daripada tujuannya sendiri. Setelah mengambil kesulitan untuk
menilai klien dan menegosiasikan definisi kerja, para konselor telah meletakkan
dasar untuk memilih intervensi. Misalnya, dengan malu Anita (lihat Bab 7, hal.
199-200) yang memiliki tujuan berpikir untuk memiliki peraturan pribadi yang
realistis tentang persetujuan, konselor mungkin mempertimbangkan serangkaian
intervensi yang berfokus pada pengembangan keterampilan peraturan antara lain:

a) Memberikan alasan untuk intervensi


b) Mengidentifikasi peraturan-peraturan yang tidak realistis yang ada baik di
dalam maupun di luar sesi bantuan
c) Menunjukkan peraturan yang saling memperdebatkan dan merumuskan
kembali
d) Melatih klien
e) Menetapkan pekerjaan rumah yang sesuai.
Untuk tujuan keterampilan tindakan Anita yang malu berbicara akhirnya
dapat bersuara dengan keras dan lebih percaya diri, konselor tersebut mungkin
mempertimbangkan sejumlah intervensi antara lain:

a) Meminta Anita untuk mendapatkan umpan balik dari orang lain mengenai
bagaimana mereka menemukan suaranya
b) Mendorong Anita untuk berbicara selama proses terapi
c) Mengeksplorasi bagaimana perasaannya saat dia berbicara dengan tenang atau
keras
d) Membuatnya berbicara dengan lebih sistematis lagi di dalam dan di luar, dan
mungkin mengajaknya menemui terapis wicara.

Pilihan tujuan kerja Anda menyediakan kerangka kerja yang baik untuk
pilihan intervensi Anda, dengan setiap intervensi memiliki banyak pilihan di dalam
bagaimana Anda benar-benar menerapkannya.

4. Bantuan Kompetensi untuk Menjadi Intervensi Administrasi

Cormier and Cormier mengamati bahwa 'jika satu-satunya alat Anda adalah
palu, Anda mungkin akan memperlakukan segala sesuatu seolah-olah itu adalah
kuku' (1985, h.297). Seorang konselor yang bijaksana tahu keterbatasan alat
mereka. Anda perlu mengakui berbagai intervensi di mana Anda dapat bekerja
secara efektif. Awalnya, mulai para konselor mungkin fokus untuk membangun
aspek intervensi berpusat pada klien. Misalnya, intervensi untuk membantu klien
membangun keterampilan berpikir untuk mengidentifikasi, mempermasalahkan
dan merumuskan kembali peraturan pribadi yang tidak realistis berkaitan dengan
banyak masalah klien (Ellis, 1980, 1989).

Demikian pula, intervensi untuk membantu klien belajar keterampilan


menyampaikan pesan verbal, suara, dan tubuh secara asertif memiliki relevansi
yang luas (Alberti & Emmons, 1990). Kriteria lain untuk mengembangkan aspek
intervensi Anda adalah berfokus pada penggunaan yang paling banyak digunakan
pada populasi klien yang dengannya Anda bekerja atau cenderung bekerja. Seiring
berjalannya waktu, kebanyakan konselor memperoleh dana pengetahuan praktis
mengenai tujuan dan intervensi kerja yang membantu kelemahan jenis masalah dan
masalah.

Konselor baru tidak dapat mengharapkan untuk melakukan intervensi


dengan kompeten tanpa pelatihan, latihan dan supervisi yang memadai. Sejumlah
kecil intervensi yang dilakukan secara menyeluruh pada umumnya membantu klien
lebih dari jumlah yang lebih besar yang dilakukan secara dangkal. Anda memberi
sedikit tekanan pada diri sendiri jika ingin mencapai agenda yang terbatas dengan
baik daripada mencoba terlalu banyak. Meskipun beberapa konselor baru terlalu
banyak, banyak yang meremehkan potensi bantuan mereka. Meremehkan ini dapat
menyebabkan para konselor baru tidak menyarankan intervensi atau tidak
menerapkannya dengan percaya diri. Kesadaran diri dan tingkat ketidaknyamanan
tidak dapat dielakkan saat mempelajari intervensi baru. Jika merasa kurang percaya
diri, Anda memerlukan pelatihan dan pengawasan yang baik ditambah dengan
penilaian diri yang realistis. Anda juga harus terbuka terhadap umpan balik klien
tentang seberapa baik Anda menerapkan intervensi. Konselor yang berpengalaman
juga mungkin meragukan diri mereka sendiri karena mereka mengambil resiko
untuk mengembangkan aspek-aspek intervensi mereka. Meski begitu, penting bagi
mereka untuk terus membangun keterampilan mereka.
5. Dukungan Teoris dan Penelitian untuk Intervensi

Instruktur yang terampil beroperasi dalam kerangka teoritis. Intervensi yang


Anda tawarkan harus didasarkan pada prinsip-prinsip Psikologis dalam
pembelajaran, pemeliharaan dan perubahan perilaku. Kerangka kerja lifeskills yang
disajikan di Bab I memberikan sebuah pernyataan teoritis pengantar untuk menilai
intervensi. Anda harus berusaha untuk mengetahui dan terus mengikuti literatur
praktisi dan penelitian di bidang di mana Anda membantu atau berniat membantu.
Dengan cara ini Anda dapat mengetahui tentang intervensi yang ada dan yang baru.
Juga, Anda dapat menilai dukungan empiris mereka. Terkadang Anda mungkin
menemukan temuan dalam literatur yang menunjukkan bahwa intervensi yang
digunakan dalam kombinasi lebih efektif daripada intervensi yang digunakan
dalam isolasi. Misalnya, dalam pekerjaan perkawinan, dengan fokus pada
peningkatan pertukaran perilaku bermanfaat di antara pasangan lebih membantu
dalam kombinasi dengan pelatihan komunikasi (Jacobson et al., 1985).

Pada kesempatan lain, Anda mungkin menemukan bahwa intervensi


berbeda individu terbukti efektif dalam mencapai hasil yang serupa. Misalnya,
Moon dan Eisler (1983) melakukan studi tentang pengendalian kemarahan dengan
subjek sarjana yang secara acak ditugaskan untuk inokulasi stres kognitif,
pemecahan masalah, keterampilan sosial, atau kelompok perhatian minimal. Pada
pasca perawatan, semua kelompok perlakuan melaporkan kejadian yang
menimbulkan lebih banyak kemarahan secara signifikan dan memiliki skor yang
jauh lebih rendah pada persediaan kemarahan daripada kelompok kontrol. Namun,
ada juga perbedaan antara kelompok: kelompok pemecahan masalah dan
keterampilan sosial menunjukkan perilaku asertif yang lebih terampil secara sosial
di hadapan rangsangan yang menimbulkan rasa marah daripada kelompok
inokulasi stres kognitif. Alasan mengapa berbagai intervensi dapat menyebabkan
hasil yang serupa mencakup kontribusi bersama dari hubungan membantu di setiap
intervensi dan peningkatan keyakinan self-efficacy klien (kepercayaan pada
kemampuan mereka untuk mengatasi lingkungan mereka) yang disebabkan oleh
intervensi yang berbeda. Saat membaca studi penelitian, perhatikan secara khusus
perawatan peningkatan pengobatan. Selalu membaca literatur penelitian secara
kritis.

6. Pertimbangan Klien

Berbagai pertimbangan klien mempengaruhi baik memilih dan menerapkan


intervensi. Pertimbangan klien meliputi hal berikut:

a) Tingkat kecemasan dan rasa berharga. Konselor selalu perlu untuk


memperhitungkan bagaimana klien yang rentan secara psikologis dan seberapa
buruk kecemasan mereka mengganggu perasaan, pemikiran dan tindakan
mereka. Misalnya, intervensi komunikasi konflik perkawinan mengasumsikan
kemampuan klien untuk menerima beberapa tanggung jawab untuk
berkontribusi terhadap tekanan material. Intervensi khusus untuk membangun
keterampilan pengambilan keputusan karir mungkin terlalu dini bagi klien yang
sangat tidak berhubungan dengan proses penilaian mereka. Intervensi
keterampilan tindakan untuk membantu klien yang sangat cemas memulai
persahabatan mungkin perlu menunggu mereka mendapatkan rasa harga diri
yang cukup untuk menerapkannya.
b) Motivasi dan resistensi. Dengan penekanannya pada pengembangan
keterampilan membantu diri klien, motivasi adalah masalah penting dalam
membantu menyelamatkan jiwa. Seperti tujuan, klien bisa mengatakan 'ya'
untuk Intervensi bila mereka bermaksud 'tidak' atau 'mungkin', konselor perlu
menilai motivasi klien untuk menerapkan intervensi dan menggali potensi dari
kesulitan dan hambatan. Klien perlu memiliki intervensi baik secara intelektual
maupun emosional untuk menunjukkan komitmen untuk mencapainya.
Intervensi yang membawa penghargaan awal, termasuk menghilangkan
tekanan psikologis, meningkatkan motivasi.
c) Harapan dan prioritas. Terkait motivasi adalah sejauh mana intervensi
diarahkan pada hasil yang diinginkan dan diharapkan oleh klien dari membantu.
Anda selalu perlu mempertimbangkan prioritas klien. Misalnya, klien yang
masuk membantu untuk mengelola masalah segera mungkin tidak ingin
intervensi terfokus pada pengembangan keterampilan jangka panjang. Klien
yang melihat masalah karir sebagai fokus utama untuk membantu dapat
menolak intervensi yang berfokus pada kehidupan pribadi mereka.
d) Umur dan kedewasaan. Konselor harus menyesuaikan intervensi dengan usia
klien. Misalnya, meskipun keterampilan persahabatan untuk orang dewasa dan
anak-anak pra-remaja memiliki kemiripan, anak-anak dan orang dewasa
memerlukan keterampilan yang agak berbeda untuk berhubungan dengan
kelompok sejawat dan pertemanan. Anda juga perlu mempertimbangkan berapa
banyak anak-anak dan orang dewasa mengetahui tentang hubungan, dan harus
memberikan intervensi sesuai dengan usia dan kematangan klien: misalnya,
dengan penggunaan bahasa yang bervariasi.
e) Tingkat kecerdasan dan kemampuan untuk memahami intervensi. Bergantung
pada tingkat kecerdasan mereka, beberapa klien mungkin mengalami kesulitan
dalam memahami intervensi tertentu, misalnya kemampuan berpikir untuk
mengidentifikasi kemungkinan kesalahan persepsi, menghasilkan alternatif dan
memilih persepsi yang paling sesuai. Konselor harus bekerja dengan intervensi
yang bisa dipahami oleh klien. Akhirnya klien harus memahami pilihan yang
ada sehingga mereka dapat menerapkan intervensi yang tepat untuk mereka
sendiri.
f) Budaya. Konselor harus memperhatikan budaya klien saat memilih dan
menerapkan intervensi. Misalnya, aturan untuk pekerjaan dan hubungan pribadi
sangat berbeda antar budaya (Argyle, 1986); Intervensi keterampilan hubungan
perlu memperhatikan peraturan budaya yang relevan.
g) Jenis kelamin. Bergantung pada seks biologis mereka, klien mungkin telah
mempelajari kekuatan dan kelemahan keterampilan yang berbeda. Konselor
harus berhati-hati untuk tidak menyesuaikan klien dengan stereotip maskulin
dan feminin. Meskipun demikian, mereka masih dapat menilai di mana
pengkondisian peran seks yang tidak pantas mengganggu perkembangan
kemampuan bertahan hidup klien, dan memilih intervensi yang sesuai.
h) Faktor pendukung Keluarga, kelompok sebaya, kelompok persahabatan dan
rekan kerja dapat mendukung atau mengganggu perolehan keterampilan.
Terkadang klien dapat dilatih untuk mengidentifikasi dan menggunakan
dukungan lingkungan yang lebih baik. Sebagai bagian dari proses ini, mereka
mungkin juga belajar keterampilan untuk lebih mendukung orang lain. Pada
kesempatan lain, intervensi dapat berfokus pada membantu klien
mengembangkan keterampilan untuk melindungi diri dari tekanan lingkungan.
i) Pertimbangan praktis. Pertimbangan praktis dapat mempengaruhi pilihan
intervensi: misalnya, menekan kesulitan saat ini, mengancam tugas yang akan
datang, tantangan dan tekanan tak terduga, waktu yang tersedia untuk
membantu, apakah klien tinggal secara lokal, keadaan keuangan dan
sebagainya.
7. Membangun Keterampilan Diri Sendiri

Bila memungkinkan, pilih dan implementasikan intervensi yang


mengembangkan keterampilan membantu diri klien. Beberapa intervensi dapat
secara langsung menangani masalah keterampilan mempertahankan klien:
misalnya, membantu klien mengembangkan harapan dan atribusi yang realistis
tentang kesulitan memperoleh dan mempertahankan keterampilan. Konselor juga
dapat memilih untuk menerapkan intervensi dengan cara-cara yang menekankan
pada swadaya: Contohnya adalah memastikan bahwa klien memahami dan dapat
mengungkapkan secara verbal urutan pilihan yang terlibat dalam keterampilan
spesifik: misalnya relaksasi yang diatur sendiri yang kontras dengan relaksasi yang
diberikan oleh pembantu.

8. Persyaratan Intervensi Kelompok

Konselor perlu mempertimbangkan apakah klien dapat mencapai beberapa


atau semua tujuan kerja mereka dengan mengikuti satu atau lebih kelompok
pelatihan lifeskills (Nelson-Jones, 1991). Klien lain mungkin mendapatkan
keuntungan dari bergabung dalam kelompok interaksional jangka panjang, jika
memungkinkan menggabungkan fokus keterampilan (Corey, 1990; Gazda, 1989;
Yalom, 1985). Pertimbangan yang relevan untuk memilih intervensi kelompok
mencakup:

a) Sifat masalah klien


b) Tersedianya kelompok yang sesuai dan keinginan klien untuk berpartisipasi
dalam kerja kelompok alih-alih
c) Bersamaan dengan, atau setelah pekerjaan individual.
9. Persyaratan Intervensi yang Melibatkan Pihak Ketiga

Terkadang Anda dapat memilih untuk bekerja dengan lingkungan klien.


Misalnya, dengan murid yang depresi, agresif atau mencari perhatian, konselor
sekolah dapat memilih untuk bekerja dengan orang tua atau keluarga klien juga.
Anda juga bisa melibatkan pihak ketiga sebagai asisten pembantu. Misalnya, Anda
bisa meminta orang tua, guru atau teman sebaya untuk membantu klien yang malu
mengembangkan keyakinan dan keterampilan. Dalam situasi kerja, Anda dapat
meminta bantuan supervisor dan manajer, misalnya dalam mengembangkan
keterampilan berbicara di depan umum karyawan.
10. Persyaratan Referral

Membuat rujukan umumnya menyiratkan penilaian Anda bahwa pekerja


lain dapat menangani masalah klien dan keterampilan bermasalah lebih baik dari
yang Anda bisa. Anda mungkin mulai membuat hipotesis rujukan di tahap awal
model lifeskills. Apakah Anda menerapkannya atau tidak, tergantung pada apakah
dan kapan Anda menjadi cukup jelas bahwa rujukan sesuai dengan kepentingan
klien Anda. Jika masalah dan keterampilan bermasalah muncul yang lebih baik
ditangani orang lain, Anda bisa membuat rujukan pada tahap selanjutnya untuk
membantu.

Banyak pertimbangan mempengaruhi keputusan mengenai apakah rujukan


adalah intervensi terbaik. Idealnya, para konselor membangun jaringan rujukan
yang memungkinkan mereka, jika sesuai, untuk menyarankan alternatif pengganti
yang sesuai. Anda mungkin tidak memiliki jaringan seperti itu dan juga tidak dapat
menemukan pembantu alternatif yang sesuai. Anda terus bekerja dengan klien
mungkin lebih baik daripada tidak sama sekali. Seringkali konselor baru sangat
menyadari kekurangan pengalaman mereka; persepsi Anda bahwa klien
memerlukan rujukan mungkin sangat diwarnai oleh keraguan dan kecemasan Anda.
Pilihan lainnya adalah terus bekerja dengan klien, namun dapatkan pengawasan dan
dukungan yang sesuai. Pada beberapa kesempatan, Anda mungkin benar
memutuskan bahwa orang lain dapat bekerja lebih baik dengan klien. Pertimbangan
yang mempengaruhi keputusan tentang merujuk klien ke pembantu lainnya
mencakup pelatihan, keterampilan, nilai, waktu, biaya, kenyamanan dan
ketersediaan (Shaffer, 1976).

Terkadang Anda bisa membuat rujukan dan tetap bekerja dengan klien.
Misalnya, Anda bisa merujuk klien dengan sedikit energi ke dokter sebagai bagian
dari penilaian Anda atas masalah dan keterampilan bermasalahnya. Anda juga bisa
membuat rujukan sebagai bagian dari keseluruhan rencana perawatan. Misalnya,
ketika bekerja dengan klien yang menganggur, Anda bisa merujuk mereka ke
bengkel tentang keterampilan mencari pekerjaan.
2. PERENCANAAN INTERVENSI

Hampir selalu, konselor baru menggunakan intervensi dalam kombinasi dan bukan
dalam isolasi. Akibatnya, serta mengembangkan hipotesis tentang intervensi, para konselor
mengembangkan hipotesis tentang bagaimana intervensi dapat digunakan sebaik-baiknya
dalam kombinasi. Singkatnya, mereka mengembangkan rencana kerja dengan berbagai
tingkat struktur untuk mencapai tujuan kerja.

a. Jenis Rencana

Klien datang untuk membantu dengan berbagai macam masalah, harapan,


motivasi, prioritas, batasan waktu dan kekuatan dan kelemahan lifeskills. Dalam
bantuan lifeskills, para konselor menyesuaikan intervensi dan rencana untuk klien
perorangan. Berikut adalah beberapa jenis rencana kerja yang mungkin perlu
dipertimbangkan oleh para profesional lifeskills.

1. Rencana Managemen Problem

Rencana manajemen masalah adalah garis besar intervensi dan langkah-


langkah yang diperlukan untuk membantu klien mengelola situasi bermasalah yang
spesifik. Seringkali, dalam singkat membantu, rencana menekankan pengelolaan
masalah daripada mengubah masalah keterampilan. Konselor yang ingin fokus
pada keterampilan bermasalah dapat membuat kompromi perawatan demi
kepraktisan. Semua klien yang mungkin memiliki waktu atau motivasi adalah
merencanakan untuk mengelola situasi segera: misalnya, permintaan kenaikan gaji,
pertunangan publik yang segera terjadi, tes statistik atau kunjungan mertua. Bahkan
dalam bantuan, konselor, dan klien jangka panjang dapat mengembangkan rencana
untuk menghadapi situasi tertentu. Namun, dalam bantuan jangka panjang,
perencanaan untuk situasi spesifik lebih mungkin terjadi dalam kerangka untuk
mengubah kelemahan keterampilan bermasalah ke arah kekuatan. Berikut adalah
dua contoh perencanaan manajemen masalah.

Contoh A: Singkatnya membantu


Alex adalah seorang mahasiswa paruh waktu yang mengkhususkan diri dalam
radiasi medis. Dia dirujuk ke layanan konseling siswa oleh seorang anggota
fakultas setelah gagal dalam ujian mid-term dalam bidang patologi, sebuah topik
yang telah dia tiru. Selama penilaian awal, konselor menilai Alex memiliki motivasi
terbatas baik untuk belajar maupun untuk konseling. Namun, Alex ingin
mendapatkan kualifikasi radiasi medisnya, dan perlu melewati jalur patologi untuk
melakukan ini. Alex dan konselor setuju bahwa cara terbaik untuk menghabiskan
sisa sesi pertama adalah mengembangkan rencana atau 'survival kif yang akan
membantunya untuk melewati patologi. Di sini, seperti yang sering terjadi dalam
pertolongan singkat, pernyataan tujuan kerja digabungkan ke dalam perencanaan
intervensi untuk mencapainya. Dengan menggunakan papan tulis, konselor dan
Alex menjelaskan rencana pengelolaan masalah berikut:
1. Dapatkan umpan balik yang akurat dan spesifik mengenai kekuatan dan
kelemahan saya dalam ujian midologi patologi yang saya gagal (dalam minggu
depan).
2. Lakukan esai mingguan tentang topik utama dan dapatkan umpan balik asisten
pengajar (untuk sisa masa jabatan).
3. Menghadiri semua kuliah patologi (untuk sisa masa jabatan).
4. Menghadiri semua tutorial patologi (untuk sisa masa jabatan).
5. Definisikan silabus patologi secara lebih tepat (dalam minggu depan).
6. Tinjau kembali kemungkinan pertanyaan ujian akhir yang mungkin (dalam tiga
minggu ke depan).
7. Buatlah catatan terstruktur dengan benar (segera dimulai)
8. Tetap berhubungan dengan teman sekelas penuh waktu, agar tidak ketinggalan
tips tentang area penting untuk Studi dan revisi (segera dimulai).
9. Atur waktu belajar secara sistematis (memprioritaskan dan menyusun waktu
untuk dikerjakan sebagai pekerjaan rumah).
Di akhir sesi, Alex menuliskan rencana ini. Sebulan kemudian, Alex
kembali untuk mengikuti sesi follow-up. Dia melaporkan bahwa dia telah membuat
kemajuan dalam item 1-8 dari rencananya. Sebagian besar sesi kedua dihabiskan
untuk mengembangkan kemampuan Alex dalam waktu sistematis
Contoh B: Dalam membantu
Katy datang untuk mendapatkan konseling dengan berbagai masalah yang
menyertainya termasuk depresi, harga diri rendah, kesulitan menahan hubungan
dan kecemasan untuk menjadi seorang insinyur wanita. Tujuan kerja Katy
mencakup keterampilan berpikir dan tindakan agar lebih tegas. Selama sesi kelima
minggu, Katy dan penasihatnya merencanakan cara terbaik untuk mengelola
masalah saat ini yang spesifik dalam kehidupan Kays. Pekerjaan pertama Katy
setelah lulus adalah dengan perusahaan teknik konstruksi terkemuka. Saat
dipekerjakan, dia dijanjikan review gaji setelah layanan tahun pertamanya.
Perusahaan belum melakukan peninjauan ini tiga bulan memasuki tahun
keduanya.
Katy dan konselornya merumuskan keseluruhan tujuan pengelolaan
masalahnya, sebelum akhir dua minggu, untuk meminta atasannya untuk mendapat
gaji. Mereka kemudian mengemukakan pemikiran dan action skill tujuan kerja.
Misalnya, sebuah gagasan keterampilan berpikir ilustratif adalah untuk
mengembangkan peraturan pribadi yang lebih realistis tentang mendiskusikan
uang. Tujuan keterampilan aksi ilustratif terfokus pada pesan verbal, suara dan
tubuh untuk mengangkat isu ulasan gaji dan meminta agar dilakukan. Katy dan
konselornya kemudian mengembangkan sebuah rencana bagaimana membuat
permintaan peninjauan gaji saat berhadapan muka dengan atasannya. Rencana ini
mencakup strategi untuk menangani kemungkinan tindakan balasan bosnya.
Konselor mendemonstrasikan, melatih dan melatih Katy dalam keterampilan
komponen dari rencana tersebut.
b. Keterampilan Problematik
1. Rencana Terstruktur

Konselor dan klien dapat mempertimbangkan pendekatan yang sangat


terstruktur cara terbaik untuk mendapatkan beberapa tujuan kerja. Rencana atau
program terstruktur adalah pelatihan langkah demi langkah dan pembelajaran garis
besar intervensi untuk mencapai tujuan tertentu. Rencana terstruktur biasanya
digunakan dalam kelompok pelatihan lifeskills, misalnya dalam kelompok
manajemen penegasan atau stres (Hopson & Scally, 1981; Gazda, 1989; Nelson-
Jones, 1991). Rencana terstruktur juga dapat digunakan untuk melatih Klien
individu dalam keterampilan di mana tujuan kerja jelas dan spesifik. Tiga variasi
rencana terstruktur adalah (1) Program yang telah ditentukan sebelumnya, (2)
Program yang dibuat khusus dan (3) Sebagian program terstruktur.

1. Program yang telah ditentukan. Konselor dapat bekerja dengan klien yang
menggunakan paket atau program yang sudah ada atau modifikasi untuk
mengembangkan keterampilan. Program pengembangan keterampilan
semacam itu mungkin ada di area seperti mengasuh anak, pengambilan
keputusan karir, dan pengendalian berat badan. Berikut adalah contoh
pembantu dan klien yang menggunakan program yang telah ditentukan.
Ken menderita hipertensi. Tujuan utama adalah mengembangkan keterampilan
relaksasi, baik fisik maupun mental. Konselor Ken memutuskan bahwa cara
terbaik untuk mengembangkan keterampilan relaksasi Ken adalah dengan
menggunakan program berdasarkan Bernstein and Borkovec (1973)
Progressive Relaxation Training: Manual untuk Profesi Penolong.
Lucy menderita agorafobia. Tujuan kerja mencakup pengembangan
kemampuan bicara Lucy sendiri untuk mengatasi perasaan panik dan bisa
meninggalkan rumah dan melakukan tugas yang ditakuti, seperti pergi ke bus
dan ke toko. Konselor Lucy menegosiasikan dengannya bahwa intervensi
perawatan akan didasarkan pada Mathews, Gelder and Johnston (1 981)
Programmed Practice for Agoraphobia: Manual Klien.
2. Program yang dibuat khusus. Program intervensi dapat dibuat khusus untuk
masalah tertentu atau kepada orang-orang tertentu Bila disesuaikan dengan
masalah spesifik, mereka menyerupai paket yang telah ditentukan sebelumnya.
Misalnya, ketika Jim Blake melihat konselor keluar dari pekerjaannya, Sam
Rushton untuk mendapatkan pekerjaan lain, Sam dapat memasukkan Jim ke
program yang ada untuk mendapatkan keterampilan kerja lain bagi eksekutif
yang menganggur, atau merancang sebuah program yang secara khusus
disesuaikan dengan kelemahan dan kebutuhan Jim, atau menggabungkan dua
pendekatan. Dalam pendekatan yang dibuat khusus, Sam mengembangkan
garis besar langkah demi langkah untuk mencapai tujuan kerja Jim. Disini Jim
bisa menjadi bagian dari proses perencanaan, dengan tujuan, keinginan dan
keadaannya yang spesifik. Rencana terstruktur disarankan daripada diresepkan.
3. Sebagian program terstruktur. Konselor dan Klien Dapat merancang program
untuk mencapai tujuan kerja yang memiliki elemen struktur, namun tidak
mengikuti program yang tersruktur langkah demi langkah. Misalnya, dalam
kasus eksekutif pengangguran Jim Blake, pilihan lain untuk konselornya adalah
untuk mengesampingkan sesi tertentu untuk pengujian untuk menilai
kepentingan dan bakat dan juga untuk mengembangkan keterampilan tindakan
spesifik, seperti menulis resume karir dan keterampilan wawancara. Agenda
untuk sesi yang tersisa akan terbuka untuk negosiasi pada awal setiap sesi.
Berikut adalah contoh lain dari program terstruktur sebagian, kelanjutan studi
kasus Anita Walton dari akhir Bab 7, hal. 199-200:
Perhatian utama Anita Walton adalah rasa malu. Konselornya Maureen
Perrone bekerja dengan Anita sebagai tujuan kerja berikut. Tujuan ketrampilan
berpikir Anita adalah: memiliki peraturan pribadi yang realistis tentang
persetujuan; melihat reaksi orang lain terhadap saya lebih akurat; tanggung
jawab atribut untuk memulai lebih baik; sebuah penggunaan coping self-talk.
Tujuan aksi tindakan Anita adalah: berbicara dengan suara yang lebih keras dan
lebih percaya diri; kembangkan keterampilan kontak inisiat saya; kembangkan
kemampuan pengungkapan diri saya; dan mengembangkan keterampilan
telepon saya. Maureen Perrone sangat hebat. Beban klien berat yang jarang
membuatnya melakukan bantuan jangka panjang. Dia menilai Anita tidak
terlalu percaya diri dan menyarankan agar mereka bekerja untuk tiga sesi lebih
lanjut pada interval dua minggu. Tujuan Maureen adalah memberi Anita jumlah
maksimal keterampilan membantu diri sendiri dalam rentang waktu yang
terbatas. Maureen menyarankan program berikut untuk Anita. Sesi pertama
telah dihabiskan untuk penilaian dan menyatakan tujuan kerja; Sesi kedua
terutama berfokus pada intervensi untuk keterampilan berpikir Anita; sesi
ketiga terutama akan memfokuskan intervensi untuk keterampilan tindakan
Anita; sesi keempat akan menghabiskan waktu untuk mengisi kesenjangan
belajar dan mengkonsolidasikan keterampilan terlatih sebagai self-help Selama
sesi keempat, Maureen dan Anita akan meninjau kelayakan untuk mengadakan
sesi tindak lanjut, misalnya tiga bulan kemudian. Anita menyetujui program
tersebut, yang memungkinkan fleksibilitasnya dalam sesi namun memastikan
bahwa perhatian diberikan secara jelas pada keterampilan berpikir dan tindakan
daripada pada satu set keterampilan dengan mengorbankan pihak Lain.
2. Rencana Terbuka

Rencana terbuka memungkinkan para pembantu dan klien tanpa struktur


yang telah ditentukan untuk memilih intervensi mana yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan kerja kapan. Banyak pertimbangan mempengaruhi keputusan
untuk mengadopsi rencana terbuka. Beberapa klien mungkin memerlukan
hubungan pengasuhan untuk membantu mereka lebih dekat dengan perasaan
mereka dan mengurangi kecemasan mereka. Mereka mungkin tidak dapat bekerja
secara efektif dalam kelemahan kemampuan berpikir dan tindakan sampai mereka
merasa kurang rentan. Juga, beberapa kasus rumit dan sulit dimengerti. Penolong
berisiko sebelum memutuskan intervensi jika mereka terlalu banyak memilih
struktur terlalu cepat. Rencana terbuka memungkinkan para pembantu dan klien
untuk berkolaborasi dalam menetapkan agenda sesi. Agenda sesi seperti itu dapat
menekankan materi dan keterampilan yang saat ini diinginkan oleh para pekerja
dan pembantu. Rencana terbuka memiliki keuntungan yang besar dari fleksibilitas
Klien mungkin lebih termotivasi untuk mengerjakan keterampilan dan materi yang
memiliki relevansi pada waktu tertentu daripada dijalankan melalui program yang
ada yang tidak bergantung pada pertimbangan saat ini.

Tujuan keseluruhan Rob adalah memperbaiki hubungannya dengan salah


satu putrinya yang remaja, Ruth, dan untuk memperbaiki pernikahannya. Sue
Clark, konselor Rob, menegosiasikan pernyataan tujuan kerja berikut ini. Tujuan
berpikir Rob adalah: (1) mengakui bahwa saya adalah pemilih dan bertanggung
jawab atas pemikiran, perasaan dan tindakan saya; (2) menggunakan coping self-
talk saat menghadapi provokasi; dan (3) mengembangkan peraturan pribadi yang
realistis mengenai standar perilaku keluarga. Tujuan tindakan keterampilan Rob
meliputi: (1) mengembangkan keterampilan mendengar yang baik; (2) berkembang
keterampilan assertion dengan referensi khusus tentang bagaimana saya
menyatakan keinginan saya tentang perilaku anak perempuan saya; dan (3)
mengembangkan keterampilan negosiasi konflik. Sue Clark menyadari bahwa
tujuan Rob adalah mengembangkan beberapa keterampilan secepat mungkin
daripada memiliki hubungan membantu jangka panjang. Dia menyarankan kepada
Rob bahwa alih-alih mengembangkan rencana formal untuk mencapai tujuan
kerjanya, cara terbaik untuk melanjutkan adalah menggunakan intervensi yang
tepat untuk mengembangkan pemikirannya dan apa yang tercakup dalam setiap
sesi, namun tidak menghalangi waktu tambahan untuk melatih keterampilan
khusus, jika diperlukan. Sue percaya diri dalam repertoar intervensinya untuk
mengerjakan kemampuan berpikir dan tindakan Rob. Dia juga meminta Rob untuk
mengerjakan pekerjaan rumah termasuk mendengarkan rekaman kaset audio setiap
sesi pertolongan.

c. Pertimbangan Dalam Perencanaan

Beberapa pembantu ahli dalam merancang dan melaksanakan program lifeskills


kelompok, namun kurang dalam merencanakan intervensi pendidikan atau pelatihan
untuk masing-masing klien. Mereka merasa menguntungkan untuk menggabungkan
intervensi secara berurutan dan sistematis, namun karena berbagai alasan menjadi
kurang disiplin dengan individu. Bahkan ketika mengadopsi rencana terbuka, beberapa
pemimpin kelompok lifeskills yang efektif masih gagal secara memadai untuk
menggunakan keterampilan pelatihan mereka. Pada bagian di atas saya menekankan
berbagai tingkat struktur untuk rencana. Di sini saya berfokus pada rencana untuk klien
yang cenderung mengembangkan keterampilan dari rangkaian pembelajaran
terstruktur. Sebagian besar pertimbangan yang disebutkan di bawah ini juga relevan
dengan rencana untuk mengelola situasi masalah tertentu.

d. Waktu Persiapan
Jika Anda memutuskan untuk merancang rencana perawatan untuk masing-
masing klien, kapan Anda melakukannya? Meskipun Anda mungkin mendiskusikan
dengan klien kemungkinan intervensi untuk mencapai tujuan kerja, Anda mungkin
merasa sulit untuk mengembangkan rencana sistematis selama sesi yang sama. Sebagai
gantinya, Anda mungkin perlu meluangkan waktu untuk melakukan ini sebelum sesi
berikutnya. Beberapa pembantu tidak mengembangkan rencana sistematis karena
mereka tidak mau menghabiskan waktu di luar sesi tugas ini.
e. Keterlibatan Klien dan Orang Lain

Pembantu perlu mempertimbangkan pada tahap apa dan seberapa banyak


melibatkan klien dalam perencanaan. Diskusi pendamping sebelumnya tentang tujuan
kerja memberikan beberapa perlindungan untuk tidak membuat rencana yang tidak
dapat diterima. Selain itu, Anda selalu perlu memeriksa apakah klien mengerti dan
merasa nyaman dengan rencana yang diusulkan. Jika perlu, Anda dapat memodifikasi
rencana sehubungan dengan umpan balik klien. Terkadang Anda mungkin
menganggapnya bermanfaat untuk melibatkan klien sejak dini dalam proses
perencanaan. Keuntungan Dari keterlibatan tersebut meliputi mempertimbangkan
keinginan dan prioritas klien dan fakta bahwa klien cenderung menerapkan rencana
yang mereka katakan dalam pembuatannya. Dengan izin dari klien, terkadang Anda
melibatkan orang lain yang penting saat merencanakan 'misalnya mitra kerja, pemberi
perawatan atau orang tua.

Urutan intervensi apa cara terbaik untuk mengurutkan aktivitas sehingga


mencapai tujuan kerja? Terkadang logika dalam mengurutkan intervensi sudah jelas.
Misalnya, dengan kebanyakan eksekutif yang menganggur, ada tiga langkah logis yang
membantu mereka menjadi wiraswasta:

1. Evaluasi dan perencanaan karir


2. Mengembangkan rencana pemasaran pekerjaan
3. Menerapkan rencana pemasaran pekerjaan (Davidson, 1988).

Selain itu, dalam intervensi individual seperti menganggap lebih realistis,


urutan sub-intervensi sudah jelas: yaitu mengidentifikasi persepsi yang tidak realistis,
menghasilkan dan mengevaluasi persepsi alternatif, dan memilih persepsi paling
sesuai. Disini tugas belajar bersifat kumulatif. Dalam intervensi keterampilan tindakan,
pembantu sering menggunakan tugas lulusan langkah demi langkah untuk
mengembangkan keterampilan dan kepercayaan klien.

Kerangka waktu untuk rencana pembantu, klien dan proses belajar mungkin
mempengaruhi waktu yang dialokasikan untuk melaksanakan rencana. Misalnya, para
pembantu mungkin memiliki waktu terbatas untuk bekerja dengan klien, dan mungkin
juga menginginkan klien berpartisipasi dalam kegiatan belajar yang ditawarkan oleh
orang lain, misalnya lokakarya, yang hanya tersedia pada tanggal tertentu.
Pertimbangan klien mencakup berbagai tingkat urgensi dalam memperoleh
keterampilan dan kemampuan yang berbeda untuk membayar, jika biaya terlibat.
Pertimbangan proses pembelajaran mencakup sejauh mana sesi dan kegiatan yang
direncanakan harus intensif daripada spasi, atau kombinasi keduanya. Selain itu,
sebaiknya Anda merencanakan satu atau lebih sesi follow-up atau booster.

f. Manajemen Pertimbangan Belajar

Pembantu perlu mempertimbangkan apa cara terbaik untuk melakukan


intervensi. Untuk setiap intervensi, kapan sebaiknya para pembantu menggunakan
metode pelatihan dan pembelajaran berikut: penilaian dan memfasilitasi penilaian diri
klien, fasilitasi, presentasi lisan, demonstrasi, latihan sela, pembinaan, dan tugas
pekerjaan rumah? Pembantu juga perlu membuat keputusan mengenai keseimbangan
keseluruhan antara fasilitasi dan input didaktik. Pertimbangan lain termasuk
ketersediaan materi pelatihan tertulis, seperti manual pelatihan dan handout, dan materi
audiovisual dan peralatan. Satu set pertimbangan belajar lainnya mencakup kepekaan
terhadap biaya dan penghargaan bagi klien dalam melaksanakan rencana. Seberapa
sulit berbagai macam rencana? Dimana faktor pendukung klien, dan seberapa
mendukung pembantu mereka? Kapan klien mendapatkan penghargaan dari
pelaksanaan kegiatan yang direncanakan?

g. Emphasis Tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Keterampilan


Ketika awalnya merencanakan intervensi, pertimbangkan bagaimana membantu
klien mempertahankan keterampilan terlatih sebagai keterampilan swadaya untuk
sesudahnya. Kedua rencana terstruktur dan terbuka harus menekankan pembelajaran
klien untuk digunakan keterampilan mereka sendiri. Anda bisa menekankan
kemampuan berpikir klien yang relevan dengan perawatan. Seperti disebutkan, contoh
keterampilan berpikir klien yang bersangkutan memiliki harapan yang realistis
mengenai kesulitan dalam mempertahankan perubahan dan juga memahami urutan
pilihan dalam keterampilan yang ditargetkan dengan cukup baik untuk
menginstruksikan dirinya dan, jika perlu, melakukan koreksi. Anda juga dapat
merencanakan intervensi dengan cara yang membantu klien mempertahankan
keterampilan tindakan. Cara melakukan ini termasuk menekankan pada pembelajaran
yang berlebihan, berlatih di lingkungan kehidupan nyata, dan mengantisipasi dan
bekerja melalui kesulitan dalam menerapkan keterampilan.
Pembantu dapat meninggalkan pengembangan rencana perawatan yang lebih
formal ke tahap 5 dari model lifeskills, mengakhiri dan mengkonsolidasikan
keterampilan terlatih sebagai keterampilan swadaya. Pada tahap itu, Anda dapat
mempertimbangkan tingkat keterampilan akhir membantu klien dan juga perkiraan
hambatan saat ini untuk mempertahankan keterampilan. Secara singkat membantu,
merencanakan intervensi, Intervening dan ending dan mengkonsolidasikan
keterampilan swadaya dapat dikompres satu sama lain. Dalam keadaan seperti itu,
pembantu dan klien harus merencanakan perawatan sebaik mungkin.
h. Evaluasi Hasil Rencana

Dalam Bab 6 saya membahas cara menilai perasaan, pikiran dan tindakan. Saat
membuat rencana, perhatikan pentingnya keterampilan penilaian diri pengembangan
klien dan pantau kemajuan mereka. Bila menyatakan tujuan kerja dalam istilah
keterampilan, Anda telah menentukan area di mana penting untuk mengamati
perubahan. Rencana berhasil sejauh mereka secara efisien membantu klien
mengembangkan dan mempertahankan keterampilan membantu diri sendiri. Jika
rencana tidak menghasilkan hasil yang diinginkan, periksalah dengan seksama alasan
dan, jika perlu, modifikasi rencana. Juga bersiaplah untuk merencanakan jika informasi
penting muncul saat membantu.

1. Menguraikan rencana

Terutama di mana rencana melibatkan beberapa detail, pertimbangkan


untuk menulis garis besar rencana. Ini dapat memandu pekerjaan Anda dan klien
Anda. Tabel 8.1 adalah garis besar rencana terstruktur oleh konselor Sam Rushton
untuk kliennya Jim Blake, eksekutif yang baru dipecat untuk mengembangkan
keterampilan 'mendapatkan pekerjaan lain' dari Jim.

Sam sudah pernah melihat Jim dua kali, pertama kali di kantor perusahaan
segera setelah Jim dipecat dan kedua kalinya di kantor Sam beberapa hari
kemudian. Dalam sesi kedua ini, Sam dan Jim menyetujui sebuah pernyataan tujuan
kerja (lihat Bab 7, hal 198). Sam mengatakan bahwa pada awal sesi berikutnya, dia
akan mempresentasikan sebuah rencana untuk membantu Jim mencapai tujuan ini.
Sam menyebutkan itu rencana ini akan memiliki tiga unsur: sesi konseling; kegiatan
yang direncanakan baik untuk menilai kemampuan dan minat Jim dan untuk
mengembangkan keterampilan khusus; dan pekerjaan rumah Sam dan Jim setuju
bahwa, walaupun pencarian pekerjaan mungkin memakan waktu lebih lama,
sebulan harus menjadi kerangka waktu untuk mengembangkan keterampilan
mencari kerja yang efektif.

3. KETERAMPILAN UNTUK BEKERJA DENGAN KLIEN

Sejauh ini bab ini terutama membahas bagaimana para pekerja berpikir saat
melakukan intervensi dan merencanakan hipotesis. Bila rencana terperinci tidak dilibatkan,
para pekerja cenderung mendiskusikan rencana bagaimana mencapai tujuan kerja segera
setelah menyetujui tujuan. Berikut adalah beberapa yang bekerja dengan keterampilan
klien.

a. Membuat Transisi Pernyataan


Anda mungkin telah memberi isyarat untuk terus mendiskusikan intervensi
sebagai bagian dari alasan Anda untuk mempresentasikan tujuan kerja: misalnya
dengan kalimat seperti, 'Juga, pernyataan tujuan semacam itu memberi kita fokus untuk
mendiskusikan cara terbaik untuk mencapainya'. Berikut adalah contoh kemungkinan
pernyataan transisi setelah Anda selesai mempresentasikan dan memeriksa
kesepakatan klien Anda dengan tujuan kerja: sekarang bahwa kita telah menyetujui
tujuan kerja, mari meluangkan lebih banyak waktu untuk mendiskusikan cara terbaik
untuk mencapainya. "ingin pindah sekarang untuk membahas cara-cara di mana kita
bisa bekerja untuk membangun keterampilan Anda. "Setelah menyetujui tujuan kerja,
sekarang kita perlu merencanakan cara terbaik untuk mencapainya."
b. Kolaborasi dan Komitmen Enlist
Karena tujuan intervensi atau kombinasi intervensi apa pun adalah
mengembangkan keterampilan membantu diri klien, sangat penting untuk mendorong
kolaborasi klien. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan melibatkan klien
sejak awal dalam proses memilih intervensi dan merencanakan sekuensing mereka.
Anda bisa bersama-sama mengembangkan rencana menggunakan papan tulis. Pada
saat-saat ketika Anda mempresentasikan rencana, Anda dapat melakukannya dengan
cara yang menyiratkan bahwa rencana adalah rangkaian saran untuk diskusi yang, jika
perlu, dapat dimodifikasi atau disetel dengan baik. Periksa pemahaman dan perasaan
klien Anda tentang rencana yang diajukan. Jelajahi pemesanan dan jika perlu, negosiasi
perubahan rencana. Anda dapat mencari tahu dengan klien imbalan dan imbalan serta
biaya pelaksanaan rencana.
c. Memberikan Penjelasan Sederhana dan Jawaban
Tanpa menghina kecerdasan klien Anda, tawarkan penjelasan yang jelas dan
sederhana untuk intervensi dan rencana yang disarankan. Anda bisa memberi banyak
informasi kepada klien sehingga mereka merasa bingung daripada termotivasi untuk
bekerja.
Bersiaplah untuk menjawab pertanyaan, tapi sekali lagi pertahankan jawaban
Anda secara sederhana dan to the point. Pada sesi awal, tujuan mendiskusikan
intervensi dan rencana sama emosional dan motivasionalnya seperti pembelajaran.
Klien merasa lebih baik jika mereka merasa pembantu mereka tahu cara mereka dapat
mengerjakan masalah dan keterampilan bermasalah. Seringkali sebaiknya Anda
menjelaskan rincian intervensi sampai nanti, bila klien memerlukan informasi untuk
mengerjakan keterampilan spesifik.
d. Diskusikan dan Kontrak Anda
Klien Anda dapat mendiskusikan harapan Anda dan satu sama lain dalam
menerapkan rencana. Misalnya, Anda mungkin menunjukkan bahwa Anda
mengharapkan kehadiran reguler selama sejumlah sesi tertentu, mungkin dengan
review gabungan kemajuan pada akhir periode ini. Anda mungkin menekankan
perlunya rajin melaksanakan pekerjaan rumah. Terkadang pembantu memberi klien
rencana tertulis. Ini bisa mengasumsikan status kontrak dengan berbagai tingkat
formalitas.
e. Mulai Melaksanakan Rencana
Setelah pembantu menentukan tujuan kerja dan mendiskusikan rencana, mereka
kemudian dapat memberikan pekerjaan rumah. Salah satu jenis tugas pekerjaan rumah
adalah agar klien dapat mengamati dan memantau perasaan, pikiran dan tindakan di
bidang keterampilan yang ditargetkan. Terkadang klien dapat diinstruksikan untuk
mulai mengembangkan keterampilan spesifik: misalnya berbicara lebih keras atau
mengambil beberapa risiko lembut dalam mengungkapkan lebih banyak informasi
tentang diri mereka sendiri. Mendapatkan klien mulai menerapkan rencana dengan
segera memiliki banyak keuntungan. Pertama, ini memperkuat gagasan untuk bekerja
daripada berbicara dalam hubungan. Kedua, klien mungkin merasa lebih baik untuk
mengerjakan masalah dan keterampilan bermasalah yang membuat mereka khawatir
beberapa lama. Ketiga, menerapkan rencana dapat menghasilkan penghargaan jangka
pendek yang membangun motivasi dan komitmen. Keempat, memulai memungkinkan
penggunaan waktu yang menguntungkan antara sesi pertama dan kedua. Pada akhirnya
ini bisa berarti satu atau beberapa sesi lebih banyak.

Kelompok 8
A. Definisi pelatihan keterampilan

Definisi pelatihan keterampilan meliputi bagaimana memfasilitasi, menilai dan


merancang program serta bagaimana cara untuk melakukan intervensi (Nelson-Jones,
1991), konselor berfokus pada keterampilan bagaimana memberikan intervensi pada
client, terutama saat pertama mengenalkan klien tentang intervensi pada saat konseling.
Klien sebagai orang yang baru mengerti akan membutuhkan penolong sebagai pelatih
untuk membimbing klien belajar. Penolong/Konselor sebagai pelatih tidak hanya mengerti
tentang teori/pengetahuan tentang intervensi, tapi juga punya keterampilan bagaimana
melakukan intervensi.
Penolong sebagai pelatih (konselor) membutuhkan keterampilan yang baik di tiga
bidang umum yang sering dilakukan saat intervensi yaitu : Menceritakan(Tell),
Menujukan(Show) dan Melakukan(do). Pada saat klien Menceritakan maka kita sebgai
penolong akan mendengarkan, saat klien akan menunjukan sesuatu maka kita sebagai
penolong akan mengobservasi, saat klien mau melakuan sesuatu maka kita sebagai
penolong akan meberitahu apa yang harus dilakukan. Sebagai konselor kita akan lebih
cenderung memberi keterampilan lifeskillsdan klien akan mungkin belajar, jika konselor
menggunakan tiga model disebutkan tadi. Ketika menyampaikan tentang lifeskills, Tell
mungkin disertai dengan show dan juga do. Pada banyak kesempatan ketiga model tersebut
akan sering berhubungan

B. Mengapa penolong/konselor harus memiliki pelatihan dan juga membantu keterampilan


hubungan?

Penolong/konselor yang efektif membutuhkan keterampilan fasilitatif atau


hubungan baik dan keterampilan pelatihan yang baik. Konselor yang hanya memiliki
keterampilan hubungan baik tidak dapat memberikan keterampilan spesifik secara jelas
dan efisien. Mereka beroperasi dengan asumsi bahwa semua klien memiliki kekuatan
lifeskills laten dalam repertoar mereka yang tidak terbebani oleh hubungan membantu
empatik (Rogers, 1951, 1959, 1961 1980). Meskipun asumsi semacam itu mungkin sesuai
untuk beberapa klien, namun hal itu tidak benar untuk kebanyakan orang. Bayangkan
mencoba belajar menyetir mobil dengan instruktur yang hanya memberi Anda hubungan
empati. Hubungan itu bisa mendukung pembelajaran Anda, namun dalam banyak kasus
tidak cukup untuk membantu Anda mempelajari keterampilan yang dibutuhkan, apalagi
mempelajarinya secara efisien.Kebanyakan klien tidak memiliki kekuatan ketrampilan
yang cukup laten dalam repertoar untuk Anda dan mereka bergantung pada kualitas
hubungan membantu sendiri.
Mayoritas klien terjebak dan membutuhkan lebih banyak bantuan aktif untuk
memberikan keterampilan untuk maju. Hubungan membantu adalah pusat proses
pembelajaran ini dalam banyak hal. Cara seperti itu termasuk memperkuat aliansi kerja,
penilaian membantu dan penilaian diri klien, membantu eksplorasi diri klien dan
mengalami perasaan, memberikan iklim emosional bagi klien untuk mengambil risiko dan
juga melihat lebih dekat konsekuensi perilaku mereka, dan membiarkan klien untuk
terbuka tentang kesulitan dalam menerapkan keterampilan. Meski begitu, yang penting
sebagai hubungan yang mendukung, hal itu tidak mencukupi. Klien cenderung
mendapatkan sebagian besar dari para pekerja yang sama-sama menawarkan hubungan
suportif yang baik dan juga memberikan keterampilan secara efektif. Hubungan membantu
mendukung pendekatan aktif dalam pelatihan dan pembelajaran.
C. Kemampuan berbicara
Alasan untuk kemampuan berbicara
Apakah keterampilan berbicara anda memfasilitasi atau melatih anda memerlukan
skilt spepltive speched. Misalnya, ketika mendengarkan anda memerlukan ketrampilan
berbicara untuk mengkomunikasikan tanggapan dan ringkasan reflektif , anda memerlukan
keterampilan spesifik yang menyebutkan definisi dan tujuan kerja dan saat menegosiasikan
rencana .Di sini saya menekankan menggunakan kemampuan berbicara saat pertama kali
melakukan intervensi untuk melatih orang-orang di dalam rangkaian kehidupan tertentu.
Berikut adalah beberapa kesempatan ketika Anda mungkin perlu berbicara
 Ketika menawarkan alasan untuk mengembangkan ketrampilan
 Ketika awalnya menjelaskan bagian-bagian komponen keterampilan,
 Saat memberikan komentar untuk demonstrasi skils
 Saat melatih klien saat mereka melatih keterampilan
 Saat menjawab pertanyaan klien tentang keterampilan Anda;
 Saat menegosiasikan pekerjaan rumah
Keterampilan berbicara untuk pelatihan agak berbeda dengan yang difasilitasi,
Beberapa penolong awal merasa sulit untuk beralih dari merefleksikan pemikiran dan
perasaan klien mereka untuk menyampaikan informasi. Mengharuskan anda untuk lebih
aktif anda tidak bisa memberi makan ucapan paling banyak dari klien. Tanpa banyak klien,
anda mengkomunikasikan informasi dengan jelas dan semenarik mungkin. Selanjutnya,
anda selalu sadar bahwa pembelajaran terbaik mengharuskan klien mengembangkan
pembicaraan sendiri tentang bagaimana menerapkan keterampilan.

Mengelola kecemasan bicara


Menyajikan informasi sesuai kemampuan untuk masing-masing chents, pasangan, atau
bahkan keluarga, mungkin tidak seperti kegelisahan yang timbul saat menyajikan
informasi yang sama kepada kelompok pelatihan Karena jumlahnya lebih kecil, pembantu
cenderung berisiko mengalami serangan buruk MATO (Kecemasan saya mengambil alih).
Sejumlah kecemasan memfasilitasi daripada melemahkan kemasyarakatan (Alpert &
Haber, 1960). Entah menghadirkan individu atau kelompok, inning helper mungkin
menderita ketidakmampuan berbicara yang melemahkan karena tiga alasan utama
mengapa orang awam membutuhkan waktu untuk merasa nyaman dengan pengetahuan
tentang kemampuan berpikir untuk presentasi.

Berikut beberapa kelemahan kemampuan berpikir ilustrasinya terkait dengan kecemasan


berbicara bahkan dalam membantu individu :

 Tanggung jawab sendiri untuk menjadi pemilih


Anda mungkin benar-benar tidak memiliki tanggung jawab untuk morking pada
presentasi membunuh Anda perhatian yang sangat penting dalam membantu
relstionship membunuh tanpa menyadari kebutuhan juga untuk mengembangkan
keterampilan pelatihan. Secara tidak sadar Anda, bagaimanapun, secara tidak sadar
Anda memilih untuk mengabaikan arca penting dari dievelopimenr Anda sebagai
pembantu.
 Berhubungan dengan perasaan dasar Anda
Anda mungkin menyangkal atau mencairkan perasaan cemas Anda tentang bantuan
pelatihan untuk membantu. 'Penyesuaian' ini dapat menghambat kerja Anda dalam
probiem ini. Selain itu, jika sampai pada aspek bantuan yang lebih didaktik, Anda
mungkin merasa rentan dan kurang mengetahui perasaan streigth dan kompetensi.
 Gunakan self talk secara konstruktif
Anda bisa menggunakan self talk negatif atau gagal menggunakan coping self talk
atau keduanya, Pernyataan self-talk negatif meliputi: Saya tidak dapat mengatasi ',
saya tidak dapat melakukan apapun dengan benar' dan 'Saya benar-benar bingung
(Kendall & Hollon, 1989). Anda mungkin gagal menggunakan dimensi pembinaan
dan penenangan untuk mengatasi self-talk (Nelson-Jones, 1989).
 Pilih aturan bantuan yang realistis
Anda mungkin menempatkan 'keharusan' yang tidak realistis, 'oughts' dan
'seharusnya' pada diri Anda dan klien misalnya, saya harus menjadi presenter
keterampilan yang sangat baik immediatly ', atau "Klien harus selalu mengerti saya.
 Memahami diri sendiri dan orang lain secara akurat
Anda mungkin terlalu menekankan Anda kelemahan keterampilan dalam
menyajikan keterampilan dan gagal secara memadai untuk memperhitungkan
kekuatan skkills Anda Mungkin Anda salah tanggap terhadap isyarat umpan balik
negatif dari klien.
 Atribut penyebab secara akurat
Anda mengenal gen Anda, atau pada usaha sebelumnya yang tidak menguntungkan
untuk mempresentasikan keterampilan Bagi beberapa pembantu yang tidak
mencukupi Persiapan menciptakan kecemasan menganggap terlalu banyak
tanggung jawab untuk klien belajar.Anda mungkin juga misattribute penyebab
kecemasan pidato Anda: misalnya klien Membuat prediksi realittic
 Membuat prediksi yang realistis
Pembantu awal mungkin diliputi oleh pessimisme yang tidak semestinya, atau
optimisme yang tidak semestinya, atau terombang-ambing di antara keduanya
mengenai kemampuan mereka untuk menyajikan keterampilan dengan baik.
 Memiliki tujuan yang Anda artikulasikan dengan jelas
Jika Anda menderita kegelisahan saat mempresentasikan keterampilan kepada
klien, Anda harus mengatasi kecemasan tersebut sebagai tujuan. Beberapa
pembantu menambah kecemasan mereka dengan memiliki tujuan yang tidak
realistis tentang apa yang dapat dicapai baik dalam presentasi individual maupun
membantu.
 Gunakan visualisasi untuk efek terbaik
Anda mungkin membayangkan hal terburuk ketika Anda menggambarkan
keterampilan kepada klien, imajinasi negatif dan bencana Anda dapat berinteraksi
dengan kinerja yang kompeten, jauh lebih baik menggunakan imajinasi Anda untuk
berlatih dan berlatih bersikap kompeten.

Persiapkan konten yang jernih


Klien tidak dapat diharapkan untuk memahami keterampilan yang kurang disajikan,
apalagi cukup mengetahuinya dengan baik untuk menginstruksikan buku itu sekali
membantu berakhir. Banyak pembantu pemula mengalami kesulitan dalam menjelaskan
skils dengan jelas. Ada yang sadar akan hal ini, yang lainnya kurang begitu. Beberapa
kasus, kecemasan adalah faktor Unlortunacly, seringkali hclpers acephyte tidak benar-
benar memahami keterampilan yang mereka hadapi. Akibatnya, penjelasan mereka
canggung kacau atau jelas tidak akurat. Pada kesempatan lain, para pekerja pemula dapat
memahami ketrampilannya, dengan cepat menyampaikan pengertian mereka dengan
cukup jelas. Saat memimpin kelompok berzinzisasi, para pembantu dapat memberikan
ceramah mini lima atau sepuluh menit. Gembala individu memilih pendekatan informal
dan interaktif daripada yang kadang-kadang terjadi dalam traaming. Kelompok
Nevertheles, pembantu masih membutuhkan keterampilan untuk mengenalkan dan
menggambarkan poin-poin kunci dari setiap lifeskills yang mereka berikan. Persiapan
sistematis sangat diharapkan, terutama untuk pemula. Persiapan Sueh tidak harus tunduk
pada presentasi yang kaku. Bila mereka jelas dalam pikiran mereka sendiri, para pembantu
sering kali menilai tingkat individu dan tingkat suku bunga yang lebih baik. Berikut
beberapa keterampilan dalam persiapan konten yang jelas :

 Tau materi anda


Jangan terlalu menimpa pedoman yang tampaknya jelas ini. Guru kelas mast
menyadari bahwa diminta menghadirkan materi kepada orang lain memaksa
mereka untuk memahaminya lebih teliti daripada saat mereka menjadi siswa. Tidak
etis untuk tidak memiliki pengetahuan yang masuk akal tentang keterampilan apa
pun yang Anda berikan. Jika Anda memerlukan lebih banyak pengetahuan tentang
keterampilan setelah Anda menyatakan tujuan kerja, cobalah untuk
mendapatkannya sebelum sesi berikutnya. Anda kehilangan kredibilitas dengan
klien jika mereka mencurigai Anda mendapat informasi yang buruk.
 Garis besar presentasi Anda
Meskipun Anda mungkin ingin menjelaskan keterampilan pada sesi pertama,
biasanya Anda tidak menyajikannya secara sistematis sampai sesi berikutnya.
Interval ini memberi Anda waktu untuk mempersiapkannya secara menyeluruh.
Terutama jika Anda belum memasukkan klien untuk mendapatkan keterampilan
tertentu sebelumnya, pertimbangkan untuk menyiapkan garis besar sistematis
tentang bagaimana Anda bisa mengkomunikasikan bagian-bagian komponen
keterampilan. Garis besar seperti itu tidak berarti yang Anda miliki
 Gunakan bahasa yang tepat
Berikut adalah empat dimenaions penggunaan bahasa yang sesuai :
a) Gunakan kemampuan berbahasa
Presentasi singkat Anda harus secara jelas mengidentifikasi keterampilan
yang Anda inginkan. Selama masa prmentasi Anda, tanpa melakukan
tindakan berlebihan, bantu klien untuk memikirkan perilaku yang
ditargetkan dalam hal skilla. Juga menekankan pentingnya melihat
keterampilan terlatih sebagai keterampilan membantu diri sendiri
b) Gunakan bahasa yang jelas
Mengambil tingkat intelegensi dan latar belakang sosiokultural klien
menjadi accout. Gunakan bahasa lugas dan unambiguos. Misalnya
mendengarkan atau mendengarkan secara aktif dan menunjukkan
pemahaman mungkin lebih baik daripada mendengarkan atau
mendengarkan dengan empatik.
c) Gunakan bahasa praktis
Penampil presentasi lifeskills fokus pada mekanisme bagaimana melakukan
skill atau sub skill.
d) Gunakan bercandaan
 Consider menggunakan audiovisual AIDS
Audiovisual aids dapat membantu Anda menyajikan informasi dengan lebih jelas.
Anda perlu memikirkan secara prihatin tentang bagaimana mengintegrasikan silo
adiovisual ke dalam masa inkonsistensi Anda sehingga mereka tidak menyesal.
Pendarahannya adalah beberapa bantuan bantuan audiovisual:
a) Whiteboard . Struktur presentasi anda akan lebih jelas jika di tulis jika hanya
di ucapkan .
b) Flipcharts .keuntungan dari bahan flipchart terutama jika anda telah
menyiapkan materi untuk digunakan dengan lebih dari satu barang, anda
dapat mengintegrasikan flipchart ke dalam presentasi anda.
c) Manual pelatihan dan handout. Anda dapat membantu klien
mengkonsolidasikan pembelajaran baik dengan merujuk ke bagian yang
relevan dalam manual pelatihan atau dengan handout.
d) Audio cartes dan vidrolaper . Anda dapat menggunakan alat bantu audio
rekaman atau rekaman terdahulu . Client dapat memutar ulang sesi terakhir
dengan anda sebelum kembali lagi.
 Mengembangkan keterampilan pengiriman
Jika Anda mempersiapkan konten yang jelas, Anda benar-benar bagian dari
cara mengenalkan dan mendeskripsikan keterampilan secara efektif. Anda masih
bisa menyampaikan pesan Anda. Dalam Bab 4 1 ditekankan untuk mengirim pesan
suara dan tubuh yang baik saat Anda mendengarkan. Di sini saya fokus untuk
mengirimkan pesan tubuh dan tubuh saat Anda menyajikan materi kepada klien.
Anda memalingkan muka untuk menghindari klien MEGO - Mata saya berkaca-
kaca '- saat Anda menggambarkan keterampilan (Valenti, 1982). Menyajikan
informasi kepada individu atau pasangan tidak memerlukan keterampilan kinerja
teater untuk menyajikan informasi ke jumlah yang lebih besar. Tanpa henti, bahkan
dalam individu yang membantu suara dan tubuh Anda adalah alat penyampaian
untuk memegang minat, penekanan poin dan motivasi masuk

 Kirim pesan suara yang efektif


Anda memerlukan yoice sebagai pengiriman. Untuk lebih baik atau lebih,
suaramu pesan lisanmu. Mari kita tentukan singkatan VLAP (Nelson-jones,
Mungkin pesan bahkan menerangkan pesan bingkai cmphasis dan rar 1991) dan
sangat mungkin Anda menggunakan volume ,artikulasi dan nada Anda
memberikan kontra daripada menanggapi klien.
a) VOLUME Saat menyajikan keterampilan, Anda kurang
berkewajiban menyesuaikan volume Anda menjadi n saat memberi
respek sebagai pendengar. Tanpa banyak klien, dan seterusnya.
Beberapa hal yang perlu Anda bicarakan dengan akal sehat, lebih
baik daripada yang Anda lakukan pada pembantu Anda, sehingga
dia bisa mendengarkan pendengar yang lembut daripada pembicara
yang sopan. Jika ini benar dari Anda, Anda mungkin tidak
mengucapkan suara Anda saat mempresentasikan keterampilan
dalam membantu individu dalam mengatasi atikulasi mungkin lebih
penting daripada yang Anda hadapi daripada bila Anda bergaul
dengan buruk saat mengirim tanggapan mendengarkan, setidaknya
klienlah yang bertanggung jawab jika Anda emunciat mampu
mendorong apa yang Anda katakan dalam konteks ucapan mereka
sebelumnya. J memiliki kebimbangan ini saat Anda menyajikan
informasi untuk dasi pertama. Berjuang untuk memahami
pengiriman dan konten. Als0, gertakan yang lebih buruk
mengalihkan pembicaraan pembicara yang lebih panjang,
b) PITCH Ada kesalahan pitch yang Anda miliki - misalnya
kekosongan, kedinginan, atau keresahan jarak dekat - mungkin akan
lebih terasa saat Anda menyajikan informasi daripada saat Anda
meresponsnya. Salah satu alasannya adalah bahwa, saat merespons,
Anda dapat memodifikasi piteh Anda agar sesuai dengan klien
Anda. Alasan lain adalah, ketika mempresentasikan informatinn,
Anda mungkin kurang sadar akan nada karena Anda memikirkan
apa yang harus dikatakan. Lebih jauh lagi, Anda memiliki ruang
lingkup yang lebih luas untuk kesalahan lapangan karena yuu
cenderung berbicara lebih lama saat mempresentasikan muterial
daripada saat merespons .
c) EMPHASIS Ketika sebagai permulaan responsif Anda, Anda
menekankan kata-kata dan frasa yang sama yang ditekankan oleh
klien Sebagai presenter informasi yang Anda tekankan kata dan
frase yang menyoroti poin utama Anda. Penekanan harus
menyampaikan minat dan komitmen.
d) RATE Seperti menanggapi, saat menggambarkan keterampilan
berbicara cukup lambat. Tingkat pidato yang lambat, namun
nyaman memberi Anda waktu untuk berpikir dan memberi waktu
kepada klien untuk commprehend. Penggunaan jeda yang efektif
dapat mengklarifikasi dan menekankan apa yang Anda katakan, dan
juga memungkinkan klien mengajukan pertanyaan Kesalahan jeda
meliputi: terlalu banyak, sedikit, dua panjang, terlalu pendek, dan
menghasilkan suara seperti 'ums' dan 'ers'
 Mengirim pesan tubuh yang efektif
Mengirimkan pesan tubuh yang efektif saat mendeskripsikan sebuah
lifeskill sebagian adalah masalah menghindari pesan yang mengganggu dan
sebagian masalah pengiriman pesan yang bagus. Tidak seperti menghadirkan
keterampilan dalam kelompok pelatihan secara individual, Anda mungkin akan
duduk. Mendengarkan mendengarkan adalah hal yang bagus. Banyak koleksi
makanan yang dikemas ulang, keterbukaan fisik, kepekaan dan prektifitas
phypsical, pakaian dan perawatan yang tepat, dan sesuai.
Berikut adalah beberapa saran tambahan untuk menggunakan pesan tubuh yang
efektif :
a) GESTURES Gunakan isyarat secara ekonomi untuk membantu
menjelaskan apa yang sedang dikatakan. Fischer (1972) menyatakan bahwa
ada tiga jenis utama gerakan: gerak mphatic, seperti menunjuk jari, yang
dirancang untuk memperjelas bahwa apa yang dikatakan adalah gerakan
yang penuh perhatian dan deskriptif misalnya mencekik lengan Anda saat
Anda mengatakan bahwa pasangan perkawinan terpisah dari tiang,
dirancang untuk membantu menggambarkan maksud Anda; dan isyarat
simbolir yang arti umum dipahami telah dianggap berasal, misalnya
menggelengkan kepala untuk mengatakan tidak ada nada gerak luas lainnya
adalah gerak tubuh yang menyulitkan: menyentuh kepala Anda, menggaruk
hidung Anda, menarik serabut dari manset Anda, melambaikan tangan ke
arah sekitar, menarik rambut Anda dan .
b) GAZE DAN KONTAK MATA Pembicara cenderung menggunakan
kacamata yang jauh lebih sedikit daripada kacamata pendengar (Argyle,
1983), Neverthcle Saat Anda melihat, Anda memerlukan tingkat tataran
yang memadai untuk membaca rcactions klien. Hadir lifcskills seolah-olah
Anda berkomunikasi dengan klien daripada berbicara pada mereka.
Penggunaan tatapan dan kontak mata Anda adalah cara yang paling penting
untuk rclating langsung ke klien saat membuat lintning puints. Perhatian
dan kriket kontak mata tidak jelas: terlalu banyak melihat, termasuk
membaca dari manual pelatihan; melihat langit-langit atau keluar dari
jendela; melihat melalui chicnts; dan terus bergoyang saat Anda menulis
reaksi

 Letakkan konten dan pengiriman bersama


Di tempat fokus sebelumnya dalam mengelola kecemasan, menyiapkan
konten yang jernih, menggunakan alat bantu audiovisual, dan menggunakan sikat
suara ucapan suara dan tubuh yang baik. Anda mungkin telah berlatih lama dan
sulit untuk mengembangkan keterampilan responsif Anda terhadap pendengaran
yang baik sehingga klien ingin berbicara dengan Anda. Tunjukkan ketekunan yang
sama dalam mengembangkan keterampilan pengirim untuk menyampaikan
informasi sehingga klien ingin mendengar Anda. Sebuah analogi dapat dilakukan
dengan orangtua tidak hanya perlu mendengarkan sehingga anak-anak mereka akan
berbicara, namun juga perlu diajak bicara agar anak-anak mereka mau
mendengarkan (Gardon 1970). Anda tidak perlu berlatih dan berlatih agar tidak
lancar dalam menggambarkan berbagai jenis kehidupan kepada klien. Lebih jauh
lagi, para pekerja yang efektif mengurangi keterampilan berbicara dan lintening
sedemikian rupa sehingga klien merasa dihargai bagian dari proses pelatihan dan
bukan hanya wadah pengetahuan orang lain, yang disebut juy-and-mug approuch.
Penolong tersebut mengembangkan iklim emosional di mana klien termotivasi
untuk belajar, mengajukan pertanyaan, dan mengambil risiko Berulang dari
pengulangan, gunakan kemampuan berbicara untuk membantu klien
mengembangkan keterampilan self instruction. Idealnya saat mempelajari
keterampilan baru, klien mulai dengan menerima suara Anda di kepala mereka.
Namun, mereka kemudian mengganti suara Anda dengan suara mereka Pidato
publik Anda menjadi pidato pribadi mereka.

Perry dan Furukawa mendefinisikan pemodelan sebagai 'proses pembelajaran observasional di


mana perilaku seseorang atau model - bertindak sebagai stimulus untuk pemikiran, sikap, atau
perilaku yang serupa pada individu yang mengamati kinerja model' (1986, p66) . Dalam kehidupan
nyata, banyak pemodelan tidak disengaja. Pembantu dapat secara sadar mempromosikan
pembelajaran observasional dengan keterampilan yang diinginkan. Mendemonstrasikan dapat
digunakan untuk memulai kekuatan keterampilan baru; mengembangkan kekuatan keterampilan
yang ada; menghilangkan kekuatan ketrampilan yang ada; dan menghambat dan melemahkan
kelemahan keterampilan yang ada Sasaran untuk mendemonstrasikan dan mengamati
pembelajaran dapat dilihat dalam kategori berikut.

Keterampilan berpikir termasuk memiliki peraturan yang realistis, menggunakan coping self talk
dan memahami secara akurat. Saya secara singkat meninjau kemampuan berpikir di bagian
sebelumnya tentang kemampuan berbicara.

Naomi, seorang pembantu, bekerja dengan Vince dalam keterampilan berbicara di depan umum.
Sebagai bagian dari rencananya, dia bertujuan melatih Vince untuk menggunakan coping, daripada
pembicaraan diri negatif sebelum, selama dan setelah situasi berbicara. Noomi
mendemonstrasikan mengatasi pembicaraan sendiri dengan secara lisan memberi contoh
pernyataan bicara yang sesuai dan juga dengan memberi Vincc sebuah handout dengan contoh
pernyataan bicara sendiri yang berbicara di depan umum.

TINDAKAN AKSI

Aksi demonstrasi keterampilan fokus pada perilaku yang dapat diamati. Dalam demonstrasi
keterampilan tindakan, pembantu harus memperhatikan suara dan tubuh serta pesan verbal. Naomi
dan Vince telah bekerja dalam sub tujuan untuk mengembangkan keterampilan pengiriman
berbicara Vince dengan: (a) berbicara dengan nada nyaman dan bukan kecepatan yang cepat (b)
mudah dilakukan daripada terlalu sepi; (c) membuat pandangan baik dan kontak mata dengan
pendengarnya; dan (d) menggunakan isyarat untuk menekankan poin. Naomi menunjukkan satu
keterampilan pada satu waktu, kemudian melatih dan melatih Vince di dalamnya sebelum beralih
ke keterampilan berikutnya. Akhirnya dia menunjukkan dan melatih Vince dalam keempat
keterampilan itu bersama-sama. Noomi alko Vince baik untuk merekam audio atau, jika
mendorong rekaman video kompetennya sendiri, rekaman video kemampuan kompetennya untuk
mendapatkan keterampilan sehingga dia dapat menggunakan dirinya sebagai observer pembicara
publik yang baik dan menilai bagaimana mereka gunakan keterampilan yang tergerogoti.
TINDAKAN AKSI DENGAN MENYELESAIKAN DIRI SENDIRI

Di sini para demonstran baik dalam keterampilan tindakan maupun instruksi diri yang
menyertainya. Berbicara secara efektif di depan umum, Vince perlu menggabungkan keterampilan
berpikir dan tindakan. Naomi mendemonstrasikan kepada Vince dalam gerak lambat bagaimana
dia bisa menggunakan perayapan yang menenangkan dan demonstrasi melontarkan kata-kata keras
dengan menunjukkan kemampuan bertindak. Siapa yang mendemonstrasikan Demonstrasi dapat
berlangsung baik di dalam maupun di luar sesi bantuan. Pengikut . Pembantu Pembantu mungkin
menunjukkan keterampilan pada awalnya dan kapan pembinaan dan. Klien Klien dapat diminta
untuk menunjukkan keterampilan untuk diri mereka sendiri. Sebagai contoh pilihan untuk orang
yang menunjukkan dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi. Melatih klien Pembantu dapat
memulai dengan demonstrasi rekaman kaset keterampilan berpikir, lalu membantu klien membuat
rekaman dengan menggunakan suara dan materi mereka sendiri. Demonstrasi diri dari
keterampilan tindakan mungkin ada dalam imajinasi klien (Kazdin, 1976) atau rekaman video
editan 'self-as-model' atas penampilan mereka sendiri (Cormier & Cormier, 1985; Hosford et al.,
1976; Hosford & Johnson, 1983). . Pihak ketiga Saat materi pra-rekaman digunakan, pihak ketiga
dapat menunjukkan keterampilan Puppets dan karakter kartun. Boneka bisa digunakan sebagai
demonstran, terutama dengan anak-anak (Peterson & Ridley-Johnson, 1980). Karakter kartun juga
bisa b digunakan untuk menyajikan lifeskills. Misalnya, karakter komik strip dengan balon dialog
dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan berpikir. . Metode demonstrasi Pembantu punya
banyak pilihan saat mempresentasikan demonstrasi. Pilihan ini, yang tidak saling eksklusif,
dirangkum dalam Tabel 9.1.

Helpers dapat menunjukkan banyak tenaga melalui halaman tertulis - baik dari handout atau dari
bagian dalam buku dan manual pelatihan. Keterampilan berpikir khususnya meminjamkan diri
pada demonstrasi tertulis, yang dapat dilengkapi dengan gambar visual seperti kartun. Demonstrasi
tertulis dapat dengan mudah disimpan dan diambil oleh pembantu dan klien, dan dapat
mengenalkan latihan tertulis atau latihan berikutnya Pembantu tidak perlu membatasi diri terhadap
materi orang lain; mereka bisa mengembangkannya sendiri. Materi semacam itu sangat berguna
dimana banyak klien memiliki masalah yang sama. Berikut adalah contoh demonstrasi tertulis
untuk siswa pemalu keterampilan untuk menghasilkan dan mengevaluasi persepsi yang berbeda
dan memilih persepsi 'paling sesuai' daripada melompat ke kesimpulan negatif Contoh bagaimana
orang yang pemalu dapat memandang dengan lebih akurat Keterampilan yang ditargetkan:
keterampilan yang ditunjukkan Dalam contoh ini adalah menghasilkan dan mengevaluasi persepsi
yang berbeda dan memilih persepsi yang sesuai. Alasan untuk keterampilan: banyak orang pemalu
melompat ke kesimpulan negatif tentang reaksi orang lain tanpa memikirkan secara realistis
tentang informasi yang ada. Mereka cukup membedakan antara fakta, apa yang sebenarnya terjadi,
dan kesimpulan, apa pendapat mereka tentang apa yang terjadi. Dengan demikian, mereka
mempertahankan rasa malu mereka dengan menyimpulkan secara negatif daripada mencoba
membuat kesimpulan mereka sesuai dengan fakta sedekat mungkin.

BAGAIMANA MENGGUNAKAN KETERAMPILAN PELATIHAN lompat ke kesimpulan


negatif duduk dengan sekelompok teman sekelasnya dalam melayani dua di antaranya, kantin Ben
dan Lynette dan saling meniru Shirlay berpikir: Bemand Lynette harus berpikir bahwa saya adalah
orang yang membosankan. ' Termotivasi untuk berpartisipasi dalam kelompok daripada
sebelumnya. Contoh menghasilkan dan mengevaluasi konsekuensi yang berbeda dari pemikiran
ini adalah bahwa dia merasa kurang sebagai alternatif, Shirley bisa berkata pada dirinya sendiri:
Saya merasa tidak enak karena Ben dan Lynette sedang berbicara satu sama lain. Mari berhenti
dan pikirkan apa cara terbaik untuk memahami ini. Salah satu kemungkinannya adalah mereka
bosan dengan saya, namun saya tidak memiliki bukti untuk ini. Kemungkinan lain adalah mereka
mengatakan hal baik tentang saya. Saya juga tidak memiliki bukti untuk ini. Kemungkinan ketiga
adalah bahwa mereka sering mengabaikan orang lain dan saling berbicara satu sama lain. Sekali
lagi, tidak ada bukti bahwa hal ini selalu terjadi. Kemungkinan keempat adalah bahwa mereka
telah menemukan sesuatu yang menarik yang ingin mereka bagikan dan ini tidak mencerminkan
negatif pada diri saya. Hal ini tampaknya menjadi cara terbaik untuk memahami situasi ['best-fit
perception]. Baru-baru ini, Ben dan Lynete bersikap ramah padaku. Selain itu, mereka
mengabaikan orang lain di meja dan bukan hanya saya. ' LIVE Mungkin demonstrasi bantuan yang
paling individual adalah live. Pembantu dapat menunjukkan kehidupan pada saat
mempresentasikan keterampilan, saat melatih klien setelahnya dan saat bekerja dengan materi
terkini yang dibawa klien ke sesi selanjutnya. Demonstrasi langsung memiliki keuntungan dari
komunikasi sekarang dan sekarang. Klien dapat menerima pesan verbal, suara dan tubuh saat
terjadi. Anda dapat berinteraksi dengan klien dan, jika sesuai, menunjukkan cara yang berbeda
atau sederhana untuk menerapkan keterampilan. Demonstrasi langsung memiliki keterbatasan
sekaligus keuntungan. Kecuali demonstrasi dicatat, klien tidak memiliki salinan untuk
didengarkan atau ditonton sendiri. Meskipun lebih sesuai untuk kemampuan berpikir daripada
demonstrasi keterampilan tindakan, membuat klien mendengarkan rekaman dari semua atau
sebagian sesi bantuan adalah satu pendekatan untuk masalah ini. Dalam demonstrasi langsung
mungkin sulit untuk menggambarkan adegan yang melibatkan lebih dari satu orang. Namun, para
pembantu sering melakukan role play dengan klien untuk mengatasi keterbatasan ini. Berikut
potensi kerugiannya adalah klien dapat diserap dalam memainkan peran yang tidak mereka hadiri
dengan apa yang ditunjukkan oleh pembantu. Variasi demonstrasi langsung adalah intervensi
pemodelan peserta Bandura. Intervensi ini telah digunakan terutama untuk melatih orang-orang
yang menderita fobia (Bandura, 1976; Jeffrey, 1976) Misalnya, klien dapat menyaksikan
pembantu melakukan tugas yang semakin mengancam dalam kaitannya dengan objek yang
ditakuti, seperti ular. Kemampuan berpikir di alat pengukur jarak jauh lebih baik daripada yang
diperlukan untuk Andan yang mungkin memiliki keterampilan persalinan yang buruk. Anda
mungkin tidak sesuai dengan kecemasan yang mempengaruhi konsentrasi yang terkait dapat
dikaitkan dengan ucapan Kecemasan bicara memiliki banyak dimensi Perasaan bahwa saya
kecemasan meliputi ketegangan, Reaksi fisik termasuk pikiran nau akan kosong.Alamat messa
Pesan vokal Anda dapat menyebabkan kecemasan, misalnya terlalu banyak laut, mulut kering,
perut di perut Anda dan perut Anda termasuk dengan menggunakan kalimat dan kalimat yang
membingungkan dan bertele-tele ', dan keamanan, kerentanan, rasa malu dan
kebingungan.Berbicara terlalu cepat atau pelan, pesan tubuh Anda mungkin berupa goresan
rambut, goresan atau senyum berlebihan Berikut ini adalah beberapa kekurangan kemampuan
berpikir ilustratif yang terkait dengan kecemasan berbicara, bahkan dalam individu yang
membantu respekbilitas penuh untuk Menganggap pemilih Anda mungkin tidak bertanggung
jawab atas tanggung jawab Anda sendiri untuk pengembangan ng membantu keterampilan
hubungan tanpa menyadari kebutuhan juga untuk mengembangkan keterampilan pelatihan.
Bekerja pada keterampilan presentasi. Perkembangan saya sebagai media ad hcit, Anda memilih
untuk mengabaikan area penting kami sebagai pembantu. Berhubungan dengan perasaan Anda
yang mendasarinya. Anda mungkin menyangkal atau mencairkan perasaan cemas Anda tentang
aspek pelatihan untuk membantu. 'Penyesuaian' ini dapat menghalangi pekerjaan Anda dalam
masalah ini. Sebagai tambahan, ketika sampai pada aspek didaktik yang membantu, Anda mungkin
merasa rentan dan kurang mengetahui perasaan apa pun dari kekuatan dan kompetensi Gunakan
self-talk secara konstruktif. Anda bisa menggunakan self-talk negatif atau gagal menggunakan
coping self-talk, atau kedua pernyataan self-talk negatif termasuk: Saya tidak dapat mengatasi ','
Saya tidak dapat melakukan apapun - Hal yang benar 'dan' Saya merasa benar-benar bingung
'(Kendall & Hollon, 1989) .Anda mungkin gagal menggunakan dimensi pembinaan dan
penenangan untuk mengatasi self-talk (Nelson-Jones, 1989) .. Pilihlah peraturan bantuan yang
realistis.Anda dapat menempatkan tidak realistis 'musts', 'oughts' dan 'shoulds 'pada diri Anda dan
klien: misalnya, saya harus menjadi presenter keterampilan yang sangat baik segera, atau Klien
harus selalu mengerti saya. Mempromosikan diri sendiri dan orang lain secara akurat. Anda
mungkin terlalu menekankan kelemahan keterampilan Anda dalam menghadirkan keterampilan
dan gagal secara memadai untuk memperhitungkan keterampilan Anda. Kekuatan. Anda mungkin
bereaksi terhadap isyarat umpan balik negatif dari klien. Atribut atribut yang tepat. Anda mungkin
terlalu banyak bertanggung jawab untuk belajar. Anda juga mungkin misattribute penyebab
kegelisahan pidato Anda: misalnya untuk gen Anda, atau untuk Anda yang tidak beruntung
sebelumnya Upaya untuk menyajikan keterampilan kepada Bagi beberapa orang pembantu,
persiapan yang tidak memadai membuat kegelisahan. Buat prediksi yang realistis. Membantu para
pembantu mungkin diliputi oleh pesimisme, atau optimisme yang tidak semestinya, atau oscil
untuk menyajikan keterampilan dengan baik. Ada terlambat di antara keduanya mengenai
kemampuan mereka.

Ketiga, Anda dapat menggunakan audio swadaya komersial - keterampilan yang ditargetkan
(Yamauchi, 1987). Keempat, Anda dapat membantu klien demonstrasi dalam membuat kaset
demonstrasi mereka sendiri Jika memungkinkan, gunakan peralatan perekaman yang sangat
sensitif, dan dorong klien untuk melakukan hal yang sama. Ada perekam kaset di pasaran yang
menghilangkan hampir semua kebisingan motor dan desingan latar belakang. Klien menolak untuk
mendengarkan kaset berkualitas rendah. Bersiaplah untuk berlatih dan rerecord usaha Anda jika
tidak memadai. Jika Elton John dan Elaine Paige melakukan ini, mengapa tidak? Demonstrasi
rekaman video. Sebuah keuntungan besar dari demonstrasi rekaman video melalui demonstrasi
kaset audio adalah bahwa klien mengamati pesan-pesan tubuh. Banyak rekaman video pelatihan
lifeskills sudah ada di pasaran. Namun, kaset video komersial mungkin tidak sesuai dengan
kebutuhan Anda. Jika Anda membuat rekaman video demonstrasi Anda sendiri, Anda punya
pilihan untuk membawa sumber daya dari luar atau tidak. Di sini saya berasumsi Anda membuat
kaset video Anda sendiri. Saat membuat rekaman video demonstrasi, tentukan sub-tujuan pesan
tubuh serta sub-tujuan verbal dan suara. Misalnya, jika Anda membuat rekaman video yang
menunjukkan bagaimana seorang remaja, Chrissie, mungkin akan mengembalikan makanan kecil
ke toko, Anda mungkin bisa membuatnya menunjukkan kemampuan pesan tubuh tentang kontak
mata yang memadai, postur tegak dan penggunaan isyarat yang baik. Anda memerlukan banyak
keterampilan seorang direktur film saat membuat n bagaimana adegannya, Anda mungkin
memutuskan untuk menulis ulang bagian-bagian naskah. Banyak trial and error yang masuk ke
dalam membuat rekaman video demonstrasi yang dipoles, misalnya cuplikan video demonstrasi.
Misalnya, Anda mungkin perlu melatih para demonstran untuk melakukan aksara. Selama berlatih
dan menembak Selama sesi Anda dapat menggunakan kaset video untuk menunjukkan bagaimana
mengajukan permintaan asertif untuk perubahan perilaku, tunjukkan perhatian dan ketertarikan
saat mendengarkan, atau menjawab pertanyaan saat wawancara kerja. Klien juga dapat mengatur
demo video tanpa pembantu. Webster-Stratton dan rekan-rekannya menugaskan orang tua
melakukan masalah anak-anak ke salah satu perawatan pemodelan rekaman video yang diberikan
secara individual, sebuah teknik pemodelan rekaman video yang dipandu oleh terapi terapis,
sebuah diskusi kelompok tanpa menonton rekaman video, dan kelompok kontrol daftar tunggu
(Webster-Stratton et al., 1988). Kedua kondisi pemodelan rekaman video melibatkan orang tua
yang datang selama 10-12 sesi mingguan dan menonton lebih dari 200 sketsa interaksi orang tua-
anak. Temuan tindak lanjut satu tahun menunjukkan sedikit perbedaan antara ketiga kondisi
pengobatan tersebut. Hasilnya menunjukkan potensi kekuatan orang tua untuk belajar bagaimana
mengubah perilaku mereka sendiri, dan juga perilaku anak-anak mereka, dari rekaman video yang
dikelola sendiri (Webster-Stratton et al., 1989, hal.550). Program Anda mungkin ingin membuat
demonstrasi video dari keterampilan tindakan dengan menemani self-talk. Akhirnya klien harus
menginstruksikan diri mereka melalui urutan keterampilan tindakan pilihan. Berikut adalah
beberapa cara untuk menggabungkan self-talk Pikirkan dengan lantang. Di sini para demonstran
berhenti sebentar dan kemudian untuk secara verbalisasi instruksi diri yang relevan dengan keras.
Foice-overs. Pengambilan instruksi diri para demonstran bisa diedarkan ke dalam rekaman video
demonstrasi. Ini kurang mengganggu demonstrasi daripada berpikir kelemahan utama adalah
bahwa voice over melebihi sumber daya teknis paling helper Subti dan mungkin mengganggu,
terdengar dan bisa ditinggalkan di layar lebih lama. Seringkali, subtitel menerjemahkan kata yang
diucapkan. Untuk keterampilan demonstrasi ditambah self-talk, subtitel menunjukkan suara batin
dan bukan di luar pembicaraan yang diinginkan. Keuntungan dari sub judul daripada voice-overs
adalah mereka tidak memberi tambahan Think balloons. Pikirkan 'balon yang berisi self-talk
relevan dapat dilampirkan pada kepala emonstrator'. Kompetensi teknis yang dibutuhkan untuk
berpikir berlebihan terhadap citra bergerak jauh melampaui cakupan dan anggaran sebagian besar
pekerja yang disiarkan demonstrasi kadang-kadang disebut pemodelan terselubung (Cautela, mier,
1985; Kazdin, 1976). Pembantu meminta klien untuk memvisualisasikan atau 1976; Cormier
membayangkan adegan demonstrasi yang mereka gambarkan. Bergantung pada klien yang
memvisualisasikan diri mereka atau partikulat ketiga yang mendemonstrasikan target dan inti
instruksional, demonstrasi yang divisualisasikan memiliki keunggulan fleksibilitas. Situasi yang
berbeda dapat dengan mudah disajikan ke imajinasi klien tergantung pada kebutuhan mereka dan
seberapa cepat mereka belajar. Klien dapat menindaklanjuti demonstrasi yang divisualisasikan
dalam membantu sesi dengan demonstrasi dan latihan yang divisualisasikan di rumah.
Demonstrasi yang divisualisasikan memiliki potensi kerugian. Hal ini hanya sesuai untuk klien
yang dapat memvisualisasikan adegan secara memadai. Juga, klien tidak pernah benar-benar
melihat ketrampilan ditunjukkan: bahkan ketika instruksi diberikan dengan baik, mungkin ada
kesenjangan penting antara apa yang Anda gambarkan dan apa yang dipvisualisasikan oleh
pengunjung. Secara umum, klien memvisualisasikan yang terbaik saat santai (Kazdin, 1976).
Pembantu mungkin mulai dengan meminta klien untuk memvisualisasikan adegan netral untuk
memeriksa kemampuan visualisasi mereka. Misalnya, klien bisa diminta untuk memvisualisasikan
percakapan baru-baru ini dengan seorang teman. Di sini Mengatur adegan. Jelaskan situasi di mana
lifeskills yang ditargetkan diberlakukan. Jelaskan keterampilan yang ditargetkan. Jelaskan dengan
jelas apa keterampilan yang ditargetkan dan bagaimana tiga panduan untuk demonstrasi yang
divisualisasikan: detail yang cukup sehingga klien dapat dengan mudah memvisualisasikannya.
Mereka digunakan Ingatlah untuk mendeskripsikan komponen suara dan tubuh serta komponen
lisan keterampilan Menggambarkan conseguences yang menguntungkan. Bila sesuai, mintalah
klien untuk memvisualisasikan penggunaan alat-alat yang ditargetkan yang ditargetkan menerima
imbalan Bantuan dapat mengembangkan demonstrasi visual yang berbeda seputar keterampilan
yang ditargetkan. Misalnya, visualisasi dapat dilalui dengan ancaman atau kesulitan. Selain itu,
klien dapat memvisualisasikan diri mereka menghadapi konsekuensi yang berbeda saat
menggunakan keterampilan yang ditargetkan. Keterampilan para demonstran Selain berbicara
dengan baik, berikut ini adalah beberapa keterampilan demonstran. Demonstrasi langsung
memerlukan persiapan yang memadai. Demonstrasi yang baik menjadi keterampilan harus tahu
materi Anda secara menyeluruh untuk mengintegrasikan presentasi demonstrasi pra-rekaman
membutuhkan waktu dan usaha. Perhatikan karakteristiknya. Sebagai contoh, secara umum,
semakin besar kemiripan trators dan observer, semakin besar efek demonstrasi terhadap perilaku
(Perry & Furukawa, 1986). Kazdin (1976) mengemukakan bahwa agak kompeten, ada keuntungan
pada demonstran yang menunjukkan kemudian mengatasi masalah. Hal ini juga untuk demonstran
antara setan dengan hati-hati dengan perilaku sempurna yang serupa dengan pengamatan, namun
penting bagi para demonstran untuk menarik perhatian klien (Bandura, 1977) Perhatikan
karakteristik demonstrasi, bukan hanya demonstrasi Satu masalah adalah apakah menunjukkan
perilaku yang salah dan benar. Anda merencanakan secara singkat untuk menunjukkan perilaku
negatif sebagai cara untuk menyoroti yang positif. Namun, pastikan untuk tidak membingungkan
klien dan selalu memiliki penekanan utama pada keterampilan yang benar dan bukan yang salah.
Pertimbangan lain adalah bahwa beberapa keterampilan mungkin jadi alasan, rumit atau sulit yang
mungkin Anda perlukan untuk merencanakan serangkaian demonstrasi. Karena pada seorang gadis
remaja yang mengalami kesulitan berdiri menghadap ibunya, mungkin dia dapat mengamati
pembantunya menunjukkan bagaimana menangani konfrontasi tingkat rendah sebelum kemudian
menghadapi konfrontasi yang lebih sulit. Bila klien harus melakukan keterampilan yang
ditunjukkan adalah pertimbangan lebih lanjut. Kinerja klien keterampilan yang ditunjukkan bisa
simultan (Klingman ea al, 1984), diselingi antara demonstrasi (Bandura, 1976), mengikuti
demonstrasi, atau tidak terjadi sama sekali. MEMBERIKAN PENDAHULUAN Hati-hati
bagaimana Anda mengenalkan demonstrasi. Demonstrasi awal Anda terhadap sebuah
keterampilan kemungkinan akan menjadi bagian dari rangkaian 'tell', 'show', 'do'. Anda bisa
menjelaskan kepada klien pentingnya belajar dari demonstrasi (Sarason, 1976). Anda dapat
meningkatkan perhatian klien dengan memberi tahu mereka apa yang harus diwaspadai dan juga
memberi tahu mereka bahwa setelahnya mereka akan melakukan perilaku yang ditunjukkan (Perry
& Furukawa, 1986) MEMBERIKAN PETUNJUK DAN RINGKASAN

Selama presentasi live dan pra-rekaman, Anda dapat menyelewengkan jeda untuk instrumentasi
tentang apa yang harus diwaspadai. Pada akhir demonstrasi, Anda dapat meringkas poin
pembelajaran utama dan, mungkin, memberi peserta sebuah daftar handout untuk mereka.

PERIKSA BELAJAR KLIEN


Selama dan pada akhirnya Anda dapat bertanya kepada klien apakah mereka memahami poin yang
Anda tunjukkan. Klien dapat meringkas poin utama demonstrasi. Penelitian menunjukkan bahwa
pengamat yang secara aktif merangkum poin-poin utama demonstrasi lebih mampu untuk
mempelajari dan menyimpan informasi ini (Bandura et al., 1966; Perry & Furukawa, 1986).
Mungkin cara terbaik untuk memeriksa pembelajaran klien adalah dengan mengamati dan melatih
mereka saat mereka melakukan perilaku yang ditunjukkan. Demonstrasi dapat diintegrasikan ke
dalam pekerjaan rumah. Klien dapat mendengarkan rekaman semua atau sebagian sesi di mana
Anda menunjukkan keterampilan hidup. Selanjutnya, mereka dapat mendengarkan dan menonton
rekaman kaset rekaman dan kaset video pra-rekaman. Selain itu, Anda dapat menginstruksikan
klien untuk mengamati orang-orang dalam kehidupan mereka sehari-hari karena mereka
menunjukkan keterampilan yang ditargetkan

D. Keterampilan Pelatihan

Hal ini fokus pada metih klien untuk melakukan keterampilan setelah presentasi awal. Belajar
dari mendengarkan dan mengamati dan harus diterjemahkan ke dalam pelajaran yang harus
dilakukan. Berikut adalah beberapa keterampilan pelatih untuk melatih klien dalam latihan
keterampilan hidup :

1. Pelatihan fasilitatif balance didactic


Dalam pelatihan didaktik para pelatih memberikan serangkaian intrusksi yang
eksplisit kepada klien tentang bagaimana melakukan keterampilan. Pelatih adalah pakar
yang mengambil klien melalui serangkaian pilihan kinerja. Dalam pelatihan alternative,
pelatih mempuyai 2 tujuan penting untuk membantu menarik dan membangun
pengetahuan dan keterampilan klien yang ada dan untuk membantu mereka memperoleh
keterampilan pelatihan diri.
2. Memberikan intruksi yang clear
Sertakan intrusksi yang jelas untuk kinerja terlatih dalam presentasi awal anda dan
demonstrasi keterampilan. Kesimpulan pelatih dan atau klien pada akhir demonstrasi juga
bisa menjadi cara untuk memastikan bahwa instruksi untuk melakukan keterampilan sudah
jelas. Saat pelatihan, anda mungkin perlu memberikan instruksi khusus, dan itu dapat
membangun hal yang ditargetkan.
3. Tugas break dan meminimalkan jumlah percobaan
Pada awalnya meminta klien untuk melakukannya, anda mungkin memutuskan
untuk memecahkan keterampilan dan beberapa keterampilan. Anda harus
mempertimbangkan berapa banyak klien yang dapat berasimilasi dalam setiap perobaan
pembelajaran. Disini anda melatih klien dalma menggunakan keterampilan bertarget dalam
situasi yang semakin sulit. Klien mungkin memerlukan banyak usaha yang dilatih sebelum
melakukan keterampilan dengan kompeten didalam, apalagi membantu sesi
4. Rehearsal dan role play
Saat anda melarih klien anda juga melatih klien dengan keterampilan yang
ditargetkan. Latihan rolepaly tidak selalu sama. Klien dapat melatih keterampilan tindakan
mereka sendiri tanpa memainkan peran. Selain itu mereka dapat melatih kemampuan
berfikir secara mental dan melatih keterampilan tindakan secara visual ditambah dengan
self – talk yang menyertainya. Bermain role play sangat berguna dan efektif untuk melatih
keterampilan tindakan .
5. Penggunaan keterampilan pembelian
Ketika pelatihan, para pelatih adalah manajer umpan balik. Berikut adalah beberapa
dimensi umpan balik yang perlu diingat (Egan, 1990; Gazda, 1989. Gilbert, 1978; Hopson
&Scally, 1981; Laboratorium Pelatihan Nasional, 1967 Osipow et all, 1984).
1. Feedback klien atau feedback pelatih
Dorong klien untuk mengembangkan keterampilan memantau dan menilai perilaku
dan konsekuensinya bagi diri sendiri dan orang lain.
2. Pesan saya atau feedback anda
Jika anda telah menetapkan peraturan dasar bahwa feedback selalu mewakili persepsi
dan bukan faktadan terbuka untuk diskusi
3. Feedback specific atau tidak specific
Feedback harus selalu specific, berkonsentrasi pada perilaku yang di targetkan
4. Verbal atau feedback demonstrasi.
Feedback verbal sebagian besar diberikan melalui kata – kata, namun anda dapat
menyampaikan feedback lebih jelas lagi jika anda mengemukakan deskripsi lisan
dengan demonstrasi.
5. Konfirmasi atau koreksi
Feedback konfirmasi memperkuat perilaku yang benar, sedangkan feedback koreksi
memungkinkan klien mengetahui mana perilaku spesifik memerlukan perubahan dan
dengan cara apa.
6. Feedback atau penghargaan
Anda bisa memberikan feedbanck dalam bentuk reward. Anda dapat mentakan baika
atau tidak baik untuk menanggapi perilaku klien dengan baik. Anda juga dapat
menggunakan bentuk penghargaan nonverbal namun waspadalah terhadapa klien yang
hanya melakukan perilaku bertarget dalam kondisi penghargaan eksternal daripada
pada diri penghargaan diri sendiri.

F. Menugaskan kerjasama sebagai keterampilan

Setelah presentasi , mendemontrasikan, dan pelatihan klien dalam keterampilan barunya,


pelatih dapat memberikan tugas kerjasama yang sesuai. Banyak alasan yang ada untuk mengatur
kerjasama. (Cormier & Cormier 1985; Egan, 1990; Hutchins & Cole, 1986). Hal ini termasuk
mempercepat proses pembelajaran; mendorong klien untuk memonitor, berlatih dan berlatih
keterampilan; membantu pemindahan kemampuan keterampilan ke kehidupan luar; mencari tahu
tentang kesulitan menggunakan keterampilan didalam kehidupan nyata; dan meningkatakan
perasaan klien untuk mengkontrol diri sendiri dan tanggung jawab pribadi untuk mengembangkan
target keterampilan. Berikut adalah beberapa keterampilan utama untuk menugaskan kerjasama :

1. Menawarkan alasan untuk kerjasama


Pelatih sering dapat meningkatkan motivasi pada klien untuk menyelesaikan tugas
kerjasama jika mereka menjelaskan pentingnya hal tersebut. Anda bisa mengenalkan
gagasan tentang kerjasama di awal cerita, menunjukkan, dan melakukan urutannya.
2. Negosiasi realistic untuk kerjasama
Kata “bernegosisasi” menjadi sorotan utama untuk pentingnya partisipasi klien dalam
keputusan kerjasama sehingga klien lebih cenderung mematuhi tugas yang mereka punya
dalam merancang. Berikut adalah tiga aspek pekerjaan kerjasama yang realistic :
1. Mengkonsolidasikan pembelajaran sebelumnya.
Kerjasama adalah perpanjangan yang logis dari urutan bicara, demonstrasi dan
pelatihan yang baru saja terjadi. Jangan memperkenalkan keterampilan dan ide baru
yang klien tidak miliki cukup waktu untuk berasimilasi sebelum sesi berakhir.
2. Tingkat kesulitan yang tepat.
Tugas mempertimbangkan pemahaman dan kesediaan klien untuk melakukan
keterampilan yang ditargetkan. Bila sesuai sarankan langkah lebih maju.
3. Jumlah realistis.
Bekerja sama dengan klien merupakan kerjasama yang realsitis. Lebih baik bagi klien
untuk membuat komitmen yang pasti terhadap jumlah kecil dalam kerja sama daripada
membuat komitmen yang tidak jelas tehadap jumlah yang besar. Dorong klien untuk
mempelajari kerjasama dalam hal kontrak tidak hanya untuk anda tapi, yang lebih
penting bagi diri mereka sendiri (Wehrenberg, 1988).

4. Memberikan petunjuk – petunjuk dalam bentuk take – away


Bila memungkinkan memberikan instruksi kerjasama dalam bentuk take – away ,
paling tidak anda bisa menggunakan bentuk instrussional standar. Anda dapat mengisi
formulir sendiri atau mengawasi klien saat mereka mengisi formulir. Praktik ini
memastikan instruksi yang jelas dan menghemat formulir penulisan kerjasama klien
sebelum mengisi formulir tersebut.
5. Mengubah kesulitan dan pengembalian
Lihat motivasi klien untuk menyelesaikan kerjasama mereka. Terkadang
penerapannya mengharuskan klien meminta untuk melepaskan kebiasaan. Disini, bisa jadi
keterampilan sangat penting untuk tidak terlalu banyak mengerjakan tugas dalam
bekerjasama terlalu cepat.seringkali beberapa klien kembali ke lingkungan yang tidak
mendukung. Disini anda mengkin perlu mempersiapkan klien lebih teliti sebelum
menyerankan agar mereka menerapkan keterampilan yang ditargetkan dalam pengaturan
kehidupan nyata seperti menyertakan strategi untuk mengatasi umpan balik negatif.
6. Signal a joint progress review
Biarkan klien mengetahui bahwa pada satu sekitar awal sesi berikutnya, bersama –
sama anda akan memantau kemajuan kerjasama mereka. Anda harus memotivasi mereka
untuk melakukan kerjasama.

Kelompok 9

BAGAIMANA UNTUK FOKUS PADA KETERAMPILAN BERPIKIR

Pada pemahaman dan bekerja dengan bagaimana Anda berpikir, Anda berisiko tidak
efektif saat memusatkan perhatian pada bagaimana klien berpikir. Mengutip pepatah lama
"Dokter, sembuhkanlah diri Anda Pembantu, pelajari keterampilan berpikir dengan bekerja
dengan materi Anda sendiri dan juga klien.

Berpikir tentang berpikir

Baik pembantu dan klien adalah pembuat hipotesis dan penguji yang memiliki
kemampuan reflektif untuk memikirkan bagaimana pemikiran mereka. Jika mereka tidak
mengembangkan bahasa yang mengelompokkan keterampilan berpikir yang berbeda, mereka
tidak dapat menargetkan keterampilan khusus untuk pembangunan. Selanjutnya, para pembantu
dan klien mampu berpikir tentang bagaimana mereka berpikir lebih mampu mendefinisikan diri
dan membuat hidup mereka. Misalnya, mereka yang mampu memahami bagaimana pemikiran
mereka dipengaruhi oleh peraturan orang tua dan budaya berada dalam posisi yang lebih kuat
untuk melepaskan diri dari "suara di kepala" yang tidak diinginkan daripada orang-orang yang
tidak mampu menganalisis bagaimana pendapat mereka.

Pembantu dan klien juga dapat menggunakan keterampilan berpikir tentang bagaimana mereka
berpikir untuk meningkatkan rasa self-efficacy atau kepercayaan pada kemampuan mereka untuk
mengendalikan kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka (Bandura, 1977, 1986, 1989)
.Selain itu, mereka tidak memikirkan bagaimana mereka berpikir mampu mengajarkan dan
menginstruksikan diri mereka dalam cara berpikir secara lebih efektif Idealnya Martin (1987)
mengemukakan konseling instruksional kognitif mengarah pada pembelajaran mandiri kognitif.
Bagaimana klien pembantu memikirkan bagaimana mereka berpikir memberi mereka
kemampuan untuk mempengaruhi bagaimana mereka dan tindakannya. Misalnya, penggunaan
ketrampilan berpikir yang baik dapat membantu Anda dan klien Anda berhubungan dengan
perasaan, keinginan dan keinginan Anda, proses penilaian dan kelalaian Anda, Efektif t
Keterampilan hinking berkontribusi untuk melepaskan perasaan yang diinginkan dan mengatur
perasaan yang melemahkan. Pikiran dan perasaan cenderung menjadi prekursor tindakan.
Mengembangkan kapasitas untuk berpikir tentang berpikir dapat membantu menghilangkan
hambatan dan hambatan dalam tindakan. Tanpa kehilangan spontanitas, kemampuan berpikir
yang efektif dapat membantu orang berpikir sebelum bertindak, termasuk mengidentifikasi
keterampilan tindakan untuk mengelola situasi tertentu.

Hadapi perasaan

bekerja dengan kemampuan berpikir klien seharusnya tidak menjadi latihan intelektual
yang gersang. Selalu, Anda memerlukan kepekaan terhadap perasaan Anda. Berikut adalah
beberapa alasan mengapa, saat memusatkan perhatian untuk perasaan. Kesiapan dan motivasi
terakhir Pembantu perlu memperhitungkan kesiapan klien untuk mengerjakan kemampuan
berpikir. Misalnya, klien rentan mungkin ingin menggunakan fase awal untuk membantu
melepaskan dan mendiskusikan perasaan sakit hati dan rasa sakit. Beberapa klien mungkin
sangat cemas dan sangat disayangkan sehingga mereka memiliki wawasan yang tidak mencukupi
untuk dijelajahi. Kesulitan hinking sampai mereka kurang cemas. Klien membutuhkan waktu
yang berbeda untuk mempercayai para pembantu. Sampai kepercayaan terbentuk, mereka
mungkin tidak mau mengatasi pilihan pemikiran mereka yang salah. Mintalah pikiran dan
perasaan. Bekerja dengan pemikiran klien bisa menjadi proses yang sulit di mana para pembantu
menciptakan iklim emosional bagi pikiran dan perasaan klien

muncul. Pembantu dan klien berkolaborasi dalam menggali dan mendeteksi perasaan
disfungsional dan kelemahan pemikiran dan kemampuan berpikir yang menopangnya. Pembantu
kurang berempati menghalangi pengalaman klien, mengidentifikasi dan mengeksplorasi perasaan
dan pemikiran terkait.

• Bedakan pikiran klien. Pembantu harus memperhatikan dengan seksama perasaan untuk
membantu klien membedakan apa yang mereka pikirkan dari apa yang telah mereka pelajari
untuk dipikirkan. Anda mungkin perlu memberi izin kepada klien untuk mengartikulasikan
pemikiran mereka dan mendukungnya melalui rasa sakit dan rasa bersalah karena bertentangan
dengan cara berpikir orang lain yang signifikan.
•Mengakui pertahanan dan pertahanan. Pembantu membutuhkan kesadaran akan hambatan dan
hambatan untuk mengakui dan bekerja dengan kelemahan pemikiran dan pemikiran khusus.
Seringkali, klien tidak melepaskan jiwanya Anda memerlukan kepekaan terhadap tingkat
ancaman dalam memusatkan perhatian pada area tertentu dari kehidupan orang lain. Kemudian
Anda memiliki berbagai pilihan: contoh, membantu klien mengetahui dan bekerja melalui
hambatan atau untuk mundur sementara atau selamanya.

•Periksa validitas emosional dari hipotesis kemampuan berpikir. Hipotesis tentang kelemahan
pemikiran dan kemampuan berpikir disfungsional klien harus memiliki validitas emosional jika
mereka ingin melakukan perubahan. Ada kemungkinan, sementara secara terang-terangan
menyetujui hipotesis ketrampilan yang ditawarkan oleh pelatih, bagi klien untuk tidak setuju
dengan telapak tangan Anda memerlukan keterampilan kasar. dalam memeriksa validitas
emosional untuk klien tentang bagaimana mereka memikirkan pemikiran mereka. Selanjutnya,
Anda memerlukan keterampilan dalam membantu klien melakukan vork mereka sendiri.
Kesimpulan yang dicapai klien untuk diri mereka sendiri tentang pemikiran mereka lebih
cenderung mengejutkan

•menawarkan dukungan selama belajar, latihan dan latihan. Helpers harus membayar kembali
perhatian klien karena mereka melatih klien dalam kemampuan berpikir. Perasaan yang
ditegaskan meliputi: kebingungan tentang memahami keterampilan dengan benar; ketidaksetiaan
diminta untuk menunjukkannya dalam sesi dan kekecewaan ketika tidak berhasil mempraktikkan
keterampilan di luar bantuan

Menghargai keterampilan mendengar sangat penting saat bekerja untuk mengembangkan


kemampuan berpikir klien. Hubungan penolong-klien yang diinginkan adalah kerja sama yang
saling menguntungkan dalam mengejar tujuan kerja. Pembantu mendukung klien dengan
berbagai cara: secara emosional, memfasilitasi nagiping untuk memeriksa dan menganalisis
eksplorasi pemikiran dan perasaan, informasi yang mereka hasilkan, dan mendorong klien
sebagai n. Setiap saat, para pembantu berusaha untuk mendengarkan informasi yang ditangani
oleh perasaan mereka sendiri dan juga menunjukkan kepekaan terhadap perasaan dan
kepercayaan klien secara pribadi.

PRESENT ARATIONALE
Kerangka kerja PTC dan STC

Ellis (1962, 1980, 1989) mengembangkan kerangka ABC sederhana untuk memikirkan
pemikiran: A mewakili acara pengaktifan; B, rasionalitas dan / atau keyakinan seseorang tentang
pengaktifan genap dan C, konsekuensi emosional dan perilaku dari keduanya A dan B. Ellis
menganggap bahwa sebagian besar waktu orang hanya menyadari apa yang terjadi pada poin A
dan C. Namun, apa yang terjadi pada titik C Diediasi oleh kepercayaan pada titik B.

Kerangka kerja PTC dan STC memperluas kerangka kerja ABC Ellis dengan (a) membedakan
antara masalah dan situasi bermasalah tertentu; (b) memungkinkan lebih banyak ruang untuk
pemikiran selain keyakinan, misalnya atribusi dan persepsi, dan (c) memasukkan bahasa
keterampilan.

Kerangka kerja PTC berlaku untuk keseluruhan masalah:


P Keseluruhan masalah Anda
T Pikiran dan keterampilan berpikir Anda berkaitan dengan keseluruhan masalah
C Perasaan dan tindakan Anda yang merupakan konsekuensi dari P dan T

Kerangka kerja STC berlaku untuk situasi tertentu dalam masalah keseluruhan:
S Situasi
T Pikiran dan keterampilan berpikir Anda berkaitan dengan situasi
C Perasaan dan tindakan Anda yang merupakan konsekuensi dari S dan T

Ketika para pembantu mendefinisikan kembali masalah ke dalam komponen kemampuan


berpikir dan tindakan mereka, bagian pemikiran merupakan analisis dalam kerangka kerja PTC.
Terkadang, di mana masalah adalah specifip, kerangka kerja PTC dan STC tumpang tindih.
Namun, pada kesempatan lain, para pekerja mungkin berfokus pada bagaimana klien berpikir
dalam kaitannya dengan situasi spesifik di dalam keseluruhan area masalah. Misalnya, Jason
adalah pengelola sebuah gudang penjualan bangunan. Area masalahnya yang berlebihan adalah
mengelola kemarahan di tempat kerja dan di rumah. Situasi spesifik yang ingin diusahakannya
adalah mengelola kemarahannya terhadap satu pelanggan yang baik tapi sulit.

Tawarkan alasan
Sebelum tahap intervensi, para pembantu mungkin menyajikan alasan untuk memusatkan
perhatian pada kemampuan berpikir. Misalnya, Anda mungkin menyatakan alasan seperti itu saat
mendefinisikan ulang masalah. Anda mungkin juga menawarkan alasan saat Anda melakukan
intervensi. Anda dapat menggunakan kerangka PTC atau STC untuk menyoroti pentingnya
bagaimana pemikiran klien dalam kaitannya dengan pengelolaan masalah keseluruhan atau
situator spesifik. Beberapa elen bereaksi baik terhadap analogi: misalnya, permainan dalam dan
analogi permainan luar. Anda juga bisa menggunakan humor: misalnya mendorong klien
menghindari Siirainethihkin '. Beberapa klien mungkin menemukan perbedaan antara 'berpikir
cerdas dan berpikir bodoh' bermanfaat. Cara lain untuk menekankan pentingnya berpikir yang
efektif adalah dengan menghindari perbedaan antara dukungan diri dan penindasan diri (Nelson-
Jones, 1989). Saat menawarkan alasan untuk berfokus pada pemikiran, sertakan materi klien
sendiri untuk meningkatkan minat. Berikut adalah contoh alasan singkat yang diberikan kepada
seorang siswa laki-laki pemalu yang piawai karena mengembangkan keterampilan mengatasi
pembicaraan sendiri saat meminta anak perempuan keluar.

Tony, kami sepakat untuk menghabiskan sebagian sesi ini untuk melihat bagaimana Anda bisa
menggunakan self-talk untuk merasakan lebih banyak

Mendorong Klien untuk mengubah tindakan seiring dengan peraturan yang dirumuskan
kembali

Pemikiran yang efektif akan menghasilkan tindakan yang efektif juga, dalam mendorong klien
para psikolog memiliki cara yang berbeda beda dalam mendorong klien untuk mengubah tindakan.
Mendorong klien untuk mengembangkan keterampilan tindakan yang relevan adalah salah satu
caranya.

Bagian rika disini ya


Pembicaraan sendiri berisi dua elemen utama: menenangkan pembicaraan sendiri dan pembinaan
self-talk adalah tentang mengatasi atau melakukan sebaik yang saya bisa 'alih-alih penguasaan
atau menjadi sempurna' dan 'tidak memiliki kecemasan. Mengatasi adalah tujuan yang jauh lebih
realistis daripada penguasaan.

Mengatasi self-talk melibatkan penggantian pernyataan self-talk negatif dengan yang


bermanfaat. Mari ambil contoh Anne dan Mary di sebuah pesta. Perhatikan bagaimana Mary
mendukungnya. Anne: “saya tahu bahwa saya akan menganggap partai ini sulit. Semua orang
menatapku. Saya merasa tidak etis. Saya tidak ingin membuat kesalahan. Saya merasa tegang
dan saat ini terjadi, saya tahu itu hanya akan bertambah buruk.”

Mary: "Saya menikmati pesta dan bertemu orang baru Meskipun saya sedikit cemas dengan
orang asing, saya tahu saya bisa mengatasinya Saya telah mengembangkan beberapa
keterampilan berprestasi dan ini biasanya berhasil, yang harus saya lakukan adalah yang
terbaik.”

Pernyataan pembinaan cenderung diselingi dalam mengatasi self-talk. Dua aspek penting dari
self-talk untuk menenangkan diri adalah sebagai berikut:

 Katakan pada diri anda untuk tetap tenang. Pernyataan diri yang sederhana meliputi: tetap
tenang, santai dan santai saja. Selain itu, anda bisa menginstruksikan diri untuk menarik napas
dalam-dalam atau bernapas perlahan dan teratur .

 Katakan pada diri sendiri bahwa Anda bisa mengatasinya. Contoh pernyataan diri termasuk
saya dapat menangani situasi ini ', atau kecemasan saya memberi isyarat bagi saya untuk
menggunakan keterampilan mengatasi saya.

Melatih self-tak dapat membantu Anda mengatasi rasa malu dengan cara berikut:

 Tentukan tujuan Anda. Contohnya bisa jadi: Saya akan naik dan berbicara dengan minimal
tiga orang baru di sebuah pesta.

 Pecahkan tugas. Pikirkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan Anda.

 Berkonsentrasi pada tugas yang anda tangani. Ajarkan diri Anda pada elemen spesifik perilaku
yang kompeten.

Anda bisa menggunakan api bincang-bincang, selama dan setelah situasi sosial yang penuh
tekanan. Missalnya, pergi ke pesta yang penuh dengan orang asing atau keluar dengan kencan
baru.

Contoh kemungkinan mengatasi pernyataan self-talk sebelum situasi sosial yang menegangkan
termasuk:

 Kecemasan ini adalah pertanda bagi saya untuk menggunakan keterampilan mengatasi saya.

 Tenang. Kembangkan sebuah rencana untuk mengelola situasi ini.

 Saya tahu jika saya menggunakan keterampilan mengatasi saya, saya dapat mengaturnya.

Contoh pernyataan bicara self-talk yang mungkin dilakukan selama situasi sosial yang penuh
tekanan meliputi:

 Luangkan waktu saya. Bernapaslah perlahan dan teratur. '

 Tenang, saya bisa mengatur apakah saya hanya mengambil satu langkah pada satu waktu.

 Saya tidak harus disukai oleh semua orang, yang bisa saya lakukan adalah yang terbaik yang
bisa saya lakukan.

Contoh kemungkinan pernyataan self-talk yang terus berlanjut setelah situasi sosial yang penuh
tekanan meliputi:

 Setiap saat saya mengatasinya sepertinya menjadi lebih mudah.

 Saya bangga dengan cara saya belajar menakut-nakuti ketakutan saya.


 Saya telah menunjukkan diri bahwa saya dapat melakukannya sekarang. Berkaitan dengan
mengatasi self-talk to action.

Presentasi di atas merupakan salah satu dari banyak keterampilan yang dibutuhkan pekerja untuk
menanamkan keterampilan berpikir dalam mengatasi self-talk. Pembantu juga membutuhkan
penilaian berfikir memuaskan keterampilan mendengar dan melatih. Kedua pembantu dan klien
harus melihat mengatasi self-talk bersamaan dengan tindakan yang tepat. Misalnya, orang yang
pemalu hanya membutuhkan pemikiran untuk mengatasi self-talk, tapi juga keterampilan
tindakan untuk tampil kompeten dalam situasi sosial. Konsekuensinya, seringkali dalam sesi
yang sama Anda cenderung bekerja dengan kemampuan berpikir dan tindakan. Anda dapat
mendorong klien untuk menulis pernyataan self-talk mengatasi mereka pada kartu isyarat yang
sedang berlatih dan digunakan sebelum situasi sulit.

KETERAMPILAN 3: MEMILIH PERATURAN PRIBADI REALISTIK.

Albert Ellis sangat menonjol dalam menyoroti pentingnya aturan pribadi yang realistis, atau apa
yang dia anggap rasional sebagai kontras dengan keyakinan irasional (Ellis, 1962, 1980, 1989).
Aturan pribadi mewakili bentuk pembicaraan pribadi, yang sebagian besar berjalan di bawah
kesadaran sadar. Aturan pribadi memberikan standar untuk menilai perilaku kita sendiri dan
orang lain. Banyak klien memiliki peraturan internalisasi standar orang lain daripada aturan yang
dipikirkan oleh mereka sendiri. Aturan seperti itu bisa jinak dan realistis asalkan membantu klien
memenuhi kebutuhan mereka. Aturan yang tidak realistis tersebut memberi kontribusi pada
emosi negatif, misalnya kemarahan dan kegelisahan, dan tindakan penghinaan diri sendiri,
misalnya penarikan diri dan amarah.

Membantu klien untuk mengidentifikasi hal yang tidak realistis.

Pembantu dapat membantu klien untuk mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi


sinyal bahaya bahwa mereka mungkin memiliki satu atau lebih peraturan pribadi yang tidak
realistis ...
 Menghadiri faelings yang tidak tepat. Perasaan tidak senonoh yang terus-menerus adalah satu
sinyal yang memperingatkan klien terhadap peraturan pribadi yang tidak realistis. Klien dapat
bertanya kepada diri sendiri pertanyaan seperti, "Apakah perasaan ini sesuai untuk situasi ini?"
dan, "Sejauh mana perasaan ini memiliki konsekuensi negatif yang tidak perlu bagi saya?

 Menghadiri tindakan yang tidak pantas. Perasaan dan tindakan yang tidak tepat saling terkait.
Klien dapat mengajukan pertanyaan kepada diri mereka sendiri seperti, "Apakah tindakan
saya membantu atau melukai saya dan orang lain?", "Apakah saya bereaksi berlebihan?", Dan,
"Apakah perilaku saya mengalahkan diri sendiri?"

 Menghadiri bahasa yang tidak tepat Kata-kata seperti "harus, seharusnya, atau harus mungkin
menandakan keyakinan irasional peraturan

 Carilah hubungan antara stresor. Anda dapat membantu klien dalam keterampilan untuk
mengidentifikasi peraturan mana yang penting. Misalnya, mungkin lebih penting bagi klien
yang kemarahan di rumah terkait dengan stres akibat kerja di tempat kerja untuk berfokus
pada peraturan stres daripada peraturan kemarahan.

Membantu klien memasukkan peraturan yang tidak realistis ke dalam kerangka kerja STC ..
Dengan asumsi penjelasan awal yang memadai, pembantu harus mendorong klien untuk
melakukan pekerjaan mereka sendiri daripada memberi sendok makan. Dibawah ini dalah dua
contoh aturan klien yang diajukan ke dalam S, situasi, T, pikiran, dan C, perasaan dan
konsekuensi tindakan, kerangka kerja. Contoh pertama berfokus pada aturan pribadi yang tidak
realistis dan yang kedua pada peraturan hubungan yang tidak realistis.

Jeff adalah seorang keluarga dengan dua anak.

S: anak-anak-Nya tidak secara terang-terangan menunjukkan penghargaan atas betapa kerasnya


dia bekerja untuk mendukung mereka.

T: Saya harus selalu meminta persetujuan anak-anak saya sedikit pun dari seseorang.

C: Hurt, mengasihani diri sendiri dan marah. Keterbukaan dengan anak yang menciptakan jarak
emosional.
Anna dan David adalah pasangan yang baru menikah.

S: Anna dan David tidak setuju dengan berapa banyak waktu yang dihabiskan dengan mertua.

T: Kita tidak boleh memiliki konflik dalam pernikahan kita.

C Kedua perasaan negatif Anna dan David tetap ada. Mertua dalam hubungan tidak secara
terbuka bekerja melalui.

Membantu klien untuk membantah peraturan yang tidak realistis.

Ellis (1980) menganggap perselisihan sebagai metode terapi emotif rasional dan paling sering
digunakannya. Bersengketa berarti menantang peraturan yang tidak realistis. Masalah untuk
pembantu adalah apakah akan membantah peraturan klien atau membantu klien dalam
melakukan tindakan mereka sendiri. Salah satu pendekatannya adalah mendemonstrasikan ski
terlebih dahulu, lalu melatih klien dalam mengembangkan keterampilan bersengketa. Ambil
contoh Jeff sebelumnya, yang peraturan pribadinya adalah "Saya harus selalu mendapatkan
persetujuan atau pertengkaran anak-anak saya, saya bukan seseorang." Inilah pertanyaan yang
mungkin ditanyakan oleh Jeff atau bertanya:

"Bukti apa yang ada sehingga saya tidak dapat bertahan tanpa persetujuan anak-anak saya? “

“Apakah fakta bahwa anak-anak saya tidak terang-terangan menunjukkan persetujuan atas apa
yang saya lakukan mereka tidak menyadarinya?”

“Apakah realistis untuk mengharapkan anak-anak mengetahui ayah di luar rumah, apalagi untuk
selalu hargai itu?”

“Apakah saya akan mengharapkan anak-anak teman saya untuk menunjukkan persetujuan
dengan cara yang sama seperti yang saya harapkan anak-anak saya, atau apakah saya memiliki
standar ganda?”

“Apakah saya menggunakan untuk menunjukkan penghargaan selalu untuk saya?”

“Apakah ini tentang saya yang mungkin membuat saya rentan terhadap tidak menunjukkan
apresiasi dari anak-anak saya?”
“Bagaimana sebenarnya tidak ada apresiasi konstan dari anak-anak saya?”

Klien perlu menyadari bahwa mereka mungkin membutuhkannya lagi dan lagi. Mereka memiliki
mapan mungkin kebiasaan menginduksi ulang dan mengkontaminasi kembali diri mereka
sendiri.

SKILL 4 : PILIH BAGAIMANA CARA MEMANDANG

Aaron beck dari University of pennsylvania adalah pendukung utama untuk membantu klien yang
mempengaruhi perasaan mereka dengan memilih percepsi yang lebih realistis secara khusus beck
telah berfokus pada pemikiran yang mendahului depresi. Salah satu contoh adalah membantu
banyak klien dengn berbagai masalah untuk mengembangkan keterampilan menantang dan
mengubah persepsi dan proses perceptual mereka yang terdistorsi.

Menbantu klien menjadi sadar akan pengaruh persepsi terhadap perasaan

Seorang konselor dapat membiarkan klien mengetahui bahwa mereka mungkin memiliki
kecenderungan untuk beralih ke kesimpulan yang tidak membantu kontribusi pada perasaan
negatif. Konselor bida menggambarkan hal ini melalui cerita tentang perbedaan persepsi terhadap
perasaan. Lalu konselor bisa meminta seorang klien untuk menuliskan apa saja persepsi yang
mengganggunya setiap hari.

Pastikan klien mengetahui perbedaan antara fakta dan kesimpulan

Percepsi tetang diri mereka sendiri, orang lain dan dunia adalah fakta. Seringkali mereka gagal
dalam menyadari bahwa persepsi ini mungkin didasarkan pada fakta.

Membantu klien mengidentifikasi distorsi perceptual yang khas

Membantu klien untuk menyadari cara khas yang mana mereka mendistorsikan mereka sendiri.
Klien cenderung untuk mengaktifkan garis kesalahan perseptual mereka.

Membantu klien untuk berhenti berfikir, namun menghasilkan, mengevaluasi dan memilih
yang terbaik sesuai persepsi
Membantu klien untuk menyadari bahwa mereka memiliki pilihan mengenai bagaimana mereka
memandang. Membantu memeriksa keakuratan berbasis informasi saat mereka merasa dan
bertindak atau beresiko merasa dan bertindak.

SKILL 5 : ATRIBUT MENYEBABKAN SECARA AKURAT

Atribut adalah penjelasan, interpretasi atau yang klien berikan pada dirinya sendiri untuk apa yang
terjadi, seperti motivasi apa yang diberikan klien pada diri sendirihingga menimbulkan hal yang
terjadi. Seringkali klien membuat kesalahan atribusi yang mengganggu motivasi dan keefektivitas
mereka.

Reframes tidak boleh Sering dikorelasikan berfokus pada satu persepsi alternatif, namun
sebaliknya mengevaluasikan serangkaian perbedaan persepsi Pembicara yang ditawari reframing
menghadapi klien dengan cara baru untuk memahami ukuran dan mengevaluasi reframes mereka
sendiri. Berikut adalah contoh reframe yang ditawarkan pembantu. Namun, klien juga dapat
mengembangkan keterampilan untuk menghasilkan Klien. Bagaimana pembantu membantu
klien mengembangkan kemampuan reframing? Pertama, identifikasi reframing sebagai
keterampilan menolong diri sendiri. Konsep reframing mungkin lebih mudah dilakukan oleh
beberapa klien tertentu daripada menghasilkan dan mengevaluasi persepsi yang berbeda klien
untuk menilai tidak hanya konsekuensi dari reframe individu tentang bagaimana perasaan dan
tindakan mereka, tetapi juga konsekuensi jangka panjang untuk mengembangkan reframing
sebagai keterampilan membantu diri sendiri Atribut adalah penjelasan interpretasi atau alasan
yang diberikan klien terhadap apa yang terjadi. Mereka memengaruhi bagaimana klien
memikirkan masa depan juga. seperti bagaimana perasaan dan tindakan mereka Klien sering
membuat kesalahan artferensi yang mengganggu motivasi dan efektivitas mereka Mari kita
ambil contoh gerakan wanita. Ketika wanita menganggap kurangnya status mereka terhadap
dominasi laki-laki, mereka relatif tidak berdaya. Namun, ketika wanita juga menganggap
kurangnya status mereka terhadap pernyataan yang tidak mencukupi, mereka memberdayakan
orang tua.

BAGAIMANA FOKUS BERPIKIR SKILI Membantu klien menyadari atribusi yang tidak tepat
Atribut penyebab klien sebagian sebagian sama sekali tidak akurat. Kebenaran parsial diubah
menjadi keseluruhan kebenaran. Misalnya, sebagian penyebab kesulitan Rosemary adalah karena
dia ditolak oleh ayahnya saat tumbuh dewasa. Rosemary dapat melumpuhkan dirinya dari
bekerja untuk perubahan jika dia menganggap seluruh penyebab kesulitan pada perilaku masa
lalu ayahnya. Berikut ini adalah beberapa kesalahan atribusi untuk berbagai area PENYEBAB
MASALAH Banyak misattributions dapat menyebabkan klien tetap tidak perlu terjebak dalam
masalah. Berikut adalah beberapa contohnya: Ini adalah gen saya. Meskipun endowmen genetik
membatasi kapasitas, klien juga membatasi diri. Misalnya, klien yang mengatakan bahwa mereka
'alami' malas mengaburkan peran mereka sendiri dalam mempertahankan kemalasan mereka. .
Saya sakit jiwa. Profesi medis telah melakukan psikologi yang sangat merugikan dengan
mengkritik konsep penyakit mcntal. Untuk sebagian besar masalah psikologis, atribusi penyakit
mental terlalu menekankan peran faktor keturunan dan faktor fisik dan kurang menekankan
peran pembelajaran dan pilihan. Ini adalah masa lalu yang tidak saya sukai. Seperti ditunjukkan
pada contoh Rosemary, masa lalu yang tidak menguntungkan dapat menyebabkan masalah dan
kelemahan keterampilan. Namun, klien tidak mungkin berubah kecuali mereka memikul
tanggung jawab atas bagaimana mereka mempertahankan masalah mereka. Ini adalah
lingkungan saya yang malang. Lingkungan sosial, ekonomi dan psikologis yang merugikan
mungkin akan mempersulit klien untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. PERASAAN
DEPRESI Atribusi klien terhadap penyebab kejadian positif dan negatif dalam kehidupan
mereka mempengaruhi estetika mereka. Berikut adalah beberapa atribusi yang tidak tepat yang
dapat menyebabkan depresi. D. jatuh acara negaive Klien dapat mengurangi peran mereka dalam
hal negatif. Saya neter dasi cuuse acara pasitive. Klien mungkin menyangkal dan mendistorsi
peran mereka. Saya yakin bahwa saya memiliki lingkungan sendiri sedemikian rupa sehingga
menghasilkan hasil yang diinginkan. peristiwa di kehidupan mereka sendiri dan orang lain hidup
(Beck et al., 1979) peristiwa positif dalam kehidupan mereka sendiri dan orang lain Orang yang
sangat depresi menganggap diri mereka tidak berdaya atau tidak berdaya untuk mempengaruhi
lingkungan mereka.

KESUKSESAN AKADEMIK DAN KEGAGALAN Pembantu dapat membantu siswa


berprestasi dan berprestasi lebih baik untuk lebih realistis tentang aturibusi yang mereka buat
untuk kesuksesan akademis dan kegagalan mereka. Berikut adalah beberapa penyebab di mana
siswa dapat mengaitkan kesuksesan dan kegagalan akademis (Nclson-Jones, 1989, Weiner &
Kukla, 1970) Tak perlu dikatakan lagi, ada unsur subjektif dalam apa yang siswa anggap sukses
atau gagal. Kebisuan Aptitude adalah atribut internal dan stabil. . Upaya. Upaya adalah atribut
internal yang sebagian besar berada dalam kendali klien. Kesulitan tugas, Kesulitan tugas terdiri
dari tingkat kesulitan yang realistis dan distorsi perseptual klien yang memperbesar atau
memperkecilnya. Keberuntungan. Hasil akademik karena kebetulan berada di luar kendali klien.
Kegelisahan. Kegelisahan dapat membantu sekaligus menghambat kinerja akademis (Alpert &
Haber, 1960). Efek dari kecemasan yang melemahkan mungkin tidak cukup dikenali Kompetensi
staf Ajaran yang baik atau buruk dapat membantu atau menghalangi pencapaian.

Mengubah atribusi yang tidak akurat dapat menggunakan beberapa keterampilan yang membantu
klien mengubah atribusi yang tidak realistis. Misalnya, Anda dapat membujuk klien untuk
memeriksa bukti pengaitan mereka dan melihat seberapa dekat mereka sesuai dengan fakta.
Kemudian klien dapat menghasilkan dan mengevaluasi atribusi alternatif. Selain itu, klien dapat
membantah atribusi dan menjadi atribusi yang lebih kritis.

Kelompok 10

TEORI & TEKNIK KONSELING

“HOW TO FOCUS ON THINKING SKILL”

A. SKILL 6 : Memprediksi Secara Realistis (Predict Realististically)


a. Help client to become aware of their predictive style (Membantu klien untuk
mengetahui gaya prediksi mereka)
 Predict risk Innacurately (memprediksi resiki yang tidak akurat)
1. Underestimate bad consequence (meremehkan konsekuensi buruk) sebagai
contoh, dalam beberapa penetian dibidang kesehatan menunjukkan bahwa orang
cenderung meremehkan diri sendiri, relatif terhadap orang lain, beresiko terhadap
beberapa penyakit dan memiliki kehidupan yang tidak baik (Weinstein, 1980).
2. Overestimate bad consequences (Konsekuensi buruk yang terlalu tinggi). Rasa
takut akan perubahan, kegagalan dan kesuksesan akan menjadi indikator yang
sangat kuat bagi klien untuk melebih-lebihkan konsekuensi negatif dari tindakan.
 Predict Reward Innacurately (memprediksipencapaia/penghargaan yang
tidakakurat)
1. Overestimate good consequence (Melebih-lebihkan konsekuensi yang baik).
Misalnya, klien memikirkan atau menginginkan hasil perjudian yang sangat tinggi,
dengan demikian ia bisa hidup dengan mewah.
2. Underestimate good consequence (Meremehkan konsekuensi yang baik). Dalam
hal ini terdapat dua kecenderungan ketika meremehkan konsekuensi yang baik,
yaitu : (a) klien tidak bisa mengidentifikasi adanya sesuatu yang baik, (b) bahkan,
ketika klien mengidentifikasi adanya kebaikan, klien selalu meminimalkan
kebaikan tersebut.

b. Help clients to become aware of current predictions and their consequences


(Membantu klien untuk menyadari prediksi saat ini dan konsekuensinya)
Dalam proses ini, terdapat dua kolom yang sederhana untuk memunculkan
penilaian resiko dan penghargaan pada situasi tertentu. Sebagai contoh, dengan
menggunakan kerangka kerja STC (S = Situasi) adalah bahwa Sean adalah bujangan
berumur 30 tahun yang bertanya-tanya apakah akan mengajak Suzana untuk berkencan.
Konsekor Sean akan menempatkan dua kolom berikut dipapan tulis untuk mendapatkan
pemikiran Sean atau prediksi di T.

Risk (-s) Reward (+s)

Kemudian penolong tersebut membantu Sean untuk berani mengucapkan


pertanyaannya tersebut kepadaSuzana.Misalnya “Mungkin yang akan dilakukan Sean ini
memiliki kesulitan untuk memprediksi adanya imbalan dari tindakannya. Melampui
prediksi untuk mengeksplorasi kosekuensi di C.
Eksplorasi dapat berfokus pada konsekuensi bagi klien, misalnya penekanan yang
berlebihan pada resiko dari pada keuntungan dapat menyebabkan kesepianya terjadi terus-
menerus. Selanjutnya, konselor juga dapat membantu klien untuk memprediksi
konsekuensi yang akan didapat dari orang lain, misalnya, pecandu narkoba mungkin perlu
melihat lebih jelas terkait bahaya narkoba bagi orang lain yang berbagi jarumnya.
c. Help clients generate and evaluate additional risk or reward
(membantuklienmenentukandanmengevaluasiresikoataukeberhasilan)

Jika kesalahan prediksi klien bersumber pada resiko yang meremehkan, penolong
(konselor) mungkin perlu membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan
menentukan resiko lain yang mungkin ada. Akan tetapi kebanyakan klien cenderung
melebih-lebihkan resiko. Sehingga mereka perlu meningkatkan kemampuan menentukan
dan menilai potensi keberhasilannya.
Yang pertama kali dilakukan adalah dengan menyebutkan hal-hal apa saja yang
menjadi resiko klien dikolom resiko terkait dengan kesulitannya untuk mengajak Susana
berkencan.

d. Help clients to acces probability (Bantu klien untuk menilai kemungkinan)


Seorang konselor (penolong) harus membantu klien untuk membuktikan apakah
kemungkinan resiko yang dipikirkan itu benar-benar akan terjadi. Klien mungkin secara
salah menetapkan kemungkinan resikio tinggi terhadap peristiwa atau kejadian yang remeh
atau kemungkinan resiko yang rendah terhadap suatu kejadian yang besar.
Lima belas tahun yang lalu, ketika dosen senior, Danile mengalami gangguan
saraf yang sangat menyakitkan. Sekarang danil adalah seorang professor, baru-baru ini dia
sudah mulai mengalami gejala lima belas tahun yang lalu. Beberapa hari sebelum kembali
ke universitasnya, ia mengalami kecemasan kronis. Penyebab utama kegelisahannya
adalah prediksinya bahwa dia mungkin mengalami gangguan lain. penolong Daniel
membantu untuk menilai bukti dari prediksi kemungkinan dia rasakan. Begitu Daniel
menghadapi fakta, dia menyadari bahwa kali ini dia telah melakukan tindakan pencegahan
dan ia sadar bahwa apa yang selama ini kemingkin buruk yang ia fikirkan tidak lah nyata,
setelah ia sadar maka ia Daniel mengalami penurunan kecemasan yang dialaminya. Dan ia
tidak terbukti mengalami gangguan yang lain.

e. Help clients to acces their coping capacity and support factors (Membantu klien untuk
menilai kemampuan mengatasi dan faktor pendukungnya)
Klien dapat memprediksi dengan kemampuan yang akurat melalui ketrampilan
mereka pada situasi tertentu. Mereka mungkin berfokus pada kelemahan mereka dan perlu
mengalahkan kelemahan tersebut dengan memberitahukan kemamppuan dirinya. Selain
itu, sumber pendukung yang mereka kurang akui. Contohnya, orang yang dapat membantu
mereka untuk mempersiapkan tugas, teman dan saudara serta keluarga yang akan datang
memberikan dukungan emosional kepada mereka, dan kesempatan mengulang untuk tugas
yang gagal. Dorong klien untuk mengidentifikasi, mengakui, menggunakan dan
mengembangkan dukungan yang sesuai (Emery, 1982).

f. Encourage client to reality-test predictions (mendorong klien untuk memprediksi


kenyataan)
Cara yang paling meyakinkan bagi klien untuk menguji keakuratan prediksi
mereka adalah dengan kenyataan mengujinya. Sebagai contoh adalah sebagai berikut.
Maureen berumur 27 tahun takut memberitahu kepada seaminya jika ia ingin bercinta
dengangga. Dia memprediksi bahwa jika ia membertahukannya maka suaminya akan
marah. Contoh kedua adalah wayne seorang duda, enggan mengadakan acara jamuan ulang
tahunnya yang ke 60 tahun. Dia memprediksi bahwa tidak aka nada orang yang mau datang
dalam acaranya.
Dua contoh kasus diatas ini menunjukkan bahwa setiap klien perlu menentukan
tujuan tertentu. Misalnya tujuan mauren adalah memberitahukan kepada suaminya untuk
menyenangkan hatinya pada bulan depan. Kemudian tujuan wayne adalah mengadakan
pesta dengan ukurang sedang atau dalam waktu dua minggu setelah ulang tahunnya yang
keenam pulih tahun.
Dalam hal ini maka seorang konselor perlu membantu klien untuk memikirkan dan
mengembangkan ketrampilan untuk mencapai tujuannya. Misalnya mauren membutuhkan
keterampilan verbal, suara dan pesan agar suaminya mau menurutinya.

B. SKILL 7 : Tetapkan Tujuan yang Realistis (Set Realistic Goals)

Assist clinets to state goals clearly (Membantu Klien Untuk Menetapkan Tujuan dengan
Jelas).
Klien lebih cenderung mencapai tujuan atau target yang mereka nyatakan dengan jelas.
Agar klien bisa mengetahui tujuannya dengan jelas, maka berikut ini terdapat beberapa kriteria
yang bisa digunakan untuk membantu klien :
1. Apakah tujuan anda mencerminkan harga diri (nilai) anda ?
Klien harus menentukan tujuan yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan
demikian klien diharapkan bisa berusaha dengan maksimal untuk mencapai tujuan
tersebut.

2. Apakah tujuan anda realistis ?


Membantu klien membuat tujuan yang relaistis. Klien bisa mengutarakan
hambatan-hambatan yang mungkin dialami dan dapat menetapkan tujuan sesuai dengan
standar yang dapat dicapai atau sesuai dengan kemampuannya.

3. Apakah tujuan anda spesifik ?


Klien harus memberikan tujuan yang spesifik mungkin sehingga klien bisa fokus
berusaha untuk mencapaiya. Mengutarakan tujuan yang jelas akan mempermudah dalam
mengukur keberhasilan usaha yang akan dicapaianya. Misalnya, “Ketika saya berada
dikelas, saya akan mengenalkan diri saya kepada tiga orang baru, saya akan datang lebih
awal untuk bertemu dengan mereka”.

4. Apakah tujuan anda memiliki kerangka waktu ?


Kerangka waktu ini bisa jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Perlu
untuk diketahui bahwa tujuan yang samar-samar tidak akan memiliki batasan waktu untuk
merealisasikannya. Konselor harus membantu klien untuk menentukan waktu yang
realistis untuk mencapai tujuannya. Misalnya, “Dalam akhir bulan ini saya akan
memperkenalkan diri saya kepada tiga orang baru”.

Begitu tujuan dimulai, mungkin seorang konselor perlu kerjasama dengan klien untuk
mengidentifikasi kemampuan berfikir dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya.
C. SKILL 8 : Menggunakan Kemampuan Memvisualisasi (Use
Visualizing Skills)

Visual images (persepsi visual) bermain sebagian besar dalam kehidupan setiap orang.
Glasser (1984) menegaskan bahwa 80% orang-orang menyimpan persepsi mereka dalam album
visual. Persepsi visual berinteraksi dengan perasaan : dalam sebuah studi penelitian, sekitar 90%
dari pasien cemas melaporkan persepsi visual sebelum dan bersamaan dengan serangan kecemasan
mereka (Beck et al., 1974). Ketika sesorang memiliki sistem representasi visual yang tinggi, orang
otersebut cenderung merespon dunia yang mengaturnya dalam citra mental. Klien tertentu
memiliki kecenderungan yang sangat kuat dengan penggambaran visual.

a. Membatu kliens mengembangkan kesadaran untuk memvisualisasikan (Help kliens


develop an awareness of visualizing)

Beberapa klien mungkin perlu untuk lebih berhati-hati akan peran visual dalam
mempertahankan masalah mereka. Berikut ini beberapa cara agar konselor dapat
menyoroti pentingnya visualisasi.

1. Pertanyaan (Questions)

Konselor yang mengajukan pertanyaan tentang citra visual klien cenderung lebih
membantu klien mengenali kepentingannya, dari pada Konselor yang menghindari hal
tersebut. Adapun contoh-contoh pentanyaan yang dapat digunakan a.l :

- Apakah anda mengtahuisetiap gambaran visual yang menyatakan serangan


kecemasan ?
- Sejauh apakah anda menggunakan gambaran visual untuk membantu
mengelola situasi ?

Ketika klien memberikan jawaban, Konselor dapat menilai kekuatan visualisasi


klien. Secara umum, sebagian klien bisa merasakan sensasi dan perasaan melekat pada
gambar, maka semakin besar potensi klien untuk menggunakan kemampuan diri dalam
memvisualisasikan.

2. Penjelasan (Explanations)
Dapat menggunakan penggambaran visual kedalam kerangka PTC atau STC
yang digunakan untuk menjelaskan masalah atau situasi problematika. Oleh karena itu,
kerangka kerja STC memerlukan elaborasi untuk :

S : the Situation / Situasi

T : your Thoughts and visual images / pikiran dan gambaran visual.

C : your feeling and action consequences / perasaan dan konsekuensi tindakan.

3. Latihan (Exercises)

Dapat menggunakan latihan untuk menggambarkan berbagai aspek visualisasi.


Sebuah latihan sederhana untuk menonjolkan kehadiran visualisasi adalah meminta klien
untuk memikirkan seseorang yang dicintai. Maka mereka akan mendapatkan gambaran
visual dari latihan tersebut.

Anda dapat melihat hubungan antara visualisasi dan perasaan klien pertama
memvisualisasikan sesuatu yang membuatnya merasa bahagia dan sesuatu yang
membuatnya meras sedih.

b. Membantu klien menggunkan visualisasi untuk bersantai (Help kliens use visualizing
to relax)

Saat klienmemvisualisasikan, saat yang tepat adalah ketika klien merasa santai.
Relaksasi dapat sangat berguna bagi klien untuk mengatasi permasalahan seperti sakit kepala,
hipertensi dan perasaan stres yang berlebihan. Relaksasi juga merupakan keterampilan yang
berguna untuk membantu mengelola perasaan seperti kegelisahan dan kemarahan.

1. Identifikasi adegan santai (identifying relaxing scenes)

Anda dapat mendorong klien untuk mengidentifikasi lebih banyak adegan favorit
yang kondusif untuk perasaan santai mereka, misalnya melihat lembah dengan padang
rumput hijau atau duduk di kursi yang nyaman di rumah.

2. Mengembangkan petunjuk diri (developing self-intructions)


Pada awalnya Konselormungkin akan santai, karena gagasan utama dalam teknik
ini adalah klien diharapkan mampu mengembangkan relaksasi visual sebagai keterampilan
membantu diri sendiri. Pertama anda dapat memberikan demonstrasi atau cara bagaimana
klien dapat mengintruksikan diri sendiri dalam relaksasi visual. Klien dapat merekam
instruksi mereka sendiri selanjutnya dapat diputar berulang-ulang diluar sesi konseling.

3. Menggunakan relaksasi visual di kehidupan sehari-hari (usingvisual relaxation


in daily left)

Anda dapat membatu klien untuk mengidentifikasi peluang untuk beristirahat


dalam kehidupan sehari-hari menggunakan relaksasi visual. Klien diharpkan untuk
menyimpan catatan penggunaan relaksasi visual dan konsekuensi dari penggunaan
keterampilan relaksasi visual.

c. Membantu klienmenggunakan visualisai untuk berkinerja lebih baik (Help kliens


use visualizing to perform better)

Terdapat dua cara utama dimana klien dapat menggunakan visualisasi untuk
meningkatkan bagaimana mereka melakukan tugas, yaitu :

1. Latihan dan praktek visualisasi (visualized rehersal and practice)

Klien mungkin memiliki kesempatan yang terbatas untuk melatih keterampilan


dalam kehiupan nyata, misalnya pergi untuk wawancara kerja atau berbicara di depan
umum. Akan tetapi, mereka memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan latihan
yang divisualisasikan dan memiliki banyak keuntungan.

Hal tersebut termsuk membantu klien untuk memutusakan tugas dan fokus
pada proses keterampilan mengidentifikasi kemunduran dan cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut, berlatih berbicara sendiri dengan kemampuan memvisualisasikan.

2. Memvisualisasikan pencapian tujuan (visualizing attaining goals)

Praktik dan latihan yang divisualisasikan berfokus pada proses kinerja


terampil. Namun, klien dapat meningkatkan kinerjanya jika mereka memvisualisasikan
dirinya menjadi sukses dalam mencapai tujuan. Misalnya, jika klien berlatih keras dan
kemudian memvisualisasikan bahwa mereka akan tampil sangat kompeten saat berbicara
di depan umum, mereka cenderung melakukannya dari pada jika mereka
memvisualisasikan kurang sukses.

Konselor juga bisa mendorong klien, bahkan saat membayangkan


kemungkinan terburuk, untuk memvisualisasikan bagaimana mereka dapat berhasil
mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan tersebut.

d. Membatu klien menggunakan visualisi untuk menghentikan kebiasaan buruk (Help


klien to use visualizing to break bad habits)

Memvisualisasikan bisa menjadi keterampilan yang sangat membantu saat mencoba


mengatasi kebiasaan buruk.

1. Memvisualisasikan konsekuensi negatif yang realistis

Mendorong klien untuk memvisualisasikan konsekuensi negatif dari akibat


kebiasaan buruk, seperti : membuat poster beirisikan akibat dari merokok atau perilaku
seks menyimpang.

Mendorong klien untuk mengembangkan keterampilan self-help. Saat tergoda


dengan sesuatu kebiasaan negatif, klien berusaha untuk mengatakan ‘STOP!’ dan secara
intens memvisualisasikan konsekuensi negatif dari kebiasaan buruk tersebut.

2. Memvisualisasikn konsekuensi negatif yang berlebihan

Cautela mengembangkan apa yang dia sebut pendekatan “convert sensitization”


atau mengubah sensitisasi untuk mengurangi godaan yang melawan.

Klien didorong untuk memvisualisasikan konsekuensi negatif yang berlebihan


bila ada godaan yang tidak diinginkan yang diantisipasi atau dialami.

D. SKILL 9 : Membuat Keputusan Secara Rasional (Make Decisions Rationall )


a. Membuat Klien Menyadari Keputusan Yang Diambil
Skill ini membantu kiln untuk menjadi lebih sadar akan cara ia membuat keputusan.
Menurut Arroba,1997 setiap klien memiliki cara pengambilan keputusan yang mungkin dapat
membantu atau bahkan bisa menjadi sebuah ancaman. Setiap individu ketika dihadapkan pada
masalh tertentu maka masing masing dari merek akan membuat keputusan yang berbeda-beda.
Untuk itu anda sebagai konselor bisa membantu klien untuk lebih menyadari akan keputusan
yang dia ambil dengan koneskuensi positif dan negative dari keputusan tersebut.

Dibawah ini ada 8 macam gaya pengambilan keputusan pada seorang individu :

1. Rational. Anda dengan tidak hati-hati dan secara logis menilai semua informasi penting
dan memilih opsi terbaik yang sesuai dengan kriteria anda.
2. Feeling-Based. Gaya ini menekankan anda dengan apa yang anda sukai secara intuitif
3. Impulsif. Gaya pengambilan keputusan secara cepat berdasarkan b=dorongan mendadak,
lebih suka bertindak berdasarkan pada perasaan awal daripada harus mengevaluasi pilihan.
4. Hypervigilant. Sangat mencemaskan dan terangsang dengan konflik dan stress sehingga
susah membuat keputusan
5. Avoidant. Disini lebih suka untuk menghindari, menolak menghadapi permasalahan.
6. Conformist. Pengambilan keputusan lebih dipengaruhi oleh apa yang orang lain harapkan
dari anda. Membiarkan keputusan bergantung atau dibuat oleh orang lain.
7. Rebellious. Pengambilan keputusan dengan memberontak atau melawan dari apa yang
orang lain harapkan dari anda, walaupun itu terkadang melanggar etika.
8. Ethical. Lebih dipengaruhi kode etik dan norma-norma lingkungannya.

Terkadang konselor diperlukan untuk membantu proses pembuatan keputusan yang


baik pada klien, untuk itu ada 3 macam gaya yang digunakan untuk turut andil dalam
pengambilan keputusan, yaitu :

 Competitive. Berproses layaknya “Saya menang – anda kalah”, beradu keputusan dan
melihat keputusan sebagai persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang langka, disini
sangat mungkin anda dapat bertindak lebih agresif.
 Compliant. Anda menjadi tidak tegas dan seakan menyerah dan mengalah kepadaa orang
lain. Disini ada syle “ Saya kalah- kamu menang”
 Collaborative. Disinilah konsep win-win solution, menyamakan pendapat.
b. Membantu Klien Mengembangkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Secara
Rasional

Terdapat 2 tahapan untuk membantu klien untuk mengambil keputusan secara


rasional.

Tahap 1. Menghadapi dan membuat keputusan

 Langkah 1 : Hadapi keputusannya. Komponen skillnya termasuk mengakui kebutuhan


dan keputusan dan dengan jelas menyatakan keputusan apa yang akan diambil.
 Langkah 2 : Membuat pilihan dan mengumpulkan informasi dari mereka. Beberapa
klien kesulitan dalam membuat opsi atau pilihan sehingga membatasi keefektifan
keputusan mereka, sehingga perlu dikumpulkan informasi yang relevan .
 Langkah 3 : Menilai konsekuensi yang kemungkinan terjadi pada setiap pilihan.
Klien perlu secara akurat memahami mengenai konsekuensi akan setiap pilihan keputusan
yang akan diambil, jangka pendek dan jangka panjangnya, positif atau negatifnya.
 Langkah 4 : Berkomitmen terhadap keputusan. Disini diperlukan penerapan yang
benar-benar nyata akan keputusan yang akan diambil

Tahap 2. Melaksanakan dan Mengevaluasi Keputusan

 Langkah 5 : Rencanakan bagaimana cara menerapkan keputusan tersebut.


Ketrampilan yang dibutuhkan meliputi : Menyatakan tujuan dan sub tujuan dengan jelas;
memecah tugas; menghasilkan dan menilai tindakan alternative;mengantisipasi kesulitan
dan kemunduran; mengidentifikasi sumber dukungan.
 Langkah 6 : Melaksanakan keputusan. Klien dituntut untuk bisa mengimplementasikan
sesuai perencanaan, misalnya kapan waktu yang tepat, dan terbuka dengan umpan balik
selama penerapan.
 Langkah 7 : Menilai Konsekuensi Aktual dari implementasi. Pengambilan keputusan
yang rasional memerlukan persepsi umpan balik yang akurat dan keinginan untuk
bertindak atasnya.
E. SKILL 10 : Keterampilan Mencegah, Memanagement dan Mengubah
Berbagai Masalah (Prevent And Manage Problems And Alter Problematic
Skills)

Mari kita berdiskusi tentang bagaimana individu memanagemen masalah yang sedang
tumpang tindih. Masalah ini berfokus pada membantu klien menggunakan kemampuan berfikir
untuk mencegah dan mengelolah pikiran, perasaan dan prilaku yang bermasalah bagi mereka.
Kebanyakan dari masyarakat ketika dihadapi oleh berbagai masalah mereka akan stress terlebih
dahulu. Mereka akan bingung mengatasi masalah tersebut, secara bersamaan akan menimbulkan
perasaan yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, tegang, dan gelisah.

Konselor dapat membantu klien untuk mengatasi masalah dengan memberikan stimulus
berfikir secara efektif. Dengan sebuah pikiran yang dikelolah dengan baik maka membuat orang
akan lebih percaya diri dan tidak rentan terhadap ekspetasi yang bertentangan dengan kenyataan.
Hal ini dapat diharapkan untuk mampu mengantisipasi ketika mereka dihadapi oleh suatu masalah
yang beresiko stress berlebihan dan memberikan posisi yang baik agar mereka lebih sadar bahwa
berfikirn baik mampu mengatasi masalah.

Hal ini juga diharapkan klien untuk mengelolah dengan baik agar suatu kecemasan tidak
datang kembali ketika dihadapi masalah yang baru, hal ini seperti memberikan suatu stimulus
untuk mempertahankan pola berfikir nya agar tidak mudah goyah lagi ketika dihadapi masalah
baru. Konselor diharapkan dapat melatih klien dengan cara menggunakan metode-metode yang
sudah ada untuk masalah yang akan datang dikemudian hari. Metode yang akan digunakan adalah
metode DASIE , memiliki 5 tahap namun tahap ini telah dimodifikasi menjadi CASIE bila
digunakan untuk keperluan self-help klien.

C : Confront identifity and clarify my problem

Jadi, klien diharapkan untuk mengidentifikasi dan memperjelas suatu masalah, atau
masalah apa yang sedang ditakuti.

A : Assess my problem and redefine it in skills terms

Mengukur masalah dan mengidentifikasi kembali masalah tersebut dengan ketrampilan


berfikir yang efisien
S : State working goals and plan self-helping intervention

Klien diharapkan untuk mampu menetapkan langkah apa yang akan dilakukkan untuk
menyelesaikan masalah yang ada

I : Implement my plan

Klien harus melakukkan semua tugas yang sudah dipikirkan ditahap sebelumnya.

E : Evaluate the consequences of implementing my plan

Klien diharapkan mampu mengevaluasi ulang bagaimana pemikiran itu akan


dilaksanakan

Mengembangkan carab erfikir adalah cara yang baik untuk belajar bekerja dengan
kemampuan berfikir klien. Ketika berfokus pada bagaimana klien berfikir kita akan memerlukan
kepekaan terhadap bagaimana mereka merasa konselor dan klien dapat dengan mudah melihat
masalah PTC (problem, thinking, consequences) dan kerangka kerja STC (situation, thinking,
consequences).

Klien dapat bekerja lebih baik jika konselor menyajikannya dengan alasan yang mudah
dipahami untuk memusatkan perhatian pada bagaimana mereka berpikir. Intervensi untuk
membantu klien memiliki tanggung jawab untuk memilih antara lain: meningkatkan kesadaran
menjadi pemilih; mendorong menentukan pilihan, memfasilitasi pilihan, menjajaki lawan,
menghadapi klien saat mereka tidak mengetahui pilihan dan masalah yang lain, mengeksplorasi
pertahanan. Pembantu dapat melatih klien dengan baik dalam dimensi menenangkan dan melatih
untuk mengatasi self-talk dan juga membantu mereka menggabungkan pembicaraan sendiri
dengan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai