Anda di halaman 1dari 69

2022

1
2

AKU DAN FIM


Kumpulan Memoar dan Curahan Hati Pengurus FIM KECE Bandung 2022
Disusun sejak awal Desember 2022

Untuk sementara buku ini hanya tersedia dalam format elektronik (pdf.)
Tidak disarankan untuk jadi konsumsi pribadi.
Bagikan dan sebar luaskan walau sebatas Whatsapp Story 

Tim Penyusun : Sukmawati, Ayu Rahma Dania


Penyunting : Sukmawati
Desain : Dewi Nurhasanah
3

KONTEN
Bukan Kata Pengantar ........................................................................................... 5

Kenapa Mesti Ada TTNB? .................................................................................... 6

Dari FIM Jadi FIMily ........................................................................................... 7

Ambisi Lolos Pelatnas FIM 23 .......................................................................... 11

Ruang Bertumbuh ................................................................................................. 16

Aku dan FIM ......................................................................................................... 17

Cerita dari Dewi ................................................................................................... 20

Terjerat FIM........................................................................................................ 23

Dari Pengajar Arkamaya..................................................................................... 24

Kebanyakan Bercanda ......................................................................................... 26

Rumah dengan Ketulusan .................................................................................... 31

Pokoknya Meledak ................................................................................................ 33

Pelatnas Tuntas Terbatas .................................................................................. 35

Untuk Jiwa-jiwa yang Merdeka ........................................................................ 37

Hal-hal yang Aku Pelajari dari FIM ................................................................. 39

Cerita dari Generasi Pertama Arkamaya ........................................................ 40

Secuil Narasi di Buku Diary Keluarga FIMily ................................................ 45

8 Bulan Tumbuh bersama FIM KECE ............................................................... 49

Organisasi yang Membuat Jatuh Hati ............................................................ 52

FIM adalah Wadah yang Aku Cari.................................................................... 53

Guru Baru di Kehidupanku .................................................................................. 55

Tentang Komunitas, Aksi dan Chemistry ........................................................ 59

Tempat Bertumbuh dan Berkolaborasi ........................................................... 61

Korban Tag Instagram yang Dapat Manfaat di FIM KECE ........................ 63


4

Untaian Hikmah di Balik Pertemuan ................................................................. 64

Kepingan Puzzle bersama FIM .......................................................................... 65


5

Bukan Kata Pengantar

Tanpa terasa masa kepengurusan Forum Indonesia Muda (FIM) regional


Bandung 2022 sudah berakhir. Pasti banyak hal di belakang yang begitu sulit
dilupakan oleh Sobat KECE sekalian. Melalui proyek iseng Tiba-Tiba Nulis Buku
(TTNB), kami segenap direksi FIM KECE Koaci 2022 yang dipimpin oleh Bapak
Jenderal Komisaris M. Satya Aruna dan Ibu Wakil Komisaris Nurlatifah Kafilah
beserta jajarannya menyampaikan banyak curhatan dari palung jiwa terdalam.

Mohon maaf jika persembahan terakhir dari kami ini kurang memuaskan batin
netizen di jagat maya maupun Sobat KECE di mana pun berada. Kami hanyalah
sekawan kunang-kunang yang terbang dan hinggap untuk menyinari sekitar. Kami
hanya ingin semua happy dengan segala program yang kami jalani.

Tiba-Tiba Nulis Buku (TTNB) berjudul “Aku dan FIM” adalah secuil narasi
yang berisi curahan pengalaman kami selama menjadi Pengurus FIM KECE regional
Bandung periode 2022 beserta para KECE Muda 1.0. Segala tulisan yang tertuang di
sini bukanlah cerita fiksi, bualan ataupun dongeng pengantar tidur. Bukan pula kitab
filsafat yang membuat dahi mengerut atau pipi cemberut. Terimalah persembahan
mini dari kami untuk seluruh Sobat KECE dari Sabang sampai Merauke.

Salam KECE,
Tim TTNB
6

Kenapa Mesti Ada TTNB?

 Untuk mengawetkan kenangan dan harapan yang tak pernah usai


 Untuk kasih referensi kalau-kalau Sobat KECE atau kepengurusan
selanjutnya mengalami kebuntuan ide (tapi kayaknya nggak mungkin
sih FIM KECE kehabisan ide hehehe)
 Untuk memperluas nilai manfaat dari setiap ide yang digelontorkan
oleh Pengurus KECE Koaci 2022 beserta seluruh jejaringnya kepada
seluruh Sobat KECE dan semoga ini jadi amal kebaikan yang
berkelanjutan
7

Dari FIM Jadi FIMily


M. Satya Aruna (FIM 23)

Assalamualaikum Wr.Wb. FIM itu adalah sebuah forum dan wadah untuk
mengekspresikan kebaikan dalam setiap diri masing-masing. Melakukan hal yang
menyenangkan datang dari gagasan diri dan kolaborasi dengan orang-orang yang
menginspirasi. Berawal dari keterima FIM 23. Padahal udah ngincer FIM dari tahun
2017 karena alumninya keren-keren hihihi. Apalagi di FIM KECE. Sebenarnya nggak
nyangka sih di umur segini bisa keterima di FIM. Itu sesuatu banget karena aku udah
tahu sebelumnya kalau alumni-alumni FIM itu keren-keren kayak Mas Gun, Kang
Choqi, Kang Edhu, Teh Uli, Kak Tria dan tentunya Founder FIM itu sendiri yang aku
kenal dengan ketulusannya; Pak Elmir alias Pae dan Bunda Tatty Elmir.

Ketika masuk FIM sebenarnya nggak ada ambisi apa-apa. Bisa jadi alumni aja
udah bersyukur banget. Pernah ditawari untuk nyalon jadi Ketua Angkatan oleh
Ketua Angkatan sebelumnya dan aku tolak wkwkwk. Boro-boro kepikiran ke sana,
udah bisa ikut Pelatnas (Pelatihan Nasional) aja udah bersyukur dan lebih memilih
untuk jadi tim suksesnya teman yang alhamdulillah sekarang jadi Ketua Angkatan
FIM 23, Mas Faris Hafizh Makarim. Setelah itu alhamdulillah lulus Pelatnas dan
dapat hadiah buku karena menjadi penanya terbaik di Pelatnas FIM 23.

Dengan kondisi FIM KECE Bandung waktu itu, untuk menjaga sense of belong
aku ke FIM, akhirnya aku main ke Jakarta ketemu dengan FIM Jabodetabekban. Aku
8

dapat banyak ilmu dari pertemuan tersebut seperti membuat sistem volunteer dalam
regional, menjaga keakraban dalam kepengurusan regional. Ketika di FIM Jakarta,
aku bertemu teman-teman baru yaitu Agfi, Roro, Aldri, Fikri, Musya, Arif, Icha,
Monic dan akhirnya kita membuat Koalisi Planet Comedy. Eh, nggak sengaja deh
kita semua jadi Kooreg (Koordinator Regional) dan Wakooreg (Wakil Koordinator
Regional) di FIM Regional masing-masing. Jadi, alhamdulillah bisa saling support
untuk regional masing-masing.

Kemudian ketika di FIM KECE Bandung ini Allah kasih amanah untuk jadi
Kooreg/Prince FIM KECE Bandung dengan satu hal yang kepikiran dalam kepala
saat dilantik menjadi Kooreg yaitu minta doa ke 226 Alumni FIM Kece Bandung
untuk kelancaran amanah ini bersama pengurus lainnya sehingga mendapat support
Alumni semuanya selama jadi kepengurusan. Hal yang mau aku bawa ketika itu di
FIM KECE adalah cara berpikir design thinking (Empati-Ideasi-Solusi) sehingga bisa
menjadi Agile Organization dan FIM KECE ini bukan hanya milik pengurus tapi juga
milik semua Alumni FIM KECE Bandung.

Seiring berjalan waktu dengan kekeluargaan yang erat, FIM KECE ini makin
akrab dengan tim yang kuat seperti Teh Nurlath, Mas Erwin, Kang Teguh, Teh Rida,
Kang Rian, Teh Uma, Teh Saras, (alm.) Kang Fauzan, Teh Dewi, Teh Qolby, Teh
Izzah, Teh Tyas, Teh Ayu, Teh Reni, Teh Windi, Kang Iwan, Kang Siddiq, Kang
Alif, Teh Hafshah, Teh Nisya, Teh Siska, Teh Sian, Teh Eva, Kang Hengky, Kang
Giland, Kang Miftah, Teh Dhiya, Kang Akmil. Intensitas makrab (malam keakraban)
yang sering, membuat chemistry antara kami terjalin dengan baik, bisa empati satu
9

sama lain, memahami satu sama lain dan menciptakan peluang kolaborasi yang agile
dan berdampak.

Alhamdulillah FIM KECE Bandung dapat kesempatan untuk presentasi di


acara FIM pusat yaitu Town Hall Bersama Seluruh Regional dan FIM Club pada Juli
2022. Energi Kebaikan yang terus mengalir dari kami juga terus menjaga dan
meningkatkan sense of belong kami ke FIM hingga Pelatnas FIM 24. Intinya,
perbanyak momen ketemu sama regionalnya. Nanti juga kegiatan bahkan project itu
mengalir sendiri karena itulah definisi forum, ngumpul-ngobrol, eh, taunya bikin
kegiatan kebaikan bareng. Karena orang-orang FIM itu orang-orang yang
berpengalaman, hebat dan jam terbang tinggi dalam berkegiatan. Jadi, nggak usah
khawatir guys! Wkwkwk.

FIM KECE Bandung di tahun 2022 ini meneruskan culture khas FIM Bandung
di tahun-tahun sebelumnya, yaitu nggak formal-formal banget. Kegiatan mengalir
karena kedekatan, bukan hanya karena rapat formal tentang raker, rakor dan
semacamnya wkwkwk. Kami melakukan suatu kegiatan karena memang kami suka
kegiatan itu dan di awal kepengurusan aku berempati untuk japri satu per satu teman-
teman FIM Bandung -ini mau ada kegiatan apa nih di FIM Bandung, sehingga ide
dari setiap individunya langsung mengalir dan kami melakukan ide-ide masing-
masing dan support satu sama lain. FIM KECE ini bukan mengacu pada hirarki, tapi
ke network karena salah satu value di FIM adalah networking bersama alumni-
alumninya yang kuat. Bulan Juni, Oktober dan November lalu FIM KECE Bandung
mendapatkan prestasi, yaitu Apresiasi Mitra Kolaborasi Terbaik dari Rumah Belajar
Arkamaya, International Certificate dari NASA sebagai Penyelenggara
International Observe The Moon Night di Kota Bandung, dan menjadi Top 30
Community di Indonesia by Ideafest.id. Semua ini didapat berkat kekeluargaan dan
kerjasama tim yang ada di FIM KECE Bandung.

Seiring berjalan waktu ikut Pelatnas FIM 24, alhamdulillah kepanitiaan Divisi
Fasil (fasilitator) yang dipimpin Kak Fiqah dan Bang Azhar ini luar biasa banget
kekeluargaannya. Mereka adalah orang-orang terpilih dari seleksi puluhan orang-
orang yang mau jadi Fasil di Pelatanas FIM 24. Bisa berkolaborasi dengan orang-
orang hebat lagi seperti Kooreg-kooreg regional lain, pengalaman fasil dengan jam
10

terbang tinggi, orang-orang luar biasa dengan karyanya dan mereka humble banget
sampai detik ini masih keep contact, grup ramai sampai banjir chat setiap hari ngang-
ngong bareng wkwkwk.

Segitu dulu deh cerita “Aku dan FIM” di tahun ini, udah panjang banget ya
wkwkwk. Sejak aku jadi Alumni FIM, rasanya bersyukur banget bisa masuk FIM
karena aku benar-benar nemu kakak-kakak yang shalih-shalihah yang banyak
membimbing aku dan bisa dijadikan mentor untuk ke fase-fase hidup selanjutnya,
yang selalu support aku dan teman curhatku selama di FIM KECE Bandung tentang
kehidupan, pekerjaan, akademik dan hal lainnya. Aku bersyukur banget bisa ketemu
dan kenal Pae, Bunda, Kak Dira Elmir, Kak Ferly, Teh Sifat, Kang Choqi, Kang
Edhu, Kang Faiz, Kak Timi, Mas Faris, semua Pengurus FIM KECE Koaci, Kang
Hilman, Rumah Belajar Arkamaya yang selalu di hati, Panglima Fasil, Kang Garry
dan Akang Teteh Alumni FIM KECE lainnya. Terakhir, Satya pamit Sebagai
Kooreg/Prince FIM Kece Bandung 2022 di Desember 2022. Mohon maaf kalau
selama mengemban amanah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. This is my
last dance. Semoga bisa kolaborasi kebaikan lagi di kesempatan selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
11

Ambisi Lolos Pelatnas FIM 23


Nurlatifah Kafilah (FIM 23)

Katanya kalau kita bingung sama apa yang mau kita tulis tipnya adalah tulis
aja, dan ya sebetulnya saat ini saya sedang bingung apa yang perlu saya ceritakan
terkait kesan dan kenangan saya bersama FIM, khususnya FIM KECE. Bukan, bukan
karena tak ada yang menarik justru karena terlalu banyak kenangan indah bersama
FIM KECE, khususnya FIM KECE Koaci selama satu tahun ini. Baiklah, saya coba
mulai.

Petualangan ini bermula saat saya melihat pengumuman PELATNAS FIM


23 di Instagram FIM News. Saya langsung teringat pada momen PELATNAS FIM
21 yang sangat menarik bagi saya. Namun karena kondisi sedang hamil dan waktu
itu rasanya diri sangat jauh dari kualifikasi yang diinginkan FIM akhirnya saya
mengurungkan niat. Tapi untuk kali ini beda, gairah untuk menjadi bagian FIM tak
tertahankan. Akhirnya, saya membuat strategi untuk dapat lulus FIM 23.

Saya mulai mempelajari apa itu FIM dari web. Saya juga menonton Youtube
salah satu alumni FIM tentang tips dan trik lolos PELATNAS FIM. Hingga saya
scroll Instagram FIM, baik FIM News maupun FIM KECE, sampai postingan paling
awal untuk benar-benar mengenal FIM. Pelengkap perjuangan dan keseriusan saya
yang lainnya adalah dengan mengikuti pendampingan yang dilaksanakan oleh
pengurus FIM KECE yaitu KECEMPLUNG 5.0. Dari sana saya mengenal alumni
FIM yang kemudian mengenalkan saya ke Arkamaya Majalaya; Nurul, Hilman dan
Yasmin. Mereka adalah alumni FIM 22.

Putar Haluan ke Arkamaya Majalaya

Untuk keperluan pengisian portal pendaftaran akhirnya saya menghubungi


salah satu pengurus FIM KECE yaitu Kang Fikri FIM 21. Tujuan utamanya untuk
berdiskusi terkait kontribusi setelah pelatnas, waktu itu saya ingin membawa isu
astronomi, bidang yang sangat saya minati. Namun, Kang Fikri tidak menyarankan
tapi merekomendasikan saya untuk ngobrol dengan Arkamaya Majalaya karena
pekerjaan saya sebagai tutor bimbel tampaknya bisa cocok sama FIM KECE.
12

Akhirnya, saya menghubungi Nurul FIM 22, salah satu pengurus FIM KECE yang
juga pengurus Arkamaya Majalaya.

Saat itu Nurul bercerita terkait Arkamaya Majalaya, rumah belajar yang
fokus pada pendampingan siswa yang kurang mampu untuk dapat lolos tes masuk
PTN, baik SNMPTN, SBMPTN, maupun Ujian Mandiri. Kebetulan saat saya
mengobrol dengan Nurul, momennya juga bertepatan dengan pendaftaran pengajar
Arkamaya. Tanpa pikir panjang akhirnya saya mendaftar.

Setelah daftar dan bertemu dengan siswa Arkamaya Majalaya, yang semula
saya daftar menjadi pengajar untuk keperluan daftar PELATNAS FIM 23, rasanya
keinginan saya untuk daftar tidak semenggebu sebelumnya. Saya merasa, dengan
saya menjadi bagian dari Arkamaya Majalaya saja sudah cukup. Momen setiap hari
Ahad pagi, belajar matematika dan fisika, bersama siswa Arkamaya Majalaya
mengingatkan saya pada saat saya menjadi salah satu peserta Beasiswa Perintis yang
diadakan oleh Rumah Amal Salman pada tahun 2013 silam. Saya ingin menjadi
bagian dari kesuksesan mereka sebagaimana saya dulu terbantu oleh beasiswa
pendampingan belajar hingga saya bisa kuliah. Alhamdulillah, siswa Arkamaya Gen
4 yang saya dampingi sebagian besar lolos ke PTN impiannya seperti ITB, UPI, UIN
dan yang lainnya baik melalui jalur SNMPTN maupun SBMPTN.

Si Kaku mulai Melunak

Meski sudah menjadi bagian Arkamaya Majalaya, saya tetap meneruskan


proses pendaftaran FIM. Alhamdulillah tahap demi tahap terlewati dan saya
dinyatakan lolos menjadi peserta PELATNAS FIM 23. Sungguh bahagia rasanya.

Segala keperluan PELATNAS FIM 23 saya persiapkan dengan baik. Tugas-


tugas yang diberikan saya coba kerjakan sebaik-baiknya. Alhamdulillah kebahagiaan
saya bertambah dengan saya berada di lingkungan teman-teman AE 2 yang solid,
kompak dan receh, hehe. Jujur, awalnya saya sangat kaku dan formal. Tidak begitu
bisa mengikuti alur grup. Namun, atas arahan Bapak Erwin, perlahan saya mulai bisa
berbaur. Saya mulai bisa menikmati kerecehan teman-teman dan mengimbanginya -
prestasi banget sih ini wkwk. Meskipun pelatnasnya online, di antara kami rasanya
sudah sangat akrab. Terbukti pada saat kami berjumpa di dunia nyata, rasanya seperti
13

sudah kenal lama. Pengalaman yang tak pernah saya rasakan di tempat lain, hanya di
FIM hehe.

Kerecehan dan friendly ini saya coba terapkan ke grup Whatsapp FIM KECE
23 juga. Awalnya, tidak banyak yang merespon tapi lama kelamaan ada juga yang
keluar recehnya, seperti, Rian, Kang Satya, Teh Tyas dan yang lainnya. Hasil dari
meramaikan grup ini lahirlah pertemuan-pertemuan dengan kawan-kawan satu
region, mulai dari foto di Jonas, kumpul di Bandung Creative Hub, makan di Ayam
Sauce (yang kemudian lahir nama FIM KECE Koaci, lengkapnya bisa didengarkan
di Siniar KECE hehe), dan makrab di rumah saya yang kedatangan banyak alumni
atas yang keren-keren. Nggak nyangka sih asli. Alhamdulillah.

Menjadi Calon Koordinator Regional (Koreg)

Jujur, sampai sekarang saya masih bingung kenapa saya bisa terpilih menjadi
salah satu kandidat calon Koreg. Mungkin karena saya sering muncul dan sering
meramaikan grup atau karena masakan saya enak waktu makrab wkwkw. Entahlah.
Namun, saya tetap berusaha mempersiapkan sebaik mungkin. Waktu itu calon koreg-
nya ada tiga orang; saya, Kang Satya, dan Kang Teguh. Alhamdulillah yang terpilih
Kang Satya, tapi innalillahi yang jadi wakilnya saya hehe. Bismillah, insya Allah
saya berusaha sebaik-baiknya.

Selama saya jadi wakil koordinator, sebetulnya, saya lebih banyak


mengerjakan apa yang diminta oleh Kang Satya. Saya mengikuti segala arahan
beliau, mulai dari menghubungi Kak Ferly FIM Pusat kalau kita perlu buka donasi,
japri alumni dan keluarga FIM KECE Koaci (Pengurus dan Kece Muda) untuk
reminder dan undangan juga kalau kita ada kegiatan, mendengarkan curhatan Kang
Satya dan keluarga FIM KECE Koaci, jualan merchandise, menyiapkan makan kalau
pada makrab di rumah, hehe. Alhamdulillah, berkat tugas-tugas itu saya bisa akrab
dengan keluarga FIM KECE Koaci, rasa sayang dan empati saya terasah dengan baik.
Hal yang paling saya syukuri setelah saya lolos PELATNAS FIM 23 adalah menjadi
partner in crime-nya seorang Prince Satya, orang kece yang berhasil meng-Kece-kan
FIM KECE Koaci dan orang-orang di dalamnya. Jazakallah, Kang.
14

Luka Mendalam Kehilangan Ojan (Muhammad Fauzan)

Pagi itu, 27 November 2022, saya dan Mas Erwin sedang persiapan untuk
acara bareng FIM Sidoarjo di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan. Tiba-tiba ada
panggilan telepon dari salah satu alumni FIM 24 asal FIM Padang yang mengabarkan
jika Ojan meninggal. Waktu itu Mas Erwin diminta memastikan apakah kabar itu
benar. Akhirnya, Mas menghubungi teman-teman FIM KECE Koaci untuk
mengkonfirmasi, waktu itu Mas menghubungi Teh Tyas dan Rian. Alhamdulillah Teh
Tyas dan Rian bisa mendampingi keluarga Ojan dan mengikuti seluruh prosesnya
mulai dari mensholatkan hingga almarhum Ojan dibawa ke Padang.

Banyak kenangan selama saya menjadi bagian FIM KECE Koaci bersama
Ojan. Banyak saran dan masukan Ojan yang kami terapkan di FIM KECE Koaci
selama beliau menjadi volunteer di FIM Padang. Tak terhitung berapa kali makrab di
rumah saya dan sebanyak itu juga Ojan sering ikut menginap. Yang paling saya ingat
adalah momen saat pasca nonton bareng pertandingan Persib versus Persebaya.
Waktu itu semalaman kami berbincang tentang jajanan semasa sekolah dan mainan
jadul yang pernah kita mainkan. Dari malam itu, lahir banyak kegiatan FIM KECE
mulai dari Pesantren Al-Keceiyah, Baksos di Panti, dan lainnya. Terima kasih Ojan,
kamu orang baik. Insya Allah saya dan semua keluarga FIM KECE Koaci ridho.
Semoga Allah menempatkanmu di tempat terbaik dan istri serta anakmu selalu dalam
lindungan Allah. Aamiin.

Pindah ke Jatim

Sedih sih kalau mengingat jika saya tidak akan setahun penuh membersamai
FIM KECE KOACI. Sedari awal Prince Satya terpilih dan meminta saya menjadi
wakilnya, saya sudah bilang jika saya tidak akan setahun penuh di Bandung. Saya
ada rencana pindah ke Jatim, waktu itu rencananya pertengahan tahun. Beliau tidak
keberatan, toh pada saat itu ada beberapa pengurus juga yang masih di tempat asalnya
seperti Teh Ayu yang masih di Bengkulu, Teh Saras yang lebih banyak di Klaten, dan
kegiatan FIM KECE Koaci masih tetap bisa berjalan. Hingga hari itu tiba, saya harus
benar-benar pamit. Saat itu, saya dan Mas Erwin diberi surprise dan salam
perpisahan. Kami diberikan bantal leher yang sampai saat ini bantal itu selalu kami
bawa menemani perjalanan kami. Terharu banget! Jazakumullah, guys.
15

Pesan untuk Pengurus FIM KECE berikutnya

Pesan saya untuk pengurus FIM KECE berikutnya mungkin ada beberapa.
Pertama, jadilah diri sendiri di FIM KECE. Menjadi diri sendiri dimulai dari
mengenal diri, mengenal kekuatan, kelemahan dan potensi diri. Jadikan FIM KECE
sebagai rumah tempat mengembangkan potensi yang dimiliki. Lakukan kegiatan
apapun itu yang membuat diri enjoy dan nyaman. Jika tidak bisa melakukannya
sendirian –FIM KECE saja, kolaborasi bersama dengan komunitas-komunitas
lainnya baik dengan sesama FIM maupun di luar FIM di seluruh Indonesia.

Kedua, FIM dikenal dengan kekeluargaannya yang hangat dan jaringan


alumni yang keren-keren. Jaringan itu tidak dapat terhubung dengan kita kalau kita
tidak berusaha terhubung juga dengannya jadi manfaatkan dan berusahalah untuk bisa
terhubung dengan para alumni yang keren itu. Eh, jangan lupa kalian juga alumni
FIM, kan. Artinya, kalian juga keren. Apalagi alumni FIM KECE, selain keren juga
KECE, apaan sih?! Wkwk.

Terakhir, jangan lewatkan setiap peluang kebaikan yang datang baik itu dari
alumni FIM KECE sebelumnya maupun dari komunitas-komunitas di sekitar dan
jalin silaturahmi yang berkelanjutan dengannya. Tentu disesuaikan dengan kapasitas
dan kemampuan diri, tapi jangan sampai keseringan aja dilewatkannya hehe. Jalinan
silaturahmi yang berkelanjutan insya Allah bisa menjadi kekuatan kita dalam
meluaskan kebermanfaatan. Semangat ya guys!

Salam hangat dari yang menyayangi kalian, Bunda Nurlath. Hehe.


16

Ruang Bertumbuh
Nurul Aisyah (FIM 22)

Ada dua hal yang berharga dalam hidup kita yang selalu tertanam kuat. Ketika
bisa mendapatkan sebuah kesempatan dan kesehatan. Kedua hal ini, menjadi sebuah
perenungan diri bahwa bukan soal berapa banyak kesehatan dan kesempatan yang
ingin kita dapatkan, tapi apakah kesempatan dan kesehatan itu bisa memberikan
banyak makna dan kebermanfaatan.

Semua orang yang hebat di dunia, dialah yang bisa menata hati dan mengelola
emosi dan bisa menyelesaikan tugasnya sampai tamat. Dengan bentuk rasa syukur
bisa diberikan kesehatan dan kesempatan untuk bisa bertumbuh di tempat yang penuh
dengan orang yang hebat.

Inilah FIM, tempat di mana saya diberikan kesempatan ruang bertumbuh.


Kesempatan bagi saya yang kala itu masih menjelajahi ruang yang kecil dari sekian
banyak ruang. Dengan begitu besarnya, tapi mereka bisa menerima dengan banyak
siraman untuk diri ini bisa belajar dari segala banyak hal.

Seperti halnya tanaman, untuk bertumbuh menjadi tanaman yang berbuah


banyak, hal yang harus terlewati dan bisa disantap dengan nikmatnya. Ia perlu
terbentur karena suhu dan paparan, tapi tak membuatnya kalah dan berhenti kemudian
mati seketika. Perlunya patah karena ketidaksengajaan, tapi tanaman itu bertumbuh
kembali. Sumber kekuatannya bukan karena dorongan luar untuk mempertahankan
hidupnya, melainkan karena ingin merasakan dan kelayakan bahwa aku hidup untuk
menerima semua bentuk pemberian yang telah diberikan kepercayaan untuk tetap
bertahan. Karena terkadang perlu terbentur agar hidup dan pengalaman diri ini bisa
menjadi terbentuk.

Terima kasih FIM Bandung telah memberikan ruang dan kesempatan untuk
saya bertumbuh dengan selayaknya, dengan apa adanya diri.
17

Aku dan FIM


Ayu Rahma Dania (FIM 23)

Bismillahirrahmaanirrahiim

“Masuk FIM itu kayak nyari jodoh, setiap orang ada waktu terbaiknya,” kata
Kang Edhu dalam Live Instagram Kecemplung yang waktu itu aku jadi momod-nya.

Tetiba flashback banyak hal. Dulu, inget banget beberapa kali daftar FIM, tapi
belum rezeki diterima di sana wkwk. Sempat sih dulu mikir, “Kenapa ya kok nggak
keterima?”

Then i (guess) i knew the answer. Sepertinya kalau dulu orientasinya lebih
fokus, “Gue bisa dapat apa ya di FIM?”

Akhirnya, aku mencoba (lagi) daftar Pelatnas FIM 23. Waktu itu aku mencoba
banget untuk luruskan niat dan ubah mindset-nya. Bukan cuma tentang gue bisa dapat
apa di FIM, tapi lebih ke gue bisa ngasih apa ya buat FIM? Gue bisa berkontribusi
apa ya sebagai alumni FIM? Gue bisa berkarya kebaikan apa ya melalui FIM dan
semua relasinya? Kebermanfaatan apa ya yang bisa dilipatgandakan ketika
bergabung di FIM?

First things first, couldn’t be more grateful for everything. Alhamdulillah


banget dikasih kesempatan sama Allah untuk ‘main’ sambil belajar dan kolaborasi di
FIM. Allah itu Mahabaik banget.

I strongly believe bahwa di dunia ini nggak ada yang kebetulan. Selama kita
satu tujuan, kita akan dipertemukan, cepat ataupun lambat (Felix Siauw).
Sebersyukur itu sih dipertemukan dan jadi one of FIMily :”)

Jujurly, orang-orang di FIM itu keren-keren alias KECE (apalagi FIM KECE
Bandung wkwk. Jujur no perez lho ini). Mostly anak FIM itu adalah role model yang
punya peran spesial dan keunikannya masing-masing.

Tapi dengan segala ke-KECE-an itu anehnya (tapi nyata) anak FIM itu very
down to earth alias nggak sombong (dan rajin menabung wkwk). Mostly orang-
18

orangnya pembelajar luar biasa dan punya growth mindset. Pokoknya aku belajar
banyak sih sama orang-orang di dalamnya.

Terus, enaknya bisa ‘kerja bareng’ anak FIM itu adalah karena orang-orangnya
nggak neko-neko alias nggak susah untuk kerja sama ini itu. Nggak ribet. No mager-
mager club. Kebiasaan di FIM terutama di FIM Bandung itu adalah nongki ngobrol
santuy, tapi ujung-ujungnya ngide jadi program dan ada aja kolaborasi cemerlangnya.
Amazed sih!

Salah satu value FIM yang terasa banget sama aku adalah integritas. Alumni
FIM nggak pernah dituntut apalagi dipaksa harus bikin program ini itu, berkontribusi
ini itu. NOPE. Semua balik ke integritas masing-masing.

“Integrity is doing the right thing, even no one is watching.” - C. S. Lewis

Mungkin ungkapan ini mewakili banget, “Konsekuensi bertambahnya ilmu


adalah bertambahnya amanah dan tanggung jawab.”

Jadi, walaupun nggak ditagih, nggak ada yang benar-benar ngawasin, tentunya
dengan ‘privilege’s sudah belajar banyak hal sebagai alumni FIM, harusnya
awareness dan tanggung jawab untuk give it back to society-nya juga lebih besar
lagi. Ini bukan tentang seberapa banyak sesuatu yang kita terima, tapi seberapa
banyak yang bisa kita berikan.

Last but not least. Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Nggak
terasa ini waktunya aku pamit undur diri as official pengurus FIM Bandung 2022.

Makasih banyak Akang Teteh teman-teman FIM KECE yang so inspiring


pisan. Bapak Kooreg Kang Satya dan Bunda Wakooreg Teh Nurlath, yang tidak kenal
lelah kasih info dan reminder agenda apapun via personal chat ke setiap anggotanya.
Highly appreciate. Buat Teh Uma partner terbaique, yang sudah jadi bestie ya di
berbagai kegiatan literasi (#30DRRC, #22HBB, dll) hatur nuhun. Untuk semua
pengurus FIM KECE Bandung beserta KECE Muda 1.0 yang keren banget hatur
nuhun. Aku belajar banyak dari kalian.

Well. Aku selalu percaya perkataan Ust. Salim A. Fillah ini, “Jika hati
senantiasa berniat baik; Allah akan pertemukan dengan hal yang baik, orang-orang
baik, tempat yang baik & kesempatan berbuat baik.”
19

Terima kasih FIMily. Selamat menjemput peran kebaikan lainnya.

— IG: @ayurahmadaniaa || Bandung, 24 Desember 2022 pukul 00.02 WIB (ditulis


pas banget tengah malam di hari Mubes FIM Bandung KECE)
20

Cerita dari Dewi


Dewi Nurhasanah (FIM 23)

Sebenarnya aku cukup bingung harus memulai darimana. Namun, aku akan
mencoba untuk merangkai kembali memori-memori yang aku miliki hingga akhirnya
aku bisa mengetahui FIM, bergabung ke dalamnya dan menjadi pengurus selama satu
tahun ini.

Hai, aku Dewi. Salam kenal, ya.

Jadi, awalnya di tahun 2018 aku merasa harus melakukan eksplorasi bersama
diriku di Bandung. Entah ke mana Allah akan membawaku nantinya, tetapi salah satu
hal yang menjadi poin penting ialah aku memiliki semangat untuk terus mencari.
Hingga akhirnya, aku ingat sekali di akhir tahun 2018 Allah memberikan rezeki
kepadaku untuk dapat mengikuti salah satu kegiatan volunteering di Bandung dan
bertemu dengan Teh Lulu & teman-temannya. Dari sinilah kisahku bersama FIM
dimulai.

Di sini aku tidak bercerita panjang kali lebar tentang kegiatan volunternya,
tetapi tentang rezeki yang Allah berikan untuk mengenal Teh Lulu dan teman-
temannya.

Singkat cerita, karena aku ini perempuan, jiwa stalking-ku memang dapat
dikatakan cukup tinggi. Haha. Jadi, aku cukup mencari tahu tentang orang-orang yang
baru aku kenal melalui media sosialnya. Pada saat itu, aku menemukan FIM, entah
melalui postingan siapa. Aku kurang ingat. Mungkin unggahan-unggahan di akun
Teh Lulu, Teh Nisa atau teman lainnya. Namun, dengan mengenal merekalah aku
bisa mengetahui FIM.

Setelah tahu, aku memang nggak langsung gabung di tahun-tahun berikutnya.


Hingga akhirnya, rezekiku bisa bergabung dapat tercapai di tahun 2021 (walaupun
daftarnya versi deadliner hehe).

Sebelumnya, aku sedikit pesimis bisa lolos dan mengikuti pelatnas karena
pastinya orang-orang yang mendaftar di sana merupakan orang-orang keren, hebat.
Apalagi aku mengikuti wawancaranya di hari terakhir, tambah degdeganlah.
21

Namun lagi dan lagi, Allah tuh baik banget kasih aku rezeki buat gabung di
FIM. Aku bisa ikut pelatnas FIM 23. Walaupun sedih karena pelaksanaannya online,
aku beryukur karena teman-teman FIM 23 seru dan menyenangkan.

Oke, next. Sebelum pelatnas, temen-temen FIM 23 Bandung nyempetin buat


foto studio. Seru dan asyik kegiatannya. Padahal kami baru pertama ketemu. Fyi,
waktu itu juga kami belum resmi jadi alumni ya ckckck, tapi cukup pede untuk foto
studio.

Singkat cerita, pelatnas selesai dan kami resmi menjadi alumni FIM 23.
Alhamdulillah dengan dinakhodai oleh Kang Prince Satya, FIM 23 mulai berlayar
menyusuri lautan kegiatan selama satu tahun kepengurusan. Sebetulnya aku bantu di
internal, tetapi sepanjang perjalanannya kebanyakan di media deh. Haha.

Selama satu tahun kepengurusan ini aku sangat merasakan ruang-ruang


untukku terus belajar. Aku suka terharu kalau dipercaya bikin design padahal biasa
aja. Alhamdulillah dengan itu aku bisa lebih banyak belajar.

Selama satu tahun ini, rasanya panjang kalau harus aku ceritakan setiap
bagiannya sekarang. Satu tahun ini begitu bermakna bareng FIM KECE. Cek aja
Instagram FIM KECE, banyak banget kegiatannya! Namun pada intinya, aku
bersyukur bisa bergabung, bisa mengenal, bisa belajar, bisa berkontribusi
semampuku, bisa terus merawat kebahagiaan versi FIM KECE.

Terima kasih kepada Allah SWT atas kesempatan yang telah diberikan, kepada
teman-teman FIM KECE terutama FIM 23. Terima kasih banyak Akang Teteh yang
selalu berbagi insight, kebahagiaan, dan makanan (bonus), pun kepada Bunda Nurlath
dan Suami yang bersedia rumahnya sering kita kunjungi.

Tidak terasa ya, alhamdulillah, satu tahun terlewati dengan #chillandjongjon


dan bareng-bareng kita bisa menyelesaikannya. Semoga hari ini, besok dan nanti di
masa depan silaturahmi ini tetap terjaga ya insya Allah. Semoga Akang Teteh semua
senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT dan senantiasa diberikan kesehatan.
Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
22

FOTO KENANGAN FIM KECE

Masih inget nggak, kita foto studio tanggal berapa ya? :D

Masih inget nggak kita bukber di rumahnya siapa? :D

*) Kalau mau jawab pertanyaannya, screenshot halaman ini, upload IG Story + tulis
jawabannya di sana deh :D Jangan lupa tag @fimbandung & @fimnews ya :)
23

Terjerat FIM
Iwan Setiawan (FIM 23)

Forum Indonesia Muda (FIM) merupakan sebuah forum independen yang


beranggotakan pemuda dan mahasiswa dari berbagai aktivitas, universitas maupun
lembaga kepemudaan, dari seluruh Indonesia; dengan cita-cita bersama membangun
bangsa dengan semangat kontribusi bersama.

Forum ini banyak melahirkan orang-orang hebat, dari lintas generasi dan latar
belakang, forum yang memiliki jaringan luas hingga internasional. Menjadi bagian
dari FIM tak terkecuali bagian FIM KECE menjadi suatu kebahagiaan tersendiri,
selain bahagia saya juga merasa bangga menjadi bagian hebat ini. Walaupun begitu,
pada realisasinya tidak banyak yang bisa saya sertakan dari perjalanan hebat kemarin.

Semoga ke depannya lebih banyak lagi orang-orang hebat yang “terjerat”


dalam bagian dari kebaikan dan kehebatan ini.
24

Dari Pengajar Arkamaya


M. Alif Hidayat (FIM 23)

Halo, semuanya! Perkenalkan, saya Muhammad Alif Hidayat biasa dipanggil


oleh teman-teman sebagai Alif. Buat yang belum kenal, salam kenal ya hehe. Satu
tahun lebih tepatnya aku jadi bagian dari teman-teman FIM 23 Regional Bandung
atau biasa dikenal dengan FIM KECE. Katanya sih FIM KECE tuh Akang Teteh-nya
pada baik dan easy going. Ternyata, memang benar, guys. Akang/Teteh FIM KECE
tuh kocak-kocak dengan karakteristik yang dibawa oleh masing-masing.
Alhamdulilah aku pun jadi banyak punya kenalan dari berbagai kalangan saat
bergabung di FIM dan pastinya banyak belajar juga dari Akang/Teteh yang keren-
keren maksimal.

Sedikit cerita nih berkaitan dengan ketertarikan bergabung dengan keluarga


FIM. Aku tau FIM dari 3 tahun yang lalu yang mana aku punya kenalan dari alumni
FIM juga dan di Masjid Salman dulu ada program yang meng-sounding-kan FIM.
Nah, dari sanalah aku mulai kepoin FIM itu apa, struktur FIM itu kayak gimana serta
alumni-alumninya dari mana aja. Ternyata eh ternyata setelah aku kepoin website
FIM, aku makin semangat buat daftar karena ternyata alumni FIM ini keren-keren.
Maka dari itu, aku dulu pengen masuk ke circle yang keren juga biar kebawa keren
hehe. Ternyata, bisa dibilang nggak mudah untuk lolos menjadi bagian dari Forum
Indonesia Muda. Aku mencoba 2 kali pendaftaran agar menjadi bagian dari Forum
Indonesia Muda.

Percobaan pertama pada 2020 –kalau tidak salah, yang mana pada tahun itu
aku nggak banyak tahu tentang FIM. Lalu, aku mengisi isian pada website sebisanya
saja tanpa mempelajari terlebih dahulu isian apa yang cocok untuk menjadi jawaban
pertanyaannya. Karena persiapannya yang nggak matang, akhirnya aku nggak lolos
pada pendaftaran pertama huhu, tetapi dari kegagalan tersebut aku makin semangat
untuk mencoba dan mempersiapkan diri agar lebih siap. Tahun kedua di 2021 tadinya
aku nggak akan mendaftar FIM karena persiapannya yang bisa dibilang banyak
pemberkasan. Apalagi waktu itu aku baru tahu pendaftaran (Pelatnas) FIM 23 di hari
terakhir pendaftaran. Sudah hopeless banget waktu itu, eh, alhamdulilah
25

pendaftarannya diperpanjang 1 hari maka dari itu aku langsung bergegas untuk
menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Belajar dari kegagalan di tahun kemarin,
aku jadi semakin paham bagaimana cara mengisi pertanyaan pada website-nya.
Alhamdulillah di percobaan kedua ini aku lolos jadi bagian Forum Indonesia Muda
2022 melalui email yang mana saat dibuka emailnya ada redaksi “SELAMAT”. Ah,
senang deh pokoknya bisa jadi bagian FIM itu!

Aku di sini bisa belajar banyak banget bareng Akang/Teteh dari FIM. Apalagi
ternyata aku masuk ke regional Bandung yang mana kekeluargaan dari
Akang/Tetehnya sangat hangat dan selalu membantu jikalau ada kebingungan. Ah..
hatur nuhun pisan ya Akang/Teteh. Alumni FIM Bandung memang terkece! Di FIM
KECE, aku ketemu Akang/Teteh yang mempunyai ciri khas masing-masing seperti
yang suka bercanda, yang visioner, yang influencer dan ah pokoknya banyak pisan.
Menurutku, di FIM KECE banyak sekali proker-proker kece sesuai dengan nama
regionalnya KECE. Dua di antara sekian program yang dibuat oleh teman-teman FIM
KECE dan terlaksana pada tahun ini ialah YLT dan Arkamaya.

Hal yang paling berkesan menurutku dari banyaknya proker yang ada adalah
saat menjadi pengajar sosiologi di Arkamaya Majalaya. Banyak sekali hikmah yang
aku pelajari saat aku mengajar di sana. Memang basic-nya aku suka mengajar, jadi
sangat antusias saat diberi kepercayaan di Arkamaya Majalaya. Untuk tim Arkamaya,
jikalau butuh guru, aku siap mendaftar lagi! Pokoknya banyak banget kalau diceritain
satu-satu mah. Intinya, terima kasih FIM KECE untuk satu tahunnya dan semangat
FIM KECE 24!
26

Kebanyakan Bercanda
Riansyah (FIM 23)

Kalau ditanya kenapa masuk FIM, sebenarnya penasaran saja apa itu FIM. Ya
ternyata FIM itu wadah yang sangat bagus sekali, ya, dilihat dari media sosial dan
website-nya. Tapi, pending dulu sekitar 2 tahun. Sampai akhirnya pada 2021 akhir,
ada kesempatan buat daftar di FIM 23 dengan segala dinamika yang ada. Ya sudah,
daftar.

Ini proses daftar sebenarnya beda dari yang lain, ya. Baru tahu ternyata kalau
daftar FIM itu ada kayak buat persiapan gitu. Di Bandung sering disebut
Kecemplung. Tapi karena nggak tahu, ya, akhirnya nggak ikut juga. Alhamdulillah
lolos. Walaupun dilihat dari berkas dan proses ya pede dan nggak pede sih. Jadi,
dihajar saja segala jenisnya. Mulai dari berkas dan wawancara ada hal yang gimana
gitu. Kayak mulai dari daftar regional, kenapa pilih Bandung dan ternyata ada
regional Sukabumi, tapi tahunya ketika wawancara. Jadi, ya sudah daftar dan lolos
dulu saja. Tidak ada yang menarik dan banyak keberuntungan takdir dari Allah SWT.
Ya, singkatnya Pelatnas selesai akhirnya menjadi Alumni. Yeayyy!!!

Jadi Mikir, Ngapain Aja Selama di FIM

Pas nulis ini, sampai mikir-mikir lagi selama di FIM KECE ngapain aja ya?
Perasaan lebih banyak hahahihi, makan, nginep, bercanda, olahraga. Kalau dibagi
tugas, sebenarnya kebagian divisi internal –yang katanya sebagai divisi hahahihi.
Perasaan jarang rapat juga, kayaknya di bawah 3 kali gitu selama satu tahun itu. Tapi
ya sudah nggak dibawa pusing juga yang penting hahahihi. Setiap kumpul ada,
makan-makan ada juga. Salah satu tugasnya memang menghabiskan makanan (canda
deng!).

Jadi mau cerita nih. Setelah gabung di FIM KECE, lebih banyaknya irisan
sama mereka itu. Apakah itu satu kampus, satu kegiatan, temannya dia adalah
temannya saya juga, follow Instagram dengan mutual friend yang sama. Jadi ingat
perkataan Kang Edhu FIM 18. “..lambat laun (kita) akan disatukan oleh value dan
lingkungan yang pernah sama walaupun jauh.” Ya, itu buktinya sering dibilang dunia
27

itu sempit dan orangnya itu – itu saja. Kecuali Aku sama Dia belum bersatu dan masih
jauh di sana. Semoga sudah dekat deng hehehe.

Jadi bagian FIM KECE secara keanggotaan, jujur saja saya merasa senang.
Berbagai latar belakang, pengalaman dan keunikan masing-masing. Prince Satya, Teh
Tyas, Teh Ayu, Izzah ternyata “Aku Kamu Kita Salam Satu Unpad”. Jadi ya obrolan
awal Unpad dengan segala isi dan ceritanya. Teh Nurlath dan Mas Erwin (suami Teh
Nurlat, Ketang FIM 24, Bonek yang di-FIM-kan istrinya). Obrolan awal dari
pergerakan komunitas sampai pergerakan identitas (jodoh dan pranikahnya) dan
nggak lupa rumah dan makan-makannya juga. Teh Rida kalau ada Dewi dan saya,
nggak bakal jauh dari cengcengin gitulah. Teh Rida sebenarnya Ketua Divisi Internal
yang memang setiap Minggu selalu “ada acara keluarga” dan akhirnya ternyata benar.
Kemarin ngirim undangan dan akhirnya sudah punya keluarga sendiri. Selamat Teh
Rida dan suami.

Oh iya Dewi, kenal dari satu pelatihan gitu di 2019. Kalau ditanya, Dewi orang
sibuk sebenarnya ya Dew? Suka banyak kegiatan hehehe. Tapi kalau ditanya di FIM
KECE, Dewi ini orang di balik layar per-IG-an dan desainnya.

Nah, selanjutnya ada rombongan FIM KECE per-Salman-an. Siapa lagi kalau
bukan Kang Teguh Si Fasil APRS, Teh Sukma penghuni perpustakaan, Kang Alif
penghuni Svara, satu lagi Teh Reni. Kalau mereka ketemu (kenal)nya setelah di FIM
kok, bukan sebelumnya, kecuali fasil Teguh –calon Bupati Indramayu ini. Nah, kalau
Qolby kayaknya ketemu sekali, ya, dan ternyata paling muda dong. Sobat Sukabumi
cabang Bandung, Kang Iwan. Ada nih ternyata jadi FIM Sukabumi juga. Bisa jadi
refresing nih punya dua (regional) FIM hehe.

Selain itu, ada juga Mbak Saras yang satu angkatan nikah sama Teh Tyas.
Mbak Saras ini orang di balik layar Media FIM KECE. Terus, ada Kang Siddiq.
Transfer pemain baru dari Kupang menuju Bandung. Orang Sumedang asli
sebenarnya, tapi baru selesai mengabdi di Indonesia Mengajar. Pak Guru yang wajib
dikulik ilmunya juga, tapi kita pernah satu fasil, kan?

Terakhir, ada (alm.) Bang Ojan. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik
dan saya bersaksi beliau orang baik. Saya bareng Bang Ojan adalah pasukan nginep
di rumah Teh Nurlath. Formasi kedatangan Prince Satya Si Paling Rajin pasti paling
28

awal datang, Bang Ojan kedua dan saya di atas jam 10 malam. Kalau ditanya kata
apa yang berkaitan sama beliau, jawabannya adalah martabak, nginep dan helm.

Tambah berwarna dengan bergabungnya KECE Muda. Sama-sama banyak


cerita dari awal pembentukan nama sampai penyebutannya. Contohnya, KecMud
sampai Kuda (masa iya nanti panggilannya Para Kuda wkwkwkw). Akhirnya, tetap
dengan nama KECE Muda aja. Jadi ingat kalau di proses wawancara (KECE Muda)
itu ada adik kelas yang tahu saya. Ada yang waktu ditanya sama orang lain, bawa-
bawa nama saya lagi euy sampai bilang, “Daftar karena Rian”. Ada juga yang bikin
nggak nyangka karena ternyata yang diwawancara lagi S2 (sedangkan posisi saya
belum beres S1 juga gitu). Sangat wow pokoknya.

Sebenarnya suka bingung kalau harus cerita gimana-gimananya. Random


ajalah ya. Di FIM KECE adalah tempat yang nyaman banget sih. Paling santai tapi
serius itu emang benar di kenyataannya, bukan di ucapan aja kayak di sebelah (canda
deng! Nggak kok, nggak kayak sebelah, apalagi dia).

Apalagi ya? Hmm.. Jadi sering sekolah pranikah juga nih wkwkw ya, kan,
Kang Satya (yang sedang bersiap-siap juga)? Belajar totalitas dari Teh Nurlath dan
Masehhh. Hidup sehat dari Budok Tyas. Politik dari Cabupat Teguh. Ngobrol ngalor-
ngidul bareng Teh Sukma (kayaknya bagus Teh buat podcast judulnya ngalor-ngidul
di FIM KECE) dan banyak lagi pokoknya. Kalau mau tahu lebih lanjut, silakan
hubungi nomor berikut +62 882 1044 2163 (mau kirim, tf juga boleh tuh ke sana
hehe).

Selebihnya saya mengucapkan terima kasih sudah menjadi bagian hahahihi


tempat mewaraskan diri dan pikiran. FIM bukan lagi sekadar tempat pelatihan
beberapa waktu, tapi tempat pelatihan tak dibatasi waktu dengan berbagai
referensinya. Satu tahun ke depan pengen tetap di pengurusan FIM KECE (kalau
masih di Bandung hehe).

Terima kasih ditujukan kepada:

Prince Satya: kalau ngobrol nggak cukup 1-2 jam. Kalau mulai dari ashar, bisa
sampai tengah malam ini mah ngobrolnya. Tukang heureuy, tapi maaf saya
tidak terkecoh gocekan-nya ya Kang (cuma yang tau-tau aja wkwkwk). Selagi
masih di Bandung kudu ngobrol terus ieu mah euy Kang, meh rada berbagi
29

ilmu dan pengalaman. Semangat pokona mah Kang. Si dia mah tetap
menunggu da anjayyy wkwkw.
Bunda Nurlat dan Maseh: kalau ditanya gimana ya seperti kakak pokoknya.
Walaupun urang mah nya pagaweana lamun ka rumahna teh makan, ngobrol
sareng tidur tah. Tapi jangan ditanya, Teh Nurlat itu mengayomi. Collab sama
suaminya itu “wah” pisan pokona mah. Pendekatan personal-na teh keren
pisan pokona mah.
Teh Tyas: hahaha hihihi. Sama seperti kakak yang suka ngobrol juga. Jadi
diingetin pentingnya buat mempersiapkan diri untuk berkeluarga. Terharu
pisan pokoknya pas cerita mau nikah teh. Jujur, saya kayak adik lagi dengar
kakaknya mau nikah gitu. Nah, eta pokona mah rasanya.
Teh Rida: Nah, ieu mah teteh anu hereuyna ciga nu cengcengin adi ka batur
ning. Hahahihi pasti jadi bahan weh pas kumpul teh. Teteh yang sering
“kumpul keluarga” sampai akhirnya berkeluarga. Doakeun atuh Teh ya!
Alm. Bang Ojan: Orang baik pokona mah, temen formasi nginep di rumah Teh
Nurlat.
Teh Ayu: ternyata kita satu Youlead, tapi baru ketemu sekarang dan ngobrol
sekarang ya Teh. Ngobrolin personal development dan buku jagonya sih.
Kepala sekolah soal tantangan baca buku nih. Tularkan ke saya Teh rajin dan
pola pikirnya.
Pak Teguh S.H.: Wah, kalau ini mah sudah jangan ditanya lagi sih. Si Paling
Calon Bupati nih. Sobat perjuangan buka pengumunan FIM 23 yang sekarang
jadi mentor.
Kang Iwan: Sobat Sukabumi yang jago investasi. Ajarin cara investasi, Kang!
Dewi: Dew sibuk pisan euy, tapi jujur keren sih bisa bagi waktu dengan baik
dengan berbagai capaiannya. Sorry kalau sering bercanda ya Dew hehehe.
Mbak Saras: Ini Mbak ternyata aku baru tahu ada temenku kenal Mbak Saras
juga. Aku baru tahu seterkenal itu ternyata. Hal yang wajib dipelajari dari
beliau itu soal lingkungan dan pendidikan.
Teh Reni: Karena baru-baru kemarin ngobrol soal psikologi, harus belajar
lebih lagi nih sama aplikasinya. Kuy Teh kita ramaikan tahun depan!
Izzah: Wah, kalau orang ini bawaannya sedikit naik suara nih (Eh, canda deng,
Zah. Hehe). Karena sudah tahu dari satu beasiswa dulu dan baru selesai amanah
besar di satu beasiswa satu lagi. Asli keren, Zah!
30

Kang Alif: Nah, kalau Alif sering ketemu di Masjid Salman nih. kayaknya
paling sering manggil “Kak” atau “Kang”. Sebenarnya panggil nama aja Kang
hehe.
Windi: Win, ketemu pertama kemarin pas wisuda nggak sih? Itu pun ngasih
titipan, ya. Dilihat dari medsos-nya sedang menikmati jadi guru nih.
Kang Sidiq: Kang, adain sharing IM dong dan cara jadi guru. Jujur, tertarik
banget sih hehe.
Teh Sukma: Haha yang paling sering ketemu kayaknya, ya. Ketemu di perpus,
kan? Mau diajarin nulis ah dan permediaan.

Nggak lupa juga nih buat KECE MUDA yang sudah membersamai prosesnya.
Kalian luar biasa pokoknya menyempatkan waktu dan tenaga. Keren-keren pisan
pokoknya.

Cukup kali, ya. Kebanyakan kata dan kalimat. Kalau ketemu orangnya
langsung, pasti komentar “Ih, ngapain sih banyak omong!” Wkwkw. Maaf ya saya
suka banyak bicara, bercanda dan hahahihi nggak jelas.

Next to be continued ... (nggak jelas banget! Wkwkwk)


31

Rumah dengan Ketulusan


Izzah (FIM 23)

Pertama kali tahu tentang FIM awal mulanya dari beberapa kakak tingkat di
kampus. Mereka sangat menginspirasi dan membuatku penasaran akan latar
belakangnya. Akhirnya, aku mengetahui ternyata mereka tergabung dalam Forum
Indonesia Muda yang kemudian aku mencari tahu lebih dalam dari FIM itu sendiri.
Ternyata, FIM merupakan komunitas nasional yang sangat menarik dan membuat aku
tertarik untuk ikut bergabung.

Dua tahun sejak mengetahui FIM, rasanya selalu minder alias insecure untuk
mendaftar karena ketentuan pendaftaran yang dulu masih terlihat lebih rumit
dibandingkan setelah masa Covid-19. Merasa nggak mampu dan nggak percaya diri.
Akhirnya, aku baru berani daftar tahun 2021 di Forum Indonesia Muda angkatan 23
dan alhamdulillah lolos.

Alasan memutuskan untuk memilih bergabung di FIM yang paling utama dan
terpenting bagi diriku sebenarnya karena lingkungan dan relasi. Ingin berada di
lingkungan yang punya value yang sama dan tentunya baik, juga meluaskan jaringan
atau relasi diri. Harapannya dari banyaknya relasi yang terbentuk, sesederhana
bertambahnya kebaikan yang kudapat dari orang orang yang baru kukenal.

FIM KECE itu menurut aku rumah dengan penerimaan yang sangat tulus.
Jujur, selama setahun di FIM KECE posisi aku tidak di Bandung karena berdomisili
kembali ke Bogor yang menyebabkan sedikitnya intensitas kebersamaanku dengan
teman-teman di FIM KECE. Hanya beberapa agenda yang sempat aku hadiri seperti
bukber Ramadhan, mubes, dll. saat posisiku sedang di Bandung. Tapi penerimaan
keluarga ini begitu tulus, tidak memandang sebelah mata karena diriku yang jarang
bersama sebelumnya. Aku masih sangat diterima dengan baik oleh teman-teman di
FIM KECE. Karena hal itu, aku merasa tidak pernah malu dan takut untuk kembali
ke rumah ini.

Pengalaman yang didapat dan paling utama tentunya kebersamaan dan


kekeluargaan. FIM KECE menjadi tempat nyaman dan santai untuk melakukan
32

apapun, mulai dari nongki dan main bersama hingga hal-hal yang produktif dan
tentunya bermanfaat.
33

Pokoknya Meledak
Akmil (KECE Muda)

Sebenarnya banyak banget sih yang pengen diceritain, tapi susah banget susun
kata-katanya. Intinya, selama aktif di komunitas FIM Bandung, banyak banget yang
bisa didapat baik itu dari pengalaman, kemudian relasi dan masih banyak lagi.
Pokoknya, kalau ikutan FIM itu nggak akan nyesel deh. Kegiatannya buanyak banget.
Pokoknya, meledaksss!!!

Awal mula kenal FIM itu dari Hilman. Waktu itu sempat kenal Hilman pas di
Salman, cuma dia nggak lanjut di Salman. Nah, setelah ditelusuri lebih dalam ternyata
dia anak FIM woy. Di situ aku biasa aja ya. Ah, apaan sih FIM. Eh, makin ke sini
ternyata Kiki juga pernah ikut di FIM. Dia itu mentor aku waktu di Salman.

Pas lihat-lihat Instagram FIM, scroll ke bawah ternyata kegiatannya lumayan


menarik gitu. Bisa ketemu orang-orang penting di Kota Bandung dan Jawa Barat.
Nah, dari situ muncullah rasa penasaran FIM itu apa.

Satu waktu aku kepo tuh sama FIM. Akhirnya, selain mengunjungi akun
Instagramnya FIM KECE, aku stalking tuh Instagramnya FIM pusat dan ternyata
WAW keren-keren kegiatannya. Di situ mikir, “Duh, nyesel banget kenapa nggak
dari dulu follow IG-nya.” Jadi tahu informasi penting kegiatan di FIM, salah satunya
Pelatnas. Itu stalking pertama tahun 2020 akhir. Kalau aku dari dulu sudah follow,
bisa jadi Pelatnasnya bareng sama Akang/Teteh FIM 23 hmm.. Ah, asli di situ nyesel
banget da ah. But it’s ok lah. Dari situ pikiranku mulai terbuka luas.

Kalau ditanya, kenapa pilih gabung FIM? Karena aku yakin FIM ini
memberikan kegiatan yang bisa membuat aku improve, salah satunya di self
development.

Senang banget walaupun baru sekadar jadi volunteer dan tidak jadi ikut
Pelatnas 24. Banyak banget kesan yang bisa dibuat cerpen pokoknya. Pesannya,
semoga ke depannya bisa menghasilkan penerus Pak Emil dan Pak Yana serta terus
istiqamah dalam menebar ekosistem kebaikan.
34

FOTO KENANGAN FIM KECE

Kira-kira, zoom meeting ini bahas tentang apa ya? :D

Es nya kelihatan seger pisan. Kira-kira, ini lagi makan di mana ya? :D

*) Kalau mau jawab pertanyaannya, screenshot halaman ini, upload IG Story + tulis
jawabannya di sana deh :D Jangan lupa tag @fimbandung & @fimnews ya :)
35

Pelatnas Tuntas Terbatas


M. Nur Siddiq (FIM 23)

Forum Indonesia Muda. Saat itu saya mengetahui rekrutmen angkatan 23 saat
saya bertugas menjadi pengajar dan fasilitator di salah satu daerah di Sulawesi
tepatnya di Konawe, Sulawesi Tenggara. Desa tempat saya tinggal pada saat itu
berada di Desa Parudongka, Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe. Desa terujung
dari pusat ibu kota kabupaten yang berjarak kurang lebih 500 km atau waktu tempuh
bisa seharian penuh atau bahkan bermalam di perjalanan jika cuaca kurang baik.
Kecamatannya berada terpisah dari daratan utama kabupaten yang harus melalui
kabupaten lain dahulu untuk aksesnya.

Kondisi desa tempat saya tinggal ada di sebuah lembah pegunungan dengan
akses yang masih terbatas. Akses jalanan beraspal belum ada sama sekali, masih
berupa jalan tanah berbatu yang harus menyeberangi sungai. Desa belum teraliri
listrik PLN, baru terpasang tiang-tiang listriknya saja sehingga untuk kebutuhan
listrik masyarakat biasanya menggunakan panel surya atau mesin genset berbahan
bakar BBM.

Kondisi jaringan telpon dan internet baru satu tahun keberadaannya berupa
mini tower yang aksesnya terbatas pula. Kondisi demikian menjadi suatu tantangan
ketika adanya informasi rekrutmen FIM 23 yang pada saat itu alurnya dilaksanakan
secara daring. Saya mendapat informasi rekrutmen ketika waktu sudah cukup malam,
karena biasanya jaringan cukup baik mulai dari sekitar pukul 22.00 WITA hingga
subuh karena aktivitas pengguna jaringan mulai berkurang.

Saya tergerak untuk mencoba kembali mendaftar sejak mengenal FIM 2018
lalu. Saya mencoba mendaftar secara daring. Kesulitan mulai muncul ketika lolos
administrasi dan masuk sesi wawancara. Beberapa kali harus reschedule karena
waktu yang kurang tepat dan keberadaan saya di daerah tidak ada signal. Akhirnya,
wawancara dilaksanakan pada malam hari. Ketika itu saya harus pergi ke depan
selasar sekolah bergelap-gelapan karena sinyal stabil ada di tempat itu.
36

Memasuki masa pelatnas selama 4 hari, saya harus persiapan jaringan WiFi
karena dianggap lebih stabil. Saya harus beli voucher cukup mahal seharga 25 ribu
sehari sehingga saya membelinya saat itu 100 ribu. Saya persiapan juga cukup banyak
bensin yang harganya di atas harga eceran di kota untuk menyalakan genset dan
charge perangkat digital. Hal itu saya lakukan di kantor sekolah karena di sana cukup
terjangkau akses jaringan WiFi dan di sekolah cukup nyaman tempat serta
ketersediaan mesin genset dan stabilizernya. Saya siapkan perangkat laptop,
handphone dan powerbank.

Siklus yang saya lakukan ketika pelatnas mulai dari online di laptop, ketika
lowbat mulai men-charge-nya dulu hingga penuh sambil saya ganti device dari laptop
ke HP dengan antisipasi powerbank. Ketika HP dan powerbank sudah sama-sama
lowbat, baru kembali lagi online di laptop. Penyesuaian juga harus dilakukan dari
segi waktu karena perbedaan zona waktu. Apalagi jika harus sampai malam di
sekolah dengan keterbatasan penerangan atau penyesuaian waktu-waktu ishoma yang
harus lebih dulu satu jam.
37

Untuk Jiwa-jiwa yang Merdeka


Teguh Saeful Hamzah (FIM 23)

Jiwa yang merdeka berarti mempunyai hak untuk melakukan berbagai hal
secara lepas dan bebas dengan adanya tanggung jawab. Sehingga, kebebasan dan
kemerdekaan tidak terlepas dari perasaan sadar akan kewajiban terhadap Maha
Pencipta dan hak sesama manusia serta peraturan-peraturan agar setiap orang tidak
bertindak sesuka hati. Individu yang mempunyai jiwa merdeka harus mampu
memimpin diri, keluarga, dan memimpin masyarakat serta bangsa sesuai dengan
kodratnya.

Bergabung dengan Forum Indonesia Muda bagaikan sebuah masa dimana diri
ini tidak pernah puas diri untuk belajar dan memberikan kebermanfaatan bagi orang
lain. Selayaknya seorang pemuda yang berjiwa merdeka yang penuh dengan
kebebasan diri tanpa adanya suatu batasan untuk berkreativitas, berinovasi dan
berdampak bagi banyak orang.

Tidak ada kejujuran tanpa kemerdekaan. Tema dasar Islam adalah


kemerdekaan. Seseorang tidak akan ditanyakan terkait kejujuran, apabila ia tidak
memiliki kemerdekaan. Makhluk selain manusia dan jin tidak ditanyakan kejujuran
dikarenakan tidak diberi kemerdekaan.

Dengan kebebasan itulah di Forum Indonesia Muda Regional Bandung, kita


dapat menyalurkan ide-ide kreatif dan brilian dengan perkumpulan orang-orang yang
hebat. Hebat baik dari alumninya, pengurusnya maupun KECE Muda-nya. Tanpa
kenal lelah, setiap langkah untuk berdampak bagi Kota Bandung membuat setiap
langkah dalam melakukan kebermanfaatan bagi banyak orang terasa begitu mudah.
Tentu saja ini tak lepas dari adanya berbagai kerjasama, kolaborasi dari pihak
pemerintah kota maupun kolega komunitas yang sudah terjalin. Ini memudahkan satu
sama lain dalam bergerak untuk menjadi salah satu dukungan dalam mendorong
mengadakan kegiatan-kegiatan positif. Salah satunya Young Leaders Talk (YLT).

Program Young Leaders Talk (YLT) merupakan sebuah program yang menjadi
ikonik dari FIM KECE Bandung tersendiri. Kenapa tidak? Program tersebut hampir
38

setiap tahun selalu diadakan dan banyak para pemuda/i Kota Bandung mendaftar
kegiatan tersebut. YLT menjadi daya tarik tersendiri bagi khalayak pemuda/i Kota
Bandung. Dengan konsep Hari Sejarah Nasional dalam hal ini Hari
Kemerdekaan/Hari Pahlawan/Hari Sumpah Pemuda maupun Bandung Lautan Api
menjadikan momen tersebut seperti kebangkitan kembali jiwa-jiwa yang merdeka
dan mempunyai semangat untuk berdampak,bermanfaat dan ambil peran dalam
membangun Bangsa Indonesia dan Kota Bandung.

Maka, individu yang merasa dirinya telah menjadi manusia yang merdeka tidak
bertindak sesuka hati sehingga melupakan hak orang lain yang juga perlu memiliki
jiwa yang merdeka. Setiap tutur tindak yang dilakukan tidak menciptakan perasaan
takut, tekanan, dan belenggu pada orang lain yang dapat melahirkan jiwa yang
terjajah. Merdeka berarti bebas dan lepas. Tidak lagi terbelenggu, tertekan, dan hidup
di atas telunjuk orang lain. Merdeka hanya untuk mereka yang tegas terhadap diri
sendiri.

Terima Kasih FIM KECE dan seluruh orang yang ada di dalamnya. FIM KECE
menjadi keluarga, sahabat, saudara dan sudah menggoreskan tinta cerita kebaikan
yang akan dikenang dan diceritakan kembali suatu hari nanti. Semoga sehat dan
sukses selalu di mana pun berada.
39

Hal-hal yang Aku Pelajari dari FIM


Windiasti R. A. (FIM 23)

Tahu FIM itu sudah lama, tapi saya nggak “kenalan” langsung. Awal pandemi
membuat aku frustasi. Apa yang harus aku lakukan agar tetap produktif. Akhirnya,
aku konsultasi dengan salah satu kakak tingkat di perkuliahan.

Sampai akhirnya aku dikenalkan dengan berbagai program FIM yang amat
banyak manfaatnya. Dari sana aku mulai memiliki keinginan untuk bergabung.
Niatnya tiada lain untuk memenuhi tujuan hidup saya sebagai orang yang bermanfaat.

Tidak hanya itu, FIM juga banyak mengajarkan bagaimana membangun


personal branding, caring, juga interaksi sosial yang sangat bagus.

Banyak hal yang seharusnya aku pelajari dari FIM, tapi aku belum sempat
untuk mempelajari seluruhnya. Membangun relasi dengan alumni FIM lainnya
membuat aku membuka pikiran terhadap dunia luar.
40

Cerita dari Generasi Pertama Arkamaya


Yasmin (FIM 22)

Nama aku Yasmin, tapi lebih akrab dipanggil Umin hehe. Tahu FIM sejak
2018 pas kelas 12 SMA. Masih polos, lugu dan nggak tahu tentang dunia luar
termasuk tentang perguruan tinggi. Sejak kelas 11 akhir tuh aku sudah mikirin setelah
lulus SMA mau lanjut ke jenjang perguruan tinggi karena memang circle pertemanan
yang cukup positive vibes untuk berkhayal membangun mimpi yang besar.

Namun karena aku dan temen-temen kurang pengetahuan tentang segala hal
yang bersangkutan dengan perguruan tinggi, alhasil mimpi yang dibangun berhenti
di "aku pengen kuliah di UPI jurusan Bimbingan Konseling" tanpa tahu gimana cara
bisa masuk universitas, harus ngapain, harus ke mana dan lain-lain. Pokoknya, aku
cuma tahu universitas itu sekolah lanjutan dari jenjang SMA saja.

Suatu hari waktu kelas 12, semua siswa siswi SMA di sekolah aku
dikumpulkan di masjid sekolah. Kabarnya, mau ada tamu dan beliau adalah seorang
motivator sekaligus jembatan kenapa aku tahu FIM. Namanya Teh Zahra Inatsa (FIM
20) bersama temannya, Kang Naz (Mahasiswa UI). Mereka berdua sharing materi
tentang mimpi dan pendidikan.

Hal yang sangat berkesan dari pertemuan ini adalah aku ngerasa punya tujuan
dan semakin yakin untuk mewujudkan mimpi melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
41

Karena di salah satu sesi sharing-nya yaitu membuat tulisan berisi sebuah janji
kepada diri sendiri untuk berjuang dan tidak menyerah dalam meraih mimpi.

Nggak berhenti sampai di situ. Teh Zahra dan rekan-rekan se-pergabutan-nya


wkwk mengadakan kegiatan lanjutan dari kegiatan sharing tersebut. Nama
kegiatannya itu CALIK (Cerita Inspiratif Seputar Kuliah) yang intinya mendatangkan
mahasiswa/i hebat di Bandung untuk memperkenalkan universitasnya serta
memberikan motivasi. Menariknya, sebagian besar mahasiswa/i itu adalah alumni
FIM. Ada Kang Malik (Koordinator terbaiknya FIM 20 KECE), Teh Ninis, Teh
Fauziyah, Teh Ulfah, Kang Husein, Kang Edhu, Kang Fadil, Teh Shafira, Kang
Fathur, Teh Liea, Kang Gungun, Kang Gayus, Teh Lulu, Kang Irfan, Teh Lulu Azmi,
dkk.

Coba bayangin orang sekeren mereka adalah alumni FIM KECE Bandung dan
yang paling keren dengan segala kesibukan dan aktivitasnya mau meluangkan waktu
ke Majalaya secara relawan (atau mungkin dipaksa Teh Zahra? Wkwk). Masya Allah
banget, kan? Ya mungkin setelah melihat kemalangan dan antusiasme aku dan temen
temen, akhirnya Teh Zahra mengajukan program ke rekan-rekan FIM untuk
mendirikan Rumah Belajar Arkamya Majalaya.

Rumah belajar tersebut untuk memfasilitasi belajar siswa/i kelas 12 yang mau
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Mereka belajar setiap pekan (Sabtu sore –
Minggu siang). Siapakah pengajarnya? Yups, Teh Zahra dan kawan-kawan. Di situ
aku jadi peserta Rumah Belajar Arkamaya Majalaya Generasi 1. Kegiatannya dimulai
dari belajar, refreshing, tur kampus, sampai urusan sebelum dan setelah ujian pun
dilakoni. Aku dan teman-teman Generasi 1 diantar, dibiayai, dan didampingi sama
Akang Teteh FIM KECE. Sampai aku ngerasa ketemu FIM KECE tuh serasa ketemu
sama Emak Bapak sendiri. Hatur nuhun sa-Majalaya-eun pokona mah Akang Teteh
terkhusus Teh Zahra yang selalu siap sedia buat Arkamaya.

Akhirnya, aku dan temen-temen Arkamaya Gen 1 masuk perguruan tinggi,


sementara Teh Zahra sudah harus ke Jerman lagi. Aku sempat bingung mau dibawa
ke mana Arkamaya ini. Satu sisi Arkamaya Gen 1 sudah mulai sibuk sebagai
42

Mahamurid Baru, tapi di sisi lain juga menyayangkan kalau Arkamaya cuma
“melahirkan” Gen 1.

Manfaat dari kegiatan Arkamaya begitu terasa, perlu dan penting untuk adik-
adik di Majalaya. Akhirnya, dengan segala keterbatasan dan dukungan serta ridho
Allah SWT, lahirlah Arkamaya Gen 2 (yeay... Alhamdulillah luar biasa Allahu
Akbar).

Setelah Arkamaya Gen 2 mulai berjalan, Akang Teteh FIM KECE


menyarankan pada Gen 1 untuk daftar Pelatnas FIM 22. Karena memang ingin
Arkamaya berlanjut dan terus berhubungan dengan FIM KECE, aku dan teman-
teman Gen 1 daftar FIM 22. Qodarullah langsung lolos 3 orang dan aku salah
satunya.

Lagi lagi di FIM bertemu dengan orang-orang keren, kece, hebat dan luar biasa.
Meskipun pelatnasnya online, aku sangat berkesan dan mampu bertahan di depan
laptop berjam-jam (padahal kalau kuliah 3 SKS aja sudah ngantuk huhu). FIM
memang keren banget.

Setelah menjadi Alumni FIM, aku diamanahi untuk mengurus FIM KECE
dengan segala keterbatasan yang ada. Aku dibantu dan dibimbing Kang Husein (FIM
20) dan Kang Fikri (FIM 21) sampai akhir kepengurusan.

Tahun 2022, aku ikut-ikutan lagilah kepengurusan FIM KECE Koaci atas
bujukan Bunda KECE (Teh Nurlath). Awal kumpul tegang banget karena ngerasa
paling bocil di antara Akang Teteh lainnya. Tapi karena pembawaan Kang Satya yang
jongjon and chill, alhamdulillah jadi kebawa rileks dan nyaman. Aku banyak belajar
banget di kepengurusan KECE Koaci meskipun aku lebih banyak menyimak di
dalamnya. Itu bisa jadi pembelajaran buat ke depan.

Di FIM KECE Koaci aku benar-benar merasakan yang namanya "forum" dan
yang paling bikin senang adalah bisa “mengangkat” Arkamaya lebih jauh lagi,
memperkenalkan Arkamaya ke regional lain dan khalayak umum secara lebih luas.
Memang power KECE Koaci keren banget! Aku bersyukur banget bisa kenal Akang
Teteh super keren.
43

Oh iya, btw alhamdulillah sampai tahun ini Rumah Belajar Arkamaya


Majalaya –yang diinisiasi oleh Teh Zahra Inatsa (FIM 20) dan dilanjutkan oleh
alumni Arkamaya dari generasi ke generasi yang didampingi Akang Teteh FIM Kece
Bandung, sudah melahirkan 5 Generasi adik adik kelas 12 yang sudah masuk
perguruan tinggi. Maa syaa Allah tabarakallah. Semoga Arkamaya bisa berumur
panjang kayak FIM. Aamiin.

Untuk cerita lebih lanjut mengenai Arkamaya Majalaya dan kedetakatannya


dengan FIM, boleh kepoin akun instagramnya di @Arkamaya.majalaya. WAJIB
FOLLOW YAAA AKANG TETEH!! XIXI. Hatur nuhun.
44

FOTO KENANGAN FIM KECE

Kangen nge-grill nggak nih? :D

Ada yang bisa tebak, kami foto di mana? :D

*) Kalau mau jawab pertanyaannya, screenshoot halaman ini, upload IG Story + tulis
jawabannya di sana deh :D Jangan lupa tag @fimbandung & @fimnews ya :)
45

Secuil Narasi di Buku Diary Keluarga FIMily


Sukmawati (FIM 23)

Aku, kamu, kita adalah FIMily. Bagian dari keluarga Forum Indonesia Muda.
Inilah sebuah lembaga kaderisasi kepemudaan independen yang digagas oleh Pak
Elmir dan Bu Tatty Elmir. Aku mengenal forum ini dari seorang teman bernama
Zahra Inatsa yang tidak lain adalah alumni FIM Bandung yang menggagas bimbingan
belajar Arkamaya Majalaya. Aku saksikan betapa mengagumkannya Zahra
berkegiatan dengan segala program baik bersama teman-teman FIM hingga ia
berkesempatan menjejakan kaki di negeri Jerman.

Selain Zahra, orang kedua yang mengenalkanku pada FIM adalah Ryan Frizky.
Dia ini jenamanya begitu mempesona. Bukan hanya aku -dari kalangan sejawat- yang
takjub pada "CV hidupnya". Lembaga pendidikan, pihak korporat hingga 'kaum
akhwat' pun bisa terbuai oleh personanya. Duh, ampun! Ryan sendiri adalah alumni
FIM Bogor yang punya banyak gebrakan maupun ide brilian soal mimpi-mimpi anak
muda Indonesia yang kemudian dia suarakan di jagat maya. Salah satunya lewat
proyek kepemimpinan, Inspiranessia.

Di samping dua nama di atas, masih ada sederet nama lagi yang turut
mengenalkanku pada FIM baik secara langsung maupun terselubung. Sebut saja di
antaranya: Muhammad Irfan Ilmy (FIM Bandung), Hanina Liddini Hanifa (FIM
Bandung), Vyanti Rahma (FIM Bandung) dan Nurul Hasani (FIM 19 Depok/Jakarta).
Untuk nama yang terakhir kusebut, dialah orang yang sungguh memantik rasa
penasaranku untuk tahu lebih dalam dan memasuki dunia FIM -yang konon begitu
memukau. Dari Mas Nuzul -begitu aku menyapanya- setidaknya aku sedikit tahu
perihal proses seleksi dan garis waktu pendaftaran. Mas Nuzul juga cukup intens
mempromosikan segala kenangan berikut keseruan dan keakraban bersama FIMily di
Whatsapp story. Hingga akhirnya, aku makin tertarik dan mencoba peruntungan
dengan mendaftarkan diri sebagai peserta Pelatihan Nasional (Pelatnas) FIM 23 pada
Oktober 2021.

Singkat cerita, aku lolos sebagai peserta Pelatnas FIM 23. Waktu itu
pelaksanaannya daring alias via Zoom Meeting. Selama 4 hari berturut-turut (9-12
46

Desember 2021) kami -para peserta- menyimak pemaparan dari narasumber yang
kredibel dari rumah/tempat masing-masing. Kalau kata alumni terdahulu, Pelatnas
offline di Wiladatika lebih seru. Ada momen-momen tertentu yang nggak bisa didapat
pada saat pelatnas online. Namun, menurutku pelaksanaan pelatnas secara virtual itu
juga seru. Masing-masing punya ciri khas dan kenangan tak terlupakan. Intinya sih
mau pelatnas online atau offline, keduanya sama-sama menawarkan value FIM
sebagai bekal bagi para kunang-kunang -sebutan untuk alumni FIM- ketika
menyebarkan kebaikan.

Sejak awal mengikuti Pelatnas FIM 23 dan dinyatakan resmi menjadi alumni,
aku mulai merasakan ada perubahan. Terutama soal cara menjalin relasi dan gaya
komunikasi. Dulu, aku cukup membatasi diri untuk mengenal orang asing. Apalagi
kalau perkenalan itu harus dimulai dari 'pertemanan mutual' di media sosial. Aku
perlu memvalidasi siapa orang yang aku ikuti agar tidak asal saling berteman. Setelah
bergabung dalam lingkaran FIM, aku perlahan-lahan membuka diri dan belajar lebih
luwes untuk membangun koneksi dengan para alumni.

Hal yang tidak pernah aku duga pula saat bergabung di grup FIM, khususnya
regional Bandung, adalah kembali bertemunya aku dengan beberapa teman semasa
kuliah dan rekan satu komunitas. Oh, betapa ajaib takdir ini! Aku teringat perkataan
seorang bijak, Buya Hamka. Dalam sebuah karyanya, sang Buya berkata, "Kita hanya
akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari."

Ya memang begitu faktanya. Pada 2021, aku dan mungkin sebagian umat di
dunia sedang mengalami keresahan hati soal ketidakpastian kondisi. Pandemi
membuat manusia merasa sendiri dan hidup dalam bayang-bayang sepi. Intinya sih
butuh teman diskusi atau tempat curhat atas segala kegelisahan di seperempat (usia)
krisis yang tak terelakkan.

Pada akhir 2021 atau tepatnya beberapa hari usai Pelatnas, aku memutuskan
untuk lebih aktif dan produktif berkegiatan. Lewat tawaran teman seangkatan di FIM
23 sekaligus koordinator regional Bandung, Mohammad Satya Aruna, akhirnya aku
bergabung menjadi bagian dari pengurus FIM Bandung periode 2022. Kami -para
pengurus- menyebut persekutuan ini dengan nama FIM KECE Koaci. KECE
mewakili nama lain regional Bandung yang berarti Kreatif, Energik, Cerdas, Empati.
47

Adapun Koaci diambil dari nama camilan yang biasa kami hidangkan saat melakukan
pertemuan. Silakan simak penjelasan dan makna filosofisnya di podcast Siniar
KECE, ya. Hehehe.

Oh ya, selama menjadi pengurus di FIM KECE Koaci, aku diamanahkan


sebagai Wakil Koordinator Divisi Eksternal, menemani Teguh Saeful Hamzah (FIM
23 Bandung). Divisi ini cukup menantang aku untuk explore kemampuan berjejaring
dan broadcasting. Dari divisi ini juga aku belajar dari nol tentang produksi konten
podcast. Hampir sebagian besar ilmu persiniaran itu aku dapatkan dari Kang M. Irfan
Ilmy, pencetus program Siniar KECE.

Selain podcast, aku juga berkesempatan merangkai acara akbar tahunan dari
FIM Bandung, yaitu Young Leaders Talk (YLT) #13 bersama rekan satu tim, Ayu
Rahma Dania (FIM 23 Bandung). Acara ini jugalah yang menjadi jalan perkenalanku
dengan FIM Bandung. Pada 2019 lalu, aku mendapat undangan untuk menghadiri
YLT #11 sebagai peserta. Di sana aku cukup terpukau menyaksikan suguhan acara
dari para panitia yang tiada lain merupakan para alumni FIM, putra-putri/pemuda-
pemudi dengan beragam latar belakang dan keunikan. Mengingat betapa rapi, solid
dan inspiratif acara YLT #11, saat itu pula aku berandai-andai jika suatu hari aku bisa
jadi bagian dari mereka. Bahkan menjadi panitianya. Dan ternyata, harapan iseng itu
menjadi kenyataan.

Pada Agustus 2022, sekitar tujuh bulan setelah menjabat sebagai pengurus,
Allah beri aku peluang menjadi panitia YLT #13. Inilah pencapaian kepanitiaan yang
tidak pernah kusangka dalam hidup. Oh, Lord! Kalau dalam dunia profesional/karier,
ini mah semacam kenaikan jenjang, dari level satu sebagai peserta beralih ke level
dua sebagai panitia. Dan mungkin pada tahun-tahun yang akan datang bisa jadi
pembicaranya. Aamiin.

Program kegiatan FIM KECE Koaci yang tak kalah seru, mendebarkan dan
mengejutkan lainnya adalah kolaborasi menyelenggarakan 30 Days Ramadhan
Reading Challenge (30 DRRC) bersama Salman Reading Corner. Ini menjadi salah
satu pengalaman tak terlupakan selama menjabat sebagai pengurus. Untuk kali
pertama aku menyinergikan dunia tempat aku bekerja dan dunia tempat aku
berkomunitas. Di sini aku bersama partner terbaikku di FIM, Ayu, menggagas
48

program kebaikan yang dilatar belakangi oleh kesamaan hobi dan visi. Ya, kami
sama-sama suka baca dan memiliki keresahan yang sama soal literasi di Indonesia,
utamanya di kalangan anak muda.

Tentu saja, apa yang kami gagas ini masih jauh dari kata sempurna untuk bisa
disebut sebagai solusi atas permasalahan literasi bangsa. Program 30 DDRC dan 22
Hari Baca Buku (#22HBB) hanyalah bagian kecil dari cahaya Kunang-Kunang
dalam menyinari literasi negeri.

Tidak banyak yang bisa aku sampaikan untuk menutup celotehanku di sini
selain kata maaf dan terima kasih. Apapun program yang telah aku lakukan bersama
teman-teman pengurus FIM KECE Bandung dan KECE Muda 1.0 (volunteer FIM
Bandung) tahun ini hanyalah secuil narasi di buku diary keluarga FIMily.

Salam KECE,

@ahlansukma
49

8 Bulan Tumbuh bersama FIM KECE


Dhiya Haidar (KECE Muda)

Hai, semua! Aku Dhiya. Ini sedikit kisahku selama 8 bulan tumbuh bersama
FIM KECE sebagai Kece Muda. Berawal jadi penyusup di FIM regional sebelah
selama dua setengah jam yang akhirnya membekas selama dua tahun terakhir. Nggak
banyak yang dilakukan, cuma ngobrol dan saling sharing tapi nggak tahu kenapa
ngerasa forum malam itu terasa nyaman, positif, dan wadah yang baik. Awal 2022
memantapkan hati (sedikit iseng) untuk ikut nyemplung jadi volunter batch 1 FIM
KECE.

Sebenarnya deg-degan banget pas tahu resmi jadi bagian KECE MUDA karena
lihat alumninya pada keren dan merasa ada tuntutan harus menyesuaikan di
lingkungan yang pintar dan bijaksana. Ternyata, duarrr! Saat welcoming party
langsung hilang semua kekhawatiran itu. Ingat banget Teh Saras kirim broadcasting
untuk mempersiapkan saat Zoom Meeting menggunakan benda kesayangan,
perkenalan pakai pantun, dan nama samaran. Unik banget nggak tuh? Semenjak itu,
Zoom dari FIM KECE salah satu yang ditunggu karena se-menyenangkan itu.
Apalagi kalau Kang Rian dan Kang Satya saling menimpali di kolom komentar, ada
aja yang bisa dijadikan topik bercanda.
50

Hal yang paling aku kagumi dari FIM KECE yaitu cara mereka berkomunikasi.
Pembicaraan panjang dan gelap di mobil saat pulang dari acara bukber di Panti
Asuhan Permata Hati bersama Teh Nurlath dan Teh Dewi yang diawali dari “Teh,
kenapa sih tertarik masuk FIM? Dhiya masih takut banyak hal”. Pertanyaan itu
ternyata dijawab bukan pada saat itu saja, tapi juga saat setiap adanya interaksi di
grup.

Lalu, Kang Satya selalu mengunggah kegiatan di instagram story dengan lagu
khasnya “Bandung – Yura Yunita”. Perkenalan SJLD dengan teman-teman Kece
Muda dengan pertanyaan lucu dari jajanan kesukaan hingga tipe pasangan idaman
dan paling utama saat melihat sendiri bagaimana teman-teman menyusun lalu
melaksanakan kegiatan di FIM kecil maupun besar. Tidak pernah sekalipun aku
merasa ditinggalkan walaupun merasa sudah menghilang lama. Mereka mengajak
aku kembali pun bukan cuma dari perkataan, tapi dengan hati. Jempol buat semua
insan di forum ini yang sudah menghadirkan diri dan hati

Selain kumpul online yang menyenangkan, ajakan nyuki atau botram dan
streaming pertandingan nggak kalah berkesan. Walaupun batuk karena ada racikan
Bon Cabe di daging, asupan Chatime dadakan dari Teh Tyas, tamu yang ditunggu,
Hengky-Giland beserta pempek asli Palembang, dan segala canda tawa di tengah
hujan deras Bandung makin merasa FIM KECE bisa menjadi rumah pulang yang
hangat. Waktu itu, kami para KECE Muda juga diminta untuk memberikan kesan
pesan secara bergantian dan semua sepakat untuk mengatakan “Nggak ada canggung-
51

canggungnya, rasanya seperti sudah kenal lama sekali. Padahal baru kali ini ketemu
secara langsung.”

Bekerja sama di FIM juga merupakan pengalaman baru bagiku. Kang Teguh –
yang punya prinsip dan arah yang jelas saat memimpin YLT, keren banget, tetap
optimis maju sat set walaupun yang ikut diskusi Zoom cuma hitungan jari. Kang Alif
yang bersama di sponsorship YLT siap nge-backup timnya yang hilang satu muncul
satu. Lalu, muncul bergantian tapi nggak pernah komplain. Teh Ayu yang sabar
banget menghadapi aku yang masih “nol” banget pengetahuan, tapi tetap mau
mengajak berdiskusi dan menerima ide aku untuk segmen KECE Talks. Jadi belajar
acara mepet bukan berarti harus buru-buru, rencana yang sudah disusun lalu berubah
itu nggak perlu marah-marah, belajar lebih lapang lagi hatinya dan makin bersyukur
pernah menjadi bagian FIM KECE.

Aaah.. sebenarnya masih banyak banget hal-hal yang pengen diceritakan.


Terima kasih untuk seluruh pengurus FIM KECE 23. Punten kalau ada yang belum
disebut jasa dan ilmu yang sempat diberikan. Insya Allah itu semua tetap berbekas di
hati. Terima kasih temen-temen KECE Muda: Sian, Teh Siska, Akmal, Hengky,
Giland, Teh Hafshah, Teh Nisya, Miftah dan Eva. Perjalanan ini seru karena ada
kalian di dalamnya. Kisah ini akan ditutup dengan gaya andalan FIM KECE yaitu
pantun.

Ikan teri makan hiu

Ilopyuuuuu!!!!

Dhiya, KECE Muda 2022


52

Organisasi yang Membuat Jatuh Hati


Hengky Pirnandes (KECE Muda)

Forum Indonesia Muda adalah organisasi kepemudaan yang sangat luar biasa
yang pernah saya temui. Memiliki nilai-nilai luar biasa untuk para anggotanya;
kepemimpinan, ketakwaan, toleransi dan karya untuk Indonesia.

Organisasi yang semua orang ingin dan mengantri tiap tahun untuk menjadi
bagian FIM. Entahlah, organisasi ini membuat saya heran, non-profitable tapi tetap
bisa menjaga nilai-nilainya dengan baik hingga hari ini.

Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari Forum Indonesia Muda terutama
di FIM Regional Bandung meski hanya sebagai anggota KECE Muda atau
volunternya.

Banyak ilmu dan pengetahuan yang saya dapatkan dan itu tidak ada di
organisasi yang lain.

Slogan luar biasa “Aku untuk Bangsaku” adalah kata-kata penuh kekuatan
yang sarat dengan makna.

One day, saya berharap bisa menjadi bagian penting dari Forum Indonesia
Muda dan mengkontribusikan diri dengan baik untuk bangsaku, Indonesia.

Terima kasih FIM KECE Bandung telah mengenalkan aku pada FIM dan
membuat aku jatuh hati pada organisasi ini. Terima kasih atas kehangatan dan ilmu
serta pengetahuan yang tak terbatas.
53

FIM adalah Wadah yang Aku Cari


Nisya (KECE Muda)

Awal aku tahu FIM itu di FIM 21, tapi tahunya pas mau pelatnas aja. Tiba-tiba
ada konten yang lewat gitu di lini masa IG wkwkw. Terus, pas di FIM 22 kebetulan
aku lagi agak aktif di Masjid Salman. Di sana aku dapat info dari Salcen tentang
pembinaan buat pelatnas FIM 22 bersama Kang Isal (kalau nggak salah). Terus, aku
ikut program Kecemplung juga yang kebetulan dapat infonya dari relasi BEM Polban,
Kang Fikri (FIM Bandung).

Dari sana jadi makin penasaran dan cari tahu: FIM tuh apa sih? Pergerakannya
tuh kayak gimana sih? Alumninya tuh di mana aja? Kegiatannya apa aja? Dan lain-
lain. Pas dilihat profil alumninya, masya Allah bikin minder banget wkwkwk. Agak
maju-mundur gitu waktu kemarin mau daftar di FIM 22.

Tapi di hati tuh kayak merasa ah coba aja lah, kalau rezeki mah nggak ke
mana. Lagian FIM itu sebenarnya wadah yang aku cari gitu lho. Jejaringnya luas
dengan latar belakang yang beda-beda. Duh, impian banget rasanya bisa ketemu
jejaring seluas itu. Pasti bisa belajar banyak dari orang-orang keren ini.

Akhirnya, aku daftar pelatnas di FIM 22. Alhamdulillah seleksi berkas lolos
meskipun sudah hopeless sih lihat alumni-alumni yang impact full ini huhu.
Qodarullah pas wawancaranya tidak lolos hiks. Jadi, ya sudahlah. Mungkin aku harus
memantaskan diri dulu supaya bisa istiqamah wkwkwk.

Nah, alhamdulillah di kepengurusan FIM KECE 2022 ada rekrutmen volunter.


Jadilah aku langsung gas (daftar) wkwk. Walaupun belum jadi peserta pelatnas,
setidaknya aku bisa kenalan dulu deh sama Akang Teteh FIM KECE. Alhamdulillah
energi FIM KECE kayaknya nggak pernah habis (?) Bikin pergerakan yang ber-
impact terus. Ini nggak peres ya Kang/Teh wkwk.

Aku suka amaze sama Akang Teteh FIM KECE tuh. Idenya kayak ada aja weh
gitu. Masya Allah. Pengen banget bisa manage emosional, waktu dan porsi pekerjaan
kayak Akang Teteh yang warbyasahhh. Pesannya mah semoga FIM KECE semakin
54

kece dan bersinar juga semakin luas manfaatnya lewat proker-proker yang
unexpected itu.

Pengalaman berkesan selama gabung di kepengurusan FIM KECE Koaci


adalah alhamdulillah pernah bantu editing konten podcast dan diposting di IG FIM
KECE. Walaupun tidak sebagus itu juga sih wkwk. Alhamdulillah juga senang banget
bisa merasakan yang namanya melakukan kegiatan Young Leaders Talk sebagai
panitia. Apalagi ini mah kegiatan di Balai Kota. Wow, tidak percaya! :'))

Hatur nuhun Akang Teteh KECE Koaci yang energinya nggak habis-habis buat
manfaat. Terima kasih karena sudah kasih kesempatan berkontribusi ke Nisya
walaupun kontribusi Nisya nggak sampai 1% sepertinya :')
55

Guru Baru di Kehidupanku


Siti Anisa (KECE Muda)

Bismillahirrahmanirrahim.
Tentang sepuluh purnama menjadi bagian KECE Muda di FIM KECE KOACI.
Tak terhitung total kegiatan online dan offline diikuti, puluhan orang ditemui,
ratusan pengalaman dialami, serta jutaan ilmu dan hikmah dikantongi. Aku
katakan dengan pasti bahwa menjadi bagian FIM adalah salah satu pilihan
yang tidak akan kusesali, sekali lagi kukatakan dengan pasti bahwa FIM
Bandung layak dirindui.

Bandung, 8 Desember 2022.

Menuju senja terakhir di Maret 2022, pengumuman KECE Muda tampil di


layar instagramku. Hari dimana aku sadar bahwa gerbang perjalananku yang baru
telah dibuka. Jalan yang dipilih dengan sengaja dan penuh kesadaran, meskipun tanpa
jutaan harap dan ekspektasi. Aku hanya ingin menemukan banyak hal positif yang
tak kutemukan di zona nyamanku. Aku melihat tulisan FIM pertama kali di topi dua
orang teman, satunya teman seasrama yaitu Rian (FIM Bandung) dan satunya teman
di kaderisasi yaitu Dandi (FIM Pekanbaru) serta dari cerita Ardi (teman di Kaderisasi
Salman) yang merupakan presiden FIM Palangkaraya.

Awalnya biasa saja, namun semakin lama menyerap satu dua cerita dan story-
story WA, rasanya FIM mulai terasa tidak asing di netra dan telingaku. Lalu
kemudian, ketika kulihat pembukaan pendaftaran volunter (KECE Muda 1.0),
rasanya aku sudah tahu bahwa aku akan menjadi salah satu pendaftarnya. Ya,
mendaftar di sekolah baru, untuk bertemu guru baru dan pembelajaran baru tentang
hidup dan kehidupan.

Purnama pertama, masih kuingat dengan jelas nyanyian cari aman yang aku
putar saat perkenalan di welcoming party KECE Muda. Hmmmm hm hm
hmmmmmmmm hm hm hm, ya, lirik pembuka sholawat Deen Assalam dari Nisa
Sabyan. Lalu setelahnya, aku mencoba mengenal satu dua dan tiga dari orang-orang
yang menjadi guru di perjalanan selama menjadi KECE Muda. Ada Kang Satya, Teh
Nurlath, Teh Rida, Teh Saras, Teh Dewi, Teh Izzah, Kang Siddiq dan lainnya serta
Rian dan Kak Teguh yang telah kukenal jauh sebelum itu. Dan tentunya, kawan
56

kawan mudaku yang meski beberapa berusia jauh di atasku, tapi saat bersatu rasanya
kita selalu berusia dua puluh satu. Hafshah, Teh Siska, Akmil, Nisya, Dhiya, Hengky,
Giland, Eva dan Miftah, orang-orang keren yang juga berjalan dari gerbang yang
sama, KECE Muda 1.0.

Lagi-lagi kuingat jelas pemikiran random-ku saat mengikuti kegiatan pertama


setelah welcoming party. Hei, aku masuk pesantren! Pesantren bukan sekadar
pesantren. Pesantren Al-Keceiyah. Kegiatan luar biasa keren di setiap subuh
Ramadhan yang biasanya kuhabiskan untuk me time. Setelahnya aku tahu bahwa ada
banyak kegiatan lain yang tak kalah luar biasa menunggu aku untuk meraup ilmu di
dalamnya. Utamanya yang paling aku sukai tentunya makan bareng dan olahraga
bareng.

Pesantren Al-Keceiyah, KECE Bata, Bakti Sosial dan Buka Bersama, Kurban
Kece, Siniar Kece, KECE School dan banyak program - program lain baik yang aku
ikuti ataupun tidak. Rasanya tak perlu aku uraikan satu persatu untuk tahu betapa
banyaknya ilmu dan hikmah yang aku dapatkan di kegiatan-kegiatan tersebut. Akan
panjang rasanya jika kutuliskan satu per satu uraian kegiatan dan apa yang
kudapatkan di sana. Akan panjang juga jika kutuliskan bagaimana hebatnya orang-
orang yang menemaniku, membimbingku, yang secara tidak langsung menjadi guru
baru di kehidupanku.

Namun yang pasti, FIM menjadi rumah pembelajaran, salah satu sekolah
terbaik yang mengajarkanku tentang bagaimana bersosialisasi dengan banyak orang,
termasuk menghargai dan menghormati orang lain beserta segala isi kepalanya,
menghargai dan menghormati orang lain beserta segala sifatnya, mengosongkan isi
kepala saat berdiskusi dan tentunya yang paling sulit adalah menjaga amanah. Pun
demikian guru-guru itu mengajarkanku banyak hal baik secara langsung dari
perbincangan ataupun dari perjalanan hidupnya. Di FIM juga aku banyak tahu dan
belajar dari guru-guru besar yang biasa dipanggil untuk menjadi pemateri. Banyak,
banyak yang didapatkan, sangat sangat berbanding terbalik dengan kontribusi yang
aku berikan.
57

Ah, FIM Bandung, tepat ya, mengutip perkataan Pidi Baiq bahwa Bandung
bagiku bukan cuma masalah geografis belaka, namun lebih dari itu melibatkan
banyak pembelajaran dan kenangan baru yang terlintas saat aku mengingat FIM.
Terima kasih banyak FIM KECE dan segala sesuatu di dalamnya. Terima kasih
KECE Dewasa dan KECE Muda. Terima kasih telah menjadi rumah singgah yang
lain di hidupku. Biar aku awetkan kisah pertemuan ini bersama bunga-bunga kering
di pojokan kamar yang daunnya takkan pernah lagi berguguran.

Jika ada gulai di warung Padang


Jangan lupa membeli sebiji
(cakep)
Jika ada umur yang panjang
Mari kita berjumpa lagi

Barakallah fiikum

Sian,
Anak Muda yang selalu KECE
58

FOTO KENANGAN FIM KECE

Buat Akang Teteh yang hafal, yuk sebutkan nama-nama yang ada di foto ini :D

Pae & Bunda momen {}


59

Tentang Komunitas, Aksi dan Chemistry


Siska Mutiara (KECE Muda)

Melekat dan tak bersekat adalah dua kata yang ingin aku gambarkan untuk
keluarga ini. Berawal dari masuk di satu komunitas kemudian komunitas lainnya
hingga mengantarkan aku tertarik dan mengenal lebih jauh komunitas dengan Forum
Indonesia Muda (FIM). Sosial media dan teman menjadi sumber informasiku dan
menemukan FIM Regional Bandung (FIM KECE). Melalui tulisan ini, perkenankan
aku, Siska Mutiara, untuk bercerita singkat tentang perjalananku bersama FIM
terutama FIM KECE.

Aku tahu FIM sejak 2019, bermula dari aku ikut komunitas yang diinisiasi oleh
Kang Choqi. Terus kepoin latar belakang beliau dan ternyata pernah bergabung di
FIM. Lanjut kepo tipis-tipis, tapi belum kepikiran buat daftar hehe.

Di 2020 makin tertarik nih sama FIM soalnya orang-orang yang jadi pembicara
di webinar yang aku ikuti ternyata alumni FIM. Setelah mengulik, ketemulah aku
dengan FIM KECE. Aku coba-coba (iseng) daftar. Eh, ternyata belum rezeki keterima
jadi alumni. Akhirnya, aku ikut tahun depannya lagi. Tapi karena baru masuk kuliah
dan masih bergabung dikelas lain tahun 2021 akhirnya aku memutuskan nggak daftar
dulu.

Awal tahun 2021 aku menemukan postingan rekrutmen volunter FIM KECE.
Tanpa pikir panjang, aku langsung daftar. Sempat insecure masalah umur wkwk tapi
akhirnya pede ajalah. Aku luruskan niatnya mau belajar. Dan alhamdulillah diterima.
Aku ingat, dulu tuh diwawancaranya sama Rian. 😂

Finally tahun 2022 memutuskan ikut FIM lagi. Alhamdulillah dong nggak
nyangka lolos jadi alumni FIM 24 :’)

Kenapa sih keukeuh banget pengen gabung FIM. Karena aku melihat cara
berpikir temen-teman FIM tuh beda. Di samping relasinya yang kuat, terus kepoin
alumni FIM ternyata masya Allah keren banget. Jadi pengen banget belajar sama
mereka dan cara yang paling mungkin adalah ikut gabung FIM juga.
60

Selama di FIM KECE, aku merasa bersyukur banget karena Allah pertemukan
dengan orang-orang yang tulus dan super baik.

Pertama kali ketemu temen-teman FIM kayak temen lama, langsung nyambung
aja gitu kayak ada chemistry-nya. Ramai banget, nggak bikin bosen dan suportif
banget sih. Kadang santai, kadang terlihat agak hectic gitu ya, tapi nggak pernah
nyesel masuk FIM. Pokonya, Kooreg sama Wakooreg FIM KECE super someah lah.

Banyak belajar juga di FIM KECE ini terutama untuk merawat relasi, sat set
bikin kegiatan, menemukan berbagai sudut pandang baru, punya teman yang bisa
diajak receh dan random 😂

Semoga ke depannya FIM KECE terus menjadi lebih baik dan tetap
menginspirasi banyak orang ✨✨

Pengalaman paling berkesan kayak best moment gitu waktu di FIM KECE
Koaci adalah pas ketemu pertama kali di acara bukber di panti asuhan sih. Aku kaget
soalnya se-humble gitu anak-anak FIM teh. Terus, aku menduga orang-orangnya
bakal asik.Eh, ternyata benar weh asik.

Pesan dariku. Beribu terima kasih buat Akang Teteh yang sudah membersamai
dan merangkul aku yang kaku dan sering terlalu serius ini. Semoga kita
berkesempatan untuk kerja sama lagi walau di waktu dan peran yang berbeda. Jaga
kehatan ya. Semoga apapun hajatnya baik yang terdekat atau terjauh lancar. Aamiin.
61

Tempat Bertumbuh dan Berkolaborasi


Eva Nur Hasanah (KECE Muda)

Berawal saat aku mengikuti beberapa program online dan ternyata sebagian
narasumbernya adalah alumni FIM. Karena rasa penasaran yang tinggi, aku pun
mencari tahu apa itu FIM. Ternyata, FIM merupakan sebuah komunitas untuk para
pemuda sehingga aku merasa tertarik. Namun, pada saat itu tidak ada pembukaan
untuk Pelatnas di FIM pusat. Beberapa hari kemudian, aku menemukan sebuah
postingan Instagram pada 7 Maret 2021 berisi “OPEN RECRUITMENT
VOLUNTEER FIM KECE (KECE MUDA 1.0)” yang merupakan bagian dari FIM
regional Bandung.

Masih ada banyak keraguan saat ingin mendaftar, salah satunya takut dituntut
untuk aktif. Aku sebagai anak asrama yang tidak bisa memprioritaskan kegiatan di
luar, dalam keadaan bimbang memberanikan diri untuk daftar. Setelah itu, aku
melewati beberapa proses seleksi sampai pada 30 Maret 2021 aku resmi diterima
menjadi anggota KECE Muda FIM Bandung.

Aku mulai diarahkan dan mulai diberitahu apa yang harus dilakukan oleh
pengurus inti FIM Bandung. Semua tugas yang diberikan tidak diberi tekanan
melainkan semampunya dan tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan.

Di FIM Kece Bandung selain belajar aku pun menambah relasi. Bahkan
walaupun aku belum pernah bertemu secara langsung, rasanya sudah seperti keluarga
sendiri. Rasanya baru di FIM Bandung ini aku menemukan vibes berbeda, tidak
seperti saat di komunitas lainnya.

Padahal sudah 8 bulan aku bergabung, tapi aku menyadari kontribusi aku di
FIM Bandung belumlah seberapa. Banyak kegiatan offline yang dilaksanakan dan aku
lewatkan begitu saja. Aku ingin sekali mendapatkan pengalaman mengikuti bahkan
menjadi bagian dari acara tersebut, tapi mungkin belum saatnya karena masih ada
kewajiban yang harus aku prioritaskan terlebih dahulu. Dan aku pun belum bisa
mengikuti kumpul-kumpul bersama anggota lainnya. Meskipun demikian, di
62

komunitas ini tidak pernah ada perbedaan antara yang sering kumpul dengan yang
cuma bisa lewat virtual.

Banyak momen yang aku lewatkan, tapi FIM Bandung telah banyak
memberikan pelajaran yang bisa aku realisasikan dalam kehidupan. Entah itu
pelajaran dari setiap anggotanya ataupun dari projek yang diadakan oleh FIM
Bandung. Semangat dari para anggota FIM Bandung ternyata mampu membuat
semangat itu menular kepadaku.

FIM Bandung adalah tempat bertumbuh dan berkolaborasi bersama


menciptakan karya yang luar biasa.
63

Korban Tag Instagram yang Dapat


Manfaat di FIM KECE
Giland Ramadhan (KECE Muda)

Awalnya aku hanya “korban” tag instagram Recruitment Volunteer FIM


Bandung. Aku bisa lihat akun FIM Bandung waktu itu yang masih sepi. Karena
penasaran, akhirnya aku ikut Recruitment Volunteer FIM Bandung. Aku tahu FIM
lebih mendalam karena aku search di Google mengenai FIM mulai dari sejarah,
kenapa FIM ada, visi-misi FIM, nilai-nilai FIM dan kegiatan FIM ke depan. Ini
sekalian buat persiapan wawancara volunter juga sih.

Kenapa pilih gabung FIM Bandung? Karena penasaran dan pengen tambah
kesibukan baru saja saat itu.

Pengalaman selama jadi volunter bikin aku senang karena bisa terlibat kegiatan
FIM mulai dari sekadar main sampai kegiatan yang serius kayak Young Leaders Talk
(YLT). Bisa diskusi dan tukar pikiran dengan Pengurus FIM Bandung. Setelah 1
tahun jadi volunter FIM Bandung, aku dapat networking dan paham sama nilai-nilai
FIM.

Kesan setelah dinyatakan resmi menjadi volunter FIM Bandung dan bisa ikut
kegiatan FIM seneng sih karena bisa kenal dengan Pengurus FIM KECE Koaci yang
hebat dan baik. Senang juga bisa lihat pergerakan FIM Bandung yang terus berusaha
memberi manfaat untuk masyarakat. Banyak hal yang sudah aku dapat seperti
networking, knowledge, management organisasi. Terima kasih KECE Koaci. Maaf
juga kalau aku belum maksimal

Teruslah menebar kebermanfaatan. Teruslah berinovasi dengan resource yang


ada. Jangan takut untuk mewujudkan perubahan.
64

Untaian Hikmah di Balik Pertemuan


Hilman Syihabbudin (FIM 22)

“Ada banyak hal yang awalnya kita pikir nggak akan kuat kita jalani, ternyata
punya potensi jadi hal yang paling kita syukuri.” Ini menjadi untaian kata yang selalu
diingat untuk membuat diri lebih tenang dan bersyukur. Untaian kata yang pertama
kali muncul ketika lelaki kecil yang kini dewasa kenal dengan Forum Indonesia
Muda.

Tahun 2018, menjadi tahun yang akan sulit dilupakan. Tahun dimana aku
dipertemukan dengan sekelompok orang yang sebelumnya nggak kenal. Pertemuan
yang menyisakan banyak cerita sampai dengan hari ini. Sering dengar kalau setiap
pertemuan (dengan siapapun), nggak bakal hadir ke kita kalau di baliknya nggak ada
hikmah untuk kita. Dan ya, aku rasakan itu ketika bertemu dengan sekelompok orang
yang ternyata mereka adalah bagian dari Forum Indonesia Muda.

Kala itu, aku masih duduk di bangku sekolah tingkat atas. Masih polos hehe.
Tapi di balik kepolosannya, tertanam salah satu harapan terbesar, yaitu bisa
merasakan bangku kuliah tanpa harus membebani orang tua dengan biayanya.
Dengan segala ambisi dan harapan, terkadang aku masih kalah dengan rasa khawatir,
overthinking. Hehe.

Kita nggak pernah tahu nilai berharga dari setiap perjuangan yang sudah kita
lakukan sampai akhirnya semua itu bertransformasi jadi kekuatan dan kebijaksanaan
baru yang membentuk diri kita setelahnya.
65

Kepingan Puzzle bersama FIM


Reni Nurpianti (FIM 23)

Bismillah..
Tiba-tiba jadi bercerita tentang FIM (Forum Indonesia Muda) lewat
proyek dadakan Tiba-Tiba Nulis Buku Kece 2022. Memori ingatan sudah
mulai berkelana mencari informasi setahun ke belakang yang mungkin sudah
mulai tercerai berai atau bahkan beberapa puzzle sudah menghilang entah ke
mana. Lalu, dari mana harus memulai tulisan ini? Wkwk.

Sejujurnya, sejak awal mendaftar sendiri belum begitu mengenal dan


menyelami tentang FIM. Sesekali melihat di media sosial, bertanya pada
teman yang memang sudah lebih tahu tentang FIM. Ketertarikanku mendaftar
saat itu bermula saat bertemu dengan Kak Aray dan Kak Ardina yang juga
sama-sama volunteer di Rumah Amal Salman dan ternyata cukup banyak
orang-orang di sekitarku yang lebih tahu tentang FIM dan bersemangat untuk
mendaftar. Saat itu, rasa penasaran barulah muncul “FIM itu apa? Kenapa
orang-orang begitu tertarik membahasnya?”

Singkat cerita karena begitu penasaran dengan FIM, rasanya tidak


cukup kalau hanya sebatas bertanya atau mencari informasi lewat media sosial
saja. Bukankah akan lebih jelas jawabannya jika sudah masuk dan menjadi
bagian FIM untuk mencari tahu dan merasakan pengalaman secara langsung.
Bismillah, mantapkan hati, luruskan niat dan langsung mendaftar FIM
angkatan 23 yang ternyata saat itu sudah dekat dengan batas penutupan
pendaftaran (seingatku H-1 ditutup).

Qadarullah, tak pernah aku sangka langsung berhasil lolos pada


percobaan pertama. Sejujurnya, sampai saat ini pun masih bertanya-tanya
“Kok bisa lolos ya?” Di satu sisi aku semakin merasa yakin skenario Allah
66

memang tak terduga. Semua prasangka tentang diri yang selalu berpikir
“Sepertinya ada orang lain yang jauh lebih pantas berada di posisiku saat ini”
perlahan mulai terkikis dan menegaskan pada diri sendiri “Sampai kapan
kamu akan terus menerus meragukan ketetapan dan ketentuan-Nya, rezeki dan
jalan yang sudah diberikan oleh-Nya?”

Hari-hari Pelatnas benar-benar menjadi hari yang sulit untuk


dilupakan. Banyak hal yang membuatku kagum, dimulai dari teman-teman
seangkatan yang cepat beradaptasi, empatik, solid, mudah akrab, topik
pembicaraan yang dibahas dari yang receh sampai bahasan serius dari
berbagai bidang bisa dibahas dengan cara yang sederhana dan mengalir begitu
saja. Jangan heran kalau pas nyimak obrolan akan ada fase dimana kepala
mulai pusing, muncul istilah yang asing di telinga, dan hal-hal menarik lainnya
yang bisa kamu rasakan sendiri kalau sudah masuk di sana. Wkwk. Tapi
jangan ragu untuk bertanya atau terus terang kalau ada hal yang belum
dimengerti. Ada kalanya baca grup WhatsApp bisa serasa baca di Quora.
Hehe. Tapi tenang, obrolannya lebih dominan percakapan ngalor ngidul,
candaan, obrolan santai dan hujan sticker. Suasana keakraban dan
kekeluargaannya benar-benar terasa.

Dari persiapan sampai hari-hari pelaksanaan Pelatnas, semakin hari


semakin terasa keakraban dan ikatan persaudaraannya. Aku sendiri merasa
lewat tugas-tugas Pelatnas yang selalu tiba-tiba terbit di grup meninggalkan
momen keriweuhan pengerjaannya dan juga menjadi tali penghubung yang
mengikat kerja sama dan persaudaraan kami. Biasanya kami akan saling
menyemangati, saling mengingatkan, dan tidak ragu membantu satu sama lain.
Meskipun pelaksaan Pelatnas full-online, banyak momen berharga yang
tentunya menyimpan banyak hikmah untukku. Beragam rasa yang aku selami
selama pelatnas, bahagia, lelah, kantuk, pusing, sedih, dan haru biru di akhir
momen ini.
67

Babak baru saat bertemu dengan teman-teman FIM KECE Bandung,


ada beberapa orang yang aku kenal saat itu. Kak Alif dan Teh Tyas aku kenal
dari Baraya, Bunda Nurlath dan Teh Izzah teman satu kelompok di AE2
(kelompok Api Ekspresi), dan Teh Rida teman satu fasil di Pelatnas.
68

Anda mungkin juga menyukai