No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP 00
Tanggal Terbit :
6 maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN NIP. 19701205 200904 1 001
TRENGGALEK
1
kedalam resevoirnya, manset dan balon disusun pada
tempatnya (mencegah pecahnya tabung air raksa)
6. Pada anak – anak digunakan manset khusus untuk anak-
anak
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Unit terkait dan jaringannya
9. Dokumen Terkait
10. Rekaman Historis Perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal diberlakukan
2
SOP PENGKUKURAN SUHU
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Suatu tata cara mengukur suhu badan pasien dengan menggunakan
termometer suhu
2. Tujuan Menentukan diagnosa penyakit
Menentukan – langkah langkah perawatan
Deteksi dini kelainan hemostasis
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
3. Referensi Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Tahun 1999
4. Prosedur A PERSIAPAN ALAT
Baki dan pengalasnya berisi
1. Termometer bersih pada tempatnya
2. 3 botol kecil
- Air bersih diganti setiap selesai pakai
- Air sabun
- Larutan desinfektan (savlon 2,5%, lysol)
3. Kassa/tissue
4. Bengkok
5. Buku catatan, pena
6. Jam tangan dengan jarum detik
B PERSIAPAN PASIEN
1. Memberi tahu pasien dan keluarga
2. Menyiapkan pasien dalam posisi duduk/tidur
C PELAKSANAAN
1. Prosedur
a. Mengkaji status kesehatan pasien
b. Perawat mencuci tangan dan memakai hanscund/masker
c. Alat-alat dibawa dekat pasien
d. Mengontrol termometer / dan menurunkan air raksa
PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan dan memakai hanscund/masker
2. Lap/keringkan ketiak dengan tissue / kassa
3. Pasang termometer pada lipatan axila kemudian
rapatkan siku penderita ketubuh, bila pengukuran
dipaha, termometer dipsang pada lipatan pangkal paha
4. Setelah 10 menit termometer diangkat, dibaca dengan
teliti dan dicatat pada buku catatan suhu
5. Termometer dibersihkan dengan larutan sabun memakai
1
potongan kertas tissue, kemudian dimasukkan dalam
larutan desinfektan lalu dibersihkan dengan air bersih
dan keringkan
6. Mencuci tangan sesudah melakukan aktivitas dan alat-
alat dibereskan
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua unit terkait dan jaringannya
9. Dokumen Terkait
10. Rekaman Historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan
diberlakukan
2
SOP SUCTION
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
2. Bila pasien sadar, siapkan dalam posisi setengah duduk
dengan nyaman
3. Bila pasien tidak sadar
- Posisi miring
- Kepala ekstensi agar penghisapan berjalan lancar
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
PELAKSANAAN
1. Perawat cuci tangan dan memakai APD
[hanscund/masker]
2. Alat-alat didekatkan ke pasien
Hidupkan sumber penghisap dengan tekanan sesuai
kebutuhan
3. Untuk memberikan melalui mulut :
a. Hubungkan sumber penghisap dengan penghisap
dari logam bila ada
b. Masukkan penghisap kedalam mulut tanpa
memberikan tekanan penghisap, kemusin lakukan
penghisapan sekret dengan hati-hati ( cara
menghisap kateter diputar 180 ͦdengan hati-hati )
c. Hindarkan mata dari percikan sekret jalan napas
d. Bersihkan kateter logam dengan larutan steril
e. Berikan oksigen pada pasien pada pasien dan
lakukan pengisapan lagi setelah istirahat 3 menit
4. Untuk membersihkan melalui hidung :
a. Hubungkan sumber penghisap dengan kateter
pengisap nasal
b. Berikan jelly pada ujung kateter penghisap
c. Masukkan penghisap melalui lubang hidung tanpa
memberi tekakan penghisap, kemudian lubang
penghisap ditutup. (bila kateter tanpa sekret
memasukkakn kateter di klem) dan sekret dihisap
sambil kateter diputar 180 ͦsambil ditarik perlahan-
lahan)
d. Bersihkan kateter penghisap dengan larutan steril
Bersihkan oksigen pada pasien dann lakukan
pengisapan lagi setelah istirahan 3 menit
e. Mencuci tangan sesudah melakukan aktivitas dan
alat- alat dibereskan
EVALUASI
1. Jalan napas bebas (tidak ada suara tambahan)
2. Pasien tidak hipoksia, arithmia, tidak trauma jalan napas,
tidak infeksi dan tidak altelektasis
CATATAN
1. Selama penghisapan, amati perubahan warna kulit dan
denyut nadi pasien. Bila terjadi kelainan, hentikan
penhisapan dan berikan ventilasi dengan segera
2. Setelah penghisapan melalui pipa endotracheal kateter
penghisap boleh digunakan untuk menghisap sekret dari
mulut dan hidung ( tidak boleh sebaliknya )
3. Dalam melakukan tindakan hindari iritasi
4. Frekuensi penghisapan dilakukan 2 jam, bila perlu atau
2
setiap kali setelah selesai fisioterapi dada
5. Bila secret kental.kuning lakukan pencucian dengan
larutan NaCI 0,9% dengan jumlah 5-10 cc dengan
memasukkan melalui dinding ETT dan langsung
dilakukan penghisapan.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua unit terkait dan jaringannya
9. Dokumen Terkait
3
SOP PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi:
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Suatu tata acara memasukkan zat asam kedalam paru – paru melalui
saluran pernafasan dengan mengunakan alat khusus
2. Tujuan Sebagai acuan perawat dalam memberikan O₂ sesuai standar
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Tahun 1999
5. Prosedur No Aktivitas
A PERSIAPAN ALAT
1. Tabung O₂ lengkap dengan manometer
2. Pengukur aliran ( flowmeter )
3. Botol pelembab ( humidifier )
4. Nasal kanul/kateter oroparing dengan slang zat asamnya
5. Plester/ tali
6. Lidi waten, kom berisi air hangat
7. bengkok
B PERSIAPAN PASIEN
1. memberitahu maksud dan tujuan ( bila pasien sadar )
2. mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
3. mengatur lingkungan yang aman dan nyaman
C PELAKSANAAN
1. setelah alat – alat dibawa ke dekat pasien perawat mencuci
tangan dan memakai APD [hanscund/masker]
2. isi tabung dicoba dan diperiksa
3. memasang pipa oksigen kedalam tabung
4. pipa oksigen dihubungkan dengan kateter hidung/kanula
hidung
5. mengatur volume sesuai program terapi dokter dengan
membuka flowmeter
6. memasang kateter hidung pada hidung pasien
7. mengobservasi reaksi pasien
mencatat hasil tindakan
8. pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan
9. Mencuci tangan sesudah melakukan aktivitas
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
1
8. Unit Terkait Semua unit terkaitdan jaringannya
9. Dokumen Terkait -
10. Rekaman Historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan
diberlakukan
2
SOP PENGKUKURAN TINGGI BADAN
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/1
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
3
SOP PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIA
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
2
SOP PENGUKURAN NADI
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Meraba dan menghitung denyut nadi pada bagian – bagian tubuh
tertentu
2. Tujuan Mengetahui kerja jantung
Membantu menentukan diagnosa
Menentukan langkah perawatan
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Tahun 1999
5. Prosedur NO Aktivitsas
A MENGHITUNG NADI
Tempat menghitung denyut nadi
Pada pergelangan tangan : A. Radialis
Papan lipatan sikut : A Brachialis
Pada leher : A.Carotis
Pada pelipis : A. Temporalis
Pada lipatan paha : A. Femoralis
Pada punggung kaki : A. Dorsalis pedis
Pada ubun _ ubun (fontanel ) bayi
B PERSIAPAN ALAT
1. Arloji tangan dengan penunjuk detik/pol teller
2. Buku catatan suhu dan pena
C PERSIAPAN PASIEN
Pasien diberitahukan supaya tenang dan relaks boleh sambil
berbaring atau duduk
D PELAKSANAAN
1. Petugas mencuci tangan dan memakai APD
2. Waktu pengukuran denyut nadi bersamaan dengan
pengukuran suhu
3. Pada waktu menghitung denyut nadi pasien harus
benar – benar istirahat boleh tiduran atau duduk
4. Menghitung dengan jari telunjuk dan jari tengah diatas
arteri/letakkan 3 jari sepanjang garis pergelangan
tangan pasien, jangan ibu jari karena denyut nadi
hanya akan teraba pada ibu jari saja
5. Lamanya menghitung 1 menit
6. Pada anak – anak di hitung 1 menit
7. Hasilnya di catat pada buku catatan suhu
8. Mencuci tangan sesudah melakukan aktivitas dan alat-
alat dibereskan
E PERHATIAN
1. Pada waktu menghitung denyut nadi di perhatikan pula
:
1
- Isinya (volume)
- Teratur atau tidak / ritme
- Frekuensi / jumlah permenit
2. Jangan hitung denyut nadi bila tangan baru saja
menggenggam es
3. Menghitung denyut nadi lebih sering dilakukan bila
keadaan umum pasien kurang baik atau bila diperlukan
untuk waktu – waktu tertentu, hasilnya dicatat dalam
daftar khusus
4. Bila ada kelainan segera laporkan ke dokter
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua unit terkait dan jaringannya
9. Dokumen Terkait
10. Rekaman Historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan
diberlakukan
2
SOP PEMASANGAN KATETER
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
D EVALUASI
1. Urine bisa mengalir lancar melalui kateter dan ujung uretra
tidak merembes
2. Pasien merasa nyaman dan tidak merasa kesakitan
3. Sterilisasi tetap terjaga
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua unit terkait dan jaringannya
9. Dokumen Terkait
10. Rekaman Historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan
diberlakukan
2
SOP PELEPASAN KATETER
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Semua unit terkait dan jaringannya
9. Dokumen Terkait
10. Rekaman Historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan
diberlakukan
2
SOP PEMBERIAN PASIEN BARU
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Tata cara penerimaan pasien baru yang akan dirawat agar dapat
berjalan dengan lancar dan tertib
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk kelancaran pelayanan kepala pasien
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi Departemen kesehatan RI. 2003 Pelayanan minimal bidang kesehatan.
Jakarta
5. Prosedur NO Aktivitsas
A PERSIAPAN ALAT :
Baki beralas berisi
Obat Supositoria
1. Kapas savlon
2. Kassa beberapa potong
3. Sarung tangan
4. Vaselin/pelicin
5. Bengkok
6. Pispot k/p
7. Sampiran / sketsel k/p
B PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien diberitahu tentang tujuan prosedur dilaksanakan
2. Pasien diatur posisinya SIM
3. Menyiapkan lingkungan yang nyaman
C PELAKSANAAN
1. Membawa alat kedekat pasien
2. Memasang sketsel bila perlu
3. Membuka pakaian bawah dan mengatur posisi SIM
4. Mencuci tangan dan memakai APD
5. Membuka membungkus supositoria
6. Memakai sarung tangan, mengambil obat supositoria
kemudian dipegang dan kassa
7. Mengoples telunjuk kanan dan ujung supositoria dengan
pelicin
8. Memasukkan supositoria ke dalam rektum ± 7-8 cm
sampai melewati sfinkter ani internal, sambil pasien
dianjurkan bernapas melalui mulut
9. Menarik jari telunjuk keluar
10. Menganjurkan agar pasien tetap berbaring selama ± 20
menit dan tidak mengendurkan untuk menahan supositoria
1
11. Membersihkan daerah anus dengan kapas savlon
12. Merapikan pasien
13. Membereskan alat – alat
14. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
11. Bagan Alir
12. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
13. Unit Terkait Semua unitterkaitdan jaringannya
14. Dokumen Terkait
15. Rekaman Historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan
diberlakukan
2
PENATALAKSANAAN BENDA ASING DI HIDUNG
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Adalah keadaan dimana lubang hidung kemasukan benda asing seperti
serangga, benda organic atau benda lainnya yang dapat mengganggu
penciuman atau menyebabkan infeksi di hidung
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam tatalaksana benda asing di lubang hidung
sehingga benda asing dapat dilakukkan dengan benar dan aman
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi 1. Permenkes HK 514 tahun 2015 tentang Fasker Primer
5. Prosedur NO Aktivitsas
6. Prosedur/langkah- A Alat dan Bahan :
langkah 1. Sarung tangan
2. Lampu kepala
3. Lidocain 1% dan phenylephrine 0.5%
4. Direct intruments : hemostat, forceps alligator, forcep
bayonent
5. Hooked probes
6. Kateter foley (5-8 french)
7. Spuit 3 cc
8. Alat penyedot (suction)
Teknik pemerikasaan :
1. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan
yang akan dilakukkan
2. Mencuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan
3. Pertahankan suasana tenang
4. Lakukkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien
5. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan
6. Posisikan pasien pada sniffing position, baik terlentang
ataupun dengan sedikit elevasi kepala, pasien yang tidak
kooperatif harus difiksasi. Minta bantuan untuk memfiksasi
kepala
7. Pemberian anastesi dan vasokonstriktor mukosa dengan
tampon adrenalin pada lubang hidung membantu
pemeriksaan dan pengambilan benda asing. Rendam kapas
dengan campuran lidocain 2%+epinefrin 1 : 10.000 atau
pantocain.
8. Untuk benda asing yang dapat terlihat jelas, tidak berbentuk
bulat dan tidak mudah hancur, gunakan instrument
hemostat, forceps alligator, atau forsep bayonet
9. Untuk benda asing yang mudah terlihat namum sulit untuk
dipegang gunakan hooked probes. Hook diletakkan
dibelakang benda asing dan diputar sehingga sudut hook
1
terletak dibelakang benda sing. Benda asing kemudian
ditarik kedepan.
10. Untuk benda asing kecil dan bulat yang sulit dipegang oleh
instrument, dapat juga digunakan kateter balon. Gunakan
kateter foley atau kateter fogarty. Periksa kateter balon dan
oleskan jeli lidokain 2% pada kateter. Dengan posisi pasien
supine, masukkan kateter melewati benda asing dan
kembangkan balon dengan dengan udara atau air (2ml
untuk anak kecildan 3ml untuk anak myang berbadan besar)
setelah balon dikembangkan, tarik kateter untuk
mengeluarkan benda asing.
11. Hindari pengambilan benda yang bulat dengan forceps
karena dapat menyebabkan benda terdorong ke posterior
12. Penyedotan dengan suction digunakan untuk benda asing
yang dapat terlihat jelas, licin, dan berbentuk bulat. Ujung
kateter ditempatkan di benda asing dan dilakukkan
penyedotan dengan tekanan 100-140 mmHg. Suction juga
dapat digunakan untuk mengavakuasi secret dihidung yang
menghalangi benda asing
7. Bagan air
Jelaskan prosedur
Cuci tangan Anamnesa dan
periksaan
2
TETANUS
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Tetanus adalah penyakit pada system saraf yang disebabkan oleh
tetanuspasmin. Penyakit kini ditandai dengan spasme tonik persisten,
disertai serangan yang jelas dan keras
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukkan tindakan selanjutnya
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi 1. Kelompok studi neuroinfeksi, tetanus dalam infeksi pada system
saraf. Perdossi. 2012 ( kelompok studi neuroinfeksi, 2012)
2. Ismanoe, Gatot 2006 Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Jilid I edisi
ke. 4 Jakarta : FK UI. Hal 1799-1980 (sudoyo, et al., 2006)
3. Ahzali, M.S Garna, H. Aleh. CH Djatmika, S. penyakit infeksi dan
tropis. Dalam : Garna H. aleh H Melinda, H. Rahayuningsih. S.E
pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak Eds. Bandung :
FKUP/RSHS 2005 : 209;-213 ( azhali et al., 2005)
4. Rauscher, L.A tetanus. Dalam swash, M Oxbury, J.Es. chilical
neurology. Endinburg : Churchill livingstone. 1991;865-871
( rausher, 1991 )
5. Bherman, R.E Kliegman, R.M Jenson, H.B nelson textbook of
pediatrics. Vol 1. 17thEd, W.B Saunder company 2004 ( Bherman,
et al., 2004 )
6. Poowo, S.S.S Garna H. Hadinegoro,. Sri rejeki S. buku ajar ilmu
kesehatan anak, infeksi &penyakit topis. Ed 1. Ikatan dokter anak
Indonesia. ( poowo, et al, t.thn.)
7. WHO news and activities. The Global elimination of neonatal
tetanus : progress to date, Bull : WHO, 1994; 72: 155-157 ( Word
healt organization, 1994)
8. Aminoff MJ, So YT effects of toxins and physical agent on the
nervous system. In darrof RB et al (eds) Bradley’s neurology in
chemical practice. Vol 1 : principles of diagnosis management. 6th
ed. Elsevier, Philadelphia, 2012:1369-1370. (aminoff & So, 2012 )
5. Prosedur Penatalaksanaan
1. Managemen luka
Pasien tetanus yang diduga menjadi port de entry masuknya
kuman C. tetani hasur mendapatkan perawatan luka. Luka
dapatmenjasi luka yang rentan mengalami tetanus atau luka yang
tidak rentan tetanus dengan kriteria sebagai berikut :
Table 8.7 manajemen luka yang tidak rentan tetanus luka
rentan tetanus
6-8 jam < 6 jam
Kedalaman > 1cm superfisial <1cm
Terkontaminasi bersih
Bentuk stelat, avulsi, atau hancur bentuknya linier,
1
tetapi tajam ( irregular)
Denervasi, iskemik neurovascular intak
Terinfeksi ( purulent, jaringan nekrotik tidak inveksi
2. Rekomenddasi manajemen luka traumatic
a. Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridemen
b. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan
c. TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari
10 tahun yang lalu, jika riwayat imunisasi tidak diketahui ,
TT dapat diberikan
d. Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang
lalu, maka tetanus imunoglobuin (Tlg) harus diberikan.
Keparahan luka bukan factor penentu pemberian Tlg
3. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi
4. Ruang isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara,
cahaya ruang redup dan tindakan terhadap penderita.
5. Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari dengan
100-150 gr protein. Bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat
diberikan per sende atau parenteral.
6. Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu
7. Antikonvulsam diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan
respon klinis. Diazepam atau vankuronium 6-8 mg/hari. Bialm
penderita dating dalam keadaan kejang maka diberikan
diazepam dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan
dosis 0,5 /kgBB/hari. Bila masih kejang ( tetanus yang sangat
berat), harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik
dengan atau kurarisasi. Magnesium sulfat dapat pula
dipertimbangkan digunakan bila ada gangguan safar otonom.
8. Anti tetanus serum (ATS) dapat digunakan, tetapi sebelumnya
diperlukan skin tes untuk hipersensiti. Dosis biasa 50.000 itu
diberikan IM diikuti denganinfus IV lambat. Jika pembedahan
eksisi luka memungkinkan, sebagian antioksidan dapat
disuntikkan disekitar luka
9. Eliminasi bakteri, penisilin adalah drug of choise : berikan
prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama
10 hari. Untuk pasien yang laergi penisilin dapat diberikan
tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari.
Pemberian antibiotic diatas dapat mengeradikasi clostridium
tetani tetapi tidak dapat mempengaruhi proses neurologisnya
10. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika
spectrum luas dapat diberikan. Terutama bila penerita alergi
penisilin. Eristromisin : 50 mg/kgBB/jam selanjutnya 7,5
mg/KgBB tiap 6 jam.
11. Pemberian tetanus toksoid ( TT) yang pertama dilakukan
bersama dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang
berbeda dengan alat suntik yang berbeda.
12. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai
13. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
Konseling dan edukasi
Peran keluarga pada pasien dengan resiko terjadinya tetanus dalah
memotivasi untuk dilakukan vaksinasi da penyuntukan ATS
2
3. Subsequent booster diberikan 5 tahun berikutnya
4. Laporkan kasus tetanus ke dinas kesehatan setempat
Kriteria rujukan
1. Bila terjadi perbaikan setelah penanganan pertama
2. Terjadi komplikasi seperti distress sistem pernapasan
3. Rujkan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan skunder yang
memiliki dokter spesialis neurologi
Peralatan
1. Sarana pemeriksaan neurologis
2. Oksigen
3. Infus set
4. Obat antikonvulsan
6. Bagan alir
Pasien tetanus Luka rentasn tetanus >
6-8 jam delaman 1 cm
terkontaminasi bentuk
stelat, avulsi atau
irregular denervasi,
iskemik terinfeksi
( purulent, jarring
nekrotik)
- Masukkan ruang
isolasi
- Diit TKTP
- Pasng O2
- Beri TS
- Atur keseimbangan
cairan Manajemen luka
traumatik
7. Hal-hal yang perlu Tetanus dapat menimbulakn kematian dan gangguan fungsi tubuh,
diperhatikan namun apabila di obati dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh
denganbaik. Tetanus biasanya tidak terulang, kecuali terinfeksi kembali
oleh C tetani
8. Unit terkait 1. Dokter
2. Perawat
9. Dokumen terkait 1. Rekam medis / les pasien
10. Rekaman histori No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mlai
perubahan diberlakukkan
3
SOP PENATALAKSANAAN SYOK
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
6. Diagram alir
Anamanesa Pemeriksaan fisik oksigenasi
2
TINDAKAN PEMBEDAHAN
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN NIP. 19701205 200904 1 001
TRENGGALEK
1
5. Petugas menyiapkan alat – alat yang dibutuhkan untuk tindakan
pembedahan.
6. Petugas memposisikan pasien sesuai dengan bagian tubuh yang akan
dilakukan pembedahan dengan memperhatikan kenyamanan pasien.
6. 7. Bagan Alir
8. 9. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
10.11. Unit Terkait UGD
12.13. Dokumen Terkait
14.15. Rekaman Historis
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan
diberlakukan
2
PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. 2. Pengertian Penanganan pasien gawat darurat adalah suatu pertolongan yang cepat
dan tepat pada pasien untuk mencegah kematian maupun kecacatan.
3. 4. Tujuan 1. Sebagai acuan petugas untuk melakukan penanganan pasien gadar.
5. 6. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
7. 8. Referensi 1. Menkes RI No. 42 Tahun 2013.
2. Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Depke RI 1995
9. 10. Prosedur Langkah Alat :
- langkah 1. Rekam medis
2. Sphygmomanometer
3. Stetoskop
4. Termometer
5. Alat Emergency
1
11.12. Bagian Alir
Petugas melakukan pemerikasaan
jalan nafas, pernafasan, sistem
Dengan melakukan penilaian
sirkulasi, sistem anggota gerak, ada
kesadaran
tidaknya kegawat daruratan dan
melakukan tindakan stabilisasi
2
EVALUASI INFORMED CONSENT
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. 2. Pengertian Adalah suatu kegiatan untuk menilai efektifitas dari inform consent
yang diberikan kepada pasien
3. 4. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk menilai efektifitas dari inform consent
yang telah diberikan
5. 6. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
7. 8. Referensi PMK No. 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
9. 10. Prosedur Langkah 1. Kepala Puskesmas dan Koordinator pelayanan klinis menentukan
- langkah standar penilaian inform consent
2. Koordinator pelayanan klinis membuat form penilaian evaluasi
inform consent sesuai standart yang telah ditentukan,
3. Koordinator pelayanan klinis menentukan jadwal pelaksanaan
evaluasi inform consent
4. Koordinator pelayanan klinis menyampaikan rencana evaluasi
inform consent kepada seluruh petugas kesehatan,
5. Koordinator pelayanan klinis melakukan penilaian/menganalisa
inform consent sesuai dengan form peniliaian
6. Koordinator pelayanan klinis mencatat hasil penilaian inform
consent
7. Koordinator pelayanan klinis membuat laporan untuk Kepala
Puskesmas,
8. Kepala Puskesmas menerima laporan hasil evaluasi inform
consent,
9. Kepala Puskesmas dan koordinator pelayanan medis membuat
rencana tindak lanjut,
10. Koordinator pelayanan klinis beserta petugas kesehatan
melaksanakan tindak lanjut,
11. Koordinator pelayanan klinis mencatat hasil dari tindak lanjut
yang dilakukan.
1
11. Bagian Alir
Penentuan Jadwal
Pencatatan
2
TINDAKAN PEMBEDAHAN
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
2
11.12. Bagan Alir
Petugas memberi pemahaman tindakan
Petugas melaksanakan dan melengkapi inform consent yang
perencanaan ditandatangani oleh kel. Pasien atau px
pembedahan
3
TINDAK LANJUT TERHADAP UMPAN BALIK DARI
SARANA KESEHATAN YANG MERUJUK BALIK
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
9. Dokumen Terkait 1. Rekam medis
2. Surat Rujuk Balik
10. Rekam Histori
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
perubahan
. diberlakukan
2
TINDAK LANJUT TERHADAP UMPAN BALIK DARI
SARANA KESEHATAN YANG MERUJUK BALIK
No. Dokumen :
III/D /UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
2
SOP OBSERVASI PASIEN GAWAT
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
apakah penderita perlu : rawt jalan / rawat inap / rujuk
6. Diagram air
Persiapan alat
Rujuk
2
SOP KEJANG DEMAN
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Kejang Demam (KD) adalah bangkitan yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal>380◦ C) akibat dari suatu proses ekstra
kranial. Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak disebabkan
infeksi intracranial atau penyebab lain seperti trauma kepala, gangguan
keseimbangan elekrolit, hipoksia atau hipoglikemia
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk penanganan kejag demam
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/1805b/406.04.07/2016 tentang penanganan pasien gawat
darurat dan resiko tinggi
2. Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi 1. Esau, R. et al. 2006, brith Columbia’s hospital pediatric drug
dosage guidelines. 5th edition Vancouver. departemnt of parmachy
children’s and womwn’s health center of british Columbia (esau,
2006)
2. Guidelines and protocol febrile seizure, September 2010
5. Prosedur / langkah - Persiapan alat :
langkah 1. Tabung oksigen dan kelengkapannya
2. Infus set, diazepam rektal/intravena,
3. Iorazepam, fenition IV, fenobartital IV, naci 0,9%
Penatalaksanaan
1. Keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai
kejang demam dan prognisnya
2. Farmakoterapi ditunjukan untuk tatalaksana kejang akut dan
tatalaksana prifilaksis untuk mencegah kejang berulang
3. Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnakut adalah
dengan :
- Diazepam per rektal (0,5mg/kgBB) atau BB <10 kg diazepam
rektal 5 mg, BB> 10 kg diazepam rektal 10 mg atau lorazepam
(0,1 mg/kg) harus segera diberikan jika akses intravena tidak
dapat diperoleh dengan mudah jika akses intravena telah
diperoleh diazepam lebih baik diberikan intravena
dibandingkan rektal. Dosis pemberian IV 0,3-0,5 mg/kg / kali
dengan maksimum pemberian 20 mg. jika kejang belum
berhenti diazepam rektal IV dapat diberikan 2 kali dengan
interval 5 menit. Lorazepam intravena, dengan efek samping
yang ebih minimal ( termasuk depresi pernapasan ) dalam
pengobatan kejang akut.
- Jika dengan 2 kali pemberian diazepam rekatl/intravena masih
terdapat kejang data diberikan fenitimin IV dengan dosis
1
inisial20 mg/kgBB, diencewrkan dalam NaCI 0,9% dengan
pengenceran 10 mg fenitoin dalam 1 ml NACL 0,9% dengan
kecepatan pemberian 1mg/kg BB/ menit, maksimum 50
mg/kgBB., dosis inisial maksimum adalah 1000 mg. jika
dengan fenitomin masih terdapat kejang, dapat diberikan
fenobarbital IV dengan dosis inisial 20 mg/kgBB, tanpa
pengenceran denganpemberian rumatan 12 jam kemudian
dengan dosis 5-7 mg/kbBB/ hari dalam 2 dosis. Jika kejang
berhenti dengan fenbarbital, maka lanjutkan dengan pemberian
rumatan 12 jam kemudian dengan dosis -6 mg/kgBB/ hari
dalam 2 dosis
4. Pemberian farmakoterapi untuk mencegah berulangnya kejang di
kemudisn hari.
- Prosilaksis interment dengan diazepam oral/rektal, dosis 0,3
mg/kgBB/ hari tiap 8 jam, hanya diberikan selama episode
demam, terutama dalam waktu 24 jam setelah timbulnya
demam.
- Profilaksis kontinyu dengan fenobarbital dosis 4-6 mg/kgBB/
hari dibagi 2-3 dodid profilaksis hana diberikan pada kasus –
kasus tertentu seperti kejang demam denga status epilep tikus,
terdapat desfisit neurologis yang nyata sperti cerebral palsy.
Profilaksis deiberikan selama 1 tahun
6. Bagan alir
Edukasi ke Cuci tangan
keluarga /
pasien
Cusi tangan
2
SOP PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Hipoklikemia adalah keadaan dimana kadar glukosaa darah < 60 mg/dl
atau kadar glukosa darah < 80 mg/dl dengan gejala klinis
Hipoglikemia merupakan komplikasi akut dari penyandang diabetes
mellitus dan geriatric
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan tindak lanjut terhadap
kasus hipoglikemia
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi 1. Soemadji, Djoko wahono. Buku ajar imlmu penyakit dalam. Jilid
III Edisi ke 4 jakarta : FK UI 2006 hal 1892-5
2. Panduan pelayanan meik ilmu penyakit dalam Jakarta : dpartemen
ilmu penyakit dalam FKU/RSCM. 2004 hal 18-20
5. Prosedur/ Langkah– Alat :
langkah 1. Pemeriksaan gula darah
2. Sphygmomanometer
3. Stetoakop
4. Thermometer
5. Oksigen
6. Infus set
7. Cairan dekstroa 40% dan dekstroa 10%
1. Anamneses : riwayat penggunaan preparat insulin atau obat
hipoglikemia oral, adanya keluhan rasa gemetar, peraan lapar,
pusing, keringat dingn, jantung berdebar, gelisah, penurunan
kesadaran sampaibkoma dengan atau tidak disertai kejang
2. Pemeriksaan fisik : kesadaran , TTV ( TD menurun, nadi
meningkat , deficit neurologi fokal (reflek patologis positif pada
satu sisi tubuh) sesaat
3. Lakukan pemeriksaan gula darah sewaktu
4. Berikan larutan dekstrose 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus
1
intravena
5. Diberikan cairan dekstrose 10 % per infus 6 jam perkolf
6. Bila GDS setiap 1 jam setelah pemberian dekstrosa 40%
a. Bila GDS < 50 ml/dl bolus dekstrosa 40%50 ml IV
b. Bila GDS < 100 ml/dl bolus dekstrosa 40%25 ml IV
c. Bila GDS 100 – 200 mg/dl tanpa bolus destrosa 40%
d. Bial GDS > 200 mg/dl pertimbangan menurunksn kecepatan
menurunkan kecepatan drip dekstrosa 10%
7. Bila GDS setiap 2 jam, dengan protocol sesuai dengan dekstrosa
5% atau NACI 0.9%
8. Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut – turut, protocol
hipoglikemi dihentikan
9. Rujuk ke layanan skunder jika :
a. Pasien hipoglikemia dengan penurunan kesadaran setelah
setelah diberikan dekstrosa 40% bolus dan infus dekstrosa 10%
dengan tetesan 6 jam perkolf
b. Bila hioglikemia tidak teratasi setelah 2 jam tahap pertama
protocol penanganan
6. Bagan alir
Anamnese Pemeriksaan Cek gula darah
fisik
2
SOP PEMERIKSAAN PERNAFASAN
No. Dokumen
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
Cuci tangan
1
Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan
2
SOP PENATALAKSANAAN REAKSI ANAFILAKTIF
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
berupa urtikaria dan eritema
3. Posisi tredelenburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat (
diganjal dengan kursi) akan membantu menaikkan venous return
sehingga tekanan darah ikut meningkat
4. Pemberian oksigen 3-5 liter / menit harus silakukkan, pada keadaan
yang sangat ekstrim tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi
perlu dipertimbangkan
5. Pemasangan infus, cairan plasma expander atau NaCI fisio;ogi
pemberian cairan infus sebaiknya dipertahankan sampai tekanan
darah kembali optimal dan stabil
6. Adrenalin 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1 : 1000 diberikan
intramuskuler yang dapat diulangi 5-10 menit jika respon
pemberian secara intramuskuler kurang efektif, dapat diberikan
secara intravenous setelah 0,1 – 02 ml adrenalin dilarutkan dalam
suit 10 ml dengan NaCI fisiologis, diberikan perlahan-lahan
7. Aminofilin, dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila
bronkospasme belum hilang dengan pemberian dengan pemberian
adrenalin. 250 mg aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10
menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui drps infus
bila dianggap perlu.
8. Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua setelah
adrenalin. Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat
syok anafilaktik dapat diberikan setelah gejala klinik mulai
membaik guna mencegah komplikasi selanjunya berupa serum
sickness atau prolonged effect. Antisthamin yang biasa digunakan
adalah definhidramin HCI 5-20 mg IV dan untuk golongan
kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5-10 mg IV dan
untuk golongan hidrokortison 100-250 mg IV
9. Resusitasi kardio pulmoner (RKP), seandainya terjadi henti jantung
( cardac arrest) maka prosedur resusitasi kardiopulmoner segera
harus dilakukkan sesuai dengan falsafah ABC dan seterusnya
6. Bagan alir
anamnese Pemeriksaan fisik Posisikantrendelenburg
pada klien atau berbaring
2
diperhatikan
8. Unit terkait 1. Dokter Umum
2. perawat
9. Dokumen terkait 1. Rekam Medis
10. Rekaman histori
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
perubahan
diberlakukan
3
STERILISASI ALAT
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
didalamsterilisator menurun
15. Petugas membuka pintu sterilisator
16. Petugas meletkkan alat-alat yang telah steril didalam bak
instrument yang telah steril
17. Petugas menutup pinti sterilisator
18. Petugas meletakkan alat-alat yang telah steril didalam bak
instrument yang telah steril dan tertutup
19. Petugas mendokumentasikan kegiatan
6. Bagan alir
Cuci tangan Pakai APD
2
SOP MENYIAPKAN ALAT
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Ampul adalah wadah bentuk slindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung rincing ( leher ) dan bidang dasar datar
2. Tujuan Sebagai acuan dasar petugas dalam menyiapkan obat dari ampul
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi Uliya, Musrifatul, dkk. Keterampilan dasar praktikklinik : Salemba
Medika
5. Prosedur/ langkah – a. Perispkan alat-alat
langkah 1) Catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Ampul sesuai resep
3) Spuit dan jarum yang sesuai
4) Kapas alcohol
5) Kassa steril
6) Baki obat
7) Gergaji ampul ( bila perlu)
8) Label obat
9) Bak instrument/bak spuit
10) Bengkok
b. Bebrapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dari
ampul
1) Pertahan kan sterilitas spuit, jarum, obat ketika memperiaspkan
obat sesuai dengan prinsip steril
2) Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus
dengan kertas tissue
c. Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Siapkan alat
3) Periksa label obat dengan catatan pemberian obat sesuai dengan
prisip 5 benar, yaitu benar nama pasien, benar nama obat, benar
1
dosis, benar cara pemberian, benar waktu pemberian obat
4) Lakukan pengghitungan dosis dengan yang dibutuhkan
5) Pegang ampul dan turunkan cairan diatas leher ampul
dengancara menjentikkan jari tangan pada lereh ampul
beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan tangan
searah jarum jam.
6) Letakkan kasa steril diantara ibu jari tangan anda dengan
ampul; kemudian patahkan leher ampul kearah menjauhi anda
dan orang sekitar. Kassa steril akan melindungi anda dari
pecahan kaca ampul dan menjaga bagian dalam ampul tetap
steril.
7) Vuang leher ampul pada tempat khusus
8) Buka penutup jarumspuit, kemudian masukkan jarum kedalam
ampul tepat di bagian tengah ampul. Mencegah jarum
meyentuh tepi botol ampul, mengurangi jarum terkontaminasi
9) Aspirasi sejumlah cairan sesuai dosis yang diperlukan
10) Jangan sampai ada gelembung udara dalam spuit
11) Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit,
bandingkan dengan volume yang dibutuhkan
12) Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat
13) Bila perlu ganti spuit yang baru, jika obat dapat mengiritasi
kulit
14) Beri label spuit dengan label obat yangsesuai
15) Tempatkan spuit dengan (dalam bak spuit), kapas alcohol dan
kartu obat diatas baki
16) Bereskan alat
17) Cuci tangan
2
6. Bagan alir
Cuci tangan Siapkan alat Periksa label
Cuci tangan
3
SOP PENGAMBILAN BENDA ASING DI TELINGA
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
2
6. Bagan alir Siapkan albenda padat biji-bijian dan
Persiapkan alat, bahan,
benda kotak
lingkungan berikan
informed cosen pasien, cuci - Perawat memakai alat sonde
tangan, pakai sarung telinga/hisung ( ukuran sonde
tangan sesuai dengan ukuran biji didalam)
- Perawat memasukkan sonde
kealam telinga/hidung dengan
arah
- Setelah sonde masuk kedalam
telinga/hidung dan posisi sonde sudah
lebih dalam dari pada posisi biji-bijian
maka dilakukan pergerakan untuk
mengeluarkan biji-bijian
- Bila biji-bijian belum keluar dilakukan
pengulangan mulai dari awal
- Kemudian berikan antibiotic topical
( salep atau tetes mata) seperti
koramfenikol tetes mata 1 gtt setiap 2
jam selama 2 hari
Binatang
3
SOP PENATALAKSANAAN HIPERGLIKEMIA
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
oksigen
5. Pasang akses invus intravena dan melkukan hidrasi cairan NaCI
0,9% dengan target TD sistole >90 atau produksi urin > 0,5
ml/kgbb/jam
6. Pasang kateter urin untuk pemantauan cairan
7. Dapat diberikan insulin rapid acting bolus intravena atau subkutan
sebesar 180 mikrounit/kgbb
8. Periksa TTV dan gula darah perjam
9. Rujuk ke layanan skunder ( spesialis penyakit dalam) setelah
mendapat terapi rehidrasi cairan.
6. Bagan alir Pemeriksaan
anamnase Cek gula darah
fisik
2
SOP PENGAMBILAN BENDA ASING DI KONJUNGTIVA
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
2
SOP PENATALAKSANAAN LUKA
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Perawatan luka adalah perawatan pada luka yang bertujuan untuk
mencegah komplikasi dan meningkatkan proses penyembuhan luka
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan tindak lanjut
penatalaksanaan luka
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi Menkes RI No 42 tahun 2013
5. Prosedur langkah – Peralatan dan bahan :
langkah 1. Set balutan steril
a. Gunting
b. Pinset anatomis
c. Pinset cururgis
d. Baskom steril
e. Kasa steril
2. Sarung tangan steril
3. Sarung tangan bersih sekali pakai
4. Salin normal
5. Plester
6. Perlak dan pengalas
7. Bengkok
8. Penghilang perekat
9. Kantong sampah
10. Salep obat topikal sesuai indikasi
Persiapan klien :
1. Pastikan identitas dan kondisi klien
2. Ucapan salam, panggil pasen sesuai nama kesukaan dan sebutkan
nama perawat
3. Jelaskan tentang prosedur dan tujuan
4. Tindakan yang akan dilakukan
5. Berikan kesempatan kepada pasien
6. Untuk bertanya dan jawab seluruh
7. Pertanyaan pasien
8. Posisikan pasien
9. Posisikan pasien yang nyaman
10. Supinasi
11. Jaga privasi pasien
1
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Tanyakan keluhan klien
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan klien
4. Beri tahu lamnya tindakan
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai
6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain
8. Bagian luka. Beri tahu klien untuk tidak menyentuh area luka atau
9. Peralatan steril
10. Pasng perlak dan pengalasnya dibawah area luka, letakkan
11. Bengkok diatas perlak
12. Letakkan kantong sampah pada area yang nudah dijangkau. Lipat
13. Bagian atasnya membentuk mangkuk
6. Bagan alir
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
klien
Cuci tangan
Merapikanalat
Membersihkan obat tropical
sesuai order pada lika,
menutup luka dengan kassa
steril, kemudian dipasang
verband dan plester
2
SOP EKSTRAKSI KUKU
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
2
PENATALAKSANAAN PENDERITA TBC
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
penderita TBC BTA +
c. Hasil rontgen tidak mendukung adanya TBC, penderita
dianjurkan untuk periksa ulang dahak SP.
IV. Petugas melakukan managemen penderita dengan hasil
Pemeriksaan dahak SP (-) = -- sebagai berikut :
a. Memberikan antibiotik spiktrum luas
b. Menganjurkan agar periksa dahak kembali bila tgidak ada
perbaikan.
c. Bila dengan pemberian obat antibiotik penderita mengalami
perbaikan dianggap bukan TBC
V. Petugas melakukan managemen penderita dengan hasil dahak
ulang SP (+) =++-, +-- sebagai berikut :
a. penderita dianggap sebagai penderita TBC BTA +, pada
penderita dilakukan tata laksana no 2 di atas.
b. bila dalam periksa dahak SP ulang hsilnya negatif penderita
dianjurkan Rontgen dada
c. bila hasil pemeriksaan Rontgen dada mendukung TBC,
penderita dikategorikan sebagai penderita TBC BTA -.
Rontgen +
d. memberikan obat OAT kategori 1
e. tetapi bila pemeriksaan Rontgen dada hasilnya tidak
mendukung adanya TBC berarti suspek bukanlah TBC.
VI. Petugas bertanya apakah batuknya sudah lebih 3 minggu ?
a. apakah batuknya berdahak ?
b. apakah dahaknya pernah bercampur dengan darah ?
c. apakah sesak nafas disertai pada nyeri dada ?
d. apakah nafsu makan dan berat badan menurun ?
VII. petugas menyuruh periksa dahak yang kental dan kehijauan
di laboratorium :
a. Dahak sewaktu (spot)
b. Dahak pagi (morning )
2
6. Bagan alir
1. Siapkan alat, lakukan anastesi block pada
basis dari haluks
Cuci tangan, informed consen, pakai
2. Pegang haluks dengan tangan kiri, tangan
sarung tangan, lakukan anamnesis dan
kanan pegang memegang klem lengkung
pemeriksaan
3. Masukkan klem pinggir kuku yang sehat,
cekam pinggir kuku dengan klem, kunci
klem
4. Putar /gulung klem dengan cepat dan pasti
dan pasti kearah ujung kuku yang lain
5. Potong dan buang jaringan granulasi yang
ada sampai bersih
6. Kompres luka dengan rivanol dan betadine
lalu bungkus
7. Kemudian berikan antibiotik topikal (salep
atau tetes mata)
3
SOP CARDIORESPIRATORY ARREST
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
6. Bagan alir
RJP Pasang O2 san IV
line
Rujuk
2
INFORM CONSENT
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
penyimpanan
2
SOP ALAT PELINDUNG DIRI
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/4
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh/bagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya / kecelakaan kerja
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan upaya pemakaian alat
pelindung diri
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi Bennet NB Silsilah Dan Rumondang B Silsilah, 1995, Manajemen
Sekelamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman
Pressindo
Panitia keselamatan dan kesehatan kerja (pk3) 2006 ketentuan perlatan
pelindung diri. Yogyakarta : PK3 RSUP Dr. Sardjito
5. Prosedur / langkah – Jenis APD :
langkah 1. Kepala : Helmet
2. Mata : Safety glosses, safety gogle
3. Wajah : face shield, pelindung jari
4. Tangan : safety gloves, pelindung jari
5. Kulit : cream pelindung, skin cleaner
6. Kaki : safety shoes
7. Pernafasan : masker, breathing apparatus
8. Telinga : ear plug, ear APD untuk tugas khusus
Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat
pelindungdiri lain. Tindakan ini penting untuk mengurangi
mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebab infeksi dapat
dikurangi dan lingkungan kerja yang terjaga dari infeksi ( Nursalam
dan Nunik, 2007 )
Indikator mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk
antisipasi terjadinya perpindahan kuman tangan yaitu :
1) Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa
1
( kontak langsung dg klien ), saat akan memakai sarung tangan
bersih maupun steril, saat akan melakukan injeksi dan
pemasangan infus,
2) Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa
pasien, setelah alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi,
setelah menyentuh selaput mukosa
Menurut Nursalan dan Nunik, (2007) ada 3 cara mencuci tangan yang
dilaksanakan sesuai kebutuhan yaitu :
1) Cuci tangan higienik atau rutin yaitu mengurangi kotoran dan
flora yang ada ditangan dengan menggunakan sabun atau
detergen
2) Cuci tangan aseptik yaitu cuci tangan sebelum tindakan aseptik
pada pasien dengna menggunkan antiseptik
3) Cuci tangan bedah yaitu sebelum melakukan tindakan bedah,
cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.
Disamping cara diatas ada alternatif cuci tangan berbasis alkohol,
menurut Depkes cuci tangan hanya menggantikan cuci tangan
higienis/rutin, tidak dapat menggantikan cucitangan bedah. Peralatan
pelindung diri meliputi sarung tangan, masker/resrator, pelindung mata
( perisai muka, kaca mata) kap, gaun, apron dan barang lainnya
( Tiedjen, 2004)
1) Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien
dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan
pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi
dan harus selalu diganti untuk mencegah infeksi hilang.
Menurut Tiedjen ada 3 jenis sarung tangan yaitu
a) Sarung tangan bedah dipakai sewaktu melakukan
tindakan infasif atau pembedahan
b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi
petugas kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin.
c) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu
memproses peralatan, menangani bahan – bahan
terkontaminasi dan sewaktu membersihkan permukaan
yang terkontaminasi
2) Masker
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, muka
2
bagian bawah, rahang dan semua rambut muka. Masker
dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewktu petugas
kesehatan melakukan atau petugas bedah berbicara, batuk,
bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan
tubuh terkontaminasi masuk kedalam hidung atau mulut
petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuat dari bahan
tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif dalam
mencehag dengan baik
3) Respirator
Masker jenis khusus, disebut respirator pertikel yang
dianjurkan dalam situasi memfiler udara tertrik nafas
dianggap sangat penting ( umpamanya, dalam perawatan
orang dengan tuberculosis paru)
4) Pelindung mata
Melindungi staf kalau terjadi cipratan darah atau cairan
tubuh lainnyayang terkontaminasi dengan melindungi mata.
Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih.
Kacamata pengaman, pelindung muka. Kacamata yang
dibuat dengan resep dokter atau kacamata dengan lensa
normal juga dapat dipakai
5) Tutup kepala / kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran
kulit dan rambut tidak masuk dalam luka sewaktu
pembedahan. Kap harus dapat menutup semua rambut
6) Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah, gaun
ini dipakai untuk melindungi pakain petugas pelayanan
kesehatan . Gaun bedah pertama kali digunakan untuk
melindungi pasien dari mikrooorganisme yang terdapat di
abdomen dan lengan dari staf perawatan kesehatan sewaktu
pembedahan.
7) Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai sesuatu
pembatas tahan air di bagian depan dari petugas kesehatan.
8) Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlikan oleh benda
tajam atau berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau
menetes pada kaki
6. Bagan alir
3
Cuci tangan
Pemakaian APD
- MASKER
- Sarung tangan
- Tutup kepala
- Google
- Respirator
- Gaun
- Apron
- Alas kaki
Cuci tangan
4
SOP ADMINISTRASI
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
Sift pagi
Sift sore dan malam sift pagi
Pemberian ceklis
total perawatan
Nota merah
Nota putih diberikan
diberikan keperawat
ke keluarga px
Pembayaran
Dioperkan ke sift diperawat jaga
Ke koordinatorSift
pagi setor
Kasir
2
PENATALAKSANAAN DELIRIUM
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
Mini-mental state examination (MMSE)
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mencari diagnosis penyakit
utama yaitu : Hemoglobin, Hematokrit, leukosit, trombosit, gula darah,
elektrolit (terutama natrium) SGOT, SGPT, ureum kreatinin, urinalisis,
analisis gas darah foto toraks, elektrokardiografi dan CT scan kepala
jika diperlukan
1. Diagnosis
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Kriteria rujukan
bila gejala agitasi telah terkendali pasien dapat segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan rujukan skunder untuk memperbaiaki penyalkit
utamanya
4. Pemeliharaan alat
Kalibrasi alat
6. Bagan alir Pasien
Poli BP untuk
penatalaksanaan
pemeriksaan fisik
2
MENYIAPKAN OBAT DAN ALAT EMERGENCY DI UGD
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
c. ambulance dibersihkan setiap habis dipakai oleh
sopir.penanggung jawab kendaraan pusling
6. Bagan alir
Koordinator UGD melakukan koordinasi dengan petusa obat untuk menyiapkan
obat-obatan emergency yang dibutuhkan diambulan
Alat-alat dan obat – obat emergency tersebut disiapkan di UGD dengan wadah
khusus (BOX emergency oleh petugas dan bila sewaktu-waktu diperlukan
dimasukkan ke dalam ambulance)
Bila alat-alat tersebut dipinjam oleh unit lain, maka unit yang bersangkitan wajub
mengembalikan alat dalam keadaan lengkap.
2
STATUS ASMATIKUS (ASMA AKUT BERAT)
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Asma akut berat (serangan asma atau asma eksasebasi) adalah episode
perburukan gejala yang progresif dari sesak, batuk, mengi, atau rasa
berat di dada atau kombinasi gejala-gejala tersebut.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penatalaksanaan status
asmatikus
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi 1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma IPedoman diagnosis
dan penatalaksanaan di Indonesia. PDPI jakarta 2004
2. Global initiative for asthma. Global strategy for asthma
management adn prevention. Gina 2012
5. Prosedur/ langkah – 1. Melakukan penilaian berat serangan meliputi : anamnesis,
langkah pemeriksaan fisik (Auskultasi, penggunaan otot batu, nadi, laju
nafas, APE, saturasi oksigen,analisa gas darah jika pasien sangat
buruk)
2. Pemberian terapi awal yaitu oksigen mencapai saturasi ≥0%
selanjutnya inhalasi agonis beta-2 kerja singkat secara kontinyu
dalam 1 jam, selanjutnya glukokortikosteroid sistemik jika pasien
tak ada respon segera atau sebelumnya pasien telah mendapat
glukokortikosteroid oral atau jika serang hebat.
3. Re-evaluasi setelah 1 jam meliputi ; pemeriksaan fisis, APE,
saturasi
4. Jika ada respon baik ditandaidengan
- Gejala (batuk/berdahak/sesak/mengi) membaik
- Perbaikan dengan agonis beta-2 dan bertahan selama 4 jam
APE> 80% prediksi / nilai terbaik
- Lanjutkan agonis beta-2 inhalasi setiap 3-4 jam untuk 24-48
jam
- Alternatif : Bronkodilator oral setiap 6-8 jam
1
- Steroid inhalasi diteruskan dengan dosais tinggi ( bila sedang
menggunakan steroid inhalasi) selama 2 minggu, kmd kembali
ke dosis sebelumnya
5. Jika respon buruk ditandai dengangejala menetap atau bertambah
berat APE < 60% prediksi /nilai terbaik lakukan pemberian
- Agonis B-2 diulang
- Tambahkan glukokortikosteroid sistemik
- Jika tidak bisa motivasi rujuk
6. Bagan alir Penilaian berat serangan
7. Hal hal yang perlu Jika algoritma diatas tidak dapat digunakan , dokter dapat menggunkan
diperhatikan onba-obatan alternatif pada tabel daftar obat asma.
8. Unit terkait 1. Dokter
2. Perawat
3. Bidan
4. Sanitarian
5. Nutrision
3
INFLUENZA
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Influenza adalah penyakit menular disebabkan oleh virus RNA yaitu
virus influenza A,B dan lebih jarang C.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk menatalaksana pasien terdiagnosa
influenza
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi Braunwald, E. Fauci, A.S Kasper, D.L Hauser, S.L.et Al
Harrisson’s : principle of internal medicine 17 Ed. NewYork : mc
graw-hill companis 2009p: 1006-1020
WHO pedoman intrim WHO. Pencegahan dan pengendalian infeksi
saluran pernafasan atas yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi
di fasilitas pelayanan kesehatan 2007.
5. Prosedur / langkah – Persiapan Alat
langkah Tensi meter
1. Persiapan pasien
Pasien diberitahu tata laksana penanganan
2. Aktivitasw/ cara kerja
Pemeriksaan fisik
Tanda patognomonis
Febris
Rinore
Mikosa hidung edema
Pemeriksaan penunjang : tidakdiperlukan
1. Diagnosis
Penegakan diagnosis influenza membutuhkan ketelitian, karena
keluhannya hampir sama dengan penyakit saluran pernapasan
lainya.
Influenza dapat didiagnosis berdasarkan 4 kriteria berikut ;
1
Terjadi tiba-tiba
Demam
Gejala saluran pernapasan seperti batuk, tidak ada lokasi spesifik
darikeluhan yang timbul
Terdapat penyakit serupa dilingkungan pendereita
2. Penatalaksanaan
Tatalaksana influenza umumnya tanpa obat ( self –limited disease)
hal yangperlu ditingkatkan adalah daya tahan tubuh. Tindakan
untuk meringankan gejala flu adalah beristirahat 2-3 hari,
mengurangi kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan
dengan makan berkalori dan berprotein tinggi, serta buah-buahan
terap[i simtomatik peroval:
a) Antipiretik,pada dewasa yaitu parasetamol 3-4x 500mg/hari
(10-15 mg/kg/bb), atau ibuprofen 3-4x200-400mg/hari (5-10
mg/kg/bb)
b) Dekogestan, pseudoefedrin (60mg setiap 4-6 jam)
c) Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4
kali/hari, atau difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam atau
loratadin atau cetrizine 10 mg dosis tunggal ( pada anak
loratadin 0,5 mg/kg/bb dan setrizim 0,3mg/kg/bb)
6. Bagan alir
Dilakukan pemeriksaan dulu Pasien datang
Perawat
Melakukan asuhan
keperawatan
3
LUKA BAKAR DERAJAT I DAN II
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/3
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1. Pengertian Luka bakar (burn injury) adalah kerusakan kulit yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi.
Pada luka bakar derajat I paling sering disebabkan sinar matahari.
Pasien yang hanya mengeluh kulit tersa nyeri dan kmerahan. Pada luka
bakar derajat II timbul nyeri dan bula.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas melaksanakan tindakan pada pasien dengan
luka bakar derajat 1 dan 2
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dongko Nomor
188.45/250/35.03.010.04.001/2017 tentang pemberlakuan Standar
Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Dongko
4. Referensi 1. Doherty, G.M 2006 current surgical diagnosis and & treatment.
United state of america lange medical publication
2. Kartohatmodjo, S. luka bakar (cumbustion)
http: elib.fk.uwks.ac.id? asset/archieve/matkul/ilmu20%kedokteran
%20terigrasi%20%20PBL?materi%20IIa202007-2008/luka
%20bakar%akut%20text.pdf
3. Sjamsuhidajat, R.Win de jong. 2007 buku ajr ilmu bedah.. edisi
ketiga jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.
5. Prosedur / langkah – Penatalaksanaan
langkah 1. Luka bakar derajat 1 penyembuhan terjadi secara spontan tanpa
pengobatan khusus
2. Penatalaksanaan luka bakar derajat II tergantung luas luka bakar.
Pda penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal;
beberapa formula, salah satunya yaitu formula baxter sebagai
berikut :
a. Hari pertama :
- Dewasa ; ringer laktat 4 cc x berat badan x % luas luka
bakar per 24 jam
- Anak ; ringer laktat : dextran = 17 : 3
1
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan
faali.
Kebvutuhan faali :
< 1tahun : berat badan x 100 cc
1-3 tahun : berat badan x75 cc
3-5 tahun : berat badan x 50 cc
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.
b. Hari ke dua
- Dewasa : ½ hari 1
- Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Formula cairan resusitasi ini hanyalah perkiraan kebutuhan
cairan, berdasarkan perhitingan pada waktu dimulainya
resusitasi. Pada kenyataan, penghitungan cairan harus tetap
disesuaikan dengan respon penderita. Untuk itu selalu perlu
dilakukan pemasangan menitor EKG untuk memantau irama
jantung sebagai tanda awal terjadinya hipoksia, gangguan
elektrolit dan keseimbangan asam basa.
Pemberian antibiotik spektrumluas bakar sedang dan berat.
Komplikasi
Jaringan perut
Konseling dan edukasi
Pasien dan keluarga menjada higine dari luka mempercepat
penyembuhan, jangan sering kena air
Kriteria rujukan
Rujukan dilakukan pada luka bakar sedang dan berat
2
6. Bagan alir
Pasien datang dengan keluhan Pemeriksaanfisik
kelebihan berat badan
Pemeriksaan penunjang
Penegakan diagnostik
penatalaksanaan
Rujuk
3
PELAYANAN OBAT 24 JAN DI UGD
No. Dokumen :
III/D/UG/ /2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
6 Maret 2017
Halaman :
1/2
PUSKESMAS DONGKO dr. SINGGIH WAHYUDI P.U
KABUPATEN TRENGGALEK NIP. 19701205 200904 1 001
1
6. Bagan alir
Koordinator UGD melakukan koordinasi dengan petugas obat untuk
menyiapkan obat-obat yang dibutuhkan