Anda di halaman 1dari 149

Catatan:

Ah BOHONG kamu. Tidak ada perbaikan di bab 2. Nama rektornya kok


jadi semakin salah. Abstrak yang Inggeris harus diperiksakan ke Pusat
Bahasa.
Medan, 03 Pebruari 2023.
Pembimbing 1:

Azhar Maksum

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP PENGUNGKAPAN


CSR DENGAN GCG SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2016 – 2020

Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2
Program Studi Magister Akuntansi

Oleh:
Triva Maria Manik
187017089
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP PENGUNGKAPAN CSR


DENGAN GCG SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2016 – 2020

Dipersiapkan dan disusun oleh

Triva Maria Manik


187017089

Pada tanggal, Desember 2022

Menyetujui :

Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M,Ec, Acc, CA, Ak, CMA Keulana Erwin, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA Dr. Fadli, SE, M.Si

ii
TIM PENGUJI TESIS

Telah Diuji dan Dinyatakan LULUS di Depan Tim Penguji

Pada Hari Tanggal

Judul Tesis : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

Pengungkapan CSR Dengan GCG Sebagai

Variabel Moderating Pada Perusahaan Food and

Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016 – 2020

Nama Mahasiswa : Triva Maria Manik

NIM : 187017089

Program Studi : Magister (S2) Akuntansi

Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M,Ec, Acc, CA, Ak, CMA Ketua Penguji/Pembimbing

Keulana Erwin, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA Anggota Penguji/Pembimbing

Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA Anggota Penguji

Dr. Rina Bukit, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama Mahasiswa : Triva Maria Manik
NIM : 187017089
Program Studi : Magister (S2) Akuntansi
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive
Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul :
Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Pengungkapan CSR Dengan
GCG Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Food And Beverage
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 – 2020
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Non
Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara Berhak Menyimpan dalam Bentuk
database, merawat, dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari
saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian Pernyataan ini Saya perbuat dengan sebenarnya

Dibuat di : Medan
Pada Tanggal :
Yang Menyatakan,

Triva Maria Manik

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul


Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Pengungkapan CSR Dengan
GCG Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Food And Beverage
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 – 2020
tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar Kerjasama di suatu perguruan
tinggi lain dan tidak terdapat keseluruhan atau Sebagian tulisan orang lain
yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan
pengakuan pada penulis aslinya. Apabila di kemudian hari saya terbukti
melakukan Tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri, gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas
betal saya terima.

Medan,
Yang memberi pernyataan,

Triva Maria Manik


187017089

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

TRIVA MARIA MANIK

Lahir di Tebing Tinggi, 31 Mei 1996.

Menempuh pendidikan dasar di SD

Katolik Assisi Tebing Tinggi, kemudian

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1

Tebing Tinggi dan setelah itu melanjutkan

pendidikan SMA Swasta Budi Mulia


Lahir : 31 Mei 1996
Pematangsiantar. Saya melanjutkan
Tebing Tinggi,
Sumatera Utara pendidikan sarjana saya di Politeknik
Pekerjaan : Staff Accounting
Negeri Medan. Saya adalah anak ke tiga
Nama Ayah : Daud Manik
dari empat bersaudara yang saat ini
Nama Ibu : Anna Simbolon
Suku : Batak Toba bekerja sebagai Staff Accounting di PT
Agama : Katolik
Anugerah Walet Jaya.
No HP : 085206406273

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang memberikan kesehatan, perlindungan dan kemudahan kepada

penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Pengaruh

Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR dan GCG sebagai Variabel

Moderating pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016 – 2020”.

Tesis ini merupakan karya tulis sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Pascasarjana Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara guna meraih gelar Magister (S2).

Dalam menyelesaikan Proses Studi Magister Akuntansi di Universitas

Sumatera Utara, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus atas dukungan,

motivasi, bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Secara khusus penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat.

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum, Dr.Muryanto Amin S.Sos, M.Si

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Fadli, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Ketua Program

Studi Magister/Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

vii
4. Bapak Keulana Erwin, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA selaku sekretaris Program

Studi Magister/ Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M,Ec, Acc, CA, Ak, CMA selaku

pembimbing utama dan Bapak Keulana Erwin, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA

selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan Tesis

selama ini.

6. Ibu Rina Br Bukit, SE, M.Si, Ph. D, Ak, CA selaku dosen penguji tesis

saya.

7. Bapak D. Manik dan ibu A. Simbolon selaku orangtua penulis, serta

kakak, abang, dan adik penulis.

8. Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Magister Ilmu Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak sempurna, namun kiranya dalam

ketidaksempurnaannya tersebut tetap dapat memberikan manfaat baik bagi

pengembangan ilmu akuntansi. Penulis juga berharap karya ilmiah ini dihasilkan

menjadi tahapan baru untuk menghasilkan karya tulis yang semakin baik.

Medan, Januari 2023

Penulis

Triva Maria Manik

viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman

Lembar Pengesahan..............................................................................................ii
Tim Penguji Tesis.................................................................................................iii
Pernyataan Persetujuan Publikasi Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis.....iv
Pernyataan Keaslian Tesis....................................................................................v
Daftar Riwayat Hidup..........................................................................................vi
Kata Pengantar....................................................................................................vii
Daftar Isi................................................................................................................ix
Daftar Tabel........................................................................................................xiii
Daftar Gambar....................................................................................................xiv
Daftar Lampiran..................................................................................................xv
Abstrak.................................................................................................................xvi
Abstract...............................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................10
1.3 Pertanyaan Penelitian........................................................................10
1.4 Tujuan Penelitian..............................................................................11
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................12
1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian............................................13
BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR.........................15
2.1 Landasan Teori.................................................................................15
2.1.1 Teori Keagenan........................................................................15
2.1.2 Signalling Theory.....................................................................16
2.2 Telaah Literatur.................................................................................17
2.2.1 Corporate Social Responsibility..............................................17
2.2.2 Manajemen Laba......................................................................20
2.2.3 Good Corporate Governance...................................................24
2.2.4 Komite Audit............................................................................27
2.2.5 Dewan Komisaris.....................................................................28
2.2.6 Dewan Komisaris Independen.................................................30
2.2.7 Penelitian Terdahulu................................................................31

x
2.2.7.1 Pengaruh Manajemen Laba dan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility..................................31
2.2.7.2 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh
Komite Audit terhadap Pengungkapan CSR................32
2.2.7.3 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh
Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR.........33
2.2.7.4 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh
Dewan Komisaris Independen terhadap Pengungkapan
CSR..............................................................................34
BAB III KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN.............................38
3.1 Kerangka Penelitian.......................................................................38
3.2 Hipotesis.........................................................................................39
3.2.1 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR. . .39
3.2.2 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Jumlah
Komite Audit terhadap Pengungkapan CSR.........................40
3.2.3 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Jumlah
Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR..................41
3.2.4 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Proporsi
Dewan Komisaris Independen terhadap
Pengungkapan CSR...............................................................42
BAB IV METODE PENELITIAN...................................................................44
4.1 Desain Penelitian............................................................................44
4.2 Definisi Operasional Variabel........................................................44
4.2.1 Manajemen Laba...................................................................44
4.2.2 Good Corporate Governance................................................47
4.2.3 Corporate Social Responsibility...........................................48
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel......................50
4.4 Instrumen Penelitian.......................................................................52
4.5 Teknik Pengumpulan Data.............................................................52
4.6 Uji Asumsi Klasik..........................................................................52
4.6.1 Uji Normalitas.......................................................................53
4.6.2 Uji Multikolonieritas.............................................................53
4.6.3 Uji Heteroskedastisitas..........................................................53
4.6.4 Uji Autokorelasi....................................................................54
4.7 Teknik Analisis Data......................................................................54
4.7.1 Statistik Deskriptif................................................................55

xi
4.7.2 Analisis Moderated Regression Analysis (MRA)....................56
4.7.3 Pengujian Hipotesis..................................................................57
4.7.4 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t).............................58
4.7.5 Uji Statistik F...........................................................................58
4.7.6 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)....................................59
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................60
5.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...............................................60
5.2 Deskripsi Hasil Penelitian..............................................................61
5.3 Uji Asumsi Klasik..........................................................................62
5.3.1 Uji Normalitas.......................................................................62
5.3.2 Uji Multikolinearitas.............................................................64
5.3.3 Uji Heteroskedastisitas..........................................................65
5.3.4 Uji Autokorelasi....................................................................67
5.4 Persamaan Regresi.........................................................................68
5.4.1 Persamaan Regresi sebelum Menggunakan Variabel
Moderasi................................................................................68
5.4.2 Persamaan Regresi setelah Menggunakan Variabel
Moderasi................................................................................69
5.5 Hasil Pengujian Hipotesis..............................................................71
5.5.1 Uji Hipotesis sebelum Menggunakan Variabel Moderasi.....71
5.5.2 Uji Hipotesis setelah Menggunakan Variabel Moderasi.......71
5.6 Koefisien Determinasi (R2)............................................................73
5.6.1 Uji Determinasi sebelum Menggunakan Variabel Moderasi 73
5.6.2 Uji Determinasi setelah Menggunakan Variabel Moderasi. .73
5.7 Pembahasan Hasil Penelitian..........................................................74
5.7.1 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR...74
5.7.2 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR
yang dimoderasi oleh Jumlah Komite Audit.........................75
5.7.3 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR
yang dimoderasi oleh Jumlah Dewan Komisaris..................76
5.7.4 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR
yang dimoderasi oleh Proporsi Dewan Komisaris
Independen............................................................................77
BAB VI SIMPULAN..........................................................................................78
6.1 Simpulan.........................................................................................78
6.2 Keterbatasan...................................................................................78

xii
6.3 Implikasi Manajerial.......................................................................79
6.3.1 Implikasi Praktis....................................................................79
6.3.2 Implikasi Teoretis..................................................................80
6.4 Daftar Pustaka................................................................................81
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................88

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pola Manajemen Laba................................................................. 21

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu.................................................................... 34

Tabel 4.1 Operasionalisasi Variabel............................................................ 49

Tabel 4.2 Prosedur Pemilihan Sampel......................................................... 51

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Penelitian….................................................. 61

Tabel 5.2 Uji Kolmogorov Smirnov............................................................ 64

Tabel 5.3 Uji Multikolinieritas.................................................................... 65

Tabel 5.4 Uji Run Test................................................................................. 68

Tabel 5.5 Persamaan Regresi sebelum Menggunakan Moderasi................ 68

Tabel 5.6 Persamaan Regresi setelah Menggunakan Moderasi.................. 69

Tabel 5.7 Hasil Uji t sebelum Menggunakan Variabel Moderasi............... 71

Tabel 5.8 Hasil Uji t setelah Menggunakan Variabel Moderasi………… 72

Tabel 5.9 Hasil Uji R2 sebelum Menggunakan Variabel Moderasi............. 73

Tabel 5.10 Hasil Uji R2 sebelum Menggunakan Variabel Moderasi............. 74

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian................................................. 38

Gambar 5.1 Hasil Uji Normalitas.................................................................... 63

Gambar 5.2 Diagram Scatter Plot……………………………………............ 66

Gambar 5.3 Grafik P-Plot……………………………………………............ 67

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan........................................................................ 88

Lampiran 2 Data Mentah Manajemen Laba................................................... 89

Lampiran 3 Data Mentah CSRDI dan Good Corporate Governance ........... 108

xvi
ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP PENGUNGKAPAN CSR


DENGAN GCG SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2016 – 2020

Pengungkapan CSR harusnya ditujukan untuk menampilkan citra positif


perusahaan, bukan untuk mengalihkan informasi kepada investor perihal laba
perusahaan atau disebut dengan Manajemen Laba. Guna menjamin bahwa
perusahaan telah melaksanakan sistem keuangan yang transparan, salah satunya
melalui penerapan Good Corporate Governance (GCG). Penelitian ini bertujuan
untuk melihat apakah Manajemen Laba berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR
melalui GCG dengan proksi Komite Audit, Dewan Komisaris dan Dewan
Komisaris Independen. Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan Analisis Regresi Data Panel yang merupakan
gabungan antara data runtun waktu (time series) dengan data silang (cross
section). Pengumpulan data dilakukan pada rentang tahun 2016 hingga 2020.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajeme Laba berpengaruh terhadap
Pengungkapan CSR, sedangkan Jumlah Komite Audit mampu memoderasi
Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR, Jumlah Dewan Komisaris
memperlemah moderasi Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR dan
Proporsi Dewan Komisaris Independen tidak mampu memoderasi Manajemen
Laba terhadap Pengungkapan CSR pada perusahaan Food and Beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia rentang tahun 2016 – 2020.

Kata kunci : Manajemen Laba, Good Corporate Governance, Corporate Social


Responsibility.

xvii
ABSTRACT

THE EFFECT OF EARNING MANAGEMENT ON THE DISCLOSURE


OF CSR WITH GCG AS A MODERATION MODERATING VARIABLE
IN FOOD AND BEVERAGES COMPANIES LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2016 – 2020

Disclosure of CSR should be aimed at displaying a positive image of the


company, not to divert information to investors regarding the company’s profits or
known as Earnings Management. In order to ensure that the company has
implemented a transparent financial system, one way is through the
implementation of Good Corporate Governance (GCG). This study aims to see
whether Earnings Management influences CSR Disclosure through GCG by
proxies for the Audit Committee, the Board of Commissioners and the
Independent Board of Commissioners. The research methodology used is
quantitative descriptive with the Panel Data Regression Analysis approach which
is a combination of time series data and cross section data. Data collection was
carried out in the range of 2016 to 2020. The results show that Earning
Management affects CSR Disclosure, while the number of Audit Committees is
able to moderate Earnings Management on CSR Disclosure, the number of Board
of Commissioners weakens the moderation of Earnings Management on CSR
Disclosure and the Proportion of Independent Commissioners is unable to
moderate Earning Management on CSR Disclosure in Food and Beverage
companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2016 – 2020.

Keywords : Earning Management, Good Corporate Governance, Corporate


Social Responsibility.

 Sebaiknya ini diperiksakan ke Pusat Bahasa USU di FIB.

xviii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan. Penerapan Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social

Responsibility (CSR) ini bahkan sudah diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang No.

40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang kemudian mendapat aturan

turunan berupa Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan. Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan

hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,

norma, dan budaya masyarakat setempat. Perusahaan wajib melampirkan laporan

kegiatan CSR mereka dalam Laporan Keuangan Tahunan, hal ini sebagaimana

diatur dalam Pasal 66 UU No. 40/2012.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (3) UU No. 40/2007 menjelaskan

bahwa CSR atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen

Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna

meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi

Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Secara prinsip, perusahaan dalam menjalankan CSR pada umumnya


2

mempertimbangkan konsep Triple Bottom Line (TPL) yang dikemukakan oleh

Elkington (1998) yaitu Profit, Planet dan People atau dikenal dengan 3P. Konsep

TPL berusaha menyeimbangkan antara profit yang diraih perusahaan dengan

menjaga keberlanjutan lingkungan sosial dan masyarakat. Prinsip profit atau laba

merupakan tujuan utama perusahaan, namun dalam menghasilkan laba,

perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya

alam, wajib mengembalikan terhadap apa yang telah mereka peroleh laba untuk

kembali ke alam dan lingkungan sosialnya. Konsep planet, perusahaan

memperhatikan aspek lingkungan (green accounting), mulai dari tindakan tidak

mencemari lingkungan, mitigasi pencemaran lingkungan dan usaha untuk

memperkaya kualitas lingkungan. Sedangkan konsep people, perusahaan dalam

menyusun CSR mereka wajib memperhatikan kesejahteraan masyarakat di

sekeliling mereka.

Dewi dan Khafi (2018) menyatakan bahwa CSR merupakan wujud

komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan sosial dan lingkungan perusahaan

atas konsekuensi terhadap kegiatan operasional perusahaan. Sejatinya, perusahaan

harus mengungkapkan baik rencana maupun realisasi terhadap program CSR yang

mereka susun. Ridwan dan Novianty (2019) menyatakan pengungkapan CSR

perusahaan memberi dampak positif bagi perusahaan, antara lain meningkatkan

citra positif perusahaan. Hal ini semakin penting, jika perusahaan tersebut
3

terdaftar dalam Bursa Efek, dimana citra perusahaan yang positif menjadi

pendorong utama terhadap keinginan investor dalam berinvestasi. Penelitian yang

dilakukan oleh Yuwono dan Erika (2020) menunjukkan bahwa citra positif

perusahaan merupakan salah satu faktor dominan bagi investor dalam melakukan

keputusan investasi di Pasar Modal.

Manfaat yang tidak kalah penting dalam hal pengungkapan CSR

perusahaan adalah hal ini mampu mendorong profitabilitas perusahaan. Hal ini

sebagaimana yang ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Solikha, dkk

(2019) dimana mereka menganalisis pengaruh CSR, Leverage dan Size terhadap

profitabilitas pada perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2016-2018. Metode analisis data yang digunakan adalah

Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR

terhadap ROA menunjukkan pengaruh positif signifikan. Ini membuktikan bahwa

semakin besar CSR akan meningkatkan ROA.

Tresnawati (2008) melakukan penelitian terhadap perbedaan dampak

implementasi CSR di PT. Telkom dengan membandingkan rata-rata profitabilitas

sebelum adanya implementasi CSR dengan adanya implementasi CSR. Ia meneliti

Laporan Keuangan perusahaan sepanjang 10 tahun terakhir, dimana pada tahun

1997 hingga 2001 adalah fase sebelum adanya CSR dan tahun 2002 hingga 2006

adalah fase setelah CSR diterapkan perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan


4

terdapat perbedaan profitabilitas perusahaan sebelum menerapkan CSR dengan

ROA rata-rata sebesar 7,9% dibandingkan dengan profitabilitas perusahaan

setelah menerapkan CSR dengan ROA rata-rata sebesar 13,91%. Hal ini

menunjukkan, impelementasi CSR di PT Telkom mampu meningkatkan

profitabilitas rata-rata ROA sepanjang 5 tahun sebesar 27,55%. Penelitian ini

membuktikan, program-program CSR perusahaan mampu meningkatkan

profitabilitas perusahaan.

Sayangnya, masih banyak perusahaan yang tidak melakukan

pengungkapan CSR dalam Laporan Keuangan mereka. Solikha, dkk (2019) dalam

penelitian mereka terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan food and

beverage, dari 18 perusahaan food and beverage yang terdaftar dalam BEI pada

tahun 2017 adalah 1 perusahaan mendapat predikat “Hijau” dalam PROPER, 16

perusahaan mendapat predikat “Biru” dalam PROPER dan 1 perusahaan

mendapat predikat “Merah” dalam PROPER. PROPER merupakan tolok ukur

kepatuhan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang diatur dalam Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No. 6 tahun 2013 tentang Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jika

perusahaan mendukung persyaratan sesuai dengan 10 persyaratan dan kriteria,

perusahaan diberikan penerima kategori PROPER emas.


5

Regulasi di Indonesia juga tidak mengatur dengan jelas sektor apa saja

dalam aktivitas CSR. Hal ini menjadikan tidak ada patokan ataupun standar dalam

penerapan CSR perusahaan, terutama food and beverage. Sebagai contoh, dalam

Laporan Tahunan PT Ultrajaya Milk Industry Tbk tahun 2012 menyatakan bahwa

perusahaan ini menerapkan kegiatan CSR dalam bidang lingkungan, sosial

masyarakat, seni budaya, kehidupan beragama hingga pendidikan. Namun di

tahun yang sama, dalam Laporan Tahunan PT Prasidha Aneka Niaga Tbk

menginformasikan perusahaan melaksanakan kegiatan CSR pada bidang

kesehatan, sosial masyarakat dan kehidupan beragama. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan luas pengungkapan CSR yang dilakukan oleh masing-

masing perusahaan (Sugiarto, 2013).

Fenomena pengungkapan CSR pada perusahaan food and beverage yang

terdaftar di BEI harusnya menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan, karena

berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR pada perusahaan

food and beverage secara signifikan berpengaruh terhadap Net Profit Margin

(Mukharomah dan Kesumaningrum, 2014), berpengaruh signifikan terhadap

Return on Asset (Ridwan dan Novianty, 2019).

Pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan perusahaan untuk

mencerminkan tingkat akuntabilitas (accountability), pertanggung-jawaban

(responsibility) dan keterbukaan (transparency) perusahaan kepada investor


6

(Novita dan Djakman, 2008). Aktivitas perusahaan terutama manajemen finansial

dikelola oleh manajer, dimana manajer berperan mengelola perusahaan sebaik

mungkin guna memenuhi harapan pemegang saham (shareholder). Tujuan utama

manajer melakukan kegiatan CSR adalah menunjukkan reputabilitas perusahaan

terhadap kepedulian perusahaan dalam menjalani keberlanjutan sosial dan

lingkungan. Tetapi, perkembangan yang terjadi, sering ditemukan manajer justru

memanfaatkan pengungkapan CSR sebagai alih-alih terhadap investor ataupun

pemangku kepentingan lainnya terhadap pengawasan laba perusahaan. Manajer

melakukan penyelewengan informasi CSR untuk menutupi informasi laba kepada

investor maupun calon investor. Target anggaran yang dilakukan oleh manajer

yang bertujuan untuk menaikkan laba ini disebut dengan manajemen laba

(earning management).

Anggraini (2006) menyatakan perusahaan melak ukan pengungkapan

informasi CSR (CSR disclosure) dengan tujuan membangun citra positif

perusahaan, tetapi menyamarkan laporan laba perusahaan yang minim. Manajer

melalui manajemen laba dapat dengan mudah melakukan tindakan intervensi pada

Laporan Keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Penyelewengan ini bisa terjadi

karena kurangnya pengawasan perusahaan.

Guna menjamin terlaksananya CSR bebas dari pengaruh manajemen laba,

diperlukan Good Corporate Governance (GCG) atau Tata Kelola Perusahaan


7

yang Baik dalam perusahaan. GCG dapat digunakan untuk meningkatkan

implementasi kredibilitas pengungkapan CSR, sehingga dapat menyakinkan

investor maupun calon investor bahwa pengungkapan CSR bersih dari praktik

manajemen laba.

Mekanisme dalam GCG digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja

manajemen berkaitan dengan bebas praktik manajemen laba. Menurut Komite

Nasional Kebijakan GCG (KNKG, 2006) salah satu tujuan dari GCG adalah untuk

mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang

didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi

serta kewajaran dan kesetaraan. Dengan demikian, GCG akan menghilangkan

konflik agensi. Konflik agensi terjadi ketika manajer sebagai agen mempunyai

kepentingan yang berbeda dengan para investor terkait dengan pengelolaan

perusahaan yang mereka lakukan. Dalam KNKG (2006) disebutkan ada beberapa

organ perusahaan yang berperan penting dalam terciptanya GCG diantaranya

adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Dewan Direksi.

Dewan komisaris memiliki tugas untuk mengawasi kinerja manajemen

serta menjamin terlaksananya strategi perusahaan. Peranan dewan komisaris

tersebut dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen

laba yang mengarah pada moral hazard melalui fungsi monitoring atas pelaporan

keuangan. Selain itu, laba dan CSR harus diungkapkan dalam laporan tahunan,
8

sehingga menurut teori stakeholder informasi mengenai perusahaan yang

dilaporkan dalam laporan tahunan dapat mempengaruhi kinerja stakeholder

(Sunarsih, 2017).

Ratnasari dan Prastiwi (2010) berpendapat bahwa keberadaan komisaris

independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang

dibuat oleh Direksi. Keberadaan Dewan Komisaris Independen tidak terpengaruh

oleh manajemen, oleh karena itu mereka cenderung mendorong perusahaan untuk

mengungkapkan informasi yang lebih luas kepada para stakeholder-nya. Dengan

demikian, semakin besar ukuran Dewan Komisaris dalam perusahaan dapat

mendorong pengungkapan informasi sosial dan lingkungan yang lebih luas.

Hubungan antara manajemen laba dan GCG yaitu keandalan dan kualitas

serta laba akuntansi akan bertambah ketika oportunistik manajer dalam

manajemen laba diawasi oleh mekanisme GCG (Klein, 2002). Penelitian yang

dilakukan oleh Sun, dkk (2010) dengan proksi GCG yang digunakan adalah

ukuran dewan komisaris dan jumlah pertemuan komite audit. Sun, dkk (2010)

meneliti pengaruh manajemen laba (earning management) terhadap

Pengungkapan CSR (corporate environmental disclosure) dengan asumsi dasar

perusahaan yang melakukan manajemen laba mempunyai insentif untuk

melakukan Pengungkapan CSR sebagai alat untuk mengacaukan perhatian

stakeholders atas kecurangan tersebut.


9

Sementara itu, studi mengenai peran pengungkapan CSR terhadap

Manajemen Laba dan GCG, masih terdapat perbedaan hasil penelitian. Oktafia

(2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa: 1) Manajemen Laba berpengaruh

terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, 2) Variabel Interaksi antara

Manajemen Laba dengan Komisaris Independen tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, 3) Variabel Interaksi

antara Manajemen Laba dengan Komite Audit berpengaruh terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih (2017) menemukan

bahwa: 1) Manajemen Laba tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR, 2)

Ukuran Komite Audit tidak dapat memoderasi pengaruh Manajemen Laba

terhadap pengungkapan CSR, 3) Dewan Komisaris tidak mampu memoderasi

pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik benang merah, bahwasanya

pengungkapan CSR pada dasarnya dapat membentuk kredibilitas perusahaan,

sehingga dapat menaikkan citra positif bagi para investor ataupun calon investor

untuk menanamkan saham mereka ke perusahaan. Namun sayangnya, praktik

pengungkapan CSR pada beberapa manajer perusahaan dijadikan alih-alih untuk

menutupi informasi laba perusahaan ataupun rendahnya profitabilitas perusahaan

dengan cara mengekspose perusahaan melakukan kegiatan CSR kepada para


10

pemangku kepentingan (stakeholder) sehingga hal ini seakan-akan perusahaan

adalah kredibel dan pasti memiliki profitabilitas yang baik. Penyelewengan

informasi ini disebut dengan manajemen laba. Manajemen Laba disamping

memberikan informasi yang salah, jika ketahuan tentu saja menurunkan nama

baik perusahaan dan mengakibatkan sentiment negatif di Bursa Saham. Guna

meminimalisir manajemen laba dalam perusahaan, perlu ditetapkan Good

Corporate Governance (GCG) atau Tata Kelola Perusahaan yang baik. GCG yang

diproksi melalui Komite Audit, Dewan Komisaris, dan Dewan Komisaris

Independen memberi kepastian dan jaminan perusahaan sudah melakukan tata

kelola yang baik, transparan, akuntabel dan bebas manajemen laba. Berdasarkan

hal diatas, penulis tertarik mengambil penelitian mengenai “PENGARUH

MANAJEMEN LABA TERHADAP PENGUNGKAPAN CSR DENGAN GCG

SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN FOOD AND

BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” dengan

data Laporan Keuangan sepanjang tahun 2016, 2017, 2018, 2019 dan 2020.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagai perusahaan Food and Beverage yang terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia, pengungkapan CSR harusnya ditujukan untuk menampilkan citra

positif perusahaan, bukan justru mengalihkan informasi kepada investor perihal

laba perusahaan atau disebut dengan Manajemen Laba. Guna menjamin bahwa
11

perusahaan telah melaksanakan sistem keuangan yang transparan, khususnya

Manajemen Laba dibutuhkan Good Corporate Governance (GCG) dengan tujuan

menuju sustainable business atau green accounting yang diproksikan dengan

pengawasan secara internal melalui kehadiran Komite Audit, Dewan Komisaris &

Dewan Komisaris Independen. Adanya inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya

mendorong peneliti melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR dengan GCG

sebagai variabel moderasi pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di

BEI pada tahun 2016 hingga 2020.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka berikut

diuraikan pertanyaan penelitian:

1. Apakah Manajemen Laba berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR pada

perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI sepanjang tahun

2016 – 2020?

2. Apakah Manajemen Laba yang dimoderasi Jumlah Komite Audit

berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR pada perusahaan Food and

Beverage yang terdaftar di BEI sepanjang tahun 2016 – 2020?


12

3. Apakah Manajemen Laba yang dimoderasi Jumlah Dewan Komisaris

berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR pada perusahaan Food and

Beverage yang terdaftar di BEI sepanjang tahun 2016 – 2020?

4. Apakah Manajemen Laba yang dimoderasi Proporsi Dewan Komisaris

Independen berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR pada perusahaan

Food and Beverage yang terdaftar di BEI sepanjang tahun 2016 – 2020?

1.4 Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Guna menjawab dan menganalisa peran Manajemen Laba terhadap

Pengungkapan CSR pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di

BEI sepanjang tahun 2016 – 2020.

2. Guna menjawab dan menganalisis peran Manajemen Laba yang

dimoderasi Jumlah Komite Audit terhadap Pengungkapan CSR pada

perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI sepanjang tahun

2016 – 2020.

3. Guna menjawab dan menganalisis peran Manajemen Laba yang

dimoderasi Jumlah Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR pada

perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI sepanjang tahun

2016 – 2020.
13

4. Guna menjawab dan menganalisis peran Manajemen Laba yang

dimoderasi Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap

Pengungkapan CSR pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di

BEI sepanjang tahun 2016 – 2020.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pihak yang berkepentingan antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat memberikan nilai tambah berupa pengetahuan dan

wawasan mengenai pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan

CSR dan pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR dengan

GCG sebagai pemoderasi yang diproksikan melalui Komite Audit, Dewan

Komisaris, dan Dewan Komisaris Independen.

2. Bagi Kelompok Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI

Diharapkan dapat memberikan informasi pengaruh Manajemen Laba

terhadap Pengungkapan CSR dan pengaruh Manajemen Laba terhadap

Pengungkapan CSR dengan GCG sebagai pemoderasi yang diproksikan

melalui Komite Audit, Dewan Komisaris, dan Dewan Komisaris

Independen.

3. Bagi Akademisi
14

Diharapkan dapat memperkaya khazanah teori dan atau penelitian

mengenai pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR dan

pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR dengan GCG

sebagai pemoderasi yang diproksikan melalui Komite Audit, Dewan

Komisaris, dan Dewan Komisaris Independen.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan

kajian pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR dan

pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR dengan GCG

sebagai pemoderasi yang diproksikan melalui Komite Audit, Dewan

Komisaris, dan Dewan Komisaris Independen.

1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Untuk memusatkan penelitian pada pokok permasalahan yang telah

diuraikan sebelumnya dan agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka dibatasi

penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilaksanakan terbatas berdasarkan teori akuntansi

manajemen khususnya yang berkaitan dengan akuntansi

pertanggungjawaban di bidang pelaksanaan CSR dan UU yang mengatur

CSR terdapat pada Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015

tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Badan Usaha


15

Milik Negara, UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan

Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang Tentang Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

2. Penelitian ini dibatasi hanya meneliti data yang berkaitan dengan Good

Corporate Governance yang diproksikan dengan Jumlah Komite Audit,

Jumlah Dewan Komisaris, dan Proporsi Dewan Komisaris Independen

untuk Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia sepanjang tahun 2016 hingga 2020.


16

BAB II
LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Menurut Agustia (2013) dalam rangka memahami Good Corporate

Governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan

Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak

antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak

sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency

cost). Manajemen yang mengetahui lebih banyak informasi dalam perusahaan dan

prospek perusahaan di masa mendatang dibandingkan dengan pemilik perusahaan

berkewajiban memberikan laporan mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik

perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Perbedaan informasi antara

manajemen dan pemilik perusahaan tersebut dapat memberikan kesempatan

kepada manajer untuk melakukan manajemen laba untuk menyesatkan pemilik

perusahaan mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hill dan Jones (1992)

menyatakan dalam hubungan keagenan terdapat 3 faktor yang mempengaruhi

pengungkapan tanggung jawab sosual perusahaan yaitu biaya pengawasan

(monitoring cost), biaya kontrak (contracting cost) dan validitas politis.


17

Eisenhardt (1989) menyatakan tiga asumsi perilaku manusia dalam teori

agensi yaitu (a) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),

(b) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang

(bounded rationality), dan (c) manusia tidak diprogram untuk menghadapi

masalah atau selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat

dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan

bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan

pribadinya. Oleh karena itu, dalam perilaku akuntansi, peran dari Teori Keagenan

adalah bagaimana mempelajari perilaku manajer guna menghindari sifat opurtunis

untuk kemajuan semu. Manajer harus bertindak tidak hanya untuk kepentingan

sesaat, namun juga jangka panjang yang menyangkut nama baik (kredibilitas)

perusahaan.

2.1.2 Signalling Theory

Signalling theory atau teori sinyal didasarkan pada asumsi bahwa

informasi yang diterima oleh pihak manajemen dan investor tidak sama. Teori

mengenai asimetri informasi ini mengisyaratkan adanya perbedaan informasi yang

didapat antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang berkepentingan

terhadap informasi tersebut. Untuk alasan ini, manajer harus membuat informasi

yang tersedia bagi pihak yang berkepentingan dalam pelaporan keuangan.


18

Menurut Brigham dan Houston (2015), teori sinyal menjelaskan mengenai

tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk

kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.

Tindakan tersebut merupakan upaya manajemen untuk mewujudkan harapan

investor. Menurut Hartono (2013), dalam mengambil keputusan investasi,

investor mendapat sinyal dari informasi yang dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena

informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran, baik

untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi

kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan. Oleh

karena itu manajemen selaku pengelola berkewajiban memberikan sinyal

mengenai kondisi perusahaan kepada investor selaku pemilik melalui laporan

keuangan sebagai sarana pengungkapan informasi, sinyal yang diberikan oleh

manajemen akan ditanggapi oleh investor dengan berbagai cara membeli atau

menjual saham ataupun tidak bereaksi, yang semuanya akan sangat

mempengaruhi pasar.

2.2 Telaah Literatur

2.2.1 Corporate Social Responsibility

2.2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility


19

Menurut Kartini (2013) istilah Corporate Social Responsibility (yang

disingkat CSR) atau tanggung-jawab sosial korporat, yang sering dikenal dengan

istilah tanggung jawab sosial perusahaan kepada seluruh stakeholders. Berbagai

perspektif dalam memandang CSR telah mengakibatkan munculnya berbagai

rumusan. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan

untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna

meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi

perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya” (UU

No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas). Heri (2013) menyatakan

Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan dalam memberikan

kontribusi jangka panjang terhada suatu issue tertentu dimasyarakat atau

lingkungan dalam menciptakan lungkungan yang baik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)

adalah komitmen berkelanjutan oleh bisnis untuk berperilaku etis dan

berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas

hidup stakeholder pada umumnya demi proses pembangunan berkelanjutan.

2.2.1.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu upaya suatu

perusahaan yang dilakukan perusahaan tersebut demi memenuhi kepentingan

stakeholders dan dalam menjamin keberlangsungan jangka panjang perusahaan


20

tersebut. Pengungkapan informasi perusahaan tersebut dapat dipandang sebagai

cara untuk mempengaruhi persepsi prospek keuangan suatu perusahaan di masa

yang akan dating oleh pihak eksternal terutama stakeholder, seperti pelaku pasar

modal, investor institusional, dan analis saham (Brammer dan Pavelin, 2006).

Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan wajib dilaksanakan oleh setiap

penanam modal perusahaan sesuai dengan UU No 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal pada pasal 15 huruf b. Pelaksanaan CSR kemudian dilaporkan

sesuai dengan UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 66

ayat 2c dimana Laporan Tahunan memuat pelaksanaan laporan Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan. Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47

Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas

pada pasal 3 bahwa dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan,

perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam dan pada pasal 4 bahwa Direksi melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan berdasarkan rencana kerja tahunan,

Perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai

dengan anggaran dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan

perundang-undangan.

Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa informasi CSR yang

diungkapkan dalam laporan tahunan dapat digunakan oleh investor bukan hanya
21

berdasarkan pada informasi laba saja akan tetapi diharapkan dapat memberikan

informasi tambahan selain yang tercakup dalam laba akuntansi. Sehingga dalam

penerapan CSR, perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kekuatan

keuangan dalam jangka panjang yang nantinya dapat digunakan dalam penilaian

perusahaan. Nantinya, pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan dapat

digunakan perusahaan untuk membangun, melegitimasi, dan mempertahankan

kontribusi suatu perusahaan baik dari sisi ekonomi dan politis.

 Mana perbaikan dan perubahannya ? Masih sama saja. Dalam buku pedoman
yang diminta untuk setiap variable hrs ada: 1. Definisi atau pengertian, 2.
Bagaimana mengukurnya atau apa indikatornya, 3. Hasil-hasil terdahulu atas
variable tersebut.

2.2.2 Manajemen Laba

2.2.2.1 Pengertian Manajemen Laba

Beberapa definisi yang berbeda menurut para ahli mengenai manajemen

laba, antara lain dikemukakan oleh Fischer and Rosenweig (1995) mendefinisikan

manajemen laba mengacu pada tindakan seorang manajer yang berfungsi untuk

meningkatkan laba yang dilaporkan saat ini dari unit yang menjadi tanggung

jawab manajer tanpa menghasilkan peningkatan yang sesuai dalam profitabilitas

ekonomi jangka panjang dari unit tersebut. Menurut Healy and Wahlen (1999)

manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan

keuangan dan dalam menyusun transaksi untuk mengubah laporan keuangan


22

untuk menyesatkan beberapa pemangku kepentingan tentang kinerja ekonomi

yang mendasari perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang

bergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.

Sedangkan, menurut Hidayat (2016:238) bahwa manajemen laba adalah

intervensi yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak manajemen dalam proses

penentuan laba dan biayasanya untuk tujuan pribadi. Jadi, disimpulkan bahwa

manajemen laba adalah tindakan manajer untuk menggunakan keputusan tertentu

dalam pelaporan keuangan dan untuk menyesatkan stakeholder dalam mengetahui

kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan tersebut.

2.2.2.2 Pola Manajemen Laba

Manajemen melakukan tindakan manajemen laba demi memaksimalkan

ataupun meminimalkan laba termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan

manajemen (Copeland, 1968). Dalam pemilihan dan penerapan metode akuntansi

yang sesuai dengan kepentingan manajer, pengelolaan dan mengatur labanya agar

lebih tinggi atau rendah dari laba yang sesungguhnya. Sehingga manajer dapat

mengupayakan agar pengelolaan dan mengatur agar labanya dapat relatif merata

selama beberapa periode (Sulistyanto, 2017)

Tabel 2.1 Pola Manajemen Laba


23

Pola Manajemen Laba Tujuan


Penaikkan laba Upaya perusahaan mengatur agar laba periode berjalan
(Income increasing) menjadi lebih tinggi daripada laba sesungguhnya.
Upaya ini dilakukan dengan piutang yang di restate
dengan kontrak yang ditambah. Bentuk lainnya adalah
dengan piutang yang di restater dengan kontrak yang
ditambah.
Penurunan laba Upaya perusahaan mengatur agar laba periode berjalan
(Income decreasing) menjadi lebih rendah daripada laba sesungguhnya.
Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan
pendapatan periode berjalan menjadi lebih rendah
daripada pendapatan sesungguhnya dan atau biaya
periode berjalan menjadi lebih tinggi dari biaya
sesungguhnya.
Perataan laba Upaya perusahaan mengatur agar labanya relatif sama
(Income smoothing) selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan
mempermainkan pendapatan dan biaya periode
berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah
daripada pendapatan dan biaya sesungguhnya.
Sumber: Sulistyanto, 2017

2.2.2.3 Model Pengukuran Manajemen Laba

Manajemen laba menggunakan proksi discretionary accrual. Menurut

Herlambang dan Darsono (2015) bahwa discretionary accrual adalah suatu cara

untuk mengurangi pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi

kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual. Dalam penelitian ini

manajemen laba diukur menggunakan model yang dikembangkan oleh Kothari,

dkk (2005) yang kemudian disimpulkan pada Mustika, dkk (2015).

Tahap-tahap penentuan discretionary accrual adalah seperti berikut:


24

1. Menghitung total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas (cash

flow approach), yaitu:

TACCit = NIit – CFOit

Keterangan:

TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

NIit = Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada

periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i periode ke t

2. Menentukan koefisien dari regresi akrual

Akrual diskresioner merupakan perbedaan antara total akrual (TACC) dengan

nondiscretionary accrual (NDACC). Langkah awal untuk menentukan non

discretionary accrual yaitu dengan melakukan regresi sebagai berikut:

TACC¿
TA ¿−1
= β1 ( TA1 ) + β ( REVTA−REC )+ β ( TAPPE ) +
¿−1
2
¿

¿−1
¿
3
¿

¿−1

β4
( ROA ¿−1
TA ¿−1)+ Ɛit

Keterangan:

TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

TAit-1 = Total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1

ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t


25

ΔRECit = Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i

pada tahun t

PPEit = Property, plant and equipment perusahaan i pada tahun t

ROAit-1 = Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t-1

Ɛit = Error item

ß1- ß4 = Koefisien dari hasil regresi

3. Menentukan non discretionary accrual

Regresi yang dilakukan di (2) menghasilkan koefisien β1, β2, β3 dan β4.

Koefisien β1, β2, β3 dan β4 tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi

non discretionary accrual melalui persamaan berikut:

NDACCit = β1 ( TA1 ) + β ( REVTA−REC )+ β ( TAPPE ) +


¿−1
2
¿

¿−1
¿
3
¿

¿−1

β4
( ROA ¿−1
TA ¿−1 )
+ Ɛi

Keterangan:

NDACCit = Non discretionary accrual perusahaan i pada tahun t

TAit-1 = Total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1

ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t

ΔRECit = Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i pada

tahun t

PPEit = Property, plant and equipment perusahaan i pada tahun t


26

Ɛit = Error item

ß1- ß4 = Koefisien dari hasil regresi

4. Menentukan discretionary accrual

Setelah didapatkan akrual non diskresioner, kemudian discretionary accrual

bisa dihitung dengan mengurangkan total akrual (hasil perhitungan di (1))

dengan non discretionary accrual (hasil perhitungan di (3)).

DACCit = ( TACC
)
TA ¿−1
- NDACC ¿

Keterangan:

DACCit = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t

TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

TAit-1 = Total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1

NDACCit = Non discretionary accrual perusahaan i pada tahun t

 Manajemen Laba juga tak ada perbaikan?

2.2.3 Good Corporate Governance

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development),

mendefenisikan corporate governance sebagai suatu sistem dimana bisnis

perusahaan diarahkan dan dikendalikan. Setiawan (2007) menyatakan

corporate governance adalah pembangunan legal dan regulatory framework

agar dapat tercapai praktik corporate governance yang bermanfaat bagi

perusahaan serta perekonomian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tata


27

kelola perusahaan yang baik itu didasarkan dengan bisnis yang diarahkan dan

dikendalikan dengan legal agar tercapai praktik yang sehat dan bermanfaat

bagi perekonomian.

Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dalam suatu

bentuk pengaturan internal yang mencakup filsafat bisnis perusahaan dalam

mencapai tujuan bisnisnya, pedoman menghadapi pelanggan, distributor,

pemerintah dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan pelaku usaha

pesaing. Struktur GCG menentukan distribusi hak dan tanggung jawab di

antara peserta yang berbeda dalam perusahaan, seperti Dewan Direksi,

Manajer, Pemegang Saham, dan Pemangku Kepentingan lainnya.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), GCG diperlukan

untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan

peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu penerapan GCG perlu didukung

oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai

regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna

produk dan jasa dunia usaha.

Good Corporate Governance (GCG) diproksikan melalui Jumlah Komite

Audit, Jumlah Dewan Komisaris, dan Proporsi Dewan Komisaris Independen.

Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menyatakan bahwa setiap

perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek
28

bisnis dan di semua jajaran perusahaan dan memiliki asas GCG yaitu transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan

diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan

dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).

Adapun asas GCG dalam Komite Nasional Kebijakan Governance (2006),

sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang

mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan

harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah

yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang

penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan

pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,

terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku


29

kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang

dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola

secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

 tak ada perbaikan. Di catatan Sdr sudah dirubah. BOHONG.

2.2.4 Komite Audit

Sesuai Kep-29/PM/2004 komite audit adalah komite yang dibentuk oleh

Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya.

Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menyatakan bahwa Komite Audit


30

bertugas untuk membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: 1) Laporan

Keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum, 2) Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, 3)

Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar

audit yang berlaku, dan 4) Tindak-lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh

manajemen. Dewan komisaris memiliki tanggung jawab dalam memonitor

tindakan manajemen puncak dan pengendalian intern tertinggi (Prastiti dan

Meiranto, 2013). Menurut Terzaghi (2012), keberadaan Komite Audit merupakan

salah satu kriteria penerapan GCG. Variabel ini diukur dengan melihat jumlah

anggota komite audit yang dimiliki perusahaan.

2.2.5 Dewan Komisaris

Dewan Komisaris dibentuk sebagai organ yang bertugas melakukan

pengawasan terhadap kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan dan

memberikan nasehat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan

perseroan (Wignjohartojo, 2001). Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa Dewan Komisaris bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi. Komite Nasional Kebijakan Governance (2006)

berpendapat bahwa Dewan Komisaris bertugas dan bertanggung-jawab secara

kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi


31

serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian,

dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.

Agar pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu

dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

1. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan

secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.

2. Anggota dewan komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan

memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik

termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan kepentingan

semua pemangku kepentingan.

3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan komisaris mencakup

tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 120, menyatakan:

(1) Anggaran Dasar perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau

lebih Komisaris Independen dan 1 (satu) orang Komisaris Utusan.

(2) Komisaris Independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat

berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak berafiliasi dengan

pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan

Komisaris lainnya.
32

(3) Komisaris Independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat

Dewan Komisaris.

(4) Tugas dan wewenang Komisaris Utusan ditetapkan dalam Anggaran

Dasar Perseroan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan tugas dan

wewenang Dewan Komisaris dan tidak mengurangi tugas pengurusan

yang dilakukan Direksi.

Sembiring (2005) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris diukur

dengan jumlah anggota dewan komisaris.

2.2.6 Dewan Komisaris Independen

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan (Oktafia, 2013). Kep-29/PM/2004

juga menyatakan bahwa komisaris independen adalah anggota komisaris yang

berasal dari luar emiten atau perushaan publik; tidak mempunyai saham baik

langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik; tidak

mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris,

direksi atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik; dan tidak
33

memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan

usaha emiten atau perusahaan publik. Candradewi dan Sedana (2016) menyatakan

pengawasan disuatu perusahaan sangat penting keberadaanya agar setiap kegiatan

diawasi dengan baik sehingga meminimalkan terjadinya konflik. Menurut

Djuitaningsih dan Marsyah (2012) mengungkapkan bahwa proporsi dewan

komisaris independen diukur dengan rasio atau (%) antara jumlah anggota komisaris

independen dibandingkan dengan jumlah total anggota dewan komisaris.

 Baca itu buku pedoman. Di sana tidak ada sub bab Penelitian Terdahulu.
Penelitian terdahulu itu dirangkumkan dalam masing-masing variable.

2.2.7 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan teori-teori melalui berbagai hasil penelitian sebelumnya yang

dijadikan data pendukung, digunakan penelitian terdahulu yang relevan dengan

permasalahan dalam penelitian ini, yaitu mengenai Manajemen Laba,

Pengungkapan CSR, dan GCG yang diproksikan oleh Komite Audit, Dewan

Komisaris, dan Dewan Komisaris Independen.

2.2.7.1 Pengaruh Manajemen Laba dan Pengungkapan Corporate Social

Responsibility

Dalam hubungan antara principal dan agent terdapat suatu konflik

kepentingan akibat dari tujuan yang berbeda antara principal dan agent (Jensen

dan Meckling, 1976). Healy and Wahlen (1999) menyatakan manajemen laba

terjadi ketika pihak manajer menggunakan keputusan tertentu dalam laporan


34

keuangan dan mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder

yang ingin mengetahui kinerja ekonomi perusahaan. Pihak principal ataupun

pemilik perusahaan tidak memiliki informasi yang cukup mengenai keadaan

perusahaan dan kinerja manajer sedangkan agent atau manajer memiliki informasi

yang lebih banyak terkait dengan kondisi perusahaan. Ketika pemilik perusahaan

atau shareholder menemukan indikasi terjadinya tindakan manajemen laba di

dalam perusahaannya, maka nilai perusahaan langsung turun drastis didalam

perusahaan saham dan hal ini akan membuat stakeholder melakukan aksi yang

mengancam keberadaan manajemen (Mustika, dkk, 2015). Untuk menutupi

praktik manajemen laba, maka pengungkapan CSR menjadi alat yang dipakai

sebagai pengalih perhatian. Dengan adanya CSR dan kualitas laba yang baik,

maka akan membuat investor menjaga hubungan dengan stakeholders karena

kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada stakeholders (Sunarsih, 2017).

Penelitian yang dilakukan Mustika, dkk (2015) juga sejalan dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan Prior et. al (2008), menemukan bahwa

manajer dalam perusahaan yang melakukan tindakan manajemen laba cenderung

semakin aktif dalam meningkatkan citra dan menarik dukungan dari publik dan

stakeholder melalui kegiatan CSR dikarenakan manajer percaya dengan

memenuhi kepuasan stakeholder maka kecurigaan dan kewaspadaan terhadap

laporan keuangan yang dilakukan pihak stakeholder akan berkurang.


35

2.2.7.2 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Komite Audit

terhadap Pengungkapan CSR

Komite Audit merupakan komite penunjang dewan komisaris dan

merupakan alat yang efektif dalam melakukan mekanisme pengawasan demi

mengurangi biaya keagenan dan meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan

.Dengan adanya jumlah komite audit yang semakin tinggi akan meningkatkan

akuntabilitas dan transparansi terhadap proses penyusunan laporan tahunan

sehingga kualitas laba akan semakin tinggi dan informasi yang digunakan oleh

pihak stakeholder terdapat pada laporan keuangan akan menjadi semakin luas

(Oktafia, 2013).

Penelitian ini juga sejalan dengan Said, dkk (2009), dimana komite audit

memiliki korelasi dengan CSR, dan dengan adanya keterkaitan antara komite

audit, manajemen laba, dan CSR diharapkan dengan semakin besarnya ukuran

komite audit dapat menekan kemungkinan pihak manajemen untuk melakukan

tindakan manajemen laba.

2.2.7.3 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Dewan Komisaris

terhadap Pengungkapan CSR

Mutmainah dan Indrasari (2017) dalam penelitiannya dewan komisaris

merupakan inti dari corporate governance yang bertugas memonitoring kinerja

manajemen dan menjamin terlaksananya strategi perusahaan serta akuntabilitas


36

yang baik. Peranan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas

laba. Peran dewan komisaris dapat menutup kelemahan asimetri informasi karena

dengan semakin banyak anggota dewan komisaris, akan semakin banyak ide,

pengalaman, dan interaksi antar dewan komisaris yang mendukung proses

pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Semakin besar jumlah dewan

komisaris, maka semakin mudah dalam mengendalikan manajemen (Sembiring,

2005). Penelitian ini juga sejalan dengan Dimas dan Marsono (2015) dan Sun et.

al (2009) yang menyatakan bahwa dewan komisaris mampu memoderasi

pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR.

2.2.7.4 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Dewan Komisaris

Independen terhadap Pengungkapan CSR

Mutmainah dan Indrasari (2017) menyatakan bahwa komisaris independen

dapat sebagai alat yang mengawasi perrilaku manajemen untuk meningkatkanm

pengungkapan informasi sukarela dalam laporan tahunan. Namun, penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian Oktafia (2013), yang menyatakan bahwa

manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR

bahwa komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan CSR dan dalam pengangkatan dewan komisaris independent oleh

perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk menyatakan pengangkatan dewan


37

komisaris independen hanya untuk pemenuhan regulasi saja tidak dimaksudkan

untuk menegakkan GCG didalam perusahaan.

Untuk lebih memudahkan pemahaman dapat dilihat tabel 2.2 ini:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


(Tahun) Penelitian
1. Yufenti Pengaruh Independen: 1. Manajemen laba berpengaruh
Oktafia Manajemen Manajemen Laba positif terhadap pengungkapan
(2013) Laba Terhadap tanggung jawab sosial
Pengungkapan Dependen: 2. Manajemen laba dengan
Tanggung Pengungkapan komisaris independen tidak
Jawab Sosial Tanggung Jawab berpengaruh secara signifikan
Perusahaan Sosial terhadap pengungkapan
dengan tanggung jawab sosial
Corporate Kontrol: perusahaan
Governance Ukuran 3. Manajemen laba dengan dewan
sebagai Variabel Perusahaan direksi tidak berpengaruh
Moderasi Dan leverage secara signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab
Moderating: sosial perusahaan
Corporate 4. Ukuran Perusahaan
Governance berpengaruh signifikan positif
terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial
perusahaan
5. Leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab
sosial
6. Manajemen laba dengan
komite
audit berpengaruh secara
signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan
2. Diego P., Are Socially Independen: Hubungan antara manajemen laba
38

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


(Tahun) Penelitian
Jordi S., Responsible Manajemen Laba dengan CSR pada perusahaan
dan Josep Managers dinyatakan bahwa adanya
A. Tribo Really Ethical? hubungan positif pada praktik
(2008) Exploring the manajemen laba dengan CSR.
Relationship
Between Dependen:
Earnings CSR
Management
and Corporate
Social
Responsibility
3. Sun, N., Corporate Independen : 1. Earning Management tidak
Salama, Enviromental Earning berpengaruh signifikan
A., Disclosure, Management terhadap Carbon Emission
Hussainey, Corporate Disclosure
K., & Governance and Dependen: 2. Ukuran Dewan Komisaris
Habbash, Earnings Carbon Emission berpengaruh positif secara
M. Management Disclosure signifikan terhadap Carbon
(2010) Emission Disclosure
Kontrol:
Corporate
Governance
4. Sunarsih Pengaruh Independen: 1. Manajemen laba tidak
(2017) Manajemen Manajemen Laba berpengaruh terhadap CSR
Laba Terhadap 2. Manajemen laba yang
Pengungkapan Dependen: dimoderasi komite audit tidak
Corporate Pengungkapan berpengaruh terhadap CSR
Social Tanggung Jawab 3. Kepemilikan saham mayoritas
Responsibility Sosial tidak mampu memoderasi
(CSR) dengan pengaruh manajemen laba
Mekanisme Moderating: terhadap CSR
Corporate Corporate
Governance Governance
sebagai Variabel
Moderasi Pada
Perusahaan yang
Terdaftar di
Jakarta Islamic
39

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


(Tahun) Penelitian
Index (JII)
5. Dimas Analisis Independen: 1. Manajemen laba berpengaruh
Prasetia & Pengaruh Manajemen Laba signifikan terhadap
Marsono Manajemen Pengungkapan CSR
(2015) Laba Terhadap Dependen: 2. Ukuran dewan komisaris dapat
Pengungkapan Pengungkapan memoderasi pengaruh
Corporate Tanggung Jawab manajemen laba terhadap
Social Sosial pengungkapan CSR
Responsibility 3. Pertemuan dewan komisaris
dengan Moderating: tidak dapat memoderasi
Corporate Corporate pengaruh manajemen laba
Governance Governance terhadap pengungkapan CSR
sebagai Variabel 4. Kepemilikan manajerial dapat
Moderasi memoderasi pengaruh
manajemen laba terhadap
pengungkapan CSR
5. Kepemilikan institusi secara
signifikan memoderasi
pengaruh manajemen laba
terhadap pengungkapan CSR
6. Komite audit tidak dapat
memoderasii pengaruh
manajemen laba terhadap
pengungkapan CSR
6. Mardhiyah Pengaruh Independen : 1. Ukuran dewan komisaris
Mutmaina Dewan Ukuran Dewan berpengaruh terhadap
h & Arum Komisaris dan Komisaris, Enviromental Disclosure
Indrasari Leverage Proporsi Dewan 2. Proporsi dewan komisaris
(2017) Terhadap Komisaris independen berpengaruh
Enviromental Independen, negatif terhadap Enviromental
Disclosure Jumlah Rapat Disclosure
Dewan Komisaris 3.Jumlah rapat dewan komisaris
& Leverage berpengaruh terhadap
Enviromental Disclosure
Dependen: 4. Leverage berpengaruh negatif
Enviromental terhadap Enviromental
Disclosure Index Disclosure
Sumber : Data Olahan, 2022
40
41

BAB III
KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya dan telaah pustaka, maka variabel yang

terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi kerangka pemikiran sebagai

pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber: Pengolahan Kerangka Konseptual Penelitian, 2022

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa Pengungkapan CSR

dijadikan alat untuk menutupi kecurangan yang dilakukan oleh manajer dengan

melakukan manajemen laba. Dengan adanya CSR, diharapkan dapat mengurangi

kewaspadaan maupun kecurigaan pihak investor terhadap tindakan manajemen

dalam melakukan manajemen laba. GCG diharapkan hadir sebagai alat yang
42

berperan untuk mengawasi kinerja pihak manajemen tersebut yang melakukan

suatu kegiatan demi kepentingan sendiri dan yang dapat merugikan perusahaan

sehingga dapat dimimalisasikan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka

disusunlah kerangka pemikiran dengan manajemen laba sebagai variabel

independen, pengungkapan CSR sebagai variabel dependen dan Good Corporate

Governance yang diproksikan Jumlah Komite Audit, Jumlah Dewan Komisaris,

dan Proporsi Dewan Komisaris Independen sebagai variabel moderasi.

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR

Menurut Healy and Wahlen (1999), Manajemen Laba terjadi ketika para

manajer menggunakan penilaian di pelaporan keuangan dan menyusun transaksi

untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder tentang

ekonomi yang mendasari kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil

kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan dalam

laporan keuangan.

Teori keagenan yang dikemukakan Jensen dan Meckling (1976) bahwa

terdapat konflik kepentingan antara principal dan manajemen dikarenakan

manajemen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal. Mustika, dkk

(2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara principal dan

agent yang mendorong manajer untuk memanfaatkan keadaan tersebut sehingga


43

melakukan tindakan manajemen laba terhadap laporan keuangan yang

menyebabkan keadaan laporan keuangan sesungguhnya tidak dilaporkan dengan

baik sehingga pemilik perusahaan tidak dapat melakukan pengambilan keputusan

investasi secara optimal.

Demi menutupi praktik manajemen laba, maka pengungkapan CSR

menjadi alat pengalih perhatian. Dengan adanya CSR dan kualitas laba yang baik,

maka akan membuat investor menjadi yakin dalam berinvestasi dan dengan

adanya CSR tersebut dapat menjaga hubungan dengan stakeholders karena

kelangsungan hidup perusahaan bergantung dari stakeholders (Sunarsih, 2017).

 Mana perbaikan yang diminta?

Dari uraian yang dipaparkan diatas dapat diambil hipotesis sebagai

berikut:

H1: Manajemen Laba berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate

Social Responsibility.

3.2.2 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Jumlah Komite

Audit terhadap Pengungkapan CSR

Hubungan antara principal dan manajemen menimbulkan suatu konflik

kepentingan dikarenakan principal dan manajemen memiliki tujuan yang

berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Komite audit dianggap sebagai alat

yang efektif dalam pelaksanaan mekanisme pengawasan, hal ini diperlukan


44

agar konflik kepentingan antara principal dan manajemen pada teori keagenan

akan berkurang dan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi

perusahaan. Dengan demikian diharapkan dengan ukuran Komite Audit yang

semakin besar, maka akuntabilitas dan transparansi yang dilakukan akan

semakin baik dan kualitas pengungkapan informasi sosial yang dilakukan

perusahaan semakin luas (Oktafia, 2013).

Dari uraian yang dipaparkan diatas dapat diambil hipotesis sebagai

berikut:

H2: Manajemen Laba yang dimoderasi Jumlah Komite Audit berpengaruh

terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.

3.2.3 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Jumlah Dewan

Komisaris terhadap Pengungkapan CSR

Dewan Komisaris mewajibkan terlaksananya akuntabilitas yang baik

dengan memiliki tugas untuk mengawasi kinerja manajemen serta menjamin

terlaksananya strategi perusahaan (Sunarsih, 2017). Semakin besar jumlah dewan

komisaris, maka semakin mudah dalam mengendalikan manajemen (Sembiring,

2005). Mutmainah dan Indrasari (2017) menyatakan bahwa dengan proses

pengawasan yang baik, maka dapat menutup kelemahan asimetri informasi karena

dengan banyak anggota dewan komisaris maka akan mendukung proses

pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Selain itu, laba dan CSR juga harus
45

diungkapkan dalam laporan tahunan sehingga informasi mengenai perusahaan

tersebut dapat mempengaruhi keputusan stakeholder agar sesuai dengan teori

stakeholder.

Dari uraian yang dipaparkan diatas dapat diambil hipotesis sebagai

berikut:

H3: Manajemen Laba yang dimoderasi Jumlah Dewan Komisaris berpengaruh

terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.

3.2.4 Pengaruh Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Proporsi Dewan

Komisaris Independen terhadap Pengungkapan CSR

Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) mengungkapkan bahwa

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan bisnis

dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan

dewan komisaris, serta dengan perusahaan itu sendiri. Komisaris independen

memiliki peran penting bagi perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

tingkat independensi dewan komisaris dapat mempengaruhi efektivitas dewan.

Said, dkk (2009) meneliti perbedaan struktur dewan komisaris antara perusahaan

“socially responsible” dengan perusahaan “nonsocially responsible”. Hasil studi

menunjukkan bahwa perusahaan socially responsible” memiliki anggota

komisaris independen lebih banyak dibandingkan pada perusahaan “non-socially

responsible”. Studi tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen


46

memegang peran penting untuk memonitoring dan memastikan perusahaan

dikelola secara benar sehingga dapat meningkatkan citra baik perusahaan.

Mutmainah dan Indrasari (2017) menyatakan bahwa komisaris independen

dapat sebagai alat yang mengawasi perrilaku manajemen untuk meningkatkan

pengungkapan informasi sukarela dalam laporan tahunan. Tanggung jawab

perusahaan terhadap para stakeholder dilakukan dalam pengungkapan lingkungan

untuk memberikan informasi kepda masyarakat (stakeholder) melalui kinerja

lingkungan perusahaan dengan asas transparansi.

Dari uraian yang dipaparkan diatas dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

H4: Manajemen Laba yang dimoderasi Proporsi Dewan Komisaris Independen

berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.


47

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatori yang

berfungsi untuk menguji teori atau hipotesis sebelumnya dengan menunjukkan

hasil yang memperkuat atau memperlemah teori atau hipotesis tersebut.

4.2 Definisi Operasional Variabel

Sugiyono (2017) menyatakan secara teoritis variabel dapat didefinisikan

sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu

orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

4.2.1 Manajemen Laba

Pola yang digunakan dalam manajemen laba pada penelitian ini adalah

pola perataan laba (income smoothing) suatu perusahaan melakukan hal ini agar

dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar demi mencapai laba yang

relatif stabil sesuai dengan keinginan para investor. Manajemen laba dalam

penelitian ini dideteksi dengan menggunakan proksi discretionary accrual yang

dikembangkan oleh Kothari, dkk dalam Mustika, dkk (2015).

Tahap-tahap penentuan discretionary accrual adalah seperti berikut:

1. Menghitung total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas (cash

flow approach), yaitu:


48

TACCit = NIit – CFOit

Keterangan:

TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

NIit = Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada

periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke

2. Menentukan koefisien dari regresi akrual

TACC¿
TA ¿−1
= β1
( 1
) (
TA ¿−1
+ β2
REV ¿ −REC ¿
TA ¿−1 ) (
+ β3
PPE ¿
)
TA ¿−1
+

β4 ( ROA ¿−1
TA ¿−1 )
+ Ɛit

Keterangan:

TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

TAit-1 = Total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1

ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t

ΔRECit = Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i pada

tahun t

PPEit = Property, plant and equipment perusahaan i pada tahun

ROAit-1 = Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t-1

Ɛit = Error item


49

ß1- ß4 = Koefisien dari hasil regresi

3. Menentukan non discretionary accrual

NDACCit = β1 ( TA1 ) + β ( REVTA−REC )+ β ( TAPPE ) +


¿−1
2
¿

¿−1
¿
3
¿

¿−1

β4 ( ROA ¿−1
TA ¿−1 )
+ Ɛit

Keterangan:

NDACCit = Non discretionary accrual perusahaan i pada tahun t

TAit-1 = Total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1

ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t

ΔRECit = Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i pada

tahun t

PPEit = Property, plant and equipment perusahaan i pada tahun t

Ɛit = Error item

ß1- ß4 = Koefisien dari hasil regresi

4. Menentukan discretionary accrual

DACCit = ( TACC
TA )
- NDACC
¿−1
¿

Keterangan:

DACCit = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t

TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t


50

TAit-1 = Total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1

NDACCit = Non discretionary accrual perusahaan i pada tahun t

4.2.2 Good Corporate Governance

4.2.2.1 Jumlah Komite Audit

Jumlah komite audit merupakan jumlah anggota komite auditdalam

perusahaan Ukuran komite audit dihitung dengan menghitung jumlah anggota

komite audit dalam laporan tahunan yang tercantum dalam laporan tata kelola

perusahaan. (Djuitaningsih dan Marsyah, 2012).

Jumlah komite audit dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah Komite Audit = Jumlah anggota komite audit perusahaan

4.2.2.2 Jumlah Dewan Komisaris

Menurut Sembiring (2005), ukuran dewan komisaris yang digunakan yaitu

jumlah anggota dewan komisaris.

Jumlah dewan komisaris dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah Dewan Komisaris = Jumlah anggota dewan komisaris perusahaan

4.2.2.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Menurut Djuitaningsih dan Marsyah (2012), proporsi dewan komisaris

independen diukur dengan rasio atau (%) antara jumlah anggota komisaris

independen dibandingkan dengan jumlah total anggota dewan komisaris.

Proporsi dewan komisaris independen dirumuskan sebagai berikut:


51

Jlh ang .dewan komisaris independen


Proporsi Dewan Komisaris Independen =
Jlh ang . dewankomisaris perusahaan

x100%

4.2.3 Corporate Social Responsibility

Menurut Widya dan Sandra (2014) bahwa untuk mengukur luas

pengungkapan sosial, digunakan pengukuran berupa indeks yang dihitung dengan

menggunakan Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) yang

nantinya dihitung dengan membandingkan skor pengungkapan sesungguhnya

dalam laporan tahunan dengan skor pengungkapan maksimal sesuai indikator

yang digunakan. Pengukuran CSRDI mengacu pada penelitian Terzaghi (2012)

yang menggunakan content analysis dalam mengukur CSRDI. Pendekatan ini

pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam

instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak

diungkapkan. Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

30/SEOJK.04/2016 tentang bentuk dan isi laporan tahunan emiten atau

perusahaan publik bahwa terdapat 20 aspek informasi mengenai tanggung jawab

sosial dan lingkungan emiten atau perusahaan publik.

Widya dan Sandra (2014) menyatakan bahwa rumus penghitungan CSRDI

adalah sebagai berikut :

Ʃ X ij
CSRDIj =
nj
52

Dimana :

CSRDIj = Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j

nj = Jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 20

Xij = Dummy variable, jika diungkapkan diberi nilai 1. Jika tidak

diungkapkan diberi nilai nol.

Dengan demikian, 0 ≤ CSRDIj ≤ 1

Berikut diuraikan definisi operasional untuk seluruh variabel sebagaimana

pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Dimensi Indikator Jenis Data


Variabel Independen

( )
01. Manajemen Discretionary accrual TACC Rasio
Laba (X) DACCit = -
TA ¿−1
NDACC ¿
Sumber : Mustika et al.
(2015:245-246)
Variabel Dependen
02. Corporate - Ʃ X ij Rasio
Social CSRDIj =
nj
Responsibility
Sumber : Widya dan Sandra
(Y)
(2014)
Variabel Moderasi
03. GCG (Z) yang
terdiri dari:
03.01 Jumlah - Jumlah Anggota Komite Audit Rasio
Komite Audit Sumber :Djuitaningsih dan
Marsyah (2012)
03.02 Jumlah Dewan - Jumlah Anggota Dewan Rasio
Komisaris Komisaris
Sumber :Sembiring (2005)
03.03 Proporsi - jumlah anggota komisarisindependenRasio
Dewan jumlah total anggota dewan komisaris
53

No. Variabel Dimensi Indikator Jenis Data


Komisaris x 100%
Independen
Sumber: Djuitaningsih dan
Marsyah (2012)
Sumber : Data Olahan, 2022

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam Sugiyono (2017) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya, kemudian sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dan target populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food

and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016 – 2020

sejumlah 33 perusahan. Perusahaan food and beverages memiliki dampak

signifikan sehingga sebagian sudah melakukan pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan sebagai bentuk tanggung jawab

sosial.

Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling dimana purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017), yang bertujuan mendapatkan sampel

sesuai dengan kriteria yang ditentukan.


54

Adapun kriteria sampel yang digunakan, yaitu:

1. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI dan berlaba untuk

tahun 2016 – 2020.

2. Menyediakan Laporan Keuangan berturut-turut selama tahun 2016 – 2020.

3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan kriteria sampel diatas, dari 33 perusahaan Food and

Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2020, sebanyak 18

perusahaan yang tidak lengkap menerbitkan Laporan Keuangan yang berakhir

pada tanggal 31 Desember 2016 – 2020 dan terdapat 3 perusahaan yang

mengalami kerugian pada tanggal 31 Desember 2016 – 2020 dan 2 perusahaan

yang tidak menyajikan Laporan Tahunannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Berikut diuraikan prosedur pemilihan sampel sebagaimana pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2 Prosedur Pemilihan Sampel

No. Penetapan Sampel Jumlah


1. Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek 33
Indonesia tahun 2016 – 2020.
2. Perusahaan Food and Beverages yang tidak lengkap (18)
menerbitkan Laporan Keuangan, annual report yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2016 – 2020.
3. Perusahaan Food and Beverages yang mengalami kerugian (3)
pada tanggal 31 Desember 2016 – 2020.
4. Perusahaan Food and Beverages yang tidak mengungkapkan (2)
Laporan Tahunan mereka 5 tahun terakhir di website resmi
mereka yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 – 2020.
Jumlah Perusahaan yang masuk sebagai Sampel Penelitian 10
55

Sumber : Data Olahan dari IDX, 2022

4.4 Instrumen Penelitian

Desain penelitian eksplananatori membutuhkan instrumen validitas

konstruk untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian ini agar terbukti

secara empiris (Retnawati, 2016).

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2017). Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara

mengumpulkan data/menghimpun informasi berupa laporan keuangan dan annual

report yang telah dikeluarkan oleh perusahaan Food and Beverage tahun 2016-

2020. Data diperoleh melalui situs resmi BEI.

4.6 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui

apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak. Tujuannya untuk menghindari

terjadinya estimasi yang biasa, karena tidak semua data dapat diterapkan regresi.

Untuk itu akan diuji terlebih dahulu mengenai tidak adanya penyimpangan
56

terhadap asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolonieritas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi.

4.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Metode yang lebih

handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Uji statistik lain yang dapat digunakan

untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2016). Uji K-S dilakukan dengan membuat

hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

HA : Data residual berdistribusi tidak normal

4.6.2 Uji Multikolonieritas

Uji Multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolonieritas

dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation

Factor (VIF). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 dan atau sama dengan nilai VIF ≥

10 (Ghozali, 2016).
57

4.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastitas. Melihat

grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan

residualnya SRESID. Dasar analisis (Ghozali, 2016):

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.6.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal

ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena ”gangguan” pada
58

seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

4.7 Teknik Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka dalam

menganalisis permasalahan (data) penulis akan menggunakan metode regresi Data

Panel. Data panel (pool) yang merupakan gabungan antara data runtun waktu

(time series) dengan data silang (cross section). Oleh karena itu, data panel

memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang terdiri atas beberapa obyek dan

meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011). Umumnya pendugaan parameter dalam

analisis regresi dengan data cross-section dilakukan menggunakan pendugaan

metode kuadrat kecil atau disebut Ordinary Least Square (OLS).

Keunggulan regresi data panel antara lain: pertama, panel data mampu

memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan

variabel spesifik individu. Kedua, kemampuan mengontrol heterogenitas ini

selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan

membangun model perilaku lebih kompleks. Ketiga, data panel mendasarkan diri

pada observasi cross section yang berulang-ulang (time series) sehingga metode

data panel cocok digunakan sebagai study of dynamic adjustment. Keempat,

tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif,

lebih variatif, dan kolinearitas antara data semakin berkurang dan derajat
59

kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil

estimasi yang lebih efisien. Kelima, data panel dapat digunakan untuk

mempelajari model-model perilaku yang kompleks. Dan keenam, data panel dapat

digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi

data individu (Agus dan Imammudin, 2015).

4.7.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah suatu teknik analisis data dengan cara

menggambarkan frekuensi dari objek penelitian apa adanya tanpa bermaksud

mengambil kesimpulan tertentu berdasarkan semua data yang telah terkumpul

(Sugiyono, 2017). Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan pemahaman

tentang situasi yang terjadi atau berlaku pada objek penelitian. Statistik deskriptif

menyajikan temuan empiris berupa data statistik yang menjelaskan mengenai

karakteristik responden khususnya dalam hubungannya dengan variabel-variabel

penelitian yang digunakan dalam pengujian hipotesis.

Pada umumnya objek yang diuraikan digambarkan dalam bentuk tabel,

grafik, diagram/piktodiagram, disertai dengan analisis statistik sederhana seperti

frekuensi, ukuran tendensi sentral (mean, median, mode), ukuran persebaran

(range, variance, standard deviation, interquartile range) dan lain-lain dari

variabel-variabel yang diobservasi dalam objek tersebut (Sinulingga, 2017).


60

4.7.2 Analisis Moderated Regression Analysis (MRA)

Penelitian ini menggunakan pengujian dengan Moderated Regression

Analysis (MRA) untuk mengetahui sejauh mana interaksi variabel Manjemen

Laba terhadap Pengungkapan CSR dengan GCG sebagai variabel moderasi. MRA

atau uji interaksi adalah aplikasi khusus regresi dimana dalam persamaan

regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel

independen).

Adapun bentuk persamaan dalam penelitian ini adalah:

CSRDI = α + β 1 ML+ β 2 JKA+ β3 JDK + β 4 PDKI + β 5 ML∗JKA+¿

β 6 ML∗JDK + β 7 ML∗PDKI + e

Keterangan:

CSRDI : Corporate Social Responsibility Disclosure Index

α : Konstanta

β 1- β 7 : Koefisien

ML : Manajemen Laba diproksikan dengan discretionary accrual

JKA : Jumlah Komite Audit

JDK : Jumlah Dewan Komisaris

PDKI : Proporsi Dewan Komisaris Independen

e : Error
61

4.7.3 Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu

hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan suatu kasus tertentu dan

merupakan anggapan sementara yang perlu diuji kebenarannya dalam suatu

penelitian. Menurut Sugiyono (2016) Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada

tidaknya pengaruh variabel Manajemen Laba (X) terhadap Pengungkapan CSR

(Y) dengan GCG sebagai variabel moderasi (Z). Adapun langkah-langkah

pengujiannya sebagai berikut :

4.7.4 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial, dapat diuji dengan menggunakan rumus

uji t. Menurut Ghozali (2016) uji t digunakan untuk menguji hipotesis secara

parsial guna menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu

terhadap variabel Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapas besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (a =

5%). Penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan kriteria sebagai berikut :


62

1. Jika nilai signifikansi < 0,05 menyatakan bahwa secara parsial variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi > 0,05 menyatakan bahwa secara parsial variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

4.7.5 Uji Statistik F

Menurut (Ghozali, 2016) uji statistik F dapat menunjukkan apakah semua

variabel independen atau variabel bebas dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini

dasar pengambilan keputusan menggunakan nilai F hitung dan F tabel, sebagai

berikut :

1. Jika signifikansi > 0,05 atau 5% maka hipotesis ditolak.

2. Jika signifikansi < 0,05 atau 5% maka hipotesis diterima.

4.7.6 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti varibel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Ghozali, 2016).


63
64

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sejarah PT Bursa Efek Indonesia dimulai dari abad 19, ketika Pemerintah

Hindia Belanda membuka perkebunan di Indonesia. Pada 14 Desember 1912

perdagangan bursa saham diresmikan dengan nama Vereniging voor de

Effectenhandel yang merupakan cabang dari Amsterdamse Effectenbeurs – Bursa

Efek Amsterdam di Belanda.

Babak baru pasar modal di Indonesia ditandai dengan pendirian Badan

Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) pada 10 Agustus 1977 oleh Presiden

Soeharto melalui PP No. 25/1976 dan Kepres No. 52/1976. Pembentukan

BAPEPAM menunjukkan komitmen Pemerintah untuk mengaktifkan kembali

pasar modal di Indonesia. Pada waktu itu, BAPEPAM menjalankan fungsi ganda

sebagai pelaksana sekaligus pengawas pasar modal. Fungsi pelaksana bursa

diserahkan kepada swasta, ditandai dengan swastanisasi Bursa Efek Jakarta (BEJ)

pada 13 Juli 1992, melengkapi Bursa Efek Surabaya (BES) yang lebih dahulu

berdiri pada 16 Juni 1989. PT Bursa Efek Jakarta merupakan cikal bakal dari PT

Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga pada akhirnya PT Bursa Efek Indonesia

(BEI) resmi berdiri pada tanggal 30 November 2007 merupakan penggabungan

Bursa Efek Surabaya (BES) ke dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ).


65

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan

kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan

berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan

seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

5.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Berikut diuraikan statistik deskriptif dari hasil penelitian sebagaimana

pada data Tabel 5.1:

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Penelitian

Manajemen Jumlah Jumlah Proporsi CSRDI (Y)


Laba (X) Komite Dewan Komisaris
Audit (Z1) Komisaris Independen
(Z2) (Z3)
Min -33.760 1.000 2.000 0.500 0.500
Max 14.992 3.000 5.000 1.000 1.000
Med -0.813 2.960 2.840 0.613 0.794
STDEV 6.862 0.283 0.997 0.156 0.131
N 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver.22, 2022
66

Berdasarkan data pada Tabel 5.1 dari total 50 data penelitian

menunjukkan bahwa:

1. Data Manajemen Laba (X) bergerak pada nilai minimal sebesar -33,760

hingga nilai maksimal 14,992, dengan nilai rata-rata sebesar -0,813.

2. Data Good Corporate Governance dengan proksi Jumlah Komite Audit

(Z1) bergerak pada nilai minimal sebesar 1,000 hingga nilai maksimal

3,000, dengan nilai rata-rata sebesar 2,960.

3. Data Good Corporate Governance dengan proksi Jumlah Dewan

Komisaris (Z2) bergerak pada nilai minimal sebesar 2,000 hingga nilai

maksimal 5,000, dengan nilai rata-rata sebesar 2,840.

4. Data Good Corporate Governance dengan proksi Proporsi Dewan

Komisaris Independen (Z3) bergerak pada nilai minimal sebesar 0,500

hingga nilai maksimal 1,000, dengan nilai rata-rata sebesar 0,613.

5. Data Pengungkapan CSR (Y) bergerak pada nilai minimal sebesar 0,500

hingga nilai maksimal 1,000, dengan nilai rata-rata sebesar 0,794.

5.3 Uji Asumsi Klasik

5.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model residual

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat ditempuh dengan

menggunakan Grafik Histogram dan nilai Kolomogorov Smirnov dikatakan


67

berdistribusi normal apabila memiliki probability diatas atau sama dengan 0,0500.

Hasil uji normalitas pada penelitian ini, dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 5.1 Hasil Uji Normalitas


Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver.22, 2022
Berdasarkan pada gambar 5.1 menunjukkan bahwa sebaran data

terdistribusi secara normal, sehingga tidak uji normalitas terpenuhi untuk

penelitian ini. Sedangkan hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada Tabel

5.2 berikut:
68

Tabel 5.2 Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 50
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
.09472079
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .092
Positive .061
Negative -.092
Test Statistic .092
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver.22, 2022

Berdasarkan pada Tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai

Kolomogorov Smirnov yang diperoleh pada penelitian ini dengan Asymp. Sig. (2-

tailed) 0,200 > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa residual dalam model penelitian

ini berdistribusi normal.

5.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk melihat adanya hubungan antar

variabel independen dalam sebuah model dengan melihat VIF dan tolerance.

Model asumsi klasik regresi linear mengharuskan tidak ada hubungan linear
69

sempurna antar variabel independen. Jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai

tolerance diatas 0,1 maka persamaan regresi tersebut tidak terjadi

multikolinearitas. Hasil pengujiannya seluruh variabel independen memiliki nilai

VIF kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas

antar variabel independen dalam model regresi. Berdasarkan hasil pengujian

multikolinearitas yang telah dilakukan, maka diperoleh ringkasan hasil yang

terlihat pada Tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)    
ML .944 1.059
JKA .981 1.019
JDK .805 1.243
PDKI .850 1.177
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022

Pada Tabel 5.3 diatas terlihat bahwa masing-masing variabel independen

yang digunakan telah memiliki koefisien korelasi dibawah < 10 atau nilai

tolerance diatas 0,1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masing-masing

variabel independen yang digunakan pada penelitian terbebas dari gejala

multikolinearitas.
70

5.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan melalui

diagram Scatterplot dan P-Plot, dengan hasil sebagai berikut:

Gambar 5.2 Diagram Scatter Plot

Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022

Berdasarkan gambar 5.2 diatas tampak terlihat sebaran data menyebar

tanpa membentuk pola, hal ini menunjukkan bahwa data tidak terjadi

heteroskedastisitas, dengan kata lain model regresi adalah homoskedastisitas.

Berikutnya disajikan grafik P-Plot sebagaimana pada Gambar 5.3:


71

Gambar 5.3 Grafik P-Plot

Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022

Berdasarkan Gambar 5.3 menunjukkan bahwa sebaran data mendekati

garis linier, hal ini menunjukkan bahwa data tidak terjadi hetereskedastisitas,

dengan kata lain model regresi adalah homoskedastisitas.

5.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah didalam model

regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pengujian autokorelasi pada


72

penelitian ini dilakukan dengan uji run test, sebagaimana pada Tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4 Uji Run Test

Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value a
.00319
Cases < Test Value 25
Cases >= Test Value 25
Total Cases 50
Number of Runs 28
Z .572
Asymp. Sig. (2-tailed) .568
a. Median
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

dalam penelitian ini adalah 0,568 > 0,050, sehingga disimpulkan bahwa model

regresi data panel bebas gangguan autokorelasi.

5.4 Persamaan Regresi

5.4.1 Persamaan Regresi sebelum Menggunakan Variabel Moderasi

Persamaan regresi sebelum menggunakan variabel moderasi dapat dilihat

sebagaimana pada Tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Persamaan Regresi sebelum Menggunakan Moderasi

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients


Model B Std. Error Beta
1 (Constant) .804 .014
ML .013 .002 .661
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022
73

Berdasarkan data pada Tabel 5.5 maka diperoleh:

1. Nilai konstanta α sebesar 0,804 yang artinya jika variabel Manajemen

Laba adalah nol, maka Pengungkapan CSR sebesar nilai konstanta yaitu

0,804.

2. Nilai koefisien β1 (Manajemen Laba) sebesar 0,013 yang artinya jika

variabel Manajemen Laba meningkat 1 satuan maka Pengungkapan CSR

sebesar 0,013.

Berdasarkan nilai yang diperoleh diatas, maka dapat ditentukan persamaan

regresi sebelum menggunakan variabel moderasi sebagai berikut:

Y = 0,804 + 0,013ML + Ԑ

5.4.2 Persamaan Regresi setelah Menggunakan Variabel Moderasi

Adapun persamaan regresi setelah menggunakan variabel moderasi dapat

dilihat sebagaimana pada Tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6 Persamaan Regresi setelah Menggunakan Moderasi

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) .979 .149
ML*JKA .031 .012 4.918
ML*JDK -.005 .002 -.963
ML*PDKI -.100 .050 -3.371
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022

Berdasarkan data pada Tabel 5.6 maka diperoleh:


74

1. Nilai konstanta α sebesar 0,979 yang artinya jika variabel Manajemen

Laba*Jumlah Komite Audit, Manajemen Laba*Jumlah Dewan Komisaris

dan Manajemen Laba*Proporsi Dewan Komisaris Independen adalah nol,

maka Pengungkapan CSR sebesar nilai konstanta yaitu 0,979.

2. Nilai koefisien β1 (Manajemen Laba*Jumlah Komite Audit) sebesar 0,031

yang artinya jika variabel Manajemen Laba*Jumlah Komite Audit

meningkat 1 satuan dengan mengabaikan nilai Manajemen Laba*Jumlah

Dewan Komisaris dan Manajemen Laba*Proporsi Dewan Komisaris

Independen, maka Pengungkapan CSR sebesar nilai konstanta yaitu 0,031.

3. Nilai koefisien β2 (Manajemen Laba*Jumlah Dewan Komisaris) sebesar

-0,005 yang artinya jika variabel Manajemen Laba*Jumlah Dewan

Komisaris meningkat 1 satuan dengan mengabaikan nilai Manajemen

Laba*Jumlah Komite Audit, dan Manajemen Laba*Proporsi Dewan

Komisaris Independen, maka Pengungkapan CSR sebesar nilai konstanta

yaitu -0,005.

4. Nilai koefisien β3 (Manajemen Laba*Proporsi Dewan Komisaris

Independen) sebesar -0,100 yang artinya jika variabel Manajemen

Laba*Proporsi Dewan Komisaris Independen meningkat 1 satuan dengan

mengabaikan nilai Manajemen Laba*Jumlah Komite Audit dan


75

Manajemen Laba*Jumlah Dewan Komisaris maka Pengungkapan CSR

sebesar nilai konstanta yaitu -0,100.

Berdasarkan nilai yang diperoleh diatas, maka dapat ditentukan persamaan

regresi sebelum menggunakan variabel moderasi sebagai berikut:

Y = 0,979 + 0,031ML*JKA – 0,05ML*JDK – 0,100ML*PDKI + Ԑ

5.5 Hasil Pengujian Hipotesis

5.5.1 Uji Hipotesis sebelum Menggunakan Variabel Moderasi

Adapun hasil uji hipotesis sebelum menggunakan variabel moderasi dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut:

Tabel 5.7 Hasil Uji Hipotesis sebelum Menggunakan Variabel Moderasi

Model t Sig.
1 (Constant) 56.945 .000
ML 6.103 .000
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat hasil uji hipotesis sebelum

menggunakan variabel moderasi untuk variabel Manajemen Laba memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,0000 < 0,0500 maka dapat disimpulkan bahwa variabel

Manajemen Laba secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan

CSR, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

5.5.2 Uji Hipotesis setelah Menggunakan Variabel Moderasi

Adapun hasil uji hipotesis setelah menggunakan variabel moderasi Good


76

Corporate Governance (GCG) dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut:

Tabel 5.8 Hasil Uji Hipotesis setelah Menggunakan Variabel Moderasi

Model T Sig.
1 (Constant) 6.557 .000
JKA -.437 .665
JDK -.646 .521
PDKI -1.506 .139
ML*JKA 2.547 .015
ML*JDK -2.073 .044
ML*PDKI -2.009 .051
a. Dependent Variable: CSRDI
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022

1. Hasil uji t setelah menggunakan variabel moderasi untuk variabel

ML*JKA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0150 < 0,0500 maka dapat

disimpulkan bahwa GCG dengan proksi Jumlah Komite Audit mampu

memoderasi secara parsial pengaruh Manajemen Laba terhadap

Pengungkapan CSR, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Hasil uji t setelah menggunakan variabel moderasi untuk variabel

ML*JDK memiliki nilai signifikansi 0,044 < 0,0500 maka dapat

disimpulkan bahwa GCG dengan proksi Jumlah Dewan Komisaris mampu

memoderasi secara parsial pengaruh Manajemen Laba terhadap

Pengungkapan CSR, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

3. Hasil uji t setelah menggunakan variabel moderasi untuk variabel


77

ML*PDKI memiliki nilai signifikansi 0,051 > 0,0500 maka dapat

disimpulkan bahwa GCG dengan proksi Proporsi Dewan Komisaris

Independen tidak mampu memoderasi secara parsial pengaruh Manajemen

Laba terhadap Pengungkapan CSR, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.

5.6 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui presentase

variabel independen secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu.

5.6.1 Uji Determinasi sebelum Menggunakan Variabel Moderasi

Berikut diuraikan hasil Uji (R2) sebelum menggunakan Variabel Moderasi

sebagaimana pada Tabel 5.9 berikut:

Tabel 5.9 Hasil Uji R2 sebelum Menggunakan Variabel Moderasi

Model R R Square Adjusted R Square


1 .690 a
.476 .429
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Ver. 22, 2022

Berdasarkan Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi

yang dihasilkan dalam pengujian Adjusted R-squared bernilai 0,429. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa variabel Manajemen Laba memberikan kontribusi

dalam mempengaruhi Pengungkapan CSR sebesar 42,9% sedangkan sisanya

57,1% dipengaruhi oleh variabel lain.


78

5.6.2 Uji Determinasi setelah Menggunakan Variabel Moderasi

Berikut diuraikan hasil Uji (R2) setelah menggunakan Variabel Moderasi

sebagaimana pada Tabel 5.10 berikut:

Tabel 5.10 Hasil Uji R2 setelah Menggunakan Variabel Moderasi

Model R R Square Adjusted R Square


1 .696 a
.485 .451

Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi

yang dihasilkan dalam pengujian Adjusted R-squared bernilai 0,451. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa variabel Manajemen Laba dengan GCG sebagai

variabel moderasi memberikan kontribusi dalam mempengaruhi Pengungkapan

CSR sebesar 45,1% sedangkan sisanya 54,9% dipengaruhi oleh variabel lain.

5.7 Pembahasan Hasil Penelitian

5.7.1 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen Laba Terhadap

Pengungkapan CSR pada Perusahaan Food and Beverage yang terdftar di Bursa

Efek Indonesia. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prior,

dkk. (2008), dimana mereka menemukan bahwa manajer dalam perusahaan yang

melakukan Manajemen Laba cenderung memproyeksikan kegiatan yang baik

terhadap lingkungan dan sosial untuk mendapatkan dukungan dari stakeholder.


79

Manajer percaya dengan kegiatan tersebut dapat memenuhi kepuasan stakeholder

maka kecurigaan dan kewaspadaan dari stakeholder dapat dikurangi sehingga

kemungkinan praktik manajemen laba yang diamati oleh stakeholder juga dapat

dikurangi. Dengan adanya hal tersebut, maka pihak manajer juga umumnya

mempunyai kecenderungan untuk melakukan penggelapan (korupsi) melalui

pelaksanaan dan pengungkapan CSR dengan memanfaatkan kelebihan

keuntungan untuk konsumsi dan perilaku mementingkan diri sendiri.

5.7.2 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR yang

dimoderasi oleh Jumlah Komite Audit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi Manajemen Laba terhadap

Jumlah Komite Audit memoderasi pengaruh terhadap Pengungkapan CSR.

Keberadaan komite audit sebagai corporate governance dapat meningkatkan

relevansi dan reliabilitas pengungkapan informasi perusahaan, dan juga

sebagai bagian integral diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan

transparansi daam pelaksanaan serta pengungkapan informasi tanggung jawab

sosial dalam laporan tahunan perusahaan (Oktafia, 2013).

Komite Audit merupakan suatu komite yang dibentuk oleh perusahaan

yang berasal dari internal, meskipun demikian Komite Audit harus memegang

teguh prinsip kepatuhan (compliance) dan keterbukaan dalam menjalankan tugas

dan peran mereka. Komite Audit perwakilan dari Dewan Komisaris yang
80

memeriksa langsung operasional perusahaan, berbeda dengan Dewan Komisaris

yang memiliki tugas mengawasi Dewan Direksi tetapi tidak secara operasional.

Sebagai perusahaan Food and Beverage berkaitan erat dengan kualitas mutu

makanan. Pengawasan secara menyeluruh sangat diperlukan guna memastikan

bahwa operasional berjalan dengan baik, guna memastikan kualitas dan mutu

produk yang mereka hasilkan dapat dipertanggung-jawabkan. Dalam hal ini,

Komite Audit dapat secara langsung memantau operasional perusahaan, mulai

dari pembelian, proses hingga pengiriman.

5.7.3 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR yang

dimoderasi oleh Jumlah Dewan Komisaris

Hasil penelitian menemukan bahwa interaksi Manajemen Laba dengan

Jumlah Dewan Komisaris memoderasi negatif terhadap Pengungkapan CSR.

Hasil ini menunjukkan bahwa fungsi Dewan Komisaris mampu memperlemah

hubungan Manajemen Laba dengan Pengungkapan CSR. Semakin besar jumlah

dewan komisaris, maka semakin mudah dalam mengendalikan manajemen.

Dewan Komisaris bertanggung-jawab dalam hal pengawasan kegiatan Dewan

Direksi. Dewan Komisaris selanjutnya memberikan masukan kepada Dewan

Direksi perihal arah perusahaan agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Calon

investor selalu berupaya mencari kredibilitas perusahaan secara menyeluruh, hal

ini guna memastikan bahwa perusahaan tidak menjalankan praktik Manajemen


81

Laba agar profit mereka terlihat bagus. Kehadiran Dewan Komisaris diharapkan

mampu mengawasi kinerja perusahaan dalam hal ini Dewan Direksi untuk

memastikan perusahaan tidak menjalankan praktik Manajemen Laba. Hal ini juga

berarti bahwa dewan komisaris memiliki kecenderungan untuk menghalangi pihak

manajemen dalam melakukan tindakan manajemen laba, sehingga kualitas laba

yang dilaporkan akan menjadi lebih tinggi.

5.7.4 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan CSR yang

dimoderasi oleh Proporsi Dewan Komisaris Independen

Hasil penelitian menemukan bahwa interaksi Manajemen Laba dengan

Proporsi Dewan Komisaris Independen tidak dapat memoderasi pengaruh

Pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang ditemukan oleh

Oktafia (2013) namun tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Said, dkk

(2009) yang menyebutkan bahwa komisaris independen dapat memonitoring

secara lebih baik pengelolaan perusahaan sehingga akan meningkatkan jumlah

informasi yang akan dilaporkan dalam pengungkapan sukarela.

Guna menyakinkan para investor, salah satu kegiatan yang dilakukan

perusahaan adalah memiliki Dewan Komisaris Independen, dimana seluruh

anggota Dewan Komisaris Independen bebas dari afiliasi pemegang saham,

Dewan Direksi dan juga Dewan Komisaris. Kehadiran Dewan Komisaris

Independen dibutuhkan atas pengalaman mereka sesuai dengan bidangnya, dalam


82

hal ini tentu saja yang berkaitan dengan kegiatan sosial perusahaan. Lewat teori

keagenan dan signalling theory, menyatakan bahwa perusahaan memiliki isu

konflik kepentingan antara manajer dengan para investor, dimana para manajer

berusaha mengirimkan sinyal positif lewat kegiatan CSR yang positif, namun

sayangnya kegiatan tersebut justru untuk mengalihkan profitabilitas perusahaan,

dimana dalam hal ini manajer melakukan manajemen laba untuk

menyeimbangkan kegiatan CSR.


83

BAB VI
SIMPULAN

6.1 Simpulan

Sebagaimana dalam rumusan masalah, berikut kesimpulan penelitian:

1. Manajemen Laba berpengaruh positif terhadap Pengungkapan CSR pada

perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016 – 2020.

2. Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Jumlah Komite Audit berpengaruh

positif terhadap Pengungkapan CSR pada perusahaan Food and Beverage

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016 – 2020.

3. Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Jumlah Dewan Komisaris

berpengaruh negatif terhadap Pengungkapan CSR pada perusahaan Food

and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016 – 2020.

4. Manajemen Laba yang dimoderasi oleh Proporsi Dewan Komisaris

Independen tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR pada

perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016 – 2020.

6.2 Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan besar yang terdaftar di Bursa

efek Indonesia, dimana hal ini tentu saja kesadaran mereka terhadap Manajemen
84

Laba dan GCG sudah cukup baik. Tentu ini menjadi salah satu kekurangan dalam

penelitian ini, dimana saran penelitian berikutnya adalah pelaksanaan penelitian

mengenai peran CSR dan GCG di perusahaan Food and Beverage yang belum

terdaftar. Hal ini menjadi penting, karena masih minimnya kesadaran perusahaan

Food and Beverage skala kecil yang peduli terhadap keberlanjutan sosial dan

lingkungan

6.3 Implikasi Manajerial

6.3.1 Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini bisa dijadikan rujukan bagi para manajemen

perusahaan Food and Beverage yang berada di Indonesia, bahwa telah terbukti

Manajemen Laba melalui GCG secara bersamaan dapat meningkatkan

Pengungkapan CSR. Saat ini perusahaan Food and Beverage mendapat tantangan

bagaimana mengelola perusahaan dengan standar mutu dan kesehatan yang

terjaga. Melalui kegiatan GCG yang terprogram dengan baik, maka hal ini selain

mampu menaikkan citra positif perusahaan melalui pengungkapan CSR.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan yang komprehensif

membantu perusahaan Food and Beverage menjalankan praktik pengungkapan

CSR terbebas dari praktik Manajemen Laba. Sebagaimana diungkap sebelumnya

bahwa brdasarkan teori keagenan Pengungkapan CSR bisa menjadi pengalihan

laba yang tidak baik, sehingga potensi Manajemen Laba dapat terjadi, namun dari
85

penelitian ini ditemukan bahwa lewat pengawasan melalui Komite Audit, Dewan

Komisaris dan juga Dewan Komisaris Independen terbukti dapat meyakinkan bagi

calon investor bahwa perusahaan tidak menjalankan praktik Manajemen Laba.

6.3.2 Implikasi Teoretis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji determinasi setelah

menggunakan variabel moderasi didapatkan sebesar 45,1% dengan kata lain

terdapat 54,9% variabel lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini namun

berdampak pada Pengungkapan CSR, oleh karena itu sebagai implikasi teoretis,

perlu dilakukan penelitian Pengungkapan CSR pada perusahaan Food and

Beverage dengan melihat dari variabel lainnya, antara lain dari Nilai Perusahaan

atau Ukuran Perusahaan. Hal ini berkaitan dengan teori signalling, dimana

Pengungkapan CSR harus benar-benar murni menggambarkan aktivitas

perusahaan yang terbebas dari praktik Manajemen Laba. Nilai Perusahaan dan

Ukuran Perusahaan merupakan variabel yang mampu menunjukkan sinyal kepada

calon investor, dimana semakin tinggi Nilai Perusahaan dan Ukuran Perusahaan,

maka semakin besar pula keinginan investor untuk menanamkan saham mereka

pada perusahaan tersebut.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Food And Beverage, praktik

CSR saat ini juga banyak disorot pada perusahaan perkebunan dan pertambangan,

dimana kedua perusahaan tersebut murni mengelola sumber daya alam Indonesia,
86

dan isu-isu negatif terkait pengelolaan lingkungan sangat masif terjadi pada kedua

jenis industri tersebut. Implikasi teoretis berikutnya dapat dilakukan penelitian

mengenai Pengungkapan CSR pada perusahaan perkebunan dan atau

pertambangan, hal ini juga menjawab apakah isu lingkungan dijawab dengan baik

oleh manajemen perusahaan atau mereka tidak mampu mengelolanya dengan

baik, sehingga pengelolaan CSR yang tidak baik, tentu akan berdampak pada

minat investor untuk menanamkan saham mereka.

6.4 Daftar Pustaka

Agustia, D. (2013). Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash


Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 15, No. 1, Hal. 27 – 42. DOI:
https://doi.org/10.9744/jak.15.1.27-42

Anggraini, F. R. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Bhattacharjee, S., Mukherjee, S., & Banerjee, U. (2017). Human Resouce


Management’s Role in Corporate Social Responsibility: A Roadway To
Sustain. Journal of Management Studies, 1–9.

Brammer, S. J., & Pavelin, S. (2006). Corporate reputation and social


performance: The importance of fit. Journal of management studies, 43(3),
435-455.DOI: Brammer, S. J., & Pavelin, S. (2006). Corporate reputation
and social performance: The importance of fit. Journal of management
studies, 43(3), 435-455.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. (2017). Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan (Essentials of Financial Management). Buku 1. Jakarta. Salemba
Empat.
87

Candradewi, I., & Sedana, I. B. P. (2016). Pengaruh kepemilikan manajerial,


kepemilikan institusional dan dewan komisaris independen terhadap return
on asset (Doctoral dissertation, Udayana University).

Copeland, R. M. (1968). Income smoothing. Journal of accounting research, 101-


116. DOI: https://doi.org/10.2307/2490073

Dewi, I.S. dan Dita Nur Khafi. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Ilmiah Akuntansi
dan Ekonomi. Vol. 1, No. 3, Hal. 56 – 76. DOI: shorturl.at/tyAM8

Djuitaningsih, T., dan W.A. Marsyah. (2013). Pengaruh Manajemen Laba dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure. Media Riset Akuntansi, Vol 2, No. 2. DOI:
http://jurnal.bakrie.ac.id/index.php/journal_MRA/article/view/276

Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. Academy


of Management Review, Vol 14, No. 1, Hal. 57 – 74. DOI:
https://doi.org/10.2307/258191

Elkington, J. (1998). Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st
Century Business. Canada: New Society Publisher.

Fischer, M. dan Kenneth Rosenzweig. (1995). Attitude of Students and


Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings
Management. Journal of Business Ethics. Vol. 14. Hal. 433 – 444. DOI:
https://link.springer.com/article/10.1007/BF00872085

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23.
Cetakan VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartono, J. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke 8.


Yogyakarta: BPFE.

Healy, P. M., dan J. M. Wahlen. (1999). A Review of the Earnings Management


Literature and its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons,
Vol. 13, No. 4, Hal. 365 – 383. DOI: https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.156445

Heri, S. (2013). Kontribusi Program CD (Community Depelovment) dan CSR


(Corporate Social Responsibility) dalam Pengembangan Pendidikan di
Tabalong. WIRAMARTAS, 15(1), 99-105.
88

Herlambang, S. dan D. Darsono. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance


dan Ukuran Perusahaan terhadap ManajemenLaba. Diponegoro Journal of
Accounting, Vol. 4, No. 3, Hal. 1 – 17. DOI:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/accounting/article/view/9597

Hidayat, M., & Agusti, R. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance dan
Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada
Perusahaan Lq45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011–
2014). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, 3(1), 234-
248.

Hill, C. W., & Jones, T. M. (1992). Stakeholder‐agency theory.  Journal of


management studies, 29(2), 131-154.

ISO 26000 tentang Social Responsibility

Jensen, M. C. dan W. H. Meckling. (1976). Theory of the Firm: Managerial


Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, Vol. 3, No. 4, Hal. 305 – 360. DOI: shorturl.at/bjnGZ

Kartini, D. (2013). Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep


Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Cetakan II.
Bandung: PT Refika Aditama.

Klein, A. (2002). Audit Committee, Board of Director Characteristics and


Earnings Management. Journal of Accounting and Economics, Vol.33,
No.3, Hal. 375-400. DOI: https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.246674

Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good


Corporate Governance Indonesia. Jakarta.

Kothari, S. P., A. J. Leone, dan C. E. Wasley. (2005). Performance Matched


Discretionary Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics,
Vol. 39, No. 1, Hal. 163 – 197. DOI:
https://doi.org/10.1016/j.jacceco.2004.11.002

Prasetia, D., & Marsono, M. (2015). Analisis Pengaruh Manajemen Laba terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Corporate
Governance sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).
Diponegoro Journal of Accounting, 23-34.
89

Mukharomah, W. dan L.P. Kesumaningrum. (2014). Pengaruh Corporate Social


Responsibility terhadap Profitabitabilitas pada Perusahaan Food and
Beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2010. Seminar

Mutmainah, M., & Indrasari, A. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris dan


Leverage Terhadap Environmental Disclosure. Reviu Akuntansi dan Bisnis
Indonesia, 1(1), 47-56.

Nasional dan Call for Paper (Sancall 2014). Hlm. 342-366. ISBN: 978-602-
70429-1-9.

Mustika, G., R.N. Sari, dan L. Al Azhar. (2015). Pengaruh Manajemen Laba
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Variabel
Anteseden dan Variabel Moderasi. Jurnal Akuntabilitas, Vol 8, No. 3, Hal.
238 – 253. DOI: http://dx.doi.org/10.15408/akt.v8i3.2775

Oktafia, Y. (2013). Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Pengungkapan


Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, Vol. 2, No. 2,
Hal. 676 – 704. DOI: http://dx.doi.org/10.23887/jinah.v2i2.1679

Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program


Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 6 tahun 2013 tentang Program


Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PROPER)

Peraturan Pemerintah Nomor IX.I.5 Kep-29/PM/2004 tentang Pembentukan dan


Pedoman Pelaksaan Kerja Komite Audit

Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan


Lingkungan

Prastiti, A., & Meiranto, W. (2013). Pengaruh karakteristik dewan komisaris dan
komite audit terhadap manajemen laba. Diponegoro Journal of Accounting,
72-83.

Prior, D., J. Surroca. dan J. A. Tribó. (2008). Are Socially Responsible Managers
Really Ethical? Exploring the Relationship Between Earnings Management
and Corporate Social Responsibility. Corporate Governance: An
90

international Review, Vol. 16, No. 3, Hal. 160 – 177. DOI:


https://doi.org/10.1111/j.1467-8683.2008.00678.x

Ratnasari, Y. dan A. Prastiwi. (2010). Pengaruh Corporate Governance terhadap


Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam
Sustainability Report. Undergraduate Thesis. Universitas Diponegoro.

Retnawati, H. (2016). Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian. Yogyakarta:


Parama Publishing.

Ridwan, M., D.P.S.W dan Ira Novianty. (2019). Pengaruh Penerapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Terhadap
Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2017). 100th Industrial Research Worshop and National
Seminar. Politeknik Negeri Bandung.

Said, R., Y. Zainuddin dan H. Haron. (2009). The Relationship Between


Corporate Social Responsibility Disclosure and Corporate Governance
Characteristics in Malaysian Public Listed Companies. Social Responsibility
Journal, Vol. 5, No. 2, Hal. 212 – 226. DOI:
https://doi.org/10.1108/17471110910964496

Sayekti, Y. dan L. S. Wondabio. (2007). Pengaruh CSR Disclosure terhadap


Earning Response Coefficient: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi X.

Sembiring, E. R. (2005). Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung


Jawab Sosial: Study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal SNA VIII, Hal. 379-395. DOI:
https://core.ac.uk/download/pdf/35374338.pdf

Setiawan, T. (2009). Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance


Terhadap Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Peri Ode 2005-2007. Jurnal Akuntansi
Kontemporer, 1(2). DOI: https://doi.org/10.33508/jako.v1i2.428

Sholikha, Imroatus, Arik Susbiyani dan Ibna Kamelia F.A. (2019). Pengaruh
Coorporate Social Responsibility, Leverage dan Size terhadap Profitabilitas.
International Journal of Social Science and Business. Vol. 3, No. 3, Hal.
272-280. P-ISSN: 2614-6533. DOI:
http://dx.doi.org/10.23887/ijssb.v3i3.21053
91

Sugiarto, Febrianto Gilang Prasetyo. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan


terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada
Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi: AKUNESA. Vol. 2, No. 1, Hal. 1 – 19. E-ISSN: 2686-
438X. DOI: shorturl.at/kmxHW

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-24. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sulistyanto, S. (2017). Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Cetakan II.
Jakarta: PT Trasindo.

Sun, N., A. Salama, K. Hussainey dan M. Habbash. (2010) Corporate


Environmental Disclosure, Corporate Governance and Earnings,
Management. Managerial Auditing Journal, Vol. 25, No. 7, Hal. 679-700.
DOI: https://doi.org/10.1108/02686901011061351

Sunarsih. (2017). Pengaruh Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Corporate


Social Responsibility (CSR) dengan Mekanisme Corporate Governance
sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII). APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. Vol. 17,
No. 1, Hal. 33-48. ISSN 1411-8777. DOI: shorturl.at/lzOTX

Terzaghi, M. T. (2012). Pengaruh Earning Management dan Mekanisme


Corporate Governance terhadap Pengungkapan Tangung Jawab Sosial
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Hal. 1 – 17. DOI:
shorturl.at/fjoxP

Tresnawati, Rina. (2008). Pengaruh Sebelum dan Setelah Penerapan CSR


terhadap Profitabilitas Perusahan (Studi Kasus terhadap PT Telkom).
Skripsi. Jakarta: Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas
Widyatama.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman


Modal.

Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Widya, W. R., dan A. Sandra. (2014). Pengaruh Earning Management dan


Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Tanggung
92

Jawab Sosial. Jurnal Akuntabilitas, Vol. 7, No. 1, Hal. 1 – 14. DOI:


https://doi.org/10.15408/akt.v7i1.2642

Wignjohartojo, P. 200 I. "Good Corporcte Governance: Implementasi Beserta Implikasi


dan Masa Depannya", Majalah Ekonomi, Tahun XI, No.1, April. Hal. 64-77.

Wijaya, Paulina Millennia Natalia dan Nora Sri Hendriyeni. (2021). FCF dan
Leverage terhadap Manajemen Laba Dengan GCG sebagai Pemoderasi
(Sektor Transportasi). Jurnal Akuntansi dan Manajemen (JAM), Bagian
Pengelola Jurnal dan Publikasi (BPJP) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Jakarta. Vol. 18, N0. 02, Hal. 103 – 113.

Yuwono, Wisnu dan Erika. (2020). Analisis Pengaruh Citra Perusahaan,


Informasi Akuntansi, Informasi Netral, Rekomendasi Penasehat dan
Kebutuhan Finansial terhadap Keputusan Investasi di Pasar Modal. SEIKO:
Journal of Management & Business. Vol 3, No 3, Hal. 143 – 155. ISSN:
2598-831X. DOI: shorturl.at/hsyI1
93

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Perusahaan

No KODE Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
01 ADES x x
02 AISA x x x x x
03 ALTO x x x x x
04 BTEK x x x x
05 BUDI x x x x x
06 CAMP x x x x
07 CEKA x x x x x
08 CLEO x x x x
09 COCO x x
10 DLTA x x x x x
11 DMND x
12 FOOD x x
13 GOOD x x
14 HOKI x x x x
15 ICBP x x x x x
16 IIKP x x x x
17 IKAN x
18 INDF x x x x x
19 KEJU x x
20 MGNA x
21 MLBI x x x x x
22 MYOR x x x x x
23 PANI x x
24 PCAR x x x x
25 PMMP x
26 PSGO x
27 PSDN x x x x x
28 ROTI x x x x x
29 SKBM x x x x x
30 SKLT x x x x x
31 STTP x x x x x
32 TBLA x X
33 ULTJ x x x x x
94

Lampiran 2. Data Mentah Manajemen Laba

NO KODE TAHUN NIit CFO TACCit

1 DLTA 2016 254509268000 259851506000 -5342238000

2017 279772635000 342202126000 -62429491000

2018 893006350000 342493551000 550512799000

2019 317815177000 274364533000 43450644000

2020 123465762000 246905899000 -123440137000

2 ICBP 2016 3631301000000 4584964000000 -953663000000

2017 3531220000000 5174368000000 -1643148000000

2018 4658781000000 4653375000000 5406000000

2019 5360029000000 7398161000000 -2038132000000

2020 7418574000000 9336780000000 -1918206000000

3 INDF 2016 5266906000000 7175603000000 -1908697000000


95

2017 5145063000000 6507803000000 -1362740000000

2018 4961851000000 5935829000000 -973978000000

2019 5902729000000 13344494000000 -7441765000000

2020 8752066000000 13855497000000 -5103431000000

4 MLBI 2016 982129000000 1248469000000 -266340000000

2017 1322067000000 1331611000000 -9544000000

2018 1224807000000 1412515000000 -187708000000

2019 1206059000000 1334524000000 -128465000000

2020 285617000000 872649000000 -587032000000

5 MYOR 2016 1388676127665 659314197175 729361930490

2017 1630953530893 1275530669068 355422861825

2018 1760434289304 450273241788 1310161047516

2019 2039404206764 3303864262122 -1264460055358


96

2020 2098168514645 3715832449186 -1617663934541

6 ROTI 2016 279777368831 414702426418 -134925057587

2017 135364021139 370617213073 -235253191934

2018 127171436363 295922456326 -168751019963

2019 236518557420 479788528325 -243269970905

2020 168610282478 486591578118 -317981295640

7 SKBM 2016 22545456050 -33834235357 56379691407

2017 1841487199828 -98662799904 1940149999732

2018 15954632472 -55800390845 71755023317

2019 957169058 -80895531759 81852700817

2020 5415741808 19707485134 -14291743326

8 SKLT 2016 20646121074 1641040298 19005080776

2017 3145893664 9907667031 -6761773367


97

2018 31954131252 14653378405 17300752847

2019 44943627900 55384490789 -10440862889

2020 42520246722 99975050847 -57454804125

9 STTP 2016 174176717866 166186126054 7990591812

2017 216024079834 301239769296 -85215689462

2018 255088886019 245006975842 10081910177

2019 482590522840 499922010752 -17331487912

2020 628628879549 926245668352 -297616788803

10 ULTJ 2016 709825635742 779108645836 -69283010094

2017 711681000000 709826000000 1855000000

2018 701607000000 575823000000 125784000000

2019 1035865000000 1096817000000 -60952000000

2020 1109666000000 1217063000000 -107397000000


98

NO KODE TAit-1 (REVit) (REVit-1) (ΔREVit) (ΔREVit)/(TAit-1)


1038321916000 774968268000 699506819000 75461449000 0.072676352
1197796650000 777308328000 774968268000 2340060000 0.001953637
1 DLTA 1340842765000 893006350000 777308328000 115698022000 0.086287539
1523517170000 827136727000 893006350000 -65869623000 -0.043235235
79117279000 546336411000 827136727000 -280800316000 -3.549165486
28901948000000 34466069000000 31741094000000 2724975000000 0.094283437
31619514000000 35606593000000 34375236000000 1231357000000 0.038942945
2 ICBP 34367153000000 38413407000000 35606593000000 2806814000000 0.081671415
38709314000000 42296703000000 38413407000000 3883296000000 0.100319422
103588325000000 46641048000000 42296703000000 4344345000000 0.041938558
91831526000000 66750317000000 64061947000000 2688370000000 0.029275023
82174515000000 70186618000000 66659484000000 3527134000000 0.04292248
3 INDF 88400877000000 73394728000000 70186618000000 3208110000000 0.036290477
96537796000000 76592955000000 73394728000000 3198227000000 0.033129273
96198559000000 81731469000000 76592955000000 5138514000000 0.053415707
2100853000000 3263311000000 2696318000000 566993000000 0.269887041
2275038000000 3389736000000 3263311000000 126425000000 0.0555705
4 MLBI
2510078000000 3649615000000 3389736000000 259879000000 0.103534233
2889501000000 3711405000000 3574801000000 136604000000 0.047275983
99

2896950000000 1985009000000 3711405000000 -1726396000000 -0.595935726


11342715686221 18349959898358 14818730635847 3531229262511 0.311321324
12922421859142 20816619191077 13449537442448 7367081748629 0.5701007
5 MYOR 14915849800251 24060802395725 20816673948473 3244128447252 0.217495382
19037918806473 25026739472547 24060802395725 965937076822 0.050737535
19777500514550 24476953742651 25026739472547 -549785729896 -0.027798545
2706323637034 2521920968213 2174501712899 347419255314 0.128373137
2919640858718 2491100179560 2521920968213 -30820788653 -0.010556363
6 ROTI 4559573709411 2766545866684 2491100179560 275445687124 0.060410403
4393810380883 3337022314624 2766545866684 570476447940 0.129836383
4682083844951 3212034546032 3337022314624 -124987768592 -0.026694902
764484248710 1501115928446 1362245580664 138870347782 0.181652334
1001657012004 1841487199828 1501115928446 340371271382 0.339808205
7 SKBM 1623027475045 1953910957160 1841487199828 112423757332 0.069267932
1771365972009 2104704872583 1953910957160 150793915423 0.085128606
1820383352811 3165530224724 2104704872583 1060825352141 0.582748326
377110748359 833850372883 745107731208 88742641675 0.235322494
568239939951 211333430147 198148117003 13185313144 0.023203778
8 SKLT 636284210210 1045029834378 914188759779 130841074599 0.205633069
747293725435 1281116255236 1045029834378 236086420858 0.315921856
790845543826 1253700810596 1281116255236 -27415444640 -0.034665991
9 STTP 1919568037170 2629107367897 2544277844656 84829523241 0.044191986
100

2337207195055 2825409180889 2629107367897 196301812992 0.083989906


2342432443196 2826957323397 2825409180889 1548142508 0.000660912
2631189810030 3512509168853 2826957323397 685551845456 0.260548229
2881563083954 3846300254825 3512509168853 333791085972 0.115836814
3539995910248 4685987917355 4393932684171 292055233184 0.082501574
4239200000000 4879559000000 4685988000000 193571000000 0.045662153
10 ULTJ 5175896000000 5472882000000 4879559000000 593323000000 0.11463194
5555871000000 6241419000000 5472882000000 768537000000 0.138328806
6608422000000 5967362000000 6223057000000 -255695000000 -0.038692293

N TAHU
KODE
O N RECit RECit-1 ΔRECit (ΔREV - ΔREC)/TAit-1
2016 56301000 176094000 -119793000 0.0727917237
2017 57584000 56301000 1283000 0.0019525660
1 DLTA 2018 292777000 57584000 235193000 0.0861121319
2019 0 292777000 -292777000 -0.0430430633
2020 0 0 0 -3.5491654863
2016 984573000000 1010473000000 -25900000000 0.0951795706
2017 1096176000000 984573000000 111603000000 0.0354133843
2 ICBP
2018 1117009000000 1096176000000 20833000000 0.0810652253
2019 1065882000000 1117009000000 -51127000000 0.1016402151
101

2020 2380015000000 1065882000000 1314133000000 0.0292524471


2016 3729640000000 3522553000000 207087000000 0.0270199474
2017 3941053000000 3729640000000 211413000000 0.0403497483
3 INDF 2018 4258499000000 3941053000000 317446000000 0.0326994946
2019 4128356000000 4258499000000 -130143000000 0.0344773771
2020 5315611000000 4128356000000 1187255000000 0.0410739936
2016 286846000000 208236000000 78610000000 0.2324689067
2017 560248000000 286846000000 273402000000 -0.0646041956
4 MLBI 2018 604963000000 560248000000 44715000000 0.0857200454
2019 858299000000 604963000000 253336000000 -0.0403986709
2020 336035000000 858299000000 -522264000000 -0.4156550855
2016 1533159578900 1214526452726 318633126174 0.2832298918
2017 971383336411 1533159578900 -561776242489 0.6135736844
5 MYOR 2018 938153661759 971383336411 -33229674652 0.2197231915
2019 1156139900456 936153661759 219986238697 0.0391823731
2020 130604357590 1156139900456 -1025535542866 0.0240551031
2016 138850856494 128778761810 10072094684 0.1246514482
2017 164515198562 138850856494 25664342068 -0.0193466024
6 ROTI 2018 206166236967 164515198562 41651038405 0.0512755498
2019 282085488326 206166236967 75919251359 0.1125577013
2020 176075299580 282085488326 -106010188746 -0.0040532337
7 SKBM 2016 145354634342 84907907140 60446727202 0.1025836971
102

2017 189951187258 145354634342 44596552916 0.2952854270


2018 240432219376 189951187258 50481032118 0.0381649271
2019 275609501615 240432219376 35177282239 0.0652697607
2020 355583321595 275609501615 79973819980 0.5388159206
2016 108361346707 87113396958 21247949749 0.1789784360
2017 96142728974 108361346707 -12218617733 0.0447063451
8 SKLT 2018 163848351756 116147932953 47700418803 0.1306659107
2019 177886504926 163848351756 14038153170 0.2971365343
2020 153898836527 177886504926 -23987668399 -0.0043343182
2016 116018096040 129169623932 -13151527892 0.0510432812
2017 122580584762 116018096040 6562488722 0.0811820726
9 STTP 2018 158456254158 122580584762 35875669396 -0.0146546497
2019 183022151732 158456254158 24565897574 0.2512118074
2020 141282908965 183022151732 -41739242767 0.1303217448
2016 462422864328 448129204430 14293659898 0.0784638119
2017 504629000000 462423000000 42206000000 0.0357060294
10 ULTJ 2018 530498000000 504629000000 25869000000 0.1096339648
2019 613245000000 530498000000 82747000000 0.1234351913
2020 563444000000 613245000000 -49801000000 -0.0311563033
103

N
PERUSAHAAN TAHUN
O (PPEit) TAit-1 (PPEit)/(TAit-1)
104

2016 96275498000 1038321916000 0.0927222054


2017 89978944000 1197796650000 0.0751203837
1 DLTA 2018 90191394000 1340842765000 0.0672647057
2019 85234517000 1523517170000 0.0559458854
2020 79117279000 79117279000 1.0000000000
2016 7114288000000 28901948000000 0.2461525431
2017 8120254000000 31619514000000 0.2568114741
2 ICBP 2018 10741622000000 34367153000000 0.3125548980
2019 11342412000000 38709314000000 0.2930150609
2020 13351296000000 103588325000000 0.1288880383
2016 25701913000000 91831526000000 0.2798811489
2017 29787303000000 82174515000000 0.3624883335
3 INDF 2018 42388236000000 88400877000000 0.4795001751
2019 43072504000000 96537796000000 0.4461724401
2020 45862919000000 96198559000000 0.4767526611
2016 1278015000000 2100853000000 0.6083314730
2017 1364086000000 2275038000000 0.5995882267
4 MLBI 2018 1524061000000 2510078000000 0.6071767491
2019 1559289000000 2889501000000 0.5396395433
2020 1479447000000 2896950000000 0.5106912442
2016 3859420029792 11342715686221 0.3402553794
5 MYOR
2017 3968757426380 12922421859142 0.3071217973
105

2018 3988757428380 14915849800251 0.2674173769


2019 4674963819225 19037918806473 0.2455606554
2020 6043201970326 19777500514550 0.3055594394
2016 62056464165 2706323637034 0.0229301711
2017 1993663314016 2919640858718 0.6828453945
6 ROTI 2018 2222133112899 4559573709411 0.4873554535
2019 2540413874692 4393810380883 0.5781801340
2020 2434486072405 4682083844951 0.5199578122
2016 436018707335 764484248710 0.5703436115
2017 485558490029 1001657012004 0.4847552448
7 SKBM 2018 582660258194 1623027475045 0.3589959302
2019 602802562379 1771365972009 0.3403037949
2020 440748401586 1820383352811 0.2421184532
2016 299674475232 377110748359 0.7946590664
2017 300995129651 568239939951 0.5296972432
8 SKLT 2018 323244348971 636284210210 0.5080188126
2019 360346292384 747293725435 0.4822016834
2020 354930905744 790845543826 0.4487992738
2016 1133722474056 1919568037170 0.5906133318
2017 1125768977479 2337207195055 0.4816727331
9 STTP
2018 1096143561950 2342432443196 0.4679509820
2019 1124520287704 2631189810030 0.4273809071
106

2020 1538988540784 2881563083954 0.5340811552


2016 1042072476333 3539995910248 0.2943710961
2017 1336398000000 4239200000000 0.3152476882
10 ULTJ 2018 1453135000000 5175896000000 0.2807504247
2019 1556666000000 5555871000000 0.2801839712
2020 1715401000000 6608422000000 0.2595780052

N PERUSAHAA TAHU
O N N (ROAit) (ROAit-1) TAit-1 (ROAit-1)/(TAit-1)
2016 192045199000 0.1849572816 1038321916000 1.78131E-13
2017 254509268000 0.2124811987 1197796650000 1.77393E-13
1 DLTA 2018 279772635000 0.2086543197 1340842765000 1.55614E-13
2019 338129985000 0.2219403835 1523517170000 1.45676E-13
2020 317815177000 4.0170134896 79117279000 5.07729E-11
2016 2923148000000 0.1011401723 28901948000000 3.49942E-15
2017 3631301000000 0.1148436690 31619514000000 3.63205E-15
2 ICBP 2018 3543173000000 0.1030976584 34367153000000 2.99989E-15
2019 4658781000000 0.1203529724 38709314000000 3.10915E-15
2020 5360029000000 0.0517435628 103588325000000 4.99512E-16
2016 3709501000000 0.0403946353 91831526000000 4.39878E-16
3 INDF
2017 5266906000000 0.0640941538 82174515000000 7.79976E-16
107

2018 5097264000000 0.0576607854 88400877000000 6.52265E-16


2019 4961851000000 0.0513980141 96537796000000 5.32413E-16
2020 5902729000000 0.0613598484 96198559000000 6.37846E-16
2016 496909000000 0.2365272582 2100853000000 1.12586E-13
2017 982129000000 0.4316978442 2275038000000 1.89754E-13
4 MLBI 2018 1322067000000 0.5267035526 2510078000000 2.09836E-13
2019 1224807000000 0.4238818398 2889501000000 1.46697E-13
2020 1206059000000 0.4163202679 2896950000000 1.4371E-13
2016 1250233128560 0.1102234388 11342715686221 9.71755E-15
2017 1388676127665 0.1074625285 12922421859142 8.31597E-15
5 MYOR 2018 1630953830893 0.1093436749 14915849800251 7.3307E-15
2019 1760434280304 0.0924698912 19037918806473 4.85714E-15
2020 2051404206764 0.1037241387 19777500514550 5.24455E-15
2016 270538700440 0.0999653910 2706323637034 3.69377E-14
2017 279777368831 0.0958259534 2919640858718 3.28211E-14
6 ROTI 2018 135364021139 0.0296878677 4559573709411 6.51111E-15
2019 127171436363 0.0289433146 4393810380883 6.58729E-15
2020 236518557420 0.0505156604 4682083844951 1.07891E-14
2016 40150568620 0.0525198115 764484248710 6.86997E-14
2017 22545456050 0.0225081598 1001657012004 2.24709E-14
7 SKBM
2018 25880464791 0.0159457959 1623027475045 9.82472E-15
2019 15954632472 0.0090069657 1771365972009 5.08476E-15
108

2020 957169058 0.0005258063 1820383352811 2.88844E-16


2016 20066791849 0.0532119329 377110748359 1.41104E-13
2017 1703436781 0.0029977421 568239939951 5.27549E-15
8 SKLT 2018 22970715348 0.0361013443 636284210210 5.67378E-14
2019 31954131252 0.0427598014 747293725435 5.72195E-14
2020 44943627900 0.0568298428 790845543826 7.18596E-14
2016 185705201171 0.0967432243 1919568037170 5.03984E-14
2017 174176717866 0.0745234390 2337207195055 3.18857E-14
9 STTP 2018 216024079834 0.0922221174 2342432443196 3.93702E-14
2019 255088886019 0.0969481126 2631189810030 3.68457E-14
2020 482590522840 0.1674752587 2881563083954 5.81196E-14
2016 523100215029 0.1477685930 3539995910248 4.17426E-14
2017 709826000000 0.1674433855 4239200000000 3.94988E-14
10 ULTJ 2018 718402000000 0.1387976111 5175896000000 2.68162E-14
2019 701607000000 0.1262820897 5555871000000 2.27295E-14
2020 1035865000000 0.1567492209 6608422000000 2.37196E-14

N TAHU
KODE
O N β1 β2 β3 β4
2016 3.59233E-13 0.0748298919 -0.0067687210 -2.03069E-14
1 DLTA
2017 3.11405E-13 0.0020072378 -0.0054837880 -2.02228E-14
109

2018 2.78183E-13 0.0885232716 -0.0049103235 -1.774E-14


2019 2.44828E-13 -0.0442482691 -0.0040840496 -1.66071E-14
2020 4.71452E-12 -3.6485421200 -0.0730000000 -5.78811E-12
2016 1.29057E-14 0.0978445986 -0.0179691356 -3.98934E-16
2017 1.17965E-14 0.0364049590 -0.0187472376 -4.14054E-16
2 ICBP 2018 1.08534E-14 0.0833350516 -0.0228165076 -3.41987E-16
2019 9.63592E-15 0.1044861411 -0.0213900994 -3.54443E-16
2020 3.60079E-15 0.0300715156 -0.0094088268 -5.69443E-17
2016 4.06179E-15 0.0277765059 -0.0204313239 -5.01461E-17
2017 4.53912E-15 0.0414795413 -0.0264616483 -8.89173E-17
3 INDF 2018 4.21942E-15 0.0336150804 -0.0350035128 -7.43582E-17
2019 3.86377E-15 0.0354427437 -0.0325705881 -6.06951E-17
2020 3.8774E-15 0.0422240655 -0.0348029443 -7.27144E-17
2016 1.77547E-13 0.2389780361 -0.0444081975 -1.28348E-14
2017 1.63953E-13 -0.0664131131 -0.0437699405 -2.1632E-14
4 MLBI 2018 1.48601E-13 0.0881202066 -0.0443239027 -2.39213E-14
2019 1.29088E-13 -0.0415298337 -0.0393936867 -1.67235E-14
2020 1.28756E-13 -0.4272934279 -0.0372804608 -1.63829E-14
2016 3.28845E-14 0.2911603288 -0.0248386427 -1.1078E-15
2017 2.88646E-14 0.6307537475 -0.0224198912 -9.48021E-16
5 MYOR
2018 2.5007E-14 0.2258754409 -0.0195214685 -8.357E-16
2019 1.95925E-14 0.0402794796 -0.0179259278 -5.53714E-16
110

2020 1.88598E-14 0.0247286459 -0.0223058391 -5.97879E-16


2016 1.37825E-13 0.1281416887 -0.0016739025 -4.2109E-15
2017 1.27755E-13 -0.0198883072 -0.0498477138 -3.74161E-15
6 ROTI 2018 8.18059E-14 0.0527112652 -0.0355769481 -7.42266E-16
2019 8.48921E-14 0.1157093170 -0.0422071498 -7.50951E-16
2020 7.96654E-14 -0.0041667242 -0.0379569203 -1.22996E-15
2016 4.87911E-13 0.1054560406 -0.0416350836 -7.83176E-15
2017 3.72383E-13 0.3035534189 -0.0353871329 -2.56169E-15
7 SKBM 2018 2.29817E-13 0.0392335450 -0.0262067029 -1.12002E-15
2019 2.10572E-13 0.0670973140 -0.0248421770 -5.79662E-16
2020 2.04902E-13 0.5539027664 -0.0176746471 -3.29282E-17
2016 9.89099E-13 0.1839898322 -0.0580101118 -1.60859E-14
2017 6.56413E-13 0.0459581228 -0.0386678988 -6.01405E-16
8 SKLT 2018 5.86216E-13 0.1343245562 -0.0370853733 -6.46811E-15
2019 4.99134E-13 0.3054563573 -0.0352007229 -6.52303E-15
2020 4.71647E-13 -0.0044556791 -0.0327623470 -8.19199E-15
2016 1.94315E-13 0.0524724931 -0.0431147732 -5.74542E-15
2017 1.59592E-13 0.0834551707 -0.0351621095 -3.63497E-15
9 STTP 2018 1.59236E-13 -0.0150649799 -0.0341604217 -4.48821E-15
2019 1.41761E-13 0.2582457380 -0.0311988062 -4.20041E-15
2020 1.29444E-13 0.1339707536 -0.0389879243 -6.62563E-15
10 ULTJ 2016 1.05367E-13 0.0806607986 -0.0214890900 -4.75866E-15
111

2017 8.79883E-14 0.0367057983 -0.0230130812 -4.50287E-15


2018 7.20648E-14 0.1127037158 -0.0204947810 -3.05704E-15
2019 6.71362E-14 0.1268913767 -0.0204534299 -2.59116E-15
2020 5.64431E-14 -0.0320286798 -0.0189491944 -2.70404E-15

N DACC=(TACC/TA) -
KODE TAHUN
O NDACC TACC NDACC
2016 0.0680611709 -5342238000 -0.0755947778
2017 -0.0034765502 -62429491000 14.9919525158
1 DLTA 2018 0.0836129480 550512799000 4.9103905050
2019 -0.0483323187 43450644000 -0.5900804605
2020 -3.7215421200 -123440137000 0.4192394222
2016 0.0798754629 -953663000000 -0.4130992722
2017 0.0176577214 -1643148000000 -2.9429767493
2 ICBP 2018 0.0605185440 5406000000 0.0025992258
2019 0.0830960416 -2038132000000 -0.6336311166
2020 0.0206626889 -1918206000000 -0.8961848513
2016 0.0073451820 -1908697000000 -2.8297145400
2017 0.0150178929 -1362740000000 -1.1042485818
3 INDF
2018 -0.0013884323 -973978000000 7.9353823030
2019 0.0028721556 -7441765000000 -26.8392646735
112

2020 0.0074211212 -5103431000000 -7.1486520126


2016 0.1945698385 -266340000000 -0.6515761988
2017 -0.1101830536 -9544000000 0.0380738655
4 MLBI 2018 0.0437963039 -187708000000 -1.7074897451
2019 -0.0809235204 -128465000000 0.5493981653
2020 -0.4645738887 -587032000000 0.4361802325
2016 0.2663216861 729361930490 0.2414457212
2017 0.6083338563 355422861825 0.0452125974
5 MYOR 2018 0.2063539723 1310161047516 0.4256609876
2019 0.0223535517 -1264460055358 -2.9712493977
2020 0.0024228069 -1617663934541 -33.7596631114
2016 0.1264677862 -134925057587 -0.3942148362
2017 -0.0697360210 -235253191934 1.1554440701
6 ROTI 2018 0.0171343171 -168751019963 -2.1600080335
2019 0.0735021672 -243269970905 -0.7532637158
2020 -0.0421236445 -317981295640 1.6122650853
2016 0.0638209569 56379691407 1.1555555850
2017 0.2681662861 1940149999732 7.2229081985
7 SKBM 2018 0.0130268421 71755023317 3.3938081518
2019 0.0422551370 81852700817 1.0935665109
2020 0.5362281193 -14291743326 -0.0146410684
8 SKLT 2016 0.1259797203 19005080776 0.4000370068
113

2017 0.0072902241 -6761773367 -1.6322548923


2018 0.0972391829 17300752847 0.2796227839
2019 0.2702556344 -10440862889 -0.0516975902
2020 -0.0372180261 -57454804125 1.9520068636
2016 0.0093577199 7990591812 0.4448416019
2017 0.0482930612 -85215689462 -0.7549837648
9 STTP 2018 -0.0492254016 10081910177 -0.0874352350
2019 0.2270469318 -17331487912 -0.0290113563
2020 0.0949828293 -297616788803 -1.0873871409
2016 0.0591717086 -69283010094 -0.3307576347
2017 0.0136927170 1855000000 0.0319573217
10 ULTJ 2018 0.0922089348 125784000000 0.2635523268
2019 0.1064379468 -60952000000 -0.1030716714
2020 -0.0509778741 -107397000000 0.3187958513

Lampiran 3. Data Mentah CSRDI dan Good Corporate Governance

N AITEM DLTA ICBP INDF


O
2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
114

A Lingkungan Hidup

01 Penggunaan material dan energi Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


yang ramah lingkungan dan
dapat didaur ulang

02 Sistem pengolahan limbah Y Y Y Y Y Y X Y Y Y X X Y X X


Emiten atau Perusahaan Publik

03 Mekanisme pengaduan masalah Y Y Y Y Y Y X Y Y Y X X Y X X


lingkungan

04 Sertifikasi di bidang lingkungan Y Y Y Y Y Y X Y Y Y X X Y X X


yang dimiliki

B Praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja

01 Kesetaraan gender dan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


kesempatan kerja

02 Sarana dan keselamatan kerja Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

03 Tingkat perpindahan (turnover) X Y Y X Y X X X X X X X Y X X


115

karyawan

04 Tingkat kecelakaan kerja X Y Y X Y X X X X X X X Y X X

05 Pendidikan dan/atau pelatihan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

06 Remunerasi Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

07 Mekanisme pengaduan masalah Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


ketenagakerjaan

C Pengembangan sosial dan kemasyarakatan

01 Penggunaan tenaga kerja lokal X Y Y X X X Y X X X Y Y Y Y Y

02 Pemberdayaan masyarakat Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
sekitar Emiten atau Perusahaan
Publik antara lain melalui
penggunaan bahan baku yang
dihasilkan oleh masyarakat atau
pemberian edukasi

03 Perbaikan sarana dan prasarana Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


116

sosial

04 Bentuk donasi lainnya Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

05 Komunikasi mengenai X Y Y X Y X X Y X X X X Y X X
kebijakan dan prosedur anti
korupsi di Emiten atau
Perusahaan Publik, serta
pelatihan mengenai anti korupsi

D Tanggung jawab barang dan/atau jasa

01 Kesehatan dan keselamatan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


konsumen

02 Informasi barang dan/atau jasa Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

03 Sarana, jumlah, dan Y Y Y Y X Y X Y Y Y X X Y X X


penanggulangan atas pengaduan
konsumen

E Penggunaan biaya X Y Y X X X X X X X X X Y X X
117

Jumlah Y (tersedia) 15 20 20 15 17 15 12 16 15 15 12 12 20 12 12

Jumlah X (tidak tersedia) 5 0 0 5 3 5 8 4 5 5 8 8 0 8 8

Total 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

CSRDI 0.75 1 1 0.75 0.85 0.75 0.6 0.8 0.75 0.75 0.6 0.6 1 0.6 0.6

F GCG

01 Jumlah Komite Audit 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

02 Jumlah Dewan Komisaris 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5

03 Proporsi Kom Independen 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 1 1 1 1 1 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6

No AITEM MLBI MYOR ROTI

2016 201 2018 201 2020 2016 201 2018 201 2020 201 2017 201 2019 2020
118

7 9 7 9 6 8

A Lingkungan Hidup

01 Penggunaan material dan energi Y Y X Y Y Y Y Y X X Y Y X Y Y


yang ramah lingkungan dan
dapat didaur ulang

02 Sistem pengolahan limbah Y Y X Y Y Y Y Y X X Y Y X Y Y


Emiten atau Perusahaan Publik

03 Mekanisme pengaduan masalah Y Y X Y Y Y Y X X X Y Y X Y Y


lingkungan

04 Sertifikasi di bidang lingkungan Y Y X Y Y Y Y Y X X Y Y X Y Y


yang dimiliki

B Praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja

01 Kesetaraan gender dan Y Y X Y Y Y Y Y X X Y Y X Y Y


kesempatan kerja

02 Sarana dan keselamatan kerja Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


119

03 Tingkat perpindahan (turnover) X Y Y Y Y Y Y X Y X X Y Y X Y


karyawan

04 Tingkat kecelakaan kerja X Y X X Y Y Y Y X X X Y X X Y

05 Pendidikan dan/atau pelatihan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

06 Remunerasi Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

07 Mekanisme pengaduan masalah Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


ketenagakerjaan

C Pengembangan sosial dan kemasyarakatan

01 Penggunaan tenaga kerja lokal X X X X X X X X X X X Y X X Y

02 Pemberdayaan masyarakat Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
sekitar Emiten atau Perusahaan
Publik antara lain melalui
penggunaan bahan baku yang
dihasilkan oleh masyarakat atau
pemberian edukasi
120

03 Perbaikan sarana dan prasarana Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


sosial

04 Bentuk donasi lainnya Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

05 Komunikasi mengenai X Y Y Y Y Y Y Y X X X Y X X Y
kebijakan dan prosedur anti
korupsi di Emiten atau
Perusahaan Publik, serta
pelatihan mengenai anti korupsi

D Tanggung jawab barang dan/atau jasa

01 Kesehatan dan keselamatan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


konsumen

02 Informasi barang dan/atau jasa Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

03 Sarana, jumlah, dan Y X Y Y X X X Y Y Y Y Y Y Y Y


penanggulangan atas pengaduan
konsumen

E Penggunaan biaya X X X Y X X X Y Y X X X Y X X
121

Jumlah Y (tersedia) 15 17 12 18 17 17 17 17 12 10 15 19 12 15 19

Jumlah X (tidak tersedia) 5 3 8 2 3 3 3 3 8 10 5 1 8 5 1

Total 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

CSRDI 0.75 0.85 0.6 0.9 0.85 0.85 0.85 0.85 0.6 0.5 0.75 0.95 0.6 0.75 0.95

F GCG

01 Jumlah Komite Audit 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

02 Jumlah Dewan Komisaris 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2

03 Proporsi Kom Independen 0.75 0.75 0.75 0.75 0.5 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
122

No Aitem SKBM SKLT

2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020

A Lingkungan Hidup

01 Penggunaan material dan Y Y Y Y Y Y X Y Y Y


energi yang ramah
lingkungan dan dapat didaur
ulang

02 Sistem pengolahan limbah Y Y Y Y Y Y X Y Y Y


Emiten atau Perusahaan
Publik

03 Mekanisme pengaduan Y Y Y Y Y X X X Y Y
masalah lingkungan

04 Sertifikasi di bidang Y Y Y Y Y Y X Y Y Y
lingkungan yang dimiliki

B Praktik ketenagakerjaan,
123

kesehatan, dan keselamatan


kerja

01 Kesetaraan gender dan Y Y Y Y Y Y X Y Y Y


kesempatan kerja

02 Sarana dan keselamatan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


kerja

03 Tingkat perpindahan Y Y Y Y X X Y X X Y
(turnover) karyawan

04 Tingkat kecelakaan kerja Y Y Y Y X Y X Y X Y

05 Pendidikan dan/atau Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
pelatihan

06 Remunerasi Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

07 Mekanisme pengaduan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
masalah ketenagakerjaan

C Pengembangan sosial dan


kemasyarakatan
124

01 Penggunaan tenaga kerja Y Y Y Y X X X X X Y


lokal

02 Pemberdayaan masyarakat Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
sekitar Emiten atau
Perusahaan Publik antara
lain melalui penggunaan
bahan baku yang dihasilkan
oleh masyarakat atau
pemberian edukasi

03 Perbaikan sarana dan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


prasarana sosial

04 Bentuk donasi lainnya Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

05 Komunikasi mengenai Y Y Y Y Y Y X Y Y Y
kebijakan dan prosedur anti
korupsi di Emiten atau
Perusahaan Publik, serta
pelatihan mengenai anti
korupsi

D Tanggung jawab barang


125

dan/atau jasa

01 Kesehatan dan keselamatan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


konsumen

02 Informasi barang dan/atau Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


jasa

03 Sarana, jumlah, dan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


penanggulangan atas
pengaduan konsumen

E Penggunaan biaya X Y Y X X Y Y Y X X

Jumlah Y (tersedia) 19 20 20 19 16 17 12 17 16 19

Jumlah X (tidak tersedia) 1 0 0 1 4 3 8 3 4 1

Total 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

CSRDI 0.95 1 1 0.95 0.8 0.85 0.6 0.85 0.8 0.95

F GCG
126

01 Jumlah Komite Audit 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3

02 Jumlah Dewan Komisaris 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

03 Proporsi Kom Independen 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

NO AITEM STTP ULTJ

2016 201 2018 2019 2020 201 2017 2018 201 2020
7 6 9

A Lingkungan Hidup

01 Penggunaan material dan Y Y X Y X X Y Y X Y


energi yang ramah
lingkungan dan dapat didaur
ulang

02 Sistem pengolahan limbah Y Y X Y X X Y Y X Y


127

Emiten atau Perusahaan


Publik

03 Mekanisme pengaduan Y Y Y Y Y Y Y X Y X
masalah lingkungan

04 Sertifikasi di bidang Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
lingkungan yang dimiliki

B Praktik ketenagakerjaan,
kesehatan, dan keselamatan
kerja

01 Kesetaraan gender dan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


kesempatan kerja

02 Sarana dan keselamatan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


kerja

03 Tingkat perpindahan Y X Y X Y Y X X Y X
(turnover) karyawan

04 Tingkat kecelakaan kerja X X X X X X X Y X Y


128

05 Pendidikan dan/atau Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
pelatihan

06 Remunerasi Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

07 Mekanisme pengaduan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
masalah ketenagakerjaan

C Pengembangan sosial dan


kemasyarakatan

01 Penggunaan tenaga kerja X X X X X X X X X X


lokal

02 Pemberdayaan masyarakat Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
sekitar Emiten atau
Perusahaan Publik antara
lain melalui penggunaan
bahan baku yang dihasilkan
oleh masyarakat atau
pemberian edukasi

03 Perbaikan sarana dan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


prasarana sosial
129

04 Bentuk donasi lainnya Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

05 Komunikasi mengenai Y X Y Y Y Y Y Y Y Y
kebijakan dan prosedur anti
korupsi di Emiten atau
Perusahaan Publik, serta
pelatihan mengenai anti
korupsi

D Tanggung jawab barang


dan/atau jasa

01 Kesehatan dan keselamatan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


konsumen

02 Informasi barang dan/atau Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


jasa

03 Sarana, jumlah, dan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y


penanggulangan atas
pengaduan konsumen

E Penggunaan biaya Y X X X X X X Y X Y
130

Jumlah Y (tersedia) 18 15 15 16 15 15 16 17 15 17

Jumlah X (tidak tersedia) 2 5 5 4 5 5 4 3 5 3

Total 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

CSRDI 0.9 0.75 0.75 0.8 0.75 0.75 0.8 0.85 0.75 0.85

F GCG

01 Jumlah Komite Audit 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

02 Jumlah Dewan Komisaris 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4

03 Proporsi Kom Independen 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

Anda mungkin juga menyukai