Anda di halaman 1dari 5

Argumen

Menurut saya sebagai pembicara 3 tim (pro/kontra) menyatakan tidak setuju dengan argumen
pembicara (2/3) tim (pro/kontra)

1. Pro

1. Memudahkan transaksi antarnegara karena tidak perlu menukarkan kurs mata uang,
mempermudah perdagangan antar negara ketika dua negara melakukan transaksi
perdagangan, transaksi biasanya dilakukan dalam US Dollar (USD). Mereka kemudian harus
menukarkan kembali USD ini ke mata uang lokal mereka. Hal ini dapat menimbulkan resiko
kerugian akibat nilai tukar yang terus berubah-ubah. Dengan adanya mata uang tunggal,
transaksi akan dilakukan dengan menggunakan mata uang tunggal tersebut sehingga
pertukaran mata uang tidak lagi diperlukan. Sehingga dalam hal ini, menukarkan kurs mata
uang sangat merugikan kita baik dalam hal waktu dan nilai mata uang.

2. Menyiptakan suku bunga yang stabil, dengan menggunakan mata uang tunggal, negara yang
sebelumnya memiliki mata uang yang lemah akan menikmati penurunan suku bunga mereka.
Likuiditas dari mata uang tunggal ini akan menurunkan suku bunga pinjaman sehingga
memungkinkan perusahaan, bank, maupun pemerintah untuk meminjam dana dengan lebih
murah dibandingkan sebelumnya.

3. Efek lain dari mata uang tunggal adalah paritas harga-harga barang maupun jasa diantara
negara-negara pengguna mata uang tersebut. Perbedaan harga memungkinkan seseorang
untuk melakukan arbitrase maksudnya membeli di tempat yang lebih murah dan menjualnya di
tempat yang lebih mahal. Begitu mata uang tunggal mulai digunakan, harga-harga tersebut
akan mulai menyatu. Inflasi dan deflasi harga akan terjadi dan harga pasar yang wajar akan
tercapai. Secara fundamental, mata uang tunggal dapat meningkatkan efisiensi ekonomi bagi
negara-negara penggunanya. Sehingga kestabilan harga pasar sangat terjaga antar negara satu
dan lainnya.

4. Adanya mata uang digital, seperti bitcoin yang dapat digunakan kapan saja dan dimana saja.
Bitcoin tidak merugikan suatu negara yang memiliki kemajuan ekonomi yang lebih rendah
dikarenakan tingkat inflasi keuangan mereka yang sangat tinggi. Maksudnya Bitcoin merupakan
mata uang digital yang memiliki nilai yang sama di seluruh negara.

5. Kita dapat menggunakan stock aman, yang dalam dua tahun ini perusahaannya tidak
mengalami penurunan dalam penghasilan. Seperti bank lokal Indonesia dan semen gresik.
6. Pengaplikasian mata uang umum dapat juga melalui Mata uang digital , bank sentral saat ini
sedang dipertimbangkan oleh banyak bank sentral di seluruh dunia. Kolom ini mendukung
pengenalan mata uang bersama digital Asia sebagai mata uang sintetik multilateral yang
sebanding dengan euro. Manfaat yang akan diperolehnya – seperti memperdalam kerja sama
dalam kerangka multilateral dan perlindungan hak-hak negara kecil dan menengah – lebih
besar daripada kerugian dari inefisiensi dalam kerangka multilateral. Mengikuti aset crypto
pribadi seperti Bitcoin dan Libra Facebook, Salah satu keunggulan mata uang digital adalah
dapat diperdagangkan dengan harga murah secara real time lintas batas negara.
7. Tetapi Asia Timur memiliki sejarah mata uang yang sama. Salah satu contohnya adalah
peredaran luas koin Cina di seluruh Asia Timur selama Abad Pertengahan. Saat itu,
perdagangan di laut berkembang pesat di sekitar Tiongkok. Hubungan perdagangan menguat,
dan mata uang Tiongkok digunakan sebagai mata uang untuk perdagangan. Sementara
kekuatan hubungan perdagangan pada saat itu sebanding dengan hubungan perdagangan dan
rantai pasokan saat ini di Asia Timur, penggunaan uang Cina jauh lebih luas pada saat itu. Di
Jepang, penerbitan mata uangnya sendiri telah lama ditangguhkan, dan sebagai gantinya uang
Tiongkok didistribusikan sebagai mata uang nasional. Uang Cina yang digunakan untuk transaksi
perdagangan selanjutnya juga dikreditkan sebagai mata uang dalam transaksi domestik di
seluruh Asia Timur. Meluasnya penggunaan mata uang China pada saat itu sebagian besar
didorong oleh kekuatan ekonomi China, Oleh karena itu Asia Timur berbagi pengalaman sejarah
mata uang bersama.
8. Secara khusus, sistem pembayaran digital antar bank telah membuat kemajuan yang
signifikan, dan penyelesaian digital sekuritas telah berkembang pesat. Selain itu, perbankan
online dan pembayaran seluler telah menjadi populer. Jika mata uang bersama Asia akan
diterbitkan secara digital sekarang, tidak perlu menerbitkan uang kertas. Oleh karena itu,
setidaknya secara teknis, kondisi mata uang bersama Asia telah dikembangkan. Penerbitan
cryptocurrency baru-baru ini juga menunjukkan kemungkinan koeksistensi berbagai mata uang,
seperti mata uang nasional yang ada dan yang baru. Manfaat mata uang digital menjanjikan
signifikan, mulai dari inklusi keuangan yang meningkat secara substansial, peningkatan
produktivitas dan peningkatan investasi, konsumsi, dan pertumbuhan dari biaya modal yang
lebih rendah.

Simpulan : Maka dapat disimpulkan bahwa mata uang umum bagi negara Asia sangat
menguntungkan, karena sesuai contoh nyata yaitu Eropa yang sudah menerapkan sistem mata
uang tinggal yaitu Euro. Euro adalah mata uang yang dipakai di 20 negara anggota Uni Eropa.
Secara giral, mata uang ini mulai dipakai sejak tanggal 1 Januari 1999, tetapi secara fisik baru
dipakai pada tanggal 1 Januari 2002. Keuntungannya bagi Uni Eropa yaitu Euro menjadi salah
satu mata uang dominan di dunia. Karena penggunaannya yang lebih luas di negara-negara
anggota, kredibilitas Euro meningkat. Euro menjadi salah satu mata uang utama cadangan
devisa. Mengutip laporan dari International Monetary Fund (IMF), sekitar 20,54% cadangan
mata uang global menggunakan Euro, tertinggi kedua setelah dolar Amerika Serikat. Jadi dari
hal ini, dapat dikatakan bahwasannya mata uang umum sangat menguntungkan suatu negara
sehingga jika diterapkan di negara Asia mungkin Asia dapat menstabilkan pertumbuhan
ekonomi antar negara. Sehingga ketimpangan antar negara dan selisih kurs dapat dihindari.

Kedua, biaya transaksi dan lindung nilai mata uang rendah karena lebih stabil. Ketiga, biaya
transaksi perdagangan dan modal turun. Keempat, alokasi sumber daya lebih efisien. Kelima,
akses pasar lebih luas dan persaingan meningkat. Begitu juga, mereka dapat berinvestasi ke
negara anggota lainnya secara lebih mudah karena aliran modal bebas.

2. Kontra

1. Menurut data bank dunia 2020, perekonomian di Asia relatif tidak merata. Masih ada negara
maju dengan kebanyakan negara berkembang bahkan negara terbelakang. Jika dipaksakan
untuk menyamakan mata uang pastinya tidak mudah karena jika mata uang disesuaikan dengan
negara maju, pastinya negara berkembang dan terbelakang akan sangat berusaha keras untuk
menyeimbangkan perekonomian. Sedangkan jika mata uang nya disesuaikan dengan negara
berkembang, itu akan merugikan bagi negara maju yang harus menurunkan nilai mata uang
mereka lalu untuk negara terbelakang akan menyusahkannya dalam menyejajarkan posisi.
Namun, kembali lagi jika mata uangnya disamakan dengan negara terbelakang, pasti merugikan
negara maju dan berkembang yang harus menurunkan nilai mata uang dan menyejajarkan nya
dengan negara terbelakang.

2. Ketika penggunaan mata uang bersama terjadi seperti dalam kasus Eropa, suatu negara
secara prakteknya melepaskan sebagian besar kedaulatan moneternya kepada Bank Sentral
antar-negara yang mengatur peredaran uang tersebut. Artinya performa keuangan, moneter,
dan makroekonomi negara-negara yang menggunakan mata uang bersama tersebut harusnya
secara ideal tidak jauh berbeda, agar tidak membebani negara-negara tertentu. Pasalnya ketika
terjadi "apa-apa", negara yang tertinggal jauh/tidak stabil dengan negara acuan atau negara
pemakai dominan mata uang tersebut, akan mengejar dalam hal mensejajarkan negaranya.

3. Level pembangunan tiap negara di Asia yang berbeda karena kembali lagi bahwa di Asia
mayoritas merupakan negara berkembang. Perbedaan kepentingan moneter yang sangat besar
antar negara-negara Asia berbeda dengan Uni Eropa, mereka relatif bisa mencapai konsensus
terhadap kebijakan moneter karena kondisi dan arah perekonomian mereka yang cenderung
merata. Sedangkan di Asia, ini hampir tidak mungkin. Negara-negara maju misalnya ingin mata
uangnya mengambang dalam range tertentu. Maka dari itu mata uang negara maju dapat
sangat kuat karena nilai mata uangnya merefleksikan kekuatan keuangannya. Sedangkan
negara-negara berorientasi manufaktur seperti Vietnam, Indonesia, dan Kamboja cenderung
ingin menahan mata uang mereka lemah untuk mengurangi impor dan memotivasi perusahaan
asing untuk membuka pabrik disana dengan SDM yang murah. Mencapai konsensus antara
negara-negara yang ingin mata uang mereka ditahan rendah dengan mereka yang ingin mata
uang mereka mengambang bebas atau bahkan cenderung ingin kuat akan sangat sulit sekali.
Belum lagi apabila ada krisis keuangan. Memiliki mata uang sendiri berarti memudahkan dalam
membuat kebijakan moneter yang cepat dan adaptif. Jika memiliki mata uang umum, maka
harus merundingkan dulu antar negara satu dan lain bahkan dengan kepentingan yang relatif
berbeda.

4. Harga bitcoin telah meningkat 144 kali lebih cepat daripada penggunaannya dalam transaksi
selama lima tahun terakhir. Volatilitasnya yang ekstrem dan penggunaannya yang terbatas
dalam transaksi berarti ia gagal memenuhi kriteria mata uang yang paling mendasar sekalipun
— untuk berfungsi sebagai alat tukar yang diterima. Prospek jangka panjang Bitcoin di Asia juga
tidak terlihat bagus. Pelajaran mendasar yang ingin kami pelajari dari Depresi Hebat adalah
bahwa pasokan mata uang suatu negara tidak boleh tetap. Ketika konsumen menjadi takut
akan masa depan — selama pandemi, misalnya — mereka mulai menimbun uang dan berhenti
berbelanja. Karena ‘pengeluaran saya adalah penghasilan Anda dan pengeluaran Anda adalah
penghasilan saya’, ini memicu spiral deflasi yang berbahaya, dengan kurangnya permintaan
yang menyebabkan jatuhnya harga dan pemotongan investasi, yang pada akhirnya
menyebabkan depresi output dan pendapatan.

5. Pasokan tetap Bitcoin — hanya 21 juta yang akan dibuat — menjadikannya kandidat mata
uang yang mengerikan. Masalahnya menjadi lebih buruk. Jika pembuat kebijakan mengadopsi
mata uang yang sama dengan negara lain (seperti halnya jika bitcoin adalah mata uang global
atau regional), mereka akan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan nilai tukar mereka
saat menghadapi guncangan ekonomi. Ketika ekonomi Yunani terjerumus ke dalam resesi lebih
dari satu dekade yang lalu, nilai tukarnya tidak dapat turun untuk mendukung pemulihan
Yunani dengan membuat ekspor Yunani lebih murah karena mata uangnya (euro) dibagi
dengan ekonomi lain yang jauh lebih besar yang tidak ada. Jenis krisis yang sama. Hasilnya
adalah pemulihan Yunani yang sangat lama.
6. Skenario lain adalah bahwa bitcoin tidak menggantikan mata uang Asia mana pun, melainkan
berjalan paralel dengannya. Namun, hal ini akan menimbulkan kekhawatiran stabilitas
keuangan bagi banyak pemerintah Asia. Banyak ekonomi Asia, terutama ekonomi berkembang
dan berkembang, telah mengalami krisis di masa lalu akibat arus modal internasional yang
mudah berubah dan telah bertindak untuk mengatur arus tersebut untuk menjaga stabilitas.
Jika bitcoin, sebagai mata uang paralel, memberikan peluang untuk melewati kontrol modal ini,
maka bitcoin akan segera dilarang, seperti yang diusulkan di India. Perekonomian dengan nilai
tukar tetap juga perlu melarang bitcoin karena, seperti pada tahun 1990-an, spekulan dapat
menggunakan bitcoin untuk menjual mata uang domestik, yang akhirnya meruntuhkan sistem
nilai tukar tetap.
• Kedaulatan moneter ini adalah prinsip dimana satu negara dapat mengendalikan peredaran
uang yang ada didalam negaranya, dengan cara-cara antara lain: Bisa mencetak uang baru
(dalam bentuk fisik maupun digital) ataupun menariknya, Menetapkan bentuk uang yang sah,
termasuk dalam soal redenominasi mata uang, serta Menaikkan/menurunkan suku bunga •

Simpulan: Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan mata uang umum di Asia
sangatlah tidak efisien. Meninjau kembali kasus tahun 2008, Krisis utang pemerintah Yunani
yang juga dikenal dengan sebutan Depresi Yunani adalah krisis utang negara pertama dari
empat krisis utang Zona Euro. Negara Yunani memprediksi keadaan ekonomi negaranya akan
terus tumbuh dan diikuti oleh ledakan ekonomi. Namun prediksi ini seketika berubah ketika
krisis keuangan menerpa tahun 2008. Saat itu semua negara di Eropa terkena resesi, namun
karena Yunani lah yang paling miskin maka Yunani lah yang merasakan dampaknya. Dikutip dari
Vox, jika saja Yunani tidak bergabung dengan euro, negara ini diperkirakan dapat meningkatkan
ekonomi dengan lebih banyak mencetak mata uangnya, drachma. Hal ini akan menurunkan
nilai drachma di pasar internasional, membuat ekspor lebih kompetitif Yunani. Namun, Yunani
memutuskan untuk berbagi kebijakan moneter dengan seluruh Eropa. Bank Sentral Eropa yang
didominasi Jerman meluncurkan kebijakan moneter Eropa yang tepat bagi Jerman, namun di
satu sisi memperburuk ekonomi Yunani. Akibat krisis Yunani bahkan sampai menyeret pasar
keuangan global sehingga terjadi penurunan tajam.

Anda mungkin juga menyukai