Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN

PENURUNAN STUNTING DAN WASTING


RS SARI ASIH KARAWACI
PERATURAN DIREKTUR NOMOR: 101/PER/DIR/RSSAK/VI/2022

TENTANG

PANDUAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DAN WASTING


RUMAH SAKIT SARI ASIH KARAWACI KOTA TANGERANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT SARI ASIH KARAWACI

Menimbang: a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci
kepada masyarakat, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan pasien yang
bermutu
b. bahwa usaha pencegahan stunting dan wasting dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya peraturan direktur tentang Panduan Penurunan Stunting dan Wasting di
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu ditetapkan dengan peraturan direktur Rumah Sakit Sari Asih Karawaci
tentang penetapan Panduan Penurunan Stunting dan Wasting di Rumah Sakit Sari
Asih Karawaci Kota Tangerang.

Mengingat: 1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia tahun 2009 nomor 144, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 5063).
2. Undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 116, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 4431)
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
4. Undang-undang Nomor 29 tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi
Bagi Anak Akibat Penyakit
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan
penurunan stunting

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SARI ASIH KARAWACI TENTANG
PANDUAN PENURUNAN STUNTING DAN WASTING RUMAH SAKIT SARI ASIH
KARAWACI
KEDUA : Panduan Penurunan Stunting dan Wasting di Rumah Sakit Sari Asih
Karawaci sebagaimana dimaksud diktum kesatu sebagaimana tercantum dalam
Lampiran keputusan ini.

i
KETIGA : Panduan ini menjadi acuan bagi Rumah sakit sari asih Karawaci untuk melaksanakan
Penurunan Stunting dan Wasting di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci
KEEMPAT Panduan Asuhan Gizi Rumah Sakit Sari Asih Karawaci ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tangerang
Pada tanggal : 2 Juni
2022

Direktur,

ii
BAB I

DEFINISI

1. Pengertian Stunting dan Wasting


Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang dan kedua factor
penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1000 HPK. Anak
tergolong stunting apabila indeks Berat Badan menurut umur (TB/U) dengan ambang batas (Z-
score) <-2 SD.
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus
(severe wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan
(BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan ambang batas (Z- score) <-2 SD.
Anak kurus merupakan masalah gizi yang sifatnya akut, sebagai akibat dari peristiwa yang
terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan makanan.
Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut dalam setiap siklus
hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis
(KEK) akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). BBLR ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan berlanjut ke usia anak
sekolah dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi generasi yang kehilangan
masa emas tumbuh kembangnya jika tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).

2. Penegakan Diagnosis Stunting dan Wasting


Balita pendek atau stunting bisa diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi
badannya kemudian dibandingkan dengan umur dan dilihat pada standar WHO 2005. Apabila hasil
pengukurannya ini berada pada kisaran (Z- score) <-2 SD maka balita tergolong dalam status
gizi stunting.
Balita dikatakan wasting bila seorang balita sudah diukur berat badannya kemudian
dibandingkan dengan panjang atau tinggi badannya dan dilihat pada standar WHO 2005.
Apabila hasil pengukurannya ini berada pada kisaran (Z- score) <-2 SD maka balita tergolong dalam
status gizi wasting.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup untuk Panduan Program Percepatan Penurunan Stunting dan wasting salah satunya
sebagai acuan dasar bagi seluruh petugas Pemberi jasa Pelayanan Kesehatan yang ada di Rumah Sakit Sari
Asih Karawaci Tangerang untuk melakukan seluruh pelayanan dengan menggunakan Standard Prosedur
Operasional ( SPO ) yang sudah ditetapkan dan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Pedoman
Percepatan Penurunan Stunting dan wasting.

2
BAB III

TATA LAKSANA PENANGGULANGAN STUNTING DAN WASTING

1. Cara Mendeteksi Stunting dan Wasting


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang seharusnya selalu dipantau pada setiap
kunjungan ke dokter. Pemantauan pertumbuhan anak biasanya dilakukan dengan memplot berat badan
dan tinggi badan ke dalam suatu kurva pertumbuhan.
a) Pengukuran Status Gizi PB/U atau /TB/U
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.
Dalam keadaan normal, pertumbuhan tinggi badan sejalan dengan pertambahan umur. Tidak
seperti berat badan, pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan
gizi dalam waktu yang pendek. Sehingga pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian maka indikator TB/U lebih tepat
untuk menggambarkan pemenuhan gizi pada masa lampau. indikator TB/U sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Selain itu indikator TB/U juga berhubungan erat dengan
status sosial ekonomi dimana indikator tersebut dapat memberikan gambaran keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan serta akibat perilaku tidak sehat yang bersifat menahun.
Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U:
- Sangat pendek : Z-score< -3,0
- Pendek : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0
- Normal : Z-score ≥ -2,0
- Tinggi : Z-score > 2,0
Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan
menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah
stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek)

b) Pengukuran Status Gizi BB/TB


Pengukuran BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang paling baik, karena
dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Berat badan
berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya perkembangan berat badan akan diikuti oleh

3
pertambahan tinggi badan. Oleh karena itu, berat badan yang normal akan proporsional dengan
tinggi badannya.
Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB :
- Sangat kurus : Z-score< -3,0
- Kurus : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score< -2,0
- Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
- Gemuk : Z-score > 2,0
Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang merupakan
padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat kurus)

Dalam rangka pencegahan masalah gizi pada anak, harus dilakukan deteksi dini di masyarakat.
Jika ditemukan risiko gagal tumbuh dan perawakan pendek wajib segera dilakukan tatalaksana
sesuai dengan kebutuhan. Bila dalam pengukuran ditemukan :
a) Anak dengan kriteria nilai Zscore BB/U di bawah minus dua standar deviasi atau di atas
satu standar deviasi (<-2 SD ) maka perlu dikonfirmasi oleh petugas kesehatan yang berkompeten
untuk dilakukan penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB dan atau
BB/TB
b) Anak dengan kriteria PB/U atau TB/U berada di antara minus dua standar deviasi sampai dengan 3
standar deviasi ( >+3 SD atau > -2 SD) termasuk anak dengan kategori tinggi badan
normal, namun perlu dilihat tren pertumbuhannya.
c) Anak dengan kriteria nilai Zscore PB/U atau TB/U dibawah minus dua standar deviasi atau
diatas tiga standar deviasi (<-2 SD atau >+3 SD) perlu dikonfirmasi oleh petugas kesehatan
yang berkompeten untuk dilakukan penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau
TB/U, BB/PB dan atau BB/TB.
Langkah pertama diagnosis perawakan pendek adalah pengukuran yang
tepat. Setelah memastikan pada kurva pertumbuhan bahwa anak tersebut benar
berada dibawah persentil-3 kurva yang relevan, langkah berikutnya adalah melihat bagan untuk
menilai penyebab stunting tersebut.

4
2. Pencegahan Stunting dan Wasting
Dalam upaya pencegahan stunting dan wasting maka dilakukan beberapa program yang

Kelompok Sasaran Intervensi Gizi Keterangan


Pemeriksaan kehamilan Pemeriksaan kehamilan
menyeluruh dan berkualitas
yang setidikitnya empat kali
selama hamil :
Ibu hamil Pemberian suplementasi tablet Pemberian 90 butir TTD
tambah darah dengan kandungan 60 mg
Fe untuk semua ibu hamil
Edukasi dan penyuluhan pencegahan Promosi 1000 HPK dan cara
anak stunting dan wasting pencegahan stunting dan
wasting

5
Edukasi dan penyuluhan PHBS Promosi pentingnya PHBS
dalam upaya penurunan
stunting dan wasting dalam
lingkungan keluarga
Ibu menyusui Promosi dan konseling pemberian ASI Upaya promosi IMD,
eksklusif pemberian kolostrum, dan
ASI eksklusif dengan
mengacu pada Pedoman
Gizi Seimbang yang
diterbitkan oleh Kemenkes
pada tahun 2014
Promosi dan konseling pemberian Promosi pemberian ASI
makan bayi dan anak (PMBA) lanjut dan MP-ASI serta
promosi konsumsi makanan
yang beragam, bergizi
seimbang dan aman dengan
mengacu pada Pedoman
Gizi Seimbang yang
diterbitkan oleh Kemenkes
pada tahun 2014
Penatalaksanaan gizi buruk Prosedur pelayanan gizi gizi
buruk mengacu pada
pedoman Tatalaksana Anak
Gizi Buruk yang diterbitkan
oleh Kemenkes tahun 2003
Edukasi dan penyuluhan pencegahan Promosi 1000 HPK dan cara
anak stunting dan wasting pencegahan stunting dan
wasting
Edukasi dan penyuluhan PHBS Promosi pentingnya PHBS
dalam upaya penurunan
stunting dan wasting dalam
lingkungan keluarga

6
Anak usia 0-59 bulan Pengukuran dan pemantauan status Balita diukur dan dipantau
gizi BB dan PB/TB setiap
bulannya dan dicatatkan di
kurva dalam KMS
Pemberian imunisasi Upaya untuk meningkatkan
kekebalan anak usia 0-23
bulan melalui pemberian :
- Imunisasi dasar
lengkap
- Imunisasi lanjutan
Penatalaksanaan gizi buruk Prosedur pelayanan gizi gizi
buruk mengacu pada
pedoman Tatalaksana Anak
Gizi Buruk yang diterbitkan
oleh Kemenkes tahun 2003
Suplementasi vitamin A Pemberian kapsul vitamin A
dilakukan setiap bulan
Februari dan Agustus.
Pemberian suplementasi zink untuk Pemberian zink untuk
pengobatan diare pengobatan diare selama 10
hari berturut-turut walaupun
diare sudah berhenti

3. Tatalaksana Gizi pada Balita Stunting dan Wasting

Tata laksana stunting meliputi pemberian makronutrien (karbohidrat, protein, lemak)


dan mikronutrien (zink, vitamin A, zat besi, iodine) yang cukup, mengatasi infeksi bila ada, serta
perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dijalankan oleh seluruh anggota keluarga dan masyarakat
di sekitar anak tinggal. Penelitian menunjukkan bahwa keragaman bahan makanan dan konsumsi
makanan dari sumber hewani berhubungan dengan perbaikan pertumbuhan
Nutrisi merupakan komponen yang penting dalam penatalaksanaan stunting. Perbaikan nutrisi
dapat dilakukan dengan pemberian MPASI berkualitas dan suplementasi vitamin.

7
Makanan pendamping ASI (MPASI) berkualitas merupakan kunci dalam pencegahan dan
penanganan stunting. Strategi pemberian MPASI adalah tepat waktu (saat ASI saja tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayi yaitu usia bayi sekitar 6 bulan), adekuat (memenuhi kebutuhan
energi, protein, dan mikronutrien), aman dan higienis (proses persiapan dan pembuatan MPASI
menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman dan higienis), dan diberikan secara responsif (MPASI
diberikan secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar atau kenyang dari anak).
Keragaman bahan pangan dan konsumsi makanan dari sumber hewani berhubungan dengan
perbaikan pertumbuhan linear. Balita dengan stunting dan wasting diberikan nutrisi berupa makanan
tinggi protein dan multi mikronutrien (zat besi, zink, kalsium, iodine, dan vitamin A yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan.

a. Asupan Protein
Asupan protein dengan protein energy ratio (PER) 12-15% dianjurkan untuk
menunjang pertumbuhan. Asupan aman protein adalah 11,6 gram/hari untuk anak usia 1
tahun dan 11,9 gram/hari untuk usia 2 tahun.

b. Suplementasi Vitamin A
Pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000 U pada bayi usia 6-11 bulan, dan vitamin A
200.000 U tiap 6 bulan pada anak usia 12-59 bulan. Program ini sudah diimplementasikan ke dalam
program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari dan Agustus (bulan vitamin A)

c. Pemberian Makanan Pendamping Kaya Lemak


Kualitas lemak pada makanan pendamping ASI sangat penting. Asupan long‐chain‐
polyunsaturated fatty acids, terutama omega 3 dan 6 sangat penting pada tahun-tahun pertama
kehidupan. Asupan lemak yang rendah memiliki efek negatif pada perkembangan kognitif dan fungsi
imun. Rekomendasi persentase energi dari lemak pada MPASI adalah 30-45%.

d. Suplementasi Zink
Zinc terbukti dapat menurunkan insidensi diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan, dan
memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi. Angka kecukupan
zinc adalah 3-16 mg/hari.

8
Untuk stunting tanpa wasting/gizi buruk (BB/TB di atas -2 SD), hitung kebutuhan kalori, protein,
dan cairan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan BB ideal menurut umur tinggi. Bila
dengan gizi buruk, lakukan manajemen gizi buruk.

Tabel Angka Kecukupan Gizi Anak

9
4. Upaya Penurunan Stunting dan Wasting

1
5. Promosi Penurunan Stunting dan Wasting
Promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan terhadap
masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan mereka sendiri.
Dalam promosi kesehatan dalam penurunan stunting dan wasting diarahkan untuk
meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai cara penurunan stunting
dan wasting dengan mengacu pada 1000 HPK, pola hidup bersih dan sehat (PHBS), sehingga
terjadi perubahan sikap dan perilaku sasaran program terkait dengan hal tersebut.
a. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan penurunan stunting dan wasting adalah :
a. Ibu hamil
b. Ibu menyusui
c. Anak usia 0-59 bulan
d. Jejaring rujukan
b. Strategi Promosi Kesehatan dalam Penurunan Stunting dan Wasting
Promosi kesehatan dalam penurunan stuting dan wasting diselenggarakan dengan
strategi pemeberdayaan masyarakat dan kemitraan.
1) Pemberdayaan masyarakat
Proses pemberian informasi tentang stunting dan wasting secara terus
menerus serta berkesinambungan untuk menciptakan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam menjalankan program-program dalam upaya penurunan
prevalensi stunting dan wasting. Metode yang diklakukan adalah melalui komunikasi
efektif, demonstrasi (praktek), konseling dan bimbingan yang dilakukan baik di
dalam layanan kesehatan ataupun saat kunjungan rumah dengan memanfaatkan
media komunikasi seperti lembar balik, leaflet, poster maupun media lainnya.
2) Kemitraan
Kemitraan merupakan kerjasama antara program penurunan stunting dan
wasting dengan institusi kesehatan terkait, pemangku kepentingan, penyedia layanan,
organisasi kemasyarakatan yang berdasar atas 3 prinsip yaitu kesetaraan, keterbukaan
dan saling menguntungkan.

1
c. Pelaksanaan
Promosi kesehatan untuk penurunan stunting dan wasting dilakukan disemua tingkatan
administrasi baik pusat, provinsi, kabupaten/ kota sampai dengan fasilitas kesehatan.
Dalam pelaksanaannya promosi kesehatan harus mempertimbangkan :
1. Metode komunikasi, dapat dilakukan berdasarkan :
a. Teknik komunikasi, terdiri dari :
1) Metode penyuluhan langsung yaitu kunjungan rumah, pertemuan umum,
pertemuan diskusi terarah (FGD), dan sebagainya
2) Metode penyuluhan tidak langsung dilakukan melalui media seperti pemutaran
iklan layanan masyarakat di televisi, radio, youtube dan media sosial lainnya.
b. Jumlah sasaran dilakukan melalui pendekatan perorangan, kelompok dan masal.
2. Media komunikasi
Media komunikasi atau peraga yang digunakan untuk promosi penurunan
stunting dan wasting dapat berupa PPT. Selain itu dapat juga dalam bentuk gambar/
media seperti poster, leaflet, lembar balik bergambar karikatur, lukisan, animasi dan
foto, slide, film, dan lain-lain.

1
BAB IV

DOKUMENTASI, PEMANTAUAN DAN EVALUASI

1. Sistem Rujuk Pasien


Pelaksanaan penguatan sistem rujukan dilakukan sistem rujukan berjenjang yang bekerjasama
dengan posyandu dan puskesmas.
Dalam melakukan rujukan juga dilakukan sistem rujukan balik sesuai dengan kemampuan asal
fasilitas kesehatan sebelumnya terkait upaya rehabilitatif, promotif dan preventif setelah
selesai penananganan di Rumah Sakit. Adapun dalam melaksanaan penataan sistem rujukan dengan
jejaring rujukan adalah:
a. Membuat perjanjian kerjasama dengan jejaring rujukan terkait hal-hal yang disepakati dalam
proses rujukan pasien
b. Melaksanakan pembinaan terhadap jejaring rujukan rumah sakit. Pembinaan berupa
refreshing kembali tentang kriteria dan indikasi pasien yang dirujuk, stabilisasi pasien sebelum
dirujuk, kelengkapan rujukan serta penyampaian prosedur rujukan kepada jejaring rujukan RS.
c. Melaksanakan monitoring dan evaluasi bekerjasama dengan puskesmas dan posyandu untuk
melakukan pendampinngan gizi dan monitoring status gizi BB/U dan BB/PB atau BB/TB 4 bulan
setelah dilakukan pembinaan

2. Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dan evaluasi pasien dilakukan dengan pemberian edukasi pada orang tua pasien
meliputi perbaikan nutrisi, pemantauan pertumbuhan rutin tiap bulan, dan pemantauan perkembangan
secara rutin paling tidak setiap 3 bulan sekali. Edukasi orang tua untuk menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat di rumah untuk seluruh anggota keluarga. Evaluasi tatalaksana dapat dilihat dari
kenaikan BB (biasanya nyata terlihat setelah 1-2 minggu) dan kenaikan panjang/tinggi badan (setelah
1-2 bulan).

3. Pencatatan dan Pelaporan


Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan anak dengan stunting dan wasting dilakukan dalam
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan untuk kemudian dilakukan kerjasama dengan fasilitas
kesehatan Puskesmas untuk dilakukan pencatatan dan pelaporan dalam e-PPGBM.

1
Tangerang, 2 Juni 2022

Mengetahui,

Anda mungkin juga menyukai