Anda di halaman 1dari 7

1

Utara

Syaira
Taksa Jonny

Ravin Gian Ivander

2
UNPUBLISH PART
JURIG THE MISSION
Membuat tempat belajar yang nyaman untuk
anak-anak jalanan

WAKTU
Saat nenek Una masih dirawat di rumah
sakit.

TUJUAN MISI
Terlaksananya permintaan Syaira yang ke 2

E ntah kenapa hari ini, Utara sedang malas sekali membawa motor atau
mobilnya ke sekolah, dan dia sedang tidak berselera minta diantar atau
dijemput oleh Black. Alhasil dia jadi menebeng pada Gian. Bahkan sampai
pulang sekolah pun mereka terus bersama karena rumah Gian memang
searah dengan rumah kakeknya.
Ketika motor Gian berhenti tepat di depan kediaman kakek Zhafar,
Utara langsung turun dari motornya. “Thank’s,” katanya sambil menepuk
bahu Gian.
Gian mengacungkan jempolnya. “Sip, Bro,” jawabnya.
Baru saja cowok itu hendak pulang dengan motornya, Gian melihat
sebuah mobil sedan berwarna hitam tiba-tiba berhenti di depan pagar
rumah Utara. Senyumnya terulas lebar saat melihat Black keluar dari sana,
lalu mendekati mereka dan seperti akan menyapa.
“Selamat sore Tuan Muda,” sapa Black menunduk hormat pada Utara.
Utara mengangguk sekali. “Hm.”
Gian melambaikan tangannya ke arah Black. “Halo Pak Black,”
sapanya sambil nyengir.

4
Black mengangkat sebelah tangannya. “Tuan Gian,” sapanya balik.
Gian langsung tertawa. “Aduh jadi malu, Pak Black. Kebiasaan suka
nyebut tuan tuan wae. Juragan napa juragan sekalian,” kata Gian menawar.
Black terkekeh pelan. “Sip,” jawabnya sambil mengangkat kedua
jempolnya.
Utara berjalan ke arah mobilnya untuk mengecek sesuatu. “Udah
siap?” tanyanya.
“Sudah Tuan Muda,” jawab Black.
Masih dari motornya, Gian melihat Black kini menunjukkan beberapa
barang pada Utara, mulai dari buku, alat-alat gambar, kalkulator, mainan,
pakaian, makanan, dan lain sebagainya. Gian, yang penasaran, akhirnya
turun dari motornya, lalu berjalan lebih dekat untuk melihat barang-
barang di dalam mobil yang tadi dibawa oleh Black, yang ternyata
jumlahnya sangat banyak.
“Whuaaah!” Gian terkagum-kagum. “Mau diapain ini, Ta?
Sumbangin?”
“Buat anak-anak jalanan dan anak yatim piatu, Juragan.” Black yang
menjawab.
Gian langsung terbahak karena benar-benar dipanggil juragan. Cowok
itu lantas menatap Utara. “Kapan ini dikasihnya? Terus ini apa nih?” tanya
Gian ketika melihat ada beberapa cat dan kuas juga.
“Dekor,” ujar Utara.
Mata Gian langsung berbinar. “Maksud lo, lo mau ngasih sumbangan
sambil dekor tempat anak-anak jalanan itu?”
Utara berdeham cuek.
“Kapan? Pak Black, kapan?” Gian menatap Utara dan Black bergantian.
Dia terlihat begitu antusias.
“Sekarang,” jawab Black.
“Aing ikuuut!” seru Gian bersemangat lalu langsung masuk ke mobil
tersebut. Saking bersemangatnya, dia bahkan melupakan motornya yang
masih terparkir di depan pagar rumah Utara.
Utara menghela napasnya. “Motor lo,” ujar Utara.
“Tapi aing ikut ya!” seru Gian menunjuk wajah Utara

5
“Hm.”
Cengiran Gian kian melebar. “Asek! Motor aing taro di garasi lo yaaa,”
kata cowok itu sambil melompat turun dari mobil, lalu berjalan ke arah
motornya lagi. Setelah memarkirkan motornya di garasi, dia kembali
masuk mobil untuk ikut bersama Utara.
Semula, Utara pikir dia akan mengunjungi tempat anak-anak jalanan
itu dengan damai dan tenang. Namun, harusnya dia tahu itu, sejak
mengijinkan Gian ikut bersamanya, semua “ketenangan dan kedamaian”
itu hanya tinggal angan-angan saja. Buktinya, kira-kira empat puluh menit
kemudian, Utara harus kembali menghela napasnya karena ternyata Geng
Jurig juga ikut menyusul ke sana.
“Biar rame, Ta.” Begitu alasan polos Gian saat Utara meminta
penjelasan lewat tatapan matanya.
Ya, setelah dapat kabar dari Gian, Ivan, Jonny, dan Ravin langsung
menyusul ke tempat mereka untuk ikut membantu. Hari itu menjadi
awal Geng Jurig mengenal para anak-anak jalanan, dan mereka berempat
tampak begitu senang dan sangat antusias. Geng Jurig juga tidak
menyangka bahwa Syaira adalah guru yang baik untuk anak-anak jalanan
di sana, dan mereka bangga akan hal itu.
“Misi membantu Komandan untuk membuat tempat belajar yang
nyaman buat anak-anak jalanan selesai,” ujar Jonny bangga setelah
beberapa jam mereka bekerja keras untuk memperbaiki pondok baca
anak-anak itu di hadapan mereka yang kini sudah tampak lebih baik.
“Misi sukses!” seru Gian mengarahkan jempolnya pada Utara.
Utara berdecak, tapi detik selanjutnya dia tersenyum tipis.
Permintaan ke dua lo, bakal segera gue kabulin, Ra.

Namun, siapa sangka tak lama setelah itu, saat Utara sudah menyelesaikan
semua permintaan Syaira, sang pelopor utama yang menjaga anak-anak
jalanan itu pergi dari sisi mereka. Syaira pergi. Jauh sekali.

6
Kak Syaira..
Terima kasih udah jadi guru yang baik untuk kita. Meski sangat sedih dan terluka, tapi
sekarang kita udah mencoba ikhlas atas kepergian Kakak. Berkat Kakak, kita jadi belajar
banyak hal. Berkat Kakak juga, pondok baca kita jadi diketahui oleh Kak Utara dan teman-
temannya. Mereka jadi menjaga kita, Kak. Mereka sangat baik, terutama Kak Utara yang
selalu datang untuk menggantikan kakak.
Kita semua sayang Kak Syaira. Nama Kakak akan selalu kita ingat selamanya, begitu
pun dengan semua kebaikan kakak. Terima kasih banyak, Kak Syaira. Surga untuk Kakak
yang cantik dan baik hati.

Dari kita: anak-anak yang selalu merindukan kakak

Utara membaca kalimat itu dari surat yang dipegangnya. Surat ini
adalah surat yang anak-anak jalanan itu tulis satu jam lalu saat dia ada di
pondok baca mereka. Utara lalu menggulung kertas tersebut, mengikatnya
dengan pita berwarna putih, lalu memasukkannya ke dalam botol berwarna
bening dan menutupnya dengan rapi.
Cowok itu lalu menatap pemandangan di depannya. Laut yang begitu
luas, dengan sunset yang mulai turun dan memamerkan keindahannya.
Tak lama, dia berjalan lebih dekat ke arah air, dan membiarkan kakinya
basah diterpa air laut. Detik selanjutnya, dia melepaskan botol di
tangannya hingga botol itu kini terombang-ambing di lautan dan mulai
menjauh sedikit demi sedikit dari hadapannya.
Utara menatap botol itu dengan sendu dalam jangka waktu yang
lumayan lama. Lalu, dia menunduk sambil mengepalkan kedua tangannya,
menghalau rasa sesak yang selalu datang jika mengingat sosok Syaira.
“Maaf, dan terima kasih banyak Ra,” gumam Utara dengan lirih.
Cowok dingin itu…,
… sangat mencintai Kasyaira Zinnia. []

Anda mungkin juga menyukai