Naqia Salsabila
Hujan masih mengguyur kota ini, entah sejak jam berapa aku
duduk terdiam di dalam perpustakaan ini, ruangan pun menjadi
semakin dingin, bagaimana tidak suhu AC di ruangan ini belum juga
di matikan padahal jelas-jelas cuaca di luar sana dingin sekali, aku
pun lebih memilih membaca buku yang tadi ku ambil dari rak di
ujung sana, “legendofrain“, itu judul buku yang kuambil , entah
mengapa aku merasakan hawa yang lain saat kumulai membaca
judul buku ini, ah.. mungkin saja itu hanya perasaan ku saja. Aku
pun mulai membuka Lembar pertama, kata demi kata pun langsung
menyambut kubahasa di buku ini di mulai dengan sebuah mantra
bacaan menggunakan warna merah pucat, kurasakan bulu ku
merinding sesaat.
“Buku apa sih ini, baru buka aja langsung merinding, celoteh
ku dalam hati. Tanpa pikir panjang aku pun langsung membuka
lembaran tengah pada buku itu, dan aneh nya aku tidak menemukan
sepatah kata pun di sana melainkan sebuah percikan darah di dalam
nya, bau sekali aroma nya, bulu kuduk ku pun merinding, seperti
nya ada sesuatu yang aneh di buku ini, aku pun tidak ingin
mengambil resiko, dengan cepat aku menaruh nya lagi di rak di
mana aku mengambil nya tadi. “Kenapa sih sepi banget di sini? Ke
mana semua orang?”, tanya ku sambil mengintari ruangan ini. Nafas
ku pun menggebu kencang , saat aku melihat ada percikan darah di
jendela ruangan ini..
BRUUUKK!!! Suara buku yang jatuh pun mengejutkan ku,
aku pun mencoba melihat arah suara buku yang terjatuh tadi,
mungkin saja masih ada orang di sini... aku pun berlari dengan nafas
yang menggebu-gebu, aku pun sampai di sana, di tempat aku
mengambil buku tadi. “Syukurlah masih ada orang di sana. kataku
sambil menuju ke sana. “Hei, syukur lah aku menemukan mu di sini
aku, pikir hanya aku yang tertinggal di perpustakaan ini, kataku
dengan nafas yang terengah-engah, dan aku pun mencoba utk
melihat wajah nya, nafas kupun seakan terhenti, darah ku seakan
tidak bisa lagi mengalir lagi saat melihat wajah nya yangg jauh dari
kata baik lebih tepat nya lagi menyeramkan, wajah nya di penuhi
dengan jahitan di mana-mana, mata yang robek dan hidung yang
terbelah mengeluarkan banyak darah dari dalam, membuat ku
terkejut sekaligus berteriak kencang saat melihat itu, kaki ku
rasanya sulit sekali untuk di gerakkan .
“T o ll o n g..... jgn pernah membuka buku yang ada di
tanganmu itu, kelak kau akan mendapat kutukan seperti ku..... ,
katanya dengan suara yang histeris dia pun tertawa sambil
merangkak ke arah ku, “Jangan.... jangan mendekat kearahku ku
mohon.... , teriakku dan segera berlari ke depan , “Ibu.... ibu..... aku
takut..... , tangisku , ku lihat ada sebuah tangan yang menahan ku di
lantai sehingga membuat ku terjatuh dan menjatuh kan buku
misterius yang ada di tangan ku tadi.
Sebuah tangan pun muncul di atas buku tadi, layak nya film-
film horor di tv. Tak lama kemudian muncul segumpal rambut di
samping nya . Aku hanya bisa melihat dan tidak bisa berbuat apa-
apa lagi, karena ada sebuah tangan yang menahan kaki ku di bawah.
“LEPASKAN!!!!!! AKU MAU PULANGGGGGGG!!!!” Teriak ku....
“ SESEORANG TOLONG AKU!!!”, Teriakku kencang sambil
menutup mataku takut. Namun sayang tidak ada seorang pun yang
dapat mendengar ku dari dalam sini, hujan di luar pun semakin
deras. Suhu di dlm ruangan ini makin dingin tak terbatas, entah
mimpi apa yang ku alami kemarin malam sehingga membuatku sial
pd hari ini. Aku pun kembali membuka kedua mataku dan melihat
ke depan. “Hilang!!!!! Ke mana hilang nya buku tadi?”, tanyaku
heran, ke mana hilang nya buku tadi, mustahil.
Seketika bulu ku pun merinding saat ku rasakan ada
sesuatu yang naik ke belakang tubuh ku. Aku pun menoleh ke
belakang dan melihat makhluk apa itu. Nafas ku seakan berhenti
sesaat melihat sosok menyeramkan yang berada di belakang
tubuhku. Wajah nya tertutupi dengan rambut di bagian depan nya,
kukunya yang panjang mencoba utk mencekik ku dari belakang,
dengan cepat aku pun menghindar dari kukunya. Makhluk di depan
ini pun semakin ganas mencoba utk mencekik ku.
Tiba-tiba aku merasakan ada sebuah tangan yang menarik
ku kencang dan aku pun terlepas dari makhluk yang ada di depan
ku. “Larilah cepat nak... sebelum dia menemukan mu lagi”, kata
seorang kakek tua penjaga perpustakaan ini. ”Tapi kek, di mana aku
harus bersembunyi..?”, tanya ku panik. Kakek itu pun menarik rak
yang ada di samping ku untuk menutupi kami dari makhluk tadi.
“ Dengan begini mereka tidak akan bisa menemukan mu”, kata
kakek tadi.
“Kek.. ada apa dengan perpustakaan ini? Mengapa ada
makhluk yang tak kasat mata di sini?, dan soal buku yang ku lihat
tadi.. mengapa ?“, “Ceritanya panjang sekali nak”, potong kakek itu.
“Kejadian ini bermula pada tahun 1962, tahun di mana
perpustakaan ini mulai di buka. Ada banyak sekali pengunjung yang
ramai datang ke sini, termasuk kakek juga, karena semakin
banyaknya pengunjung, perpustakaan ini kadang di jadikan tempat
pembalasan dendam oleh sekelompok pemuda-pemuda jalanan
pada umumnya.”
“Awal nya sang penjaga tidak tau jika di dalam
perpustakaan ini ada yang melakukan hal seperti itu. Hingga pada
suatu malam, sang penjaga hendak menutup perpustakaan ini. Tiba-
tiba dia mendengar ada suara jeritan wanita diujung ruangan sana,
dengan cepat pun dia langsung berlari ke arah suara itu dan dia
melihat. Ada sekelompok pria sedang membacok nya menggunakan
parang, hingga wanita itu pun tekulai lemah dengan darah yang
mengalir di sekejur tubuh nya.
Lalu sekelompok pria tadi pun langsung meninggalkan nya
dan pergi dari ruangan itu, dengan cepat si penjaga tadi
menghampiri wanita itu, dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Wanita itu pun menjawab itu semua kesalah pahaman keluarga pria
tadi. Ia menuduh bahwa ayahnyalah yang sudah membunuh ibunya
dan adik nya, oleh karena itu dia sudah menaruh dendam sejak lama
pada keluarga nya, lalu sang penjaga pun melihat nya sedang
menulis di atas sebuah buku yang di pinjam nya dari sini, ia menulis
dengan menggunakan darah nya sendiri lalu ia mengatakan, bahwa
siapa saja yang membuka dan membaca buku ini dia harap orang itu
akan mendapatkan hal yang serupa yang terjadi padanya hari ini,
tidak lama kemudian pun dia tewas sambil memeluk buku tadi,
sejak hari itulah banyak terjadi kejadian-kejadian aneh di sini,
banyak dari mereka yang sudah membaca buku ini akan tewas
dengan kejadian yang mengerikan”, cerita kakek itu dengan
panjang. Aku pun terkejut sambil mengeluarkan air mata. “ Kek
berarti aku sudah tak lama lagi .. hidup .. kek..”, tangisku dengan
tangan yang bergemetar. Kakek itu pun hanya melihat ku sekilas
dan berdiri mencoba utk mengintip dari dalam. “Sudah aman ayo
kita keluar”, katanya.
Tiba tiba aku pun merasakan ada sesuatu yang menarik kaki
ku dari belakang hingga aku pun terjatuh. Rupanya makhluk tak
kasat mata tadi yang menarik ku dengan kencang. Aku pun mencoba
meminta pertolongan dari kakek tadi, tapi kakek itu hanya melihat
ku sambil tersenyum sinis. Aku pun di bawa pergi oleh nya dan tiba-
tiba aku pun sampai ke jurang dan jatuh ke dalamnya. Aku pun
terbangun dari tidur ku yang panjang itu. “Mimpi... Cuma mimpi...”,
kataku terkejut.
Rupanya tadi aku ketiduran di dalam perpustakaan ini,
karena hujan, aku pun harus menetap di sini. Aku pun melihat
kakek penjaga perpustakaan tadi sedang mengepel lantai di dekat
ku, aku pun menghampiri nya dan bertanya “Kek, apa kakek ada
payung, seperti nya aku harus pulang sekarang”, kataku . Kakek itu
pun menunjuk ke arah payung tersebut. Aku pun langsung berjalan
dan mengambil nya.
“Syukurlah yang tadi itu hanya mimpi.. kataku di dlm hati.
“ Yang tadi itu bukan lh mimpi, nak”,jawabnya dengan senyum sinis.
“Dari mana kakek itu tau.. apa jangan jangan ... tadi itu nyata...
berarti kakek itu…”. , kataku di dlm hati sambil menoleh ke belakang.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAA.
HANTU KONYOL
Nanda Fitria
...........
Seminggu telah berlalu. Aku sudah memiliki banyak teman
terutama yang sekamar dengan ku. Kebanyakan dari mereka adalah
orang yang suka membuat lucu tetapi kelucuan mereka membuat
seseorang tersingung perasaannya dan akhirnya aku juga
terpengaruh begitu.
Suatu hari aku terlambat datang ke dalam mesjid. Ketika itu
aku sampai ke mesjid pada jam 18.16 dimana kami harus masuk
pada jam 18.15. Ketika aku sampai ke depan pintu mesjid, aku
berjumpa dengan abang pengurus yang menjaga pintu mesjid.
“Kamu yang terlambat!!! Berdiri disana!!!”, abang itu
membentakku tanpa menanyakan alasan ku terlambat. Aku sangat
kesal dengan orang yang egois nya tinggi seolah-olah keputusan nya
adalah yang paling benar.
Kemudian aku mendekati abang itu dan mengatakan, “Bang
maaf memang aku tidak masuk tepat waktu tapi aku ada alasan
kenapa aku terlambat. Aku terlambat karena Ustaz Munir
memanggilku untuk mengambil barang nya yang ada didalam jok
Hondanya. Kemudian aku disuru untuk menunggu di depan pintu
nya untuk memberiku suatu barang yang akan ku berikan kepada
Ustaz Alfi“
Abang itu hanya tersenyum sinis dan mengatakan “Gak ada
alasan pergi, yang namanya terlambat tetap terlambat.
Mataku terbungkam terkejut dan kemudian dahi ku
mengerut karena keputusan nya itu tidak kuterima oleh ku.
“Bang cuman terlambat satu menit, lagi pun ada halangan
tadi”, aku mengangkat suaraku sehingga keadaan menjadi
memanas.
“Kamu kok membentak saya, dah hebat kamu ya”, abang itu
menatapku dengan tajam.
“Iya, bang aku hebat, aku ngak takut sama abang, karena
aku yakin yang benar akan tetap benar, “ aku pun menajamkan
pandangan ku kepadanya.
“Oh gitu ya …….”, Ia menanyakan itu dengan tangan nya
yang tergenggam geram mendengar jawabanku. “Iya gitu…..”aku
menjawabnya seakan derajat kami sama.
Pandangan ku tiba tiba-tiba terbalik dan badan ku juga ikut
terbang ke udara. Kemudian aku jatuh terbaring di atas tanah dan
kemudian mataku tertutup perlahan dan semuanya tampak gelap
Didalam kegelapan itu aku melihat kedua orang tua sedang
menggendong ku dan menciumku dengan kasih sayang mereka
ketika aku masih bayi. Kemudian bayangan itu berubah menjadi
aku yang sedang berlari dan tertawa dengan kedua orang tuaku di
suatu tempat yang indah nan mewah dan ayah ku mengangkat ku
dan mengatakan, ”Nak, kamu akan menjadi pemimpin yang
memiliki kuasa, keberanian, dan keadilan. Kamu kebanggaan kami
satu satunya. Banggakan kami sebelum kami tiada nak! dan
hiduplah dengan kebenaran karena kebenaran tak terkalahkan”.
Kemudian ayah mencium dahiku dan aku pun menutup
mataku ketika dicium olehnya dan setelah aku dicium aku pun
membuka mata dan tertawa bersama kedua orang tuaku. Ayah
mengatakan “Jangan pernah menangis nak! Tapi tersenyumlah,”.
Kemudian ayah melepas ku dari tangan nya, dan meninggalkan ku
sendirian dan pergi dengan ibuku hingga semakin lama kedua orang
tuaku mengecil karena jarak mereka semakin lama semakin jauh
dan menghilang.
“Ayah!!!!! Mak!!!!!.......” tiba-tiba aku berteriak diatas sebuah
kasur dan duduk dengan cepat seakan-akan mimpi itu adalah
kenyataan kemudian mata ku mengeluarkan tetesan air dengan
sendirinya.
“Kenapa Rizki?..., masuk lalat dalam hidung mu ya?”salah
satu temanku bernama Fitra bertanya padaku hal yang lumayan
masuk akal,
“Oh mimpi buruk”, aku menjelaskan nya sambil tersenyum,
“Ngomong-ngomong aku kok disini, kenapa ya?”aku menggaruk-
garuk kepalaku yang tidak gatal itu.
“Oh… kamu kemaren pingsan”, salah satu temanku bernama
Rozi yang sedang duduk mengatakannya sambil melipat tangannya
dan melihat ke langit langit ruangan,
“Kok aku pingsan?”, aku bertanya lagi karena aku benar-
benar lupa.
“Jadi gini….kemaren kamu kan angkat suara sama Akhi Nur,
jadi akhi tu mengambil kakimu dan mengangkatnya ke udara
sampai sampai posisi badan mu terbalik dua kali dan kepalamu
yang menyentuh tanah duluan”, kawan ku yang sedang duduk di
kasurku yang bernama Nafis menjelaskannya dengan panjang lebar.
“Oh ya.. aku baru ingat.... Padahal aku yang benar pada saat
itu kenapa aku yang kena batunya“, aku menggenggam tumbukan
ku dan menumbuk dinding yang ada disampingku. “Fitra sampaikan
sama akhi nur kalau aku ingin menghajar nya di simpang empat saat
malam telah sepi dan pada hari pertama perpulangan“, aku
mengatakan dengan penuh keyakinan akan menang karena aku
yakin dengan perkataan yang pernah ayah katakan padaku. Tetapi
aku salah mengambil kesimpulan tentang perkataan itu sehingga
aku terbawa kepada dendam.
Dan ketika sampai pada hari pertemuan ku dengan Akhi
Nur yang telah kujanjikan aku membuat keadaan semakin
memburuk. Pada saat keadaan sangat buruk, aku tidak bisa
mempertahankan diri. Tiba-tiba datang seseorang menolongku
pada saat itu, sang penolong mengatakan padaku bahwa “Dendam
itu dapat memperburuk keadaan” .