Anda di halaman 1dari 49

SENJA DI NEGERI PIRAMIDA

Naqia Salsabila

Suara yang begitu ribut diluar pesawat yang terbang


melintasi garis perbatasan khatulistiwa dan mendarat di tengah
hamparan kota yang begitu indah. Seorang gadis remaja yang pergi
ke negara Cairo untuk mencari kebenaran tentang agama islam,
disambut dengan pemandangan orange bercampur pink keunguan
yang menghiasi kabut asap di angkasa.
Gadis itu bernama Liana. Liana mulai turun dari tangga
pesawat perlahan-lahan, kakinya mendekati seorang laki-laki yang
akan membawakannya ke sebuah hotel yang tidak jauh dari
bandara tersebut. Setibanya Liana di sebuah hotel yang begitu
mewah, gadis itu pun turun dari mobil dan bergegas untuk masuk
ke kamarnya untuk melepaskan rasa lelah yang telah dia tahan
selama berada dalam perjalanan.
Saat dia sedang duduk disebuah sofa terdengar suara bel
kamar. Kemudian Liana meranjak bangun keluar untuk melihat
siapa yang datang, Ternyata pelayan dari hotel tersebut, dia
bertanya kepada Liana, “Apa yang kamu mau? “ Aku mau segelas teh
dan kue” ujar Liana dengan lembut. “Oke” ujarnya lagi, setelah 5
menit kuenya pun sampai.
Keesokan harinya Liana pun memulai petualangannya di
negara Cairo. Pada jam 01.00 pagi dia mulai berjalan di sekeliling
kota sambil tersenyum kepada orang-orang di sekelilingnya. Saat
dia lagi asyik berjalan, dia tidak sadar sampai-sampai dia menabrak
seorang gadis berambut pendek memakai hoodie dan celana yang
robek di pahanya “Maaf, saya tidak sengaja” ujar Yana yang merasa
bersalah. “Tidak apa-apa. Seharusnya aku yang minta maaf karena
terlalu tergesa-gesa dalam berjalan” kata si gadis itu sambil
merapikan bajunya. “Sebagai permohonan maaf ku, aku akan
mentraktirkan kamu sepotong kue”, “Boleh juga” ujar si gadis itu.
Akhirnya mereka berdua pun pergi ke sebuah toko roti. Saat
sedang dalam perjalanan tidak ada satu kalimat pun keluar dari
mulut kedua gadis itu, mereka berdua saling terdiam dan merasa
tidak enak antara satu sama lain. “Hmm... kita sudah sampai”,
“Ohh...” kata si gadis itu sambil menarik bangkunya untuk duduk
“Apa yang mau kalian pesan,” “Dua roti rasa coklat dan susu
hangat”.
Mereka berdua masih juga terdiam tidak ada yang berani
untuk memulai percakapan, akhirnya Yana memulai obrolan
perkenalan mereka. “Siapa nama mu” ujar Yana sambil memegang
secangkir susu. “Nama ku Delisa” “eum... Dimana kamu sekolah”?
“Aku sudah tamat SMA”, “Ada rencana untuk kuliah”, “gak tau,
karena keluargaku terbatas dalam perihal ekonomi” “Oh, Maaf saya
tidak tau” ujar Liana secara spontan, “Gak apa-apa, kan kamu gak
tau, lagi pula kita kan baru kenalan”, “Alah santai aja”. Lama
kelamaan obrolan perkenalan itu berubah menjadi obrolan yang
penuh dengan bahan tawa yang tidak jelas.
Hari pun sudah mulai gelap kedua gadis cantik itu pergi
meninggalkan toko roti tersebut “Ayo kita ke mesjid terdekat untuk
melaksanakan ibadah bersama-sama”, ujar yang lain sambil
menggenggam tangannya Delisa dengan terlukis senyuman di
bibirnya, Lisa pun hanya terdiam sambil tersenyum kembali kepada
Yana.
Tak lama setelah mereka berjalan, mereka berdua tiba di
sebuah mesjid. “Ayo kita shalat”, ujar Yana yang tidak tau apa-apa
tentang Delisa, Lisa pun hanya terdiam sambil mengatakan bahasa
isyarat kepada Yana. “Kamu datang bulan?”, “Bukan, aku gak bisa
shalat”, “Halangan kan,” “bukan aku non muslim”, “hah!!!... non
muslim ujar Yana yang sangat kaget mendengar tentang kebenaran
itu.
“Aku shalat dulu kamu tunggu disini sebentar “ujar si gadis
berkerudung merah itu, dia pun pergi meninggalkan Lisa yang
sedang asyik duduk bersama hanphonenya itu. Setelah selesai
shalat Yana mendatangi Lisa yang duduk di tangga mesjid yang
sedang menunggunya “Maaf terlalu lama kamu menungguku shalat”,
“Tidak apa-apa aku senang menunggumu shalat” ujar Delisa sambil
tersenyum. Mereka berdua pergi untuk pulang ke tempat masing-
masing, Delisa mengantarkan Yana ketempat penginapannya.
“Terima kasih karena telah mengantarku”, “Ya sama”, “Eh by the
way no WA kamu dong buat chatingan”, ujar Yana sambil
tersenyum, “Oke, Jangan lupa di save”, “Mantap tenang aja” kata
Yana yang melambaikan tangannya ke arah Delisa, yang poerlahan-
lahan Delisa mulai menghilang dari pandangannya Yana, Yana
masuk ke kamarnya untuk beristirahat, saat dia sedang istirahat
terdengar suara hp yang berdering di sebelahnya, ternyata chat dari
Delisa.

Hy... besok kita jalan-jalan


Yok
Kemana?
Terserah Yana Besok
rencananya mau kemana?
Rencannya mau ke meseum
Peninggalan jasad fir’aun
Oke besok jam 8 ya
Dah...

Keesokan harinya mereka berdua pergi ke museum


jasadnya Fir’aun. Kedua gadis itu bertemu di depan toko buku dekat
dengan museum tersebut. Keduanya langsung masuk ke dalam
untuk melihat-lihat. “Eh Yana, kenapa jasadnya masih utuh sampai
sekarang?” Ujar Delisa yang kebingungan.
“Karena Fir’aun merupakan jasad seburuk-buruknya
manusia, karena dia meninggalkan perintah Allah dan supaya dapat
menjadi pembelajaran bagi seluruh ummat manusia didunia”.
“Oh...apa penyebabnya dia meninggal?” “Fir’aun meninggal di laut
merah karena mengejar tentara rombongannya nabi Musa a.s, yang
paling sayangnya lagi, saat detik-detik dia meninggal dia sempat
mengucapkan kalimat syahadat dan tidak diterima lagi”
“Eum...” ujar Delisa yang menggaruk kepalanya yang gatal
itu. “Yana...by the way kalimat syahadat itu apa sih?” “Kalimat
syahadat itu merupakan rukun Islam yang pertama dan syarat
untuk masuk Islam, ngerti?” “Ngerti”, “oh baguslah. “Ayo kita
pulang” ujar Yana, “Sebelum kita pulang kita mampir dulu ke toko
buku, boleh?” “Boleh juga, Ngomong-ngomong Yana suka baca
buku?” “Iya suka” ujar Yana dengan lembut.
Setelah tak lama berjalan mereka berdua tiba di toko buku,
“Yana kenapa suka baca buku?”, “Karena Islam mengatakan bahwa
teman yang paling baik di setiap duduk itu ialah buku” “Oh...Yana,
ayo kita pulang haripun sudah gelap”, “Baiklah. Lisa, pegang buku
Yana bentar”, “Sini” ujar Lisa yang menggerakkan tangannya pada
Yana.
Tanpa disadari bukunya Yana tertinggal sama Lisa karena
dia lupa mengambilnya kembali ketika Yana menitip bukunya pada
Lisa. Tanpa Yana ketahui Delisa mulai suka membaca buku islam,
penyebabnya adalah karena ketinggalan bukunya Yana pada Delisa.
Tiada lama kemudian setelah Delisa selesai membaca
bukunya, keesokan harinya Delisa ingin berjumpa dengan Yana
untuk mengembalikan buku tersebut. Mereka berdua bertemu di
laut dekat taman kota. “Yana, terima kasih bukunya, karena berkat
Yana, Delisa mulai suka membaca buku Islami dan mulai tertarik
dengan Islam”. “Alhamdulillah” ujar Yana sambil tersenyum bahagia
mendengar kabar tersebut. Matahari pun mulai menghilang
dibawah garis cakrawala disebelah barat, warna merah di langit
bermunculan di luar angkasa menandakan hari mulai sore.
“Dalam hidup Yana, apa yang paling Yana sukai?” “Dalam
hidup Yana, Yana menyukai dua hal yaitu buku dan senja”. “Apa sih
keistimewaan dari senja itu?” ujar Delisa yang sedang memandang
indahnya senja. “Karena senja itu tidak pernah ingkar janji, ia akan
tetap kembali walaupun telah pergi.” “Seh...pande quotes sekarang”
“he...he...mana ada, kalau Delisa apa yang paling disukai dalam
hidup?” “Sama juga kek Yana...senja” “lah, tadi buat apa juga tanya
keistimewaan senja,” “Kan itu menurut Yana,” “Kalau menurut
Delisa senja itu bagaimana?” “Menurut Delisa matahari yang
tenggelam akan mengajarkan pada kita bahwa senja itu dapat
menghadirkan banyak kenangan walaupun hanya sebentar, seperti
kenangan Delisa yang bertemu dengan Yana, terima kasih karena
Yana mau berteman dengan Delisa.”
Tanpa khaula sadari Yana menjatuhkan air matanya ke
atas buku karena mendengar perkataan Delisa yang sangat
menyentuh hatinya. Dring... dring... bunyi hp Liana, ternyata Yana
mendapat pesan dari ibunya yang berada di Jakarta.

Nak Yana kapan pulang ke Indonesia?


Gak tau ma
Tugasnya sudah siap?
Belum
Papa lagi dirawat di rumah sakit
Karena ginjalnya yang mulai
Kambuh lagi
Iya Ma, mungkin Yana di
2 hari lagi di Cairo
Kalau bisa secepatnya
Yana pulang ke Indonesia
Yana usahain ya Ma
Udah dulu ya Ma
Yana lagi banyak kerjaan
Iya nak

Liana gak berani bilang tentang perpulangannya ke


Indonesia pada Delisa. Dia takut dapat menyakiti perasaannya
Delisa. Kedua gadis cantik itu berpisah di jembatan yang dapat
menghubungkan dua hamparan laut yang sangat luas. “See you next
time” ujar Delisa sambil melambaikan tangannya ke arah Yana, Yana
pun membalas lambaiannya ke arah Delisa. Setibanya Yana di hotel
dia merasa bersalah karena tidak memberitahukan
perpulangannya ke Indonesia pada Delisa.
Keesokan paginya Yana pergi ke supermarket untuk belanja
dan membeli oleh-oleh untuk mamanya. Saat perjalanan pulang dari
supermarket dia mendengar suara yang begitu besar dari arah
selatan, namun Yana tidak menghiraukannya, Yana pikir suara itu
berasal dari ledakan ban mobil, diapun terus berjalan menuju ke
hotelnya.
Jarum jam menunjukkan angka 12.00, Yana langsung
berangkat ke bandara. Ketika dia tiba di bandara, Yana menelpon
Delisa untuk memberitahunan dia akan pulang ke Indonesia, namun
Delisa tidak menjawab telepon dari Yana. Yana mulai cemas dengan
keadaan tersebut.
Tiba-tiba Yana mengarahkan pandangannya ke salah satu
koran yang di tempel di sudut dinding bandara, di koran tersebut
diberitahukan telah terjadi kecelakaan yang sangat hebat didekat
supermarket. Tanpa berpikir panjang Yana langsung pergi ke
tempat terjadinya kecelakaan tersebut. Saat Liana tiba di
supermarket itu, dia menanyakan kepada orang-orang sekitar
“Siapa yang kecelakaan tadi?” “Buk... Maaf yang kecelakaan tadi
namanya siapa?” ujar Yana yang sangat cemas, “Kalau gak salah saya
namanya Delisa.”
Dia sangat kaget mendengar bahwa orang yang kecelakaan
itu temannya. “Buk...kalau boleh tau pasiennya dirawat dimana?”
“Kalau gak salah ibu di rumah sakit Sina Hospital” “Terima kasih ya
buk”, ujar Yana yang sangat tergesa-gesa. Yana langsung berangkat
ke Sina Hospital untuk melihat kondisi temannya yang sedang
dalam keadaan kritis.
Setibanya Yana tiba di rumah sakit, Yana berdiri di luar
jendela sambil memandang wajah Delisa. Sampai-sampai Liana
menjatuhkan air matanya. Yana langsung masuk ke ruang UGD
untuk melihat sahabat yang sangat ia sayangi.
“Lisa, Yana mohon tolong bangun sebentar saja, Lisa...
tolong jawab, plis... bangun” ujar Yana sambil menangis. Suatu
keajaiban yang datang dari tuhan, tangannya Delisa bergerak. “Yana,
Lisa bisa dengar suara Yana” ujar Lisa. “Lisa, Yana mohon jangan
tinggalin Yana sendirian, Lisa pokoknya harus sembuh supaya kita
bisa main lagi kek dulu.” “Mungkin ini takdirnya Lisa, mungkin
tuhan terlalu sayang sama Lisa, Lisa pergi dulu ya.” “Lisa gak boleh
bilang kek gitu” ujar Yana sambil memegang erat tangannya Delisa.
“Lisa boleh minta sesuatu gak sama Yana, tolong bisikkan kalimat
syahadat ke telinga Lisa.” Yana mengangguk kepalanya seraya
tersenyum, ketika Yana membisikkan kalimat syahadat pada telinga
Lisa mulutnya Lisa bergerak membacakan kalimat syahadat yang
dibaca oleh Yana, matanya Delisa perlahan-lahan mulai menutup.
Di akhir hayatnya Delisa sempat mengucapkan kalimat
syahadat dan dia meninggal dalam keadaan beriman. Hari mulai
sore Yana terlambat untuk kembali ke Indonesia, sebelum dia
pulang ke Indonesia Yana pergi laut yang pernah dia datangi
bersama Delisa sebelum Lisa meninggal. Yana duduk sendiri di tepi
pantai sambil memandang indahnya senja.
Matahari yang perlahan-lahan mulai menghilang ditelan
oleh bumi menandakan sore telah tiada, dan gemerlap cahaya
bintang kecil bermunculan di luasnya angkasa. Yana bangun dari
kursinya dan pergi meninggalkan indahnya senja di negeri
piramida, dan bersiap-siap untuk kembali ke Indonesia.
MENGGAPAI MUTIARA DEMI SEPASANG MAHKOTA
Lutviananda

Ku putuskan satu impian….


Aku ingin jadi hafidz quran ….
Ku akan bertahan walau sulit melelahkan Allah beri aku kekuatan….
Ku impikan sepasang mahkota tuk berikan di akhirat kelak….
Sebagai pertanda bahwa kau sangat ku cinta

Sebuah lagu yang terinspirasi terlintas di telingaku kala itu,


seketika menusuk jiwaku, suatu hari pada bulan ramadhan tahun
2014 silam, saat pejuang-pejuang yang mengikuti lomba hafidz
Indonesia di RCTI di tayangkan. Sejak saat itu keinginanku untuk
memasangkan sepasang mahkota untuk kedua orang tuaku semakin
menjadi-jadi, banyak hal yang ingin kulakukan agar impianku
tercapai, bagiku orangtua layaknya dua sayap yang selalu
meranguiku di kala susah maupun senang.
Eiiittss… sebelum ku ceritakan tentang judul ini, aku ingin
lebih dulu bercerita sekilas tentang biografiku. Aku dilahirkan
tanggal 30 September 2003 di sebuah desa yang terletak di tengah-
tengah hutan belantara. Kononnya, desa ini hanya diduduki oleh
lima keluarga, tahun demi tahun pun berlalu, desa ini pun menjadi
maju, pemuda-pemuda yang terlahir disitu pun sukses satu persatu,
dan sekarang, waktunya aku ingin menjadi sukses seperti mereka.
Menyelesaikan sekolah dasar di SDN2 BIREUEN, kemudian
studi menengah di Pesantren terpadu jami’ah Az Zanjabil Bireuen-
Aceh.
Pengalaman semasa hidup antara lain mendapat juara II
MTQ tingkat kabupaten (2016), juara III MTR tingkat provinsi
(2017), juara I tingkat kabupaten (2019), terpilih untuk mengikuti
lomba fahmil Quran MTQ tingkat provinsi(2019), menjadi wakil
bagian Bahasa pesantren terpadu jami’ah Az Zanjabil(2019).
Sekarang kita masuk ke cerita hots ku...Dua minggu setelah
aku menonton acara tersebut,hal-hal yang ingin ku lakukan untuk
mencapai harapanku belum terbayang di benakku, hingga suatu
saat, keluarga tercintaku memanggil dan menyuruhku untuk
mondok di pesantren yang terletak di sebuah desa tempat aku
tinggali. Pesantren ini dikenal dengan nama Az Zanjabil yang berarti
jahe(minuman surga)pimpinan pesantren ini mempunyai visi dan
misi untuk menciptakan pemuda-pemudi penghafal Alquran dan
mempunyai akhlak seperti yang ada di dalam Al-quran, beliau
lulusan Al Azhar, Kairo, dan beberapa anaknya sekarang juga
sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, sedangkan anak
pertamanya telah menyelesaikan studi di sebuah Universitas
malaysia.
***
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menyetujui
permintaan mereka. Mengingat disitu terdapat berbagai macam
ilmu, ada ilmu Alquran, ilmu keorganisasian, ilmu Bahasa, sains, dll.
Keesokan harinya, aku pun memutuskan untuk
mendaftarkan diriku, setelah pendaftaran selesai, aku harus
menunggu waktu untuk dipanggil kembali guna mengikuti tes
menentukan kelulusan, tahap demi tahap, tes sudah kulalui, sisanya
adalah tawakal dan berharap hasil yang baik setelah ini. Hari itu pun
selesai, dan aku pulang kerumah melanjutkan aktivitasku seperti
biasa dengan tetap mengharapkan hasil yang baik.
Sekian lama menunggu, aku dinyatakan lulus, akhirnya aku
punya kesempatan untuk menggapai mutiara yang aku harapkan
selama ini.
***
Terhitung mulai tahun 2015,yaitu hari dimana aku akan
mulai melangkah kaki untuk menuju ke pesantren Az Zanjabil,
sesampaiku di gerbang pesantren, aku pun mulai merasakan
kesedihan di karenakan hal ini merupakan perpisahan yang
pertama bagiku untuk berjauhan dengan keluarga.
Hanya bermodalkan sebuah Alquran bekas, ku kira cukup
untuk menggembirakan hatiku, mengingat aku adalah anak pertama
dari empat bersaudara, aku harus menggapai mutiara demi kedua
orang tuaku, namun begitu masuk kedalam asrama, aku disambut
oleh seseorang yang tidak asing lagi bagiku, menunjukkan sebuah
tempat yang dekat dengannya, aku menaruh barangku, kembali
terkejut memangnya kamu kenal dengan aku? ”iya, aku kenal, orang
tuaku yang memberitahukan ku bahwa kamu adalah
saudaraku”jawab dia. waktu pun menunjukkan jam 04.00 WIB, azan
di kumandangkan dengan merdunya, menandakan waktu asar tiba,
kami pun bergegas menuju mushalla.
***
Az Zanjabil bukanlah pesantren yang mudah, tapi satu hal
yang bisa ku katakan di hari pertama kujejakkan kakiku disini
sampai kini. Di Az Zanjabil kami akan sukses dan menjadi pakar-
pakar islami ketika kembali ke kampung yang kami cintai.
***
Mushalla adalah salah satu tempat dimana para huffadz Az
Zanjabil menyetor hafalannya setiap pagi setelah shalat subuh, sejak
awal tahun 2014, sistem setor menyetor setelah shalat subuh mulai
diterapkan di pesantren ini, dua tahun kemudian, terjadilah
pembaruan sistem penyetoran Alquran yang dulunya di adakan
hanya sekali, diubah menjadi tiga kali sehari, ini diterapkan untuk
santri yang memilih tahfidz khusus, berbeda dengan santri yang
memilih tahfidz biasa mereka hanya menyetor sehari sesuai
kemampuan.
Pada akhir tahun 2017, Az Zanjabil mulai memisahkan
antara huffadz khusus dengan huffadz biasa, huffadz khusus
menyetor hafalan di kelas sedangkan huffadz biasa tetap di
mushalla, dan aku sangat bersyukur karena terpilih dalam huffadz
khusus.
***
Hari yang melelahkan sekali, belum lagi pekerjaan rumah
belum kukerjakan, kepalaku sangat pusing, rasanya sedang diperas
dalam mesin cuci yang hampir rusak, tugas di pesantren lumayan
banyak, dalam kesibukan ini azan pertama dikumandangkan sekitar
pukul 04.30 WIB. Aku bergegas untuk shalat tahajjud, usai shalat
aku mengulang hafalan Alquran untuk disetorkan nanti, kemudian
azan kedua pun terdengar dengan jelasnya, semua bergegas untuk
shalat subuh, lalu aku menuju ke kelas untuk menyetor hafalan ku
kepada ustazah Safwatunnufus. Indahnya belajar al quran di Az
Zanjabil, tak terbilang banyaknya para huffadz disini, tak heran Az
Zanjabil diberi gelar dengan ulumulquran.
Usai menyelesaikan setoran, kuayunkan langkah ke sekolah,
hari ini 3 pelajaran, ushulfiqh, Bahasa inggris dan balaghah, selesai
jam 01.30 WIB.
Hadeuuuuuuh….
Capek sekali, tapi santri macam apa yang mudah menyerah hanya
karena masalah sepele?
Usai shalat zuhur berjamaah di mushalla tercinta, aku
segera makan siang, kemudian mendekatkan diriku ke meja belajar
untuk mengerjakan Pr yang diberikan dari sekolah tadi pagi, setelah
mengerjakan pr aku harus menghafal Alquran agar bisa menyetor
lebih dari target besok. Usai salat asar aku lanjutkan menghafal Al-
quran, karena ini merupakan impian terbesarku ketika pertama
masuk ke pondok ini. sebelum menghafal Al-quran aku
membersihkan lingkungan pesantren yang penuh dengan dedaunan
yang sudah layu berjatuhan diatas tanah Az Zanjabil yang luas dan
segar, jadi wajar aku harus menyapu dedaunan yang berserakan di
bumi Az Zanjabil yang sudah jatuh dari pohonnya.
Usai salat isya aku berusaha untuk mengambil makanan
yang diantar oleh orang tuaku, walaupun aku tidak selera makan
aku harus memaksakan diri untuk makan karena aku tau orang
tuaku sangat capek memasak dan mengantarkan nasi hanya untuk
anaknya yang tinggal di pondok, kemudian kulanjutkan belajar di
kelas, malam ini pelajaran kawakib, tapi gurunya tidak datang,
mungkin ada halangan yang membuat guru kami tidak datang, lalu
kulanjutkan dengan menghafal Al quran agar impianku tercapai
demi sepasang mahkota yang kuharapkan di akhirat kelak. dan aku
berharap semoga dengan usaha kerasku ini impianku tercapai.
Aaamiiin Ya Rab…
Selesai belajar di kelas, aku pulang ke asrama untuk
melanjutkan hafalanku sambil menunggu mahkamah yang di
adakan oleh kakak-kakak kelas dengan berharap namaku tidak
dipanggil, kemudian terdengar suara panggilan orang-orang yang
masuk mahkamah dan Alhamdulillah namaku tidak ada. Usai
menghafal aku pun langsung bergegas ke kamar mandi untuk
berwudhu dan gosok gigi, lalu menuju ke kasur yang empuk dan
merebahkan badanku yang sangat lelah ini. jam menunjukkan pukul
11.00 WIB tidak ada satu orang pun yang tersisa di luar kamar,
karena bagian keamanan telah mengamankan semua santri di
pondok ini.
6 tahun aku tinggal di pesantren Az Zanjabil ini, aku merasa
sangat bahagia karena dengan izin Allah impianku tercapai, aku bisa
membuat orang tuaku bahagia melihat anaknya yang dulunya sering
dimarahi karena akhlak yang kurang sopan, suka menyaut pekataan
orangtua, membuat hati mereka sakit, tapi sekarang aku bisa
mengubah semua sifat-sifatku itu. satu hal yang bisa kukatakan dari
hari pertama kujejakkan kakiku di Az Zanjabil ini dan kuyakini
sampai kini, di Az Zanjabil kami akan sukses, dan menjadi pakar-
pakar islami, serta ulama-ulama yang diridhai ketika kembali ke
kampung yang kami cintai.
***
Semua pemenang adalah semua pemimpi yang tidak pernah
menyerah sebelum dia mendapatkan yang dia harapkan, seperti
yang dikatakan oleh presiden Afrika Selatan(1994-1990)Nelson
Mandela”A winner is a dreamer who never gives up”mimpi harus di
realisasikan dalam kehidupan nyata sesuai dengan kemampuan dan
keinginan dari diri sendiri,karena dengan hanya bermimpi tanpa
ada reaksi secara nyata,maka sangatlah sedikit peluang untuk kita
sukses baik dunia maupun akhirat.
Aku yakin semua orang pasti bisa meraih semua yang di
harapkan jika ada kemauan yang kuat dalam diri sendiri, tidak ada
yang tidak mungkin dalam dunia ini, melainkan mau atau tidaknya
seseorang dalam bertindak dan berusaha, maka jadilah orang yang
mau berusaha tepat dengan niat yang lurus lillahi taala sehingga
Allah mempermudah segala hal yang kita lakukan dalam hidup ini,
semua dalam hidup ini tergantung dengan DUTA (doa,usah,dan
yang terakhir tawakal).
You can if you think you can, kamu bisa jika kamu berpikir
kamu itu bisa, maka teruslah berpikir positif serta berusaha
semaksimal mungkin, lets think positive, mari menuju kesuksesan
dengan pikiran positif dan berusaha sesuai dengan kemampuan dan
keinginan dari dalam diri sendiri.
TIDAK ADA KATA TIDAK MUNGKIN
Riska Fadhila

Di sebuah desa terpencil,tinggallah seorang gadis yang


bernama Abel, dia anak sulung dari 3 bersaudara, orang tuanya
bekerja sebagai petani, dia berasal dari keluarga yang
berkecukupan namun walaupun dia berasal dari keluarga yang
berkecukupan, tak pernah mebuatnnya patah semangat dalam
belajar, dia dan adik adiknya tetap melanjutkan sekolah, Abel yang
sekarang menginjaki bangku kelas 2 SMA, adik keduanya menginjak
bangku kelas 5 SD, sedangkan adik bungsunya menginjak bangku
kelas 2 SD, karena mereka tinggal di desa yang terpercil maka dalam
satu kecamatan tersebut hanya tersedia satu sekolah yaitu yang
bertepatan di kampung sebelah, jarak antara rumahnya dengan
sekolah adalah 5 km, dengan jarak yang lumayan jauh, membuat
banyak anak anak seusia Abel menghentikan sekolahnya, dan
memilih bekerja membantu orang tuanya, tapi tidak dengan Abel.
Abel adalah anak yang ceria, ia mempunyai cita cita yang
tinggi yaitu dia ingin menjadi guru yang sukses, dia ingin
membangun sekolah di desannya, dia ingin mengubah pola pikir
anak-anak bahwa sekolah itu tidak membosankan, dia tidak ingin
anak-anak di desanya berpikir bahwa sekolah itu membosankan,
tapi orang tuanya selalu berkata, “Tidak mungkin kamu bisa
menjadi guru Abel, kita tidak punya uang untuk melanjutkan
pendidikan kamu ke universitas, lagian kalau harus melanjutkan
universitas kamu harus keluar kota”. Itulah yang selalu di ucapkan
mamanya kepada Abel, namun walaupun begitu Abel selalu
menjawab “Tidak ada kata tidak mungkin Ma, selama bumi masih
berputar semua bisa kita lakukan dengan izin allah, yang penting
do’a dan usaha”.
Itulah yang selalu di ucapkan Abel kepada Ibunya. Hari demi
hari pun berlalu, dan sekarang Abel pun mulai beranjak ke bangku
kelas 3 SMA, dan sebentar lagi dia akan melanjutkan pendidikannya
di jenjang universitas, setiap hari dia harus bangun pagi-pagi sekali
membantu Ibunya untuk membuat kue, selain menjadi petani,
Ibunya juga menjual kue keliling, supayaa bisa menapatkan uang
tambahan, agar bisa membiayai sekolah anak-anaknya, terlebih lagi
ketika melihat anak anaknya yang semangat dalam belajar, terlebih-
lebih Abel, ia adalah anak yang ceria, anak yang rajin, dia selalu
membantu kedua orang tuanya pergi ke sawah untuk menanam
padi, dan juga membantu Ibunya untuk menjual kue keliling, dan
sorenya dia slalu belajar bersama teman-temannya.
Dia selalu mengajak teman-temannya untuk belajar, agar
bisa mengikuti UN, satu hari Ibu dan ayahnya Abel, memanggil Abel
untuk duduk di ruang tamu, kedua orang tuannya Abel ingin
mengatakan sesuatu pada Abel menyangkut tentang pendidikannya
Abel, “Abel bapak ingin menanyakan sesuatu kepadamu” ayah Abel
memulai pembicaraan, “Iya pak ada apa?” tanya Abel,” Bel, kamu
yakin nak ingin melanjutkan pendidikan kamu di universitas?”tanya
Ibunya kepada Abel,” Buk, Ibu kan tau, sejak kecil Abel ingin sekali
menjadi guru, Abel ingin membuat orang-orang di sekitar Abel
pintar,” jawab Abel dengan mata berkaca-kaca, “ Iya bel, Ibu tau tapi
kamu tau kan keadaan ekonomi kita bagaimana, kita bukan seperti
mereka yang punya uang nak, ayah dan Ibuk gak sanggup
membiayai kamu nak” ujar Ibunya Abel, “Jadi ayah dan Ibuk ingin
aku menghentikan sekolahku sampai di SMA saja?” tanya Abel
kepada kedua orang tuanya.
“Heummm,... nak tapi Ibuk tetap usahakan supaya kamu
bisa melanjutkan pendidikanmu, tapi.. jikalau Ibu tidak sanggup
maafin Ibuk ya nak” ujar Ibunya Abel kepada Abel kemudian
memeluknya, kesokan harinya.
Seperti biasa Abel selalu bangun pagi-pagi sekali, setelah
melaksanakan shalat shubuh, Abel pergi ke dapur untuk membantu
Ibunya memebuat kue, setelah selesai membuat kue, Abel
menyiapkan seragam sekolah untuk adik-adiknya, itulah pekerjaan
Abel setiap pagi, setelah menyelesaikan semua pekerjaannya,
barulah Abel dan adik adiknya berpamitan kepada kedua orang
tuanya untuk pergi ke sekolah, mereka berjalan kaki untuk , menuju
ke sekolah, dengan menempuh jarak sekitar 5 km, untuk sampai ke
sekolah, jarak sekolah Abel, dan adik-adiknya juga tidak terlalu jauh,
setelah sampai di sekolah adik-adiknya, hanya membutuhkan waktu
sekitar 10 menit, untuk sampai ke sekolah Abel, sesampainya di
sekolah Abel langsung menuju ke kelas, dan uduk di bangkunya.
“Hai, Abel” sapa Delisa, dia adalah kawan terdekat Abel,
“Hai juga” jawab Abel dengan nada tak bersemangat, Delisa pun
heran, karna Abel tidak pernah seperti ini dia adalah anak yang
ceria, tapi hari ini dia kelihatan murung, “Bel, kamu kenapa?”
tanyak Delisa kepada Abel. “Gak papa kok, aku hanya kepikiran
tentang kuliahku,” ucap Abel, “Emangnya kenapa bel? Kamu tidak
lanjutkan di universitas?” tanyak Delisa, “ Ntah lah lis, kamu kan tau
aku berasal dari keluarga yang tidak berkecukupan, dan kamu tau
kan mana ada universitas yang murah lis, kecuali dapat beasiswa,”
ujar Abel dengan pandangan kosong.
”Heumm, yang sabar bel ya, tugas kamu sekarang hanya
berdo’a, siapa tau mungkin saja kamu bisa melanjutkan
pendidikanmu di universitas,” ucap Delisa sambil
tersenyum ,”Heumm, aminn” ucap Abel, jam sekolah pun selesai,
Abel dan teman-temannyapun bergegas untuk pulang, Abel segera
keluar dari kelas, tiba tiba buk hafizah pun memanggil Abel,” Abel
ke kantor sebentar, Ibuk ingin bicara sesuatu denganmu” ucap buk
hafizah, Abel pun pergi mengikuti buk hafizah ke kantor,” Abel, Ibuk
ingin menanyakan sesuatu kepadamu” ucap buk hafizah,” iya ad apa
buk?” tanya Abel, “Bel, Ibuk ingin menanyakan tentang
pendidikanmu di jenjang universitas, apakah kamu mau
melanjutkannya?” tanya Buk hafizah, “Tentang itu saya belum tau
buk karna orang tua saya tidak punya dana untuk membiayai saya,”
ucap Abel dengan pandangan tertunduk.
“Abel, Ibu tau bagaimana keadaan ekonomi keluargamu,
tapi, kan sayang kalau kamu tidak melanjutkan pendidikanmu,
kamu kan anak yang berprestasi, oleh sebab itu Ibuk ingin kamu
ikut beasiswa kuliah di bogor, kamu mau kan?,” tanyak buk hafizah
dengan sebuah senyuman, sedangkan Abel menatap buk hafizah
dengan mata yang berkaca-kaca, dan kemudian memeluknya,”
makasih buk, ma..makasih, saya mau buk,” ucap Abel dengan air
matanya yang mengalir karena terharu, “ Tapi bel, kamu harus ikot
tes terlebih dahulu, “Karena ini beasiswa tingkat nasional, dan
tesnya akan diadakan pada bulan maret ya bel” ujar buk hafizah,”
iya buk saya akan belajar dengan sungguh-sungguh, dan tak ingin
mengecewakan Ibu,” ujar Abel dengan senyuman bahagia.
Kemudian Abel pun pulang dengan keadaan gembira, adik-
adiknya telah pulang terlebih dahulu, jadi Abel hanya pulang sendiri
menuju ke rumah, teman temannya pun telah pulang duluan,
sesampai di rumah, Abel langsung memeluk Ibunya, sambil berkata”
buk, Ibuk, Abel dapat lowongan untuk ikut tes beasiswa, di
universitas yang berada di bogor “ucap Abel,” alhamdulillah nak,ini
semua berkat do’a dan usahamu” ucap Ibuk Abel kepaa Abel,
kemudian menciumnya, kemudian Abel pun memeluk ayahnya, Abel
meminta do’a supaya lulus beasiswa.
Hari demi hari pun berlalu, Abel pun telah mengikuti ujian
nasional (UN), sekarang tiba di mana Abel harus mengikuti tes
beasiswa universitas di bogor, untuk acara tesnya, Abel terpaksa
harus pergi ke bogor, menggunakan uang tabungannya, dan
tabungan Ibunya. Dua hari setelah Abel mengikuti tes beasiswa di
bogor, sekarang tiba lah di mana Abel harus menunggu
pengumuman.
Tit....tit..., suara motornya buk hafzah memarkir di depan
rumah ku, kemudian aku dan orang tuaku pun menuju ke teras,
melihat Ibuk Hafizah memaparkan sebuah senyuman kepada Abel
dan orang tuanya, kemudia buk hafizah pun langsung memeluk
Abel, dan berkata, ” Selamat ya bel, kamu lulus, kamu luus
beasiswa,” ucap Buk Hafizah, kemudian Abel pun langsung sujud
syukur, kemudian ayah dan Ibuknya pun langsung menciumnya,
dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Buk Hafizah, yang
telah mengusulkan Abel untuk ikut beasiswa tersebut.
Empat tahun kemudian, Abel pun pulang ke kampung
halamannya dengan gelar sarjana, dan sekarang dialah yang
membiayai adik-adiknya untuk melanjutkan pendidikan di jenjang
universitas, Abel pun sekarang mengajar di sekolahnya dulu,
sebenarnya Abel di tawarkan untuk untuk mengajar di bogor, tapi
Abel malah memilih kembali ke kampung halamannya, karena
sesuai dengan cita-citanya dulu, dia ingin mesukseskan anak-anak
di kampungnya, dia ingin anak anak di kampungnya tidak ada lagi
yang menghentikan sekolah, dan memilih bekerja.
Abel selalu ingat dengan kata ini “Orang hebat bukanlah
yang hebat sendiri, tetapi orang hebat adalah orang yang dapat
menghebatkan orang lain”. Bagi pembaca janganlah mudah
menyerah, jangan cepat putus asa, bermimpilah, setinggi mungkin,
karna jikalau targetmu ke bintang maka kamu akan jatuh ke bulan,
jangan lah takut dalam bermimpi, karna kita tidak tau bagaimana
kehendak allah, dan yakinlah, selama bumi masih berputar apa pun
dapat kita lakukan dengan izin Allah.
BUAH DARI KESABARAN
Miftahul Rizkina

Hamparan padi hijau yang menyejukkan mata, hembusan


angin pagi yang menyegarkan disambut hangat oleh sinar mentari
pagi. Membuat seorang gadis culun bangun dari tidurnya dan
semangat berangkat ke sekolah dengan mengayuh sepedanya, tak
perlu menghabiskan waktu yang lama untuk mengayuh sepeda
sampailah ia didepan gerbang sekolahnya. Langsung saja ia
memarkirkan sepedanya dan segera melangkah masuk ke dalam
gerbang menuju ke dalam kelas. Rasa rindu akan belajar di sekolah
ia rasakan karena lamanya liburan sekolah yang membuatnya
belajar sendiri di rumah.
Sekarang gadis culun itu menempati kelas 2 sekolah
menengah atas (SMA). Namanya adalah Ayla, ia dikenal dengan
gadis culun karena penampilannya serta golongan keluarganya.
Kriiing…kriiing…kriing… bel berbunyi tanda waktu masuk kelas
semua siswa memasuki kelas dengan tertib serta menunggu guru-
guru yang akan masuk ke dalam kelas masing-masiing, akan tetapi
berbeda dengan kelas 2 yang satu ini mereka membuat kebisingan
di dalam kelas sehingga datanglah seorang guru yang killer dengan
sekejap kelas tersebut langsung sunyi dan tenang.
Guru killer itu di kenal dengan panggilan Bu Adel,
merupakan kepala sekolah SMA tersebut. “Baik, hari ini kalian akan
kedatangan teman baru” kata Bu Adel denga ekspresi yang datar,
seketika kelas itu rebut karena memperbincangkan siapakah sosok
murid baru itu tiba-tiba terdengar suara ketukan penggaris panjang
diatas meja “tok tok” yang deketukan oleh Bu Adel dan kelas itu
kembali sunyi, Bu Adel mengangkat bicara “Saya tidak menyuruh
kalian membuat keributan! Paham kan?”. ”Paham bu” jawab semua
siswa di kelas. “Kamu yang di pintu silahkan masuk” kata Bu Adel
masuk lah seorang pria berkulit kuning langsat samnbil
mengganding tas ransel berwarna hitam yang disangkutkan di
sebelah bahu nya.
“Silahkan perkenalkan dirimu” kata Bu Adel. “Perkenalkan
nama saya Arga saya pindahan dari senior high school of swedia,
saya harap kita semua bisa berteman dengan baik” setelah Arga
memperkenalkan diri semua yang berada di dalam kelas rebut tak
karuan karena mereka terkekjut seorang siswa pindahan dari
sekolah terkenal masuk ke sekolah mereka.
Beda hal nya dengan Ayla disaat yang lain membahas sosok
anak baru ia malah sibuk dengan buku yang ia baca sejak tadi, tanpa
mmenghiraukannya sedikit pun. Setelah memperkenalkan diri Arga
dipersilahkan untuk duduk di samping jendela yang kebetulan
berada tepat dibelakang Ayla. Arga berjalan menuju tempat duduk
yang telah ditunjukan oleh Bu Adel akan tetapi tetap saja Ayla tak
menghiraukannya.
Arga yang sudah memperhatikan sejak tadi merasa kesal ia
menoleh kebelakang setelah ia lihat tidak ada Bu Adel ia pun
berkata kepada Ayla, “Oiii cewek cupu jangan sok lu ya, gak perlu
pake acara rajin baca buku segala”. Dengan perasaan terkejut Ayla
hanya terdiam dan menatap dengan pandangan kosong kearah
depan. Arga kembali menuju berjalan ke tempat duduk nya, sebagai
sahabat yang baik Kiara yang sudah memperhatikan kejadian itu
sejak tadi, langsung menjumpai Ayla di tempat duduknya, seraya
berkata “Ay, kamu gak papa kan? Apa yang dikatakan Arga ke
kamu? “ Tanya Kiara dengan perasaan khawatir.
“Gak aku gak papa kok ra” jawab Ayla “Seriusan gak papa?
Dia kan anak baru udah bentak kamu aja” balas Kiara dengan
perasaan kesal Kiara menemui Arga dan berkata “Lu anak baru gak
usah sok berkuasa dong, pake marah-marahin Ayla segala lagi”.
“Suka-suka gue dong, emang masalah ya buat lo gue kan punya
segalanya” jawab Arga dengan lantang. “Jangan karena lu punya
segalanya lu bisa seenaknya” jawab Kiara.
Datanglah Ayla dan berkata “Udah ki gak usah diperbesar,
yuk kita balik duduk aja” “Kamu gak kesel lihat perlakuan dia tadi”
jawab Kiara, Ayla hanya terdiam dan dijawab oleh Arga, “Dia aja gak
papa kenapa lu yang sibuk, udah deh gue capek”, “Udah ki, ayo kita
pergi” ujar Ayla sambil menarik tangan Kiara dan berjalan menuju
tempat duduk mereka. “Kan udah aku bilang aku gak papa” kata
Ayla. “Tapi aku gak tega lihat kamu digituiin Ay” kata kiara.
Tak terasa satu bulan pun berlalu sejak kekjadian itu, dan
kehidupan yang dijalan Ayla pun ikut berubah dengan seketika
sejka hadirnya Arga, hari-hari yang di lalui Ayla selalu dapat
gangguan dari Arga, bukan hanya gangguan namun celaan bahkan
penghinaan yang dilakukan terhadap Ayla. Akan tetapi tak satu pun
perlakuan itu di balas oleh Ayla. Ayla tetap sabar menerimanya dan
menjalani hidupnya seperti tidak ada kejadian apapun.
Pada suatu hari di penghujung semester dua, Ayla pulang
sekolah sedikit terlambat, karena ia belajar serta meminjam
beberapa buku di perpustakaan untuk dipelajari dirumah,
berhubung orang tuanya kurang mampu dalam ekonomi. Karena itu
Ayla giat belajar cita-citanya ingin mengubah nasib keluarganya
dari yang hina menjadi yang terpandang. Setelah ia meminjam
beberapa buku ia pergi menuju area parkir tempat ia memarkirkan
sepedanya.
Ketika sampai di area parkir Ayla melihat sepedanya telah
rusak dan ban sepedanya hilang satu, disamping itu ia melihat di
tempat duduk sebelah parkiran Arga bersama teman-temannya
memegang ban sepeda miliknya. Dengan perasaan marah ia
memberanikan diri untuk bicara kepada Arga, “Kalian ya yang
ngerusakin sepeda aku?”. Seketika Arga menoleh kearah Ayla
dengan terkejut karena gadis yang tak pernah bicara atau pun
membalas perlakuannya tiba—tiba bicara dengan marah-marah.
“Hahaha” tawa Arga dan berkata “Kamu ya yang bicara? Sudah
berani bicara ya?” sambil menatap dengan pandangan sinis Arga
berkata terus kalau memang ia aku yang rusakin kenapa?”, tanya
Arga.
“Aku mau kamu balikin ban sepeda aku dan kamu tanggung
jawab untuk memperbaikinya” jawab Aya “Aku yang perbaiki?” ujar
Arga sambil tersenyum sinis “Kalau bukan kamu terus saiapa?”
balas Ayla “hhhmmm oke oke” ujar Arga sambil melempar bannya
ke arah jalan. Ban itu tergelincir Ayla melihatnya dan berkata
“Jangan kamu fikir karena kamu orang kaya kamu bisa buat
seenaknya ke aku” Arga yang mulai menjauh menoleh kebelakang
dan tersenyum kemudian kembali berjalan di jalannya.
Hujan turun dengan deras membasaho bumi di malam yang
kelam, suasana yang dingin membuat seluruh jiwa malas. Tapi
berbeda dengan gadis ini ia terus belajar. Malam pun berlalu dan
berganti pagi matahri bersinar dengan terang ditemani udara yang
segar, jalan masih basah karena hujan semalam yang begitu deras.
Pagi ini Ayla berangkat sekolah dengan berjalan kaki ia
melalu jalan yang becek ia berangkat lebih awal dari biasanya agar
tidak terlambat masuk kelas. Tepat didepan gerbang sekolah
terdapat genangan air dengan sengaja sebuah mobil melaju dengan
cepat melewati genangan tersebut dan cipratan air itu mengenai
sekujur tubuh Ayla, pada akhirnya baju Ayla basah dan kotor
sehingga ia tidak diizinkan untuk masuk kelas. Walalupun tidak
diizinkan masuk kelas, Ayla memperhatikan guru menjelaskan
pelajaran melalui jendela kelas agar tidak ketinggalan pelajaran.
Beberapa hari kemudian ujian pun diadakan semua siswa
sibuk untuk mempersiapkan diri kecuali Arga, ia tak
mempersiapkan apapun dan ia berkata, “Untuk apa belajar susah
payah pada akhirnya perusahaan papa juga akan jadi milik ku” tak
terasa ujian pun berakhir, semua siswa lulus dengan nilai yang
memuaskan termasuk Ayla ia memperoleh nilai tertimggi
seprovinsi, sedangkakn Arga ia mendapatkan nilai yang terendah.
Satu minggu berlalu. Pada sore itu tepat menjelang
perpisahan yang akan diadakan di sekolah. Datanglah pemilik
perusahaan terkenal ke rumah Ayla dan menawarkan kuliah ke luar
negri dengan jaminan full beasiswa, dan dijanjikan setelah Ayla
menyelesaikan studi nya akan menjadi manager di salah satu
perusahaan yang terkenal.
Hari perpisahan pun tiba semua siswa kelas akhir sudah
siap dengan acara tersebut mereka juga mempersiapkan bahan-
bahan seperti cat, spidol dan lainnya untuk mencoret baju sesama
mereka, setelah acara, mereka melakukan ritual yang biasa
dilakukan oleh siswa kelas akhir sebelumnya. Seketika Kiara
mencari Ayla karena dari tadi ia belum kelihatan, Kiara pun sudah
bertanya ke beberapa temannya tapi tak satupun dari mereka yang
melihat Ayla. Sejak hari itu Kiara dan Ayla tidak pernah bertemu
bahkan tidak berkomunikasi. Meskipun Kiara sudah berusah untuk
mencari Ayla bahkan sampai mengunjungi rumahnya dan mencari
informasi melalui tetangga lama Ayla. Pada akhirnya Kiara pun
beretemu dengan Ayla pada saat ia melamar kerja di perusahaan,
Ayla merupakan managernya.
Pagi itu mendung mentari enggan untuk menampakkan
sinarnya, pada pagi itu seperti biasa Ayla dan Kiara melakukan
aktivitasnya, berbeda dengan Arga yang ternyata bekerja sebagai
montir di sebuah bengkel. Ditengah perjalanan menuju perusahaan,
mobil Ayla mogok dengan terpkasa ia harus membawa mobilnya ke
bengkel terdekat tak jauh dari situ, ia menemukan sebuah bengkel
di seberang jalan, setibanya disana Ayla pun melihat sosok yang
mirip dengan Arga. Dan Ayla pun terkejut meliat keadaan Arga
sekarang. Dia sekarang sangat lusuh, kehidupannya sekarang
drastis menurun dari arga yang dulu.
“Kesabaran merupakan kunci dari kesuksesan”
SILENT LOVE IS BETTER LOVE
Silvia

Namaku Oliv, aku seorang gadis yang tinggal disebuah


perdesaan kecil dan aku sekolah dengan jarak yang tak kunjung
jauh dari rumahku. Suatu hari, orang tuaku memintaku untuk
mondok di pesantren yang terletak di Bireuen. Dimana pesantren
tersebut merupakan pesantren yang baru tiga tahun menerima
santri baru. Pertamanya aku ragu-ragu, melihat pesantren yang
begitu sederhana. Karena ini kemauan orang tua, tanpa pikir
panjang aku pun maengikuti kata orang tuaku untuk mondok disini.
Hari pertama aku di pesantren, Aku bertemu dengan teman
baru, namanya Luna, Dia orangnya sangat heboh. Dan satu lagi
namanya Maya, dia orangnya ngeselin banget. Dan masih banyak
lagi teman teman yang belum ku kenal. Hari kedua kami pun mulai
masuk sekolah, ketika itu aku berjalan bersama luna menuju kelas
dan memlih meja urutan ketiga sebagai tempat yang akan kami
tempati. Hanya berselang beberapa menit, masuklah seorang guru
yang bernama Buk Yasmin. Setelah memasuki kelas, tiba tiba datang
lah dua orang cowo yang bernama Rizki Dan Farel, Mereka memberi
salam seraya berkata “Bolehkan kami masuk buk” Ibu guru pun
membolehkan nya sehingga mereka masuk, dan duduk di meja
paling depan.
Baiklah anak-anak, tema kita hari ini adalah perkenalan,
Silahkan perkenalkan diri kalian masing masing, dimula dari farel
sambungnya. Farel pun memperkenalkan dirinya kemudian luna
Berbisik padaku “Oliv, Liat deh Mukanya Risil dengan Farel mirip
kan”? “iya jawabku”. Luna pun memanggilnya, “heii, Kalian kembar
ya?” Tanyanya. Merekapun tersnyum, dan salah satu diantaranya
menjawab, “Mana ada kembar kami saja baru kenal”. Aku pun
terdiam seraya berkata dalam hati “Ya Allah. cool banget nih
cowok”.
Mendengar suara ayat Al-Qur’an dari kelas, sehingga aku
tersenyum sambil menghayatinya, “Ya Allah.. suara siapa nih, merdu
banget” tanyaku dalam hati. Akupun berjalan dan melihat kelasku
dari pintu. “Ternyata suara cowok tadi”, lirihku dalam hati, mataku
terus memandangnya sehingga teman-teman mengejekku, “cie,
cieeeee, suka ya?”. “Mana ada” jawabku sambil tersenyum.
Tiba-tiba maya Tanya, “ Hari ini tanggal berapa ya”?. “ hari
ini tanggal 15 juli 2017” jawabku. ”Mengapa tiab-tiba kamu
bertanya tentang tanggal, May”? Tanya Luna. karna hari ini adalah
hari pertama kita sekolah, dan hari ini oliv lagi berbunga-bunga nih.
iya nih jawab temanku.
Malamnya kami nobar (nonton bareng), tempatnya di
lapangan dan kami disuruh bawa tikar, berhubung kami tidak punya
tikar jadi kami mengambil kardus di kantin supaya kami bisa duduk,
hahaha ada- ada saja .
Kami pun membelah kardus menjadi dua, kemudian kami
duduk diatasnya sambil menonton foto-foto kegiatan santri di
pondok. Tak lama kemudian kami pun bergegas menuju kamar
dengan mata yang terasa ngantuk. Begitu masuk ke kamar luna
langsung lompat ke tempat tidur tanpa basa-basi kami pun tertawa
terbahak-bahak, melihat tingkahnya hinggga rasa kantuk pun
hilang.
Setelah satu minggu mondok uang sakuku pun habis,
sehingga aku harus menelfon orang tuaku. “Ya Allah, uang seratus
ribu baru satu minggu kok habis”? Tanya mamaku. “Maklum lah ma
akukan baru pertama kali mondok, jadi belum tau cara menghemat”
jawabku sambil tersenyum.
Suatu pagi, ketika ukhty Amel membangunkanku untuk
melaksanakan sholat subuh. Ukhty Amel kaget saat memegang
tubuhku yang begitu panas. Dia pun mengompres badanku dengan
handuk kecil, hingga mata hari pun terbit. Teman-teman ku sudah
pada siap untuk masuk sekolah, sedangkan aku harus berbaring di
atas kasur dengan keadaan yang begitu lemas. Aku juga berusaha
untuk masuk sekolah namun, mereka semua melarang ku, akhirnya
aku tidak masuk sekolah selama dua hari.
Setelah panasku mulai turun, rasanya aku sudah mulai fit,
aku mulai aktif sekolah dan mulai melakukan semua kegiatan
pondok seperti biasa. Aku mengikuti kelas hari ini dengan wajah
yang lesu, tanpa sadar ternyata ada orang yang sedang
memandangku, ketika aku melihatnya dia memalingkan wajahnya.
Hari berganti minggu dan bulan pun berganti, tak terasa,
kamipun sudah naik ke kelas dua, perasaan yang sama masih belum
hilang. Ku terus memendamnya hingga suatu hari aku berfikir untuk
apa aku mencintai orang yang belum tentu mencintaiku. Hingga aku
pun mencoba untuk move on darinya, karena kurasa tiada guna
semua ini. Sebenarnya perasaan ini yang menumbuhkan
semangatku dalam belajar, fikirku sambil duduk dan menopang
tangan.
Keesokan harinya, setelah sholat zuhur aku keluar dari
masjid menuju ke tempat wudhu’ untuk mencuci kakiku, tiba-tiba
aku melihatnya berdiri di depan masjid dan melempar sebuah
senyuman kepadaku. Namun, aku memalingkan wajahku sambil
berkata “ Astaghfirullah”.
Tibalah hari dimana kami di kelas akhir, ku masih mencoba
move on darinya, hingga akhirnya akupun gagal. Suatu hari ketika
pemilihan osis, diapun terpilih menjadi ketua osis dan aku sebagai
sekbennya sebelum di umumkan, hatiku bergetar kalau aku satu
bagian dengan nya, apa yg akan terjadi? Pikirku sepanjang hari. Dan
tibalah pada malam puncak dimana malam pengumuman ketua osis
“krup krup krup” suara mikrofon. Dan kabit pengangasuhan pun
mulai mengumumkannya. ‘ketua osis tahun 2019 jatuh kepada Risil
dan sekbennya jatuh kepada Oliv. Kami pun di minta untuk maju ke
panggung pertama, tanpa piker panjang aku maju dengan perasaan
yang sangat grogi.
Keesokan harinya, kami mulai berbincang masalah
program kerja pertama nya aku malu-malu dan dia pun begitu cuek.
Aku hanya diam tanpa berkata apa-apa, selang beberapa menit
kemudian aku berfikir kalau aku tidak memulai pembicaraan,
kapan program kerja ini selesai. Sehingga aku mulai bicara
dengannya, dengan perasaan yang sangat minder. Suasana yang
menegangkan, hingga akhirnya ia pun berbicara dengan wajah yang
penuh keraguan. Satu bulan setelah pemilihan osis, tibalah waktu
dimana kami akan mengadakan bumi perkemahan di pekarangan
pesantren, ketika itu anggota kelas hanya lima orang yang terpilih
sebgai panitia. Sedangkan yang lainnya dari kelas 4 dan 5. Hari
pertama kami memulai acara upacara, setelah itu upacara
berlangsung. Risil berjalan menuju gapura dan duduk sambil
mengontrol santri yang keluar dari bumi perkemahan, sementara
aku di tugaskan untuk menjaga tenda.
Tiba-tiba maya menghampiri Risil dan duduk di sebelahnya
sambil berbicara entah apa yng mereka bahas aku tidak tahu sama
sekali dan ini membuatku iri dengannya. “Ya Allah, andai aku
berada di posisi maya”. Lirihku dalam hati yang lagi memandangi
mereka. Rasa cemburu menghampiriku, sehingga aku bersikap cuek
dengan semua orang.
Suatu ketika, Risil bertanya ke Maya, “May, kenapa si Oliv
berubah, cuek banget lagi?”. Maya pun terdiam tanpa menjawab
pernyaannya Risil. Hari berganti, Bumi Perkemahan pun selesai.
Perasaan yang begitu kacau melihat sahabatku begitu dekat dengan
orang yang sangat ku sayangi. Aku sadar bahwa perasaan itu tidak
bisa di paksakan, jadi tidak ada yng harus ku kecewakan, asal
mereka bahagia.
Libur panjangpun tiba, setelah beberapa hari dirumah tiba-
tiba ada kontak masuk ke ponsel ku, dan ternyata dia adalah risil.
Disitulah dia mengungkapkan semuanya . tidak ku sangka ternyata
dia juga memendam rasa yng sama terhadapku, semenjak kelas dua
MTS. Hubungan dengan Maya hanya sekedar teman juga untuk
mencari informasi tentang ku. Aku merasa sangat senang, akhirnya
cintaku terbalas, walau di awali dengan hal-hal yang konyol. 
Mencintai dalam diam lebih baik dari pada
mengungkapkannya, Yang pada akhirnya harus merubah segalanya.
“ silent love is better than love”
JEDA DAN SPASI
Miftahur Rahmah

Aku seorang gadis lulusan Sekolah Bisnis, Dimana sekarang


jabatanku adalah penasehat keuangan profesional, bunda dan
ayahku sudah lama berpisah "Broken Home" maksudnya, dimana
masa kecilku tak seperti anak lainnya bisa berlibur menikmati akhir
pekan bahkan penghujung semester bersama keluarga. Tahun silih
berganti aku sudah lama tak tinggal seatap dengan mereka, dimana
ayah memutuskan untuk menyekolahkanku di sekolah bisnis
Australia, aku memang lebih memilih tinggal bersama ayah setelah
15 tahun perceraian mereka. Selama ini aku sama sekali tidak
berkomunikasi dengan bunda, masih sangat berbekas di pikiranku
puing-puing masa lalu dimana bunda benar-benar tega
mengkhianati ayah.
Aku masih tidak bisa melupakan sulit masa lalu itu.
sekarang ayah tinggal jauh dengan tempat kerjaku,ayah masih
tinggal sediri sampai sekarang tidak ada yang menggantikan posisi
bunda, ayah memang sangat kecewa dengan bunda tetapi perihal
bersanding dengan yang lain, ayah selalu bungkam membuka topik,
bahkan membahasnya dengannku, sekarang umur ayah tidak muda
lagi aku selalu ditanyai soal pernikahan, “Ini umur yang sangat ideal
khanza ” Kalimat ini sudah menjadi asupan 4 sehat 5 sempurna
bagiku.
Hari ini aku menghadiri rapat komite stabilitas keuangan
bank sentral, pemilik bank memintaku menjadi penasehat
keuangan di bank miliknya, aku sudah sampai di loby, Raziq iya itu
Raziq pemegang saham tunggal bank ini, dimana dia adalah teman
sekelasku ketika kami duduk di bangku menengah ke atas, sekolah
boarding. Empat tahun silam dia terlihat sangat cupu, hmm siapa
sangka sekarang dia mengalami perubahan besar, postur tubuh bak
biaragawan memakai jas yang terlihat sangat tegap. Jika ini
penampilannya empat tahun yang lalu teman wanita mana yang
tidak mau dengannya. Dia melangkahi ubin loby, mendekati
posisiku. Dia memberiku jabat tangan aku segera merespon
“Penasehat keuangan, Khanza Maleek Maheer” ntahlah dia masi
mengenalku atau tidak “Raziq Husein” cetusnya dengan senyum
simpul dan melanjutkan perjalanan ke ruang rapat. Pintu ruangan
terbuka lantas mataku langsung tertuju ke meja recepcionis, itu
bunda ,iya itu bunda ,bunda terlihat sibuk dengan berkas-
berkasnya, mengapa bunda hadir di dalam rapat ini, ini rapat
internal bank, apakah bunda termasuk orang penting dalam hak
kelola bank ini?, tubuhku terlanjur kaku dengan pikiranku yang
terobrak abrik, bunda spontan menatap kearah kami, tapi tatapan
bunda datar, benar-benar sangat datar, sudah tidak perlu
ditanyakan lagi, bunda tidak mungkin mengenaliku lagi setelah 15
tahun kami berpisah.
Aku segera merapat menuju meja, aku mengambil alih
untuk membuka rapat pagi ini, setelah mendengarkan beberapa
argumen, rapat selesai, aku segera menuju loby, aku belum siap
menemui bunda .
Setelah rapat di bank sentral milik Raziq, aku tak
menghubungi ayah untuk mengabarkan perihalku bertemu dengan
bunda, harapanku agar ayah tidak berlarut larut dalam kekecewaan
masa lalu. Dengan meneguk segelas vanilla hangat aku kembali
mengingat masa lalu itu, dimana bunda pergi ke sebuah hotel
dengan seorang pria. Tak perlu penjelasan lanjut bagi ayah, ayah
langsung menghadiri meja hijau. Dimana keputusan diambil hakim
palu sidang bergemuruh di telinga mungilku, aku gadis kecil yang
mengiba kasih sayang, lugu memilih kedua belah pihak.
Sekarang tersimpan satu pertanyaan di benakku, ada
hubungan apa Bunda dengan keluarga Raziq?, hari ini aku
menyempatkan diri untuk berkunjung ke salah satu book store di
jantung kota ini. Terdengar keriuhan di lantai dua gedung. Untuk
mengurangi rasa penasarannku, aku menapaki tangga satu persatu,
ada kerumunan orang-orang, mereka kelihatan cemas dan sisanya
ada yang saling berbisik heran. Aku mendekati kerumunan tersebut,
“Bunda” aku bergumam dihati. “Iya Bunda”, bunda pingsan, wajah
bunda sangat pucat. Raziq segera menopang bunda. Raziq? Dia
langsung mengambil alih dalam pertolongan pertama bunda “aku
semakin penasaran”. Ataukah Raziq anak sambung bunda?
Kubatalkan niatku untuk membeli ½ buku Fiksi hari ini. Aku lebih
memilih mengambil alih kemudi menancap pedal gas dan segera
mengikuti Raziq.
Raziq memasuki Instalasi Gawat Darurat (IGD), aku tetap
dengan posisiku berdiam diri di dalam mobil. Terlihat wanita
bunting yang memasuki IGD dengan terburu-buru semban
menepuk-nepuk dress hitamnya yang mungkin berdebu. Sangat
konyol jika aku masuk tanpa membawa pasien, sejenak aku
tersentak dengan kejadian di depanku seorang anak kecil yang
tersenggol bus bersimbah darah tergeletak pupus di depanku.
Melihat kejadian itu aku spontan turun dari mobil dan
mendekati kejadian tersebut. Kewajibanku menolongnya tapi
bonusnya aku bisa memasuki IGD dan anak itu langsung ditangani
intensif. Tepat sekali hanya terpisah satu ranjang dengan pasien
lain, aku bisa mendengar jelas 80% dialog mereka bertiga “ibu
kenapa pergi sendiri ke Toko Buku, kenapa ibu tidak mengabari
Raziq?, Raziq pasti akan meninggalkan pekerjaan, demi ibu”. “Ibu”
Raziq memanggil bunda dengan sebutan “ibu”. Sepertinya benar
dugaanku Raziq adalah anak sambung bunda.
Tapi, aku ingat sesuatu, Raziq adalah anak yatim piatu. Dia
ditinggal orang tua kandung semenjak incident meletusnya gunung
merapi 11 tahun silam. “Jadi bunda siapanya Raziq?”. Pertanyaan itu
sepertinya sudah seperti teka teki siapa duluan ayam atau telur,
berputar-putar semenjak dua hari yang lalu.
“Ibu, jangan selalu menghantui diri sendiri dengan kesalah
pahaman masa lalu, ini semua bukan sepenuhnya salah ibu kok, aku
dan Liana akan terus mencari tau keluarga ibu”. “Keluarga?” Berarti
bunda selama ini ingin sekali bertemu aku dan ayah. Kupikir Bunda
sudah tidak peduli lagi dengan kami, tapi jika Raziq dan istrinya
mencari tau tentang keluarga kami, mengapa Raziq tidak memberi
bunda kabar kalau dia sudah bertemu dengan anaknya.
Bukankah aku sudah memperkenalkan namaku kepadanya.
Apa bunda tidak menginta lagi namaku? “Ibu sudah berkali-kali
mencoba mengingat siapa nama putri tunggal ibu nak, tapi ibu
masih saja lupa. Kepala ibu terasa sangat sakit, semenjak kejadian 1
tahun yang lalu. Membuat ibu amnesia.”.
“Amnesia?, bunda amnesia? Apalagi ini, ceritanya semakin
rumit. Aku semakin penasaran. Untung ada kamu Raziq yang mau
merawat ibu dan menanggung biaya rumah sakit.”
“Ibu, Raziq sudah menganggap ibu seperti ibu kandung
Raziq. Raziq sangat bersyukur Tuhan menghadirkan ibu sebagai
pengganti mama. Lihatlah Raziq bu, Raziq tumbuh tanpa kasih
sayang seorang ibu. Raziq tumbuh tanpa bimbingan seorang pria
tangguh. Raziq tumbuh tanpa keluarga yang utuh.” Berarti raziq
yang membantu bunda selama 1 tahun kebelakang. Tapi selama 14
tahun sisanya, kehidupan bunda bagaimana? ,
“Tenang ibu…” Lagi-lagi Raziq melanjutkan dialognya.
“Mantan suami ibu tidak akan pernah mengusik lagi kehidupan ibu.
Dia sudah menyatu dengan jeruji besi tanpa tau kapan dia akan
menghirup udara segar.” “Suami?” Benar dugaanku. Pasca
perceraian bunda dengan ayah, bunda lebih memilih untuk menikah
lagi. Kebencianku kepada bunda semakin bertambah.”
Kecewa dengan masa itu, ingin sekali aku keluar dibalik tirai
ini untuk berteriak kepada alam “Tabu, hidup ini terlalu tabu.”
Setelah 15 tahun aku tak melihat ibu bukannya aku terjebak rindu
dengannya. Apa gunanya aku membangun ruang rindu dengannya
sedangkan dia telah membangun rumah tangga baru. “Seandainya
saja ibu bisa menjelaskan kejadian 15 tahun lalu kepada keluarga
kecil ibu, mungkin sekarang ibu akan melihat putri tunggal ibu yang
tumbuh dewasa. Ingin sekali ibu memeluknya memberi kehangatan
seorang ibu. Layaknya orang tua lain pada umumnya.”
“Jika seandainya putri ibu tau cerita dibalik kejadian kelam
masa lalu ini, mungkin sekarang dia tidak akan melepaskan ibu.
Seandainya dia tau betapa beruntungnya dia memilki ibu yang
berkorban demi keluarganya, mungkin sekarang dia tidak akan
membiarkan ibu berlarut dalam kesedihan ini.” Ucap Raziq
demikian.
“Apa-apaan Raziq, aku tak mungkin salah mendengar
percakapan mereka. Beruntung? Beruntung apa dengan segala
kesalahan yang bunda lakukan. Omong kosong !”
Setelah keluarga anak kecil tadi tiba, aku langsung izin
pamit dengan mereka. Tak sanggup mendengar dialog Raziq dan
bunda. Itu semua semakin membuatku mengingat akan masalalu
itu.
Hari ini akhir pekan sudah menjadi rutinitasku untuk
berkunjung ke rumah ayah. Menyapa Ria, penduduk tanah
kelahiranku. Aku langsung disambut dengan sumringah tak
biasanya ayah sebahagia ini, seperti ada sesuatu yang ingin di
sampaikannya. “Khanza, yang ingin sekali menyampaikan berita ini
kepadamu, Ayah telah menjodohkanmu dengan anaknya almarhum
paman Ahmed.”
Seketika senyumku terhenti, tapi aku tak menolaknya di
depan Ayah, aku mencoba menjawab dengan kikuk “Hm,,, Ayah, apa
ayah yakin?” Aku tak suka dengan perjodohan, aku belum siap. Apa
lagi ini ? sebentar lagi dia datang, secepat ini ? aku berceloteh
didalam hati mengapa tidak besok atau lusa ataupun tahun depan
saja. Ahh, aku tak mau. Aku harus memberi alasan apa kepada Ayah.
Kabur tidak mungkin, usiaku sekarang tidak cocok lagi untuk
bermain petak umpet dengan Ayah.
“Ayah…” panggilanku terpotong dengan dering telephone
genggam Ayah. Wajah ayah tampak bahagia setelah memutuskan
panggilan. “Dia sudah sampai khanza.” Ucap Ayah. Mataku bulat
sempurna rasanya untuk menelan ludah saja susah. Bagaiman ini?
Aku sontak terkejut pria gagah dengan balutan kemeja biru berdiri
tegap dihadapanku. “Sesempit inikah dunia? Sehingga aku harus
mengenalnya, menjadikan dia klain kerja dan sekarang menjadi
calon istrinya.”
“Tidak !! Bukankah dia sudah memliki istri yang kulihat di
IGD ataukah dia ingin menjadikanku istri keduanya? Tidak mungkin.
Aku tidak setuju.”
Ayah mempersilahkan duduk dia tersenyum nakal
kepadaku. Ayah memberi tahu identitasnya, aku hanya senyum
santai. "Ayah, aku sudah mengenalnya." Gumamku didalam hati.
"Saya sudah lama kenal dengan anak paman" Jelasnya kepada Ayah.
"Oh, benarkah?", "Menurutku, ini suatu kebetulan yang baik paman,
acara resepsi semakin dipercepat. Bukankah begitu paman
maleek?" Ucapp Riziq. "Apalagi ucapan konyol Raziq dia ingin
segera menggelar tenda secepat mungkin. Ini gila !!"
Aku yang tak sabar menjawab dialog yang tak masuk akal
itu, segera bertanya "Apa kamu yakin denganku? kita baru saja
bertemu satu minggu yang lalu. Mungkinkah kamu langsung
memercayaiku untuk menemani hidupmu?".
Raziq pun langsung menjawab, "Jangan salah nona khanza,
aku sudah lama memataimu sehingga menjadikanmu sebagai
penasehat keuanganku". "Bukannya kamu sudah memiliki istri?"
ucap khanza. "Istri yang mana ? Wanita yang sering denganku itu
hanyalah, dia hanyalah pengacaraku khanza." jawab Raziq dengan
gaya bak pangeran penunggang kuda putih.
Hmmm....
Sudahlah pasal perjodohan ini aku tidak terlalu peduli. Bisa
jadi setelah pria ini mengangkat kaki dari rumah, aku langsung
merayu Ayah untuk membatalkan perjodohan ini. Malam ini aku
bertemu Raziq dimana posisi kami saat ini menjadi seorang
penasehat keuangan dan klainnya. Aku datang atas ajakan Raziq
yang katanya ingin membahas masalah keputusan rapat komite
stabilitas keuangan minggu lalu. Tapi tak apalah mungkin di antara
jeda waktu akan bisa bertanya mengenai Bunda.
"Raziq, ibu yang kemarin kamu bawa ke IGD ....." belum
sempat aku melanjutkan Raziq langsung menjawab. "Iya, ibu itu ?
aku sudah menganggap dia sebagai pengganti Mama"
"Terus apa kamu tau masa lalunya?" Raziq menatapku
heran. "Kamu menguping pembicaraanku dengan ibu ketika di
IGD?" tanyanya sambil menatapku lama. Aku mengangguk, "Hmmm,
dia bercerai dengan suaminya 15 tahun yang lalu. kala itu keluarga
kecilnya dilanda krisis ekonomi sehingga berhutang kepada salah
satu pengusaha yang berstatus duda."
Kemudian tahun silih berganti keluarga ibu zara tetap
belum cukup untuk membayar hutangnya sehingga pengusaha ini
memberi dua pilihan, pilihan pertama jika utangnya tak kunjung
dilunasi maka suami ibu zara akan dipenjara, pilihan kedua jika ibu
zara ingin menemaninya untuk minum (alcohol) setiap malam maka
hutangnya akan dianggap lunas kemudian dengan berat hati ibu
zara memilih pilihan kedua,
Aku memotong cerita raziq “Bunda, itu bunda khanza Raziq.
Itu bunda khanza bawa khanza ketempat bunda sekarang”, tak
tahan air mataku jatuh sambil menatap Raziq dengan penuh naras,
agar dia membawaku menemui bunda, kami langsung menuju
rumah sakit. Dimana bunda rawat beberapa hari lalu. Tubuhku
langsung memeluk bunda. Bunda terkejut?, ” Bun…da.. in…i..
Khanza“, ucapku sambil menyeka pelipis mata yang basah
sepersekian detik alat detak jantung bunda bersuara, bunda
langsung menatapku penuh harapan. dan berbisik anggun
ditelingaku "Khanza ….. ini dunia. dunia ini keras nak. Kamu harus
tegar menghadapi problema hidup”.
Tuhan memang Menatapku Takdir sebagaimana Tuhan
Menakdirkan bunda untuk mengandungmu, melahirkanmu,
merawatmu, empat tahun kemudian kita dijeda oleh spasi yang
jauh, sekarang takdir begitu baik mempertemukan kita, diakhir
hembusan terakhir nafas bunda. Maafkan bunda yang tidak bisa
menjadi ibu yang sempurna buat khanza, sampaikan maaf bunda
kepada Ayahmu, karena bunda tidak bisa menjadi penyempurna
tulang rusuk yang baik baginya” ini kata terakhir bunda, bunda
tersenyum aku tak kuasa menahan ini, setelah masa memisahkan
dengan bunda sekarang kami pisah oleh Alam. Aku berteriak Lazim
seperti mereka yang kehialanga Orang tersayang, Raziq
mendekatiku dan berbisik” sekarang ada aku kanza tempat kamu
berbagi kesedihan”
Tak lama setelah Bunda Meninggal, Aku memutuskan untuk
berbakti kepada Ayah dengan menyetujui perjodohan itu, Akad pun
berlangsung, Raziq menatapku, izinkan aku membangun istana
Qusayri didalam rumah tangga kita, Raziq mengucap pelan sambil
mencium Tanganku” sekarang bahuku adalah tempat sandaran
ternyaman di istana kita sayang “. Aku larut dalam pelukan
hangatnya” izinkan aku mencintaimu , tanpa jeda dan spasi “
jawabku sambil tersenyum bahagia dihari yang bahagia.
SELESAI....
KUTUKAN SEBUAH BUKU
Cut Raudhatul Amna

Hujan masih mengguyur kota ini, entah sejak jam berapa aku
duduk terdiam di dalam perpustakaan ini, ruangan pun menjadi
semakin dingin, bagaimana tidak suhu AC di ruangan ini belum juga
di matikan padahal jelas-jelas cuaca di luar sana dingin sekali, aku
pun lebih memilih membaca buku yang tadi ku ambil dari rak di
ujung sana, “legendofrain“, itu judul buku yang kuambil , entah
mengapa aku merasakan hawa yang lain saat kumulai membaca
judul buku ini, ah.. mungkin saja itu hanya perasaan ku saja. Aku
pun mulai membuka Lembar pertama, kata demi kata pun langsung
menyambut kubahasa di buku ini di mulai dengan sebuah mantra
bacaan menggunakan warna merah pucat, kurasakan bulu ku
merinding sesaat.
“Buku apa sih ini, baru buka aja langsung merinding, celoteh
ku dalam hati. Tanpa pikir panjang aku pun langsung membuka
lembaran tengah pada buku itu, dan aneh nya aku tidak menemukan
sepatah kata pun di sana melainkan sebuah percikan darah di dalam
nya, bau sekali aroma nya, bulu kuduk ku pun merinding, seperti
nya ada sesuatu yang aneh di buku ini, aku pun tidak ingin
mengambil resiko, dengan cepat aku menaruh nya lagi di rak di
mana aku mengambil nya tadi. “Kenapa sih sepi banget di sini? Ke
mana semua orang?”, tanya ku sambil mengintari ruangan ini. Nafas
ku pun menggebu kencang , saat aku melihat ada percikan darah di
jendela ruangan ini..
BRUUUKK!!! Suara buku yang jatuh pun mengejutkan ku,
aku pun mencoba melihat arah suara buku yang terjatuh tadi,
mungkin saja masih ada orang di sini... aku pun berlari dengan nafas
yang menggebu-gebu, aku pun sampai di sana, di tempat aku
mengambil buku tadi. “Syukurlah masih ada orang di sana. kataku
sambil menuju ke sana. “Hei, syukur lah aku menemukan mu di sini
aku, pikir hanya aku yang tertinggal di perpustakaan ini, kataku
dengan nafas yang terengah-engah, dan aku pun mencoba utk
melihat wajah nya, nafas kupun seakan terhenti, darah ku seakan
tidak bisa lagi mengalir lagi saat melihat wajah nya yangg jauh dari
kata baik lebih tepat nya lagi menyeramkan, wajah nya di penuhi
dengan jahitan di mana-mana, mata yang robek dan hidung yang
terbelah mengeluarkan banyak darah dari dalam, membuat ku
terkejut sekaligus berteriak kencang saat melihat itu, kaki ku
rasanya sulit sekali untuk di gerakkan .
“T o ll o n g..... jgn pernah membuka buku yang ada di
tanganmu itu, kelak kau akan mendapat kutukan seperti ku..... ,
katanya dengan suara yang histeris dia pun tertawa sambil
merangkak ke arah ku, “Jangan.... jangan mendekat kearahku ku
mohon.... , teriakku dan segera berlari ke depan , “Ibu.... ibu..... aku
takut..... , tangisku , ku lihat ada sebuah tangan yang menahan ku di
lantai sehingga membuat ku terjatuh dan menjatuh kan buku
misterius yang ada di tangan ku tadi.
Sebuah tangan pun muncul di atas buku tadi, layak nya film-
film horor di tv. Tak lama kemudian muncul segumpal rambut di
samping nya . Aku hanya bisa melihat dan tidak bisa berbuat apa-
apa lagi, karena ada sebuah tangan yang menahan kaki ku di bawah.
“LEPASKAN!!!!!! AKU MAU PULANGGGGGGG!!!!” Teriak ku....
“ SESEORANG TOLONG AKU!!!”, Teriakku kencang sambil
menutup mataku takut. Namun sayang tidak ada seorang pun yang
dapat mendengar ku dari dalam sini, hujan di luar pun semakin
deras. Suhu di dlm ruangan ini makin dingin tak terbatas, entah
mimpi apa yang ku alami kemarin malam sehingga membuatku sial
pd hari ini. Aku pun kembali membuka kedua mataku dan melihat
ke depan. “Hilang!!!!! Ke mana hilang nya buku tadi?”, tanyaku
heran, ke mana hilang nya buku tadi, mustahil.
Seketika bulu ku pun merinding saat ku rasakan ada
sesuatu yang naik ke belakang tubuh ku. Aku pun menoleh ke
belakang dan melihat makhluk apa itu. Nafas ku seakan berhenti
sesaat melihat sosok menyeramkan yang berada di belakang
tubuhku. Wajah nya tertutupi dengan rambut di bagian depan nya,
kukunya yang panjang mencoba utk mencekik ku dari belakang,
dengan cepat aku pun menghindar dari kukunya. Makhluk di depan
ini pun semakin ganas mencoba utk mencekik ku.
Tiba-tiba aku merasakan ada sebuah tangan yang menarik
ku kencang dan aku pun terlepas dari makhluk yang ada di depan
ku. “Larilah cepat nak... sebelum dia menemukan mu lagi”, kata
seorang kakek tua penjaga perpustakaan ini. ”Tapi kek, di mana aku
harus bersembunyi..?”, tanya ku panik. Kakek itu pun menarik rak
yang ada di samping ku untuk menutupi kami dari makhluk tadi.
“ Dengan begini mereka tidak akan bisa menemukan mu”, kata
kakek tadi.
“Kek.. ada apa dengan perpustakaan ini? Mengapa ada
makhluk yang tak kasat mata di sini?, dan soal buku yang ku lihat
tadi.. mengapa ?“, “Ceritanya panjang sekali nak”, potong kakek itu.
“Kejadian ini bermula pada tahun 1962, tahun di mana
perpustakaan ini mulai di buka. Ada banyak sekali pengunjung yang
ramai datang ke sini, termasuk kakek juga, karena semakin
banyaknya pengunjung, perpustakaan ini kadang di jadikan tempat
pembalasan dendam oleh sekelompok pemuda-pemuda jalanan
pada umumnya.”
“Awal nya sang penjaga tidak tau jika di dalam
perpustakaan ini ada yang melakukan hal seperti itu. Hingga pada
suatu malam, sang penjaga hendak menutup perpustakaan ini. Tiba-
tiba dia mendengar ada suara jeritan wanita diujung ruangan sana,
dengan cepat pun dia langsung berlari ke arah suara itu dan dia
melihat. Ada sekelompok pria sedang membacok nya menggunakan
parang, hingga wanita itu pun tekulai lemah dengan darah yang
mengalir di sekejur tubuh nya.
Lalu sekelompok pria tadi pun langsung meninggalkan nya
dan pergi dari ruangan itu, dengan cepat si penjaga tadi
menghampiri wanita itu, dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Wanita itu pun menjawab itu semua kesalah pahaman keluarga pria
tadi. Ia menuduh bahwa ayahnyalah yang sudah membunuh ibunya
dan adik nya, oleh karena itu dia sudah menaruh dendam sejak lama
pada keluarga nya, lalu sang penjaga pun melihat nya sedang
menulis di atas sebuah buku yang di pinjam nya dari sini, ia menulis
dengan menggunakan darah nya sendiri lalu ia mengatakan, bahwa
siapa saja yang membuka dan membaca buku ini dia harap orang itu
akan mendapatkan hal yang serupa yang terjadi padanya hari ini,
tidak lama kemudian pun dia tewas sambil memeluk buku tadi,
sejak hari itulah banyak terjadi kejadian-kejadian aneh di sini,
banyak dari mereka yang sudah membaca buku ini akan tewas
dengan kejadian yang mengerikan”, cerita kakek itu dengan
panjang. Aku pun terkejut sambil mengeluarkan air mata. “ Kek
berarti aku sudah tak lama lagi .. hidup .. kek..”, tangisku dengan
tangan yang bergemetar. Kakek itu pun hanya melihat ku sekilas
dan berdiri mencoba utk mengintip dari dalam. “Sudah aman ayo
kita keluar”, katanya.
Tiba tiba aku pun merasakan ada sesuatu yang menarik kaki
ku dari belakang hingga aku pun terjatuh. Rupanya makhluk tak
kasat mata tadi yang menarik ku dengan kencang. Aku pun mencoba
meminta pertolongan dari kakek tadi, tapi kakek itu hanya melihat
ku sambil tersenyum sinis. Aku pun di bawa pergi oleh nya dan tiba-
tiba aku pun sampai ke jurang dan jatuh ke dalamnya. Aku pun
terbangun dari tidur ku yang panjang itu. “Mimpi... Cuma mimpi...”,
kataku terkejut.
Rupanya tadi aku ketiduran di dalam perpustakaan ini,
karena hujan, aku pun harus menetap di sini. Aku pun melihat
kakek penjaga perpustakaan tadi sedang mengepel lantai di dekat
ku, aku pun menghampiri nya dan bertanya “Kek, apa kakek ada
payung, seperti nya aku harus pulang sekarang”, kataku . Kakek itu
pun menunjuk ke arah payung tersebut. Aku pun langsung berjalan
dan mengambil nya.
“Syukurlah yang tadi itu hanya mimpi.. kataku di dlm hati.
“ Yang tadi itu bukan lh mimpi, nak”,jawabnya dengan senyum sinis.
“Dari mana kakek itu tau.. apa jangan jangan ... tadi itu nyata...
berarti kakek itu…”. , kataku di dlm hati sambil menoleh ke belakang.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAA.
HANTU KONYOL
Nanda Fitria

Konon katanya, asal-usul pocong itu dari jenazah yang tali


pocongnya tidak dilepas, karna itu pocong selalu gentayangan dan
melompat supaya ada yang melepas tali pocongnya. Dan asal-usul
kuntilanak itu dari seorang wanita yang hamil, lalu mati dan anak
yang ada di dalam kandungannya itu tidak sempat dilahirkan, dan
ikut mati dengan wanita tersebut.
Suatu malam yang sunyi, ada sekelompok hantu-hantu
konyol yang sedang mencari mangsa (manusia) untuk di takut-
takuti. Hantu-hantu itu terdiri dari, pocong, kuntilanak, hantu
kembang desa, pengantin cantik, dan petugas pemadam. Mereka
semua mati dengan cara yang unik dan berbeda- beda. Kembang
desa mati karena dibunuh oleh orang-orang yang dendam dengan
ayahnya, karena ayahnya adalah seorang kepala desa.
Sedangkan si pengantin cantik mati karena ketika dia ingin
menikah, di perjalanan ingin ke pesta pernikahannya dia tertabrak
dengan mobil pemadam kebakaran yang dikendarai oleh seorang
petugas pemadam kebakaran yang sangat tampan, dan akhirnya ke
duanya pun mati dalam keadaan bersamaan. Dari kejadian mereka
si para hantu itulah adanya hantu kembang desa, pengantin cantik,
dan petugas kebakaran yang tampan.
Para hantu-hantu konyol ini mempunyai pekerjaan masing-
masing. Dan mereka tinggal di sebuah apartemen yang megah,
hampir setiap malam mereka mengadakan party, dan sering
mengundang hantu- hantu lainnya. Suatu malam, di tengah party,
terjadi dialog diantara mereka, “Pocong mana?” tanya si pengantin
cantik.
“Dipabrik lah” jawab kuntilanak.
“Gak ikutan party dia?” tanya si kembang desa.
“Bosnya enggak kasih kalo dia cuti”, jawab si petugas
pemadam kebakaran.
“Kasian banget ya” kata kuntilanak.
“Iya” jawab si kembang desa.
Setelah terjadi dialog di antara mereka, mereka pun
melanjuti party mereka dengan semangat.
Di party ini pocong tidak bisa hadir karna dia sedang ada
tugas dari bosnya di pabrik, pocong bekerja di pabrik pembuatan
sandal, dan hantu-hantu lain juga mempunyai pekerjaan masing-
masing. Seperti kuntilanak yang bekerja di Tempat Penitipan Anak
Hantu (TPAH). Si kembang desa bekerja sebagai Guru. Si pengantin
cantik bekerja sebagai Model Majalah. Dan petugas kebakaran
bekerja sebagai Security di sebuah hotel (penginapan).
Setiap kali mereka mengadakan party, selalu saja ada
diantara mereka yang tidak lengkap, waktu itu kebetulan sekali
mereka lengkap, dan mereka pun sangat happy.
“Tumben ni kita lengkap” kata petugas kebakaran.
“Iya ya” jawab kuntilanak.
“Syukur dah, kali ini kita lengkap” kata pocong.
“Udah lah, jangan ngomong lagi, mending kita lanjutin party
nya, mumpung lagi lengkap ni" jawab si pengantin cantik.
Dan mereka pun melanjuti party yang sangat meriah itu.
Dari kegiatan-kegiatan konyol yang mereka lakukan, mereka
dijuluki sebagai HANTU KONYOL.
Sabar Dan tulus
Wulida Fitria

Di sebuah desa ada seorang ibu yang sedang mengandung,


yang usia kandungannya sekitar 5 bulan. ia diceraikan oleh
suaminya, karena suaminya lebih mencintai orang lain mereka itu
pun semua itu dengan penuh lapang dada karena dia menganggap
semua itu adalah cobaan dari Allah dan setelah usia kandungannya
yang genap 9 bulan maka dia melahirkan lah seorang anak
perempuan tanpa didampingi oleh seorang ayah.
Dan Alhamdulillah, Anak itu pun lahir dengan selamat. 
Setelah bayi itu lahir ke muka bumi ini, itu tidak pernah menangis,
minum susu atau asigoma bahkan tidak pernah membuka matanya
sekalipun. Selama tujuh hari tujuh malam ia hanya mengeluarkan
air matanya saja yang tiada henti-hentinya Oma sampai orang-orang
di sekitarnya menganggap anak itu sudah meninggal tapi tidak,
Alhamdulillah selama tujuh hari tujuh malam, bayi itu pun baru
mulai  melihat suasana buminya yang baru. Maka setelah itu, 
ibunya merawat dan mengasuh bayi itu dengan segenap hatinya
yang tulus. Tanpa seorang suami,
Dan  bayi itu semakin  hari semakin membaik  dan menjadi
anak yang sehat.  anak itu sangat baik,  tidak bandel dan tidak
menyakiti hati orang.  Walaupun banyak anak-anak yang  suka
menyakitinya.  Maka setelah usia anak itu masuk  enam tahun,
ibunya menikah lagi dengan seorang lelaki lain. Anak itu pun diasuh
oleh Ayah tirinya dengan sangat baik, Bahkan dia disekolahkan
sama seperti anak yang lain. Tetapi sayang yang sesuatu mulai
menimpa anak itu lagi, Dia terpaksa harus berpisah sama ayah
tirinya, karena harus pergi merantau ke negeri orang Dan
membawa pergi ibunya.
Terpaksa anak itupun  harus dikembalikan lagi pada ayah
kandungnya. Ayahnya menerimanya dengan sangat baik, hari
berganti hari, anak itupun hidup dengan ibu tiri, Anak itu pun
dilanjutkan sekolahnya oleh ayah kandungnya setelah melalui hari-
hari di sekolah anak tersebut sangat sedih, ia tidak seperti anak
yang lain .
Dari mulai kelas 3 SD dia sudah mulai mencuci baju,  setrika
dan membantu orang tuanya,  tetapi anak sabar,  dia sekolah jalan
kaki, Dari mulai SD sampai tamat SLTP tanpa uang jajan. kadang-
kadang dia hanya menerima uang jajan sekali itu pun sangat
sedikit.  sedangkan sangat jauh dia harus jalan kaki  selama selama
1 jam baru sampai ke sekolah.  Akan tetapi  anak tersebut tetap
sabar  tidak tidak pernah mengeluh dan meminta-minta pada teman
teman-temannya. Berkat kesabarannya, dia menjadi anak yang
berprestasi, dia juga seorang anak yang mempunyai cita-cita yang
tinggi. Sayangnya itu semua kandas di rengah jalan, karena tidak
ada dukungan dari orang ayahnya.
Setelah lulus SLTP dia kembali kepada ibu kandungnya,
yang baru pulang dari negeri seberang, dan tumbuhla ia menjadi
seorang gadis cantik yang sederhana. Hari yang ia lewati selalu
dalam keadaan membanting tulang membantu orang tuanya tanpa
memikirkan omongan orang lain. Ia tetap sabar dan berdoa semoga
Allah memberi jalan yang terbaik untuknya.
Ketika dia sudah meranjak dewasa diapun mulai jatuh hati
pada seorang pemuda. Ibunyapun merestui hubungannya, karena
pemuda itu adalah seorang pemuda yang sangat baik dan terlahir
dari keturunan yang baik. Tiba-tiba setelah hubungan mereka
terjalin lebih kurang tiga tahun, pemuda tersebut ingin melamar
gadis tersebut, namun ibunya tidak merestuinya lagi. Bagaikan petir
disiang hari, hatinya sangat hancur seperti tersayat-sayat pedang,
dia menangis dengan sejadi-jadinya. Namun dia tetap bersabar
karena dia tahu Allah pasti punya pilihan terbaik untuk dirinya. 
Tak lama kemudian gadis itupun dijodohkan secara paksa
oleh orang ibunya dengan orang lain, gadis itu pun mengikuti semua
kemauan ibunya. Dia takut durhaka kepada Allah. Karena mau
mengikuti kemauan orang tuanya, gadis tersebut sangat berharap
memiliki suami yang baik. Supaya bisa dijadikan tempat untuk
saling berbagi rasa suka dan duka. Namun ekspetasi tidak sesuai
dengan realita, cinta dan kasih sayang dari gadis tersebut sama
sekali tidak dihargai. Suaminya hanya menganggapnya sebagai
seorang pelayan. Rasanya hidup gadis tersebut sangat hancur
karena semua angan-angannya sirna. Semakin hari badannya
semakin kurus, karena beban yang terlalu berat ia pikul, akan tetapi
dia tetap tegar dan sabar sekan-seakan dia tidak memiliki masalah
apapun. Begitu besarnya beban yang ia derita, namun ia tidak
pernah mengeluh atau mengumbarnya pada orang lain. 
Gadis itu berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan
menceritakan pada siapaun, tentang beban yang ia pikul, Walaupun
pahit namun tetap ditelan jiwa. Hanya Allah yang mengetahui isi
hati sang gadis, karena dia selalu yakin kalau Allah tidak pernah
tidur.
Maka setelah bertahun-tahun ia sabar dan mengharap ridha
Allah dan apa yang telah ia rasakan. Alhamdulillah berkat doa dan
ikhtiar gadis tersebut, suaminya pun mulai jatuh cinta padanya,
emosinya pun semakin hari semakin berkurang, dan semua
kebutuhan anaknya dipenuhi walau belum sepenuhnya.
Betapa bahagianya hidup gadis tersebut, sekarang dia telah
memetik apa yang selama ini ia tanam. Semua cita-cita yang di
impikan akhirnya terwujud. Sekarang hidupnya sangat bahagia,
mereka sekarang dikaruniai tiga orang anak dan kelurganya hidup
bahagia, sakinah mawaddah warahmah. Belajarlah untuk menjadi
orang sabar, hingga sabar tersebut benci melihat kesabaran yang
ada pada diri kita. 
DENDAM MEMBAWA MALAPETAKA
Fakhrur Razi

Hari pertama aku masuk pasantren, aku tidak memiliki


persiapan apapun kecuali dua baju kaos yang mana satu baru
dibelikan oleh ibu dan satu lagi kaos yang sudah kecil, satu celana
training, satu kemeja, peci, sabun, sikat gigi, odol, dan minyak
rambut selain itu aku tidak membawa apa-apa, bukan karena aku
tidak membawanya tapi aku memang tidak memiliki nya.
“Semuanya tidur besok kita akan bangun lebih cepat dan
salat tahajud” suara seseorang yang tegas dimana ia seorang abang
pengurus yang berjabat sebagai keamanan, tugas nya ialah
mendisiplinkan semua kegiatan kami, apabila ia memerintahkan
untuk tidur kami langsung bergegas ke ranjang masing-masing. Aku
tidak tau kenapa kami merasa takut hanya dengan suaranya,
kamarku dan kamar disampingku juga ikut terdiam senyap seketika.
“Kamu!!! Kenapa ngak pake kelambu dan dimana bantal
kamu?“, tiba tiba abang tadi berdiri disamping ranjang ku dan
bertanya padaku, aku perlahan membuka kain batik yang menutupi
seluruh tubuhku mulai dari kepala hingga kaki dan mengintipnya.
“Jawablah”, abang itu menyuruhku untuk menjawabnya
dengan segera.
Sebenarnya aku mau menjawab tapi entah kenapa badan ku
gemetaran dan mulut ku terkunci, aura apakah ini, seperti aura
psikopat yang ingin membunuh seseorang.
“Kok diam, jawab !!!”abang itu menegaskan sekali lagi.
“Sa..sa..saya gak ada ke...ke...kelambu akh ”, aku mengatakan
nya dengan tergagap-gagap dan menutup kembali mataku tadi
dengan kain batik yang kupegang dengan bergetar-getar.
Setelah itu tiba-tiba dia menghilang dari pandanganku
setelah aku tutup mataku pada saat terakhir.
“Memang kaya psikopat aja abang tu, datang tiba-tiba pergi
tiba-tiba, dalam gelap gini lagi, kayanya dia orang jahat di pasantren
ini“, aku mengoceh sendiri dengan suara kecil.
“Kamu bilang apa?”, tiba-tiba dia muncul tepat di depan
wajahku aku pun terkejut. Ternyata ia disebelah lemari kosong yang
ada di belakang ranjangku dan ia memberikan kepadaku sebuah
kelambu.
“Aaaaaa!!!!!”, aku terkejut begitu melihat wajahnya dengan
ekspresi dingin.
“Hei... Jangan teriak teriak udah malam. Ambil ini biar ngak
digigit nyamuk. Nanti sakit lagi, kami juga yang repot”, abang itu
memberikan kelambu itu dengan suara yang rendah dan tanpa
ekpresi senyum atau pun marah karena aku mengejeknya tadi, dia
memiliki sifat yang dingin tapi hati yang baik.
“Bang!!!”, aku memanggil nya sebelum ia menghilang dari
kamar ku.
“Ya!!!”, dia menoleh ke belakang tetapi badan nya tetap
diposisikan ke arah pintu keluar dan hanya lehernya yang diputar,
dia menjawab seperti biasa yaitu dengan nada rendah.
“Siapa nama abang ?”aku bertanya penasaran dan ingin
menjadi sepertinya. Karena abang itu terlihat keren dan
kegantengan nya bertambah ketika dia selalu dalam keadaan santai
sama seperti ayah dan bicara nya santai dan sopan tetapi tegas
sehingga ia terlihat cool. Dia juga memiliki postur tubuh yang tinggi
dan tegap ,kulitnya yang bewarna coklat buah sawo membuat ia
lebih manis, dan juga ia memiliki wajah yang tampan. Karena aku
merasa bisa menjadi sepertinya aku ingin dekat dengan nya.
Dia tiba-tiba balik ke tempat aku berada dan menarik
telingaku dan membisikkan, “Kapan-kapan kalau kamu sempat liat
dinding yang ada di salah satu asrama putri itulah namaku”
kemudia ia menyuruh ku menutup mata dan ketika aku membuka
setelah lima detik abang itu tidak ada.
Setelah itu aku melamun dan ingat dengan perkataan ayah
ku ”Dont Judge a book by its cover, jangan liat orang dari luar nya”

...........
Seminggu telah berlalu. Aku sudah memiliki banyak teman
terutama yang sekamar dengan ku. Kebanyakan dari mereka adalah
orang yang suka membuat lucu tetapi kelucuan mereka membuat
seseorang tersingung perasaannya dan akhirnya aku juga
terpengaruh begitu.
Suatu hari aku terlambat datang ke dalam mesjid. Ketika itu
aku sampai ke mesjid pada jam 18.16 dimana kami harus masuk
pada jam 18.15. Ketika aku sampai ke depan pintu mesjid, aku
berjumpa dengan abang pengurus yang menjaga pintu mesjid.
“Kamu yang terlambat!!! Berdiri disana!!!”, abang itu
membentakku tanpa menanyakan alasan ku terlambat. Aku sangat
kesal dengan orang yang egois nya tinggi seolah-olah keputusan nya
adalah yang paling benar.
Kemudian aku mendekati abang itu dan mengatakan, “Bang
maaf memang aku tidak masuk tepat waktu tapi aku ada alasan
kenapa aku terlambat. Aku terlambat karena Ustaz Munir
memanggilku untuk mengambil barang nya yang ada didalam jok
Hondanya. Kemudian aku disuru untuk menunggu di depan pintu
nya untuk memberiku suatu barang yang akan ku berikan kepada
Ustaz Alfi“
Abang itu hanya tersenyum sinis dan mengatakan “Gak ada
alasan pergi, yang namanya terlambat tetap terlambat.
Mataku terbungkam terkejut dan kemudian dahi ku
mengerut karena keputusan nya itu tidak kuterima oleh ku.
“Bang cuman terlambat satu menit, lagi pun ada halangan
tadi”, aku mengangkat suaraku sehingga keadaan menjadi
memanas.
“Kamu kok membentak saya, dah hebat kamu ya”, abang itu
menatapku dengan tajam.
“Iya, bang aku hebat, aku ngak takut sama abang, karena
aku yakin yang benar akan tetap benar, “ aku pun menajamkan
pandangan ku kepadanya.
“Oh gitu ya …….”, Ia menanyakan itu dengan tangan nya
yang tergenggam geram mendengar jawabanku. “Iya gitu…..”aku
menjawabnya seakan derajat kami sama.
Pandangan ku tiba tiba-tiba terbalik dan badan ku juga ikut
terbang ke udara. Kemudian aku jatuh terbaring di atas tanah dan
kemudian mataku tertutup perlahan dan semuanya tampak gelap
Didalam kegelapan itu aku melihat kedua orang tua sedang
menggendong ku dan menciumku dengan kasih sayang mereka
ketika aku masih bayi. Kemudian bayangan itu berubah menjadi
aku yang sedang berlari dan tertawa dengan kedua orang tuaku di
suatu tempat yang indah nan mewah dan ayah ku mengangkat ku
dan mengatakan, ”Nak, kamu akan menjadi pemimpin yang
memiliki kuasa, keberanian, dan keadilan. Kamu kebanggaan kami
satu satunya. Banggakan kami sebelum kami tiada nak! dan
hiduplah dengan kebenaran karena kebenaran tak terkalahkan”.
Kemudian ayah mencium dahiku dan aku pun menutup
mataku ketika dicium olehnya dan setelah aku dicium aku pun
membuka mata dan tertawa bersama kedua orang tuaku. Ayah
mengatakan “Jangan pernah menangis nak! Tapi tersenyumlah,”.
Kemudian ayah melepas ku dari tangan nya, dan meninggalkan ku
sendirian dan pergi dengan ibuku hingga semakin lama kedua orang
tuaku mengecil karena jarak mereka semakin lama semakin jauh
dan menghilang.
“Ayah!!!!! Mak!!!!!.......” tiba-tiba aku berteriak diatas sebuah
kasur dan duduk dengan cepat seakan-akan mimpi itu adalah
kenyataan kemudian mata ku mengeluarkan tetesan air dengan
sendirinya.
“Kenapa Rizki?..., masuk lalat dalam hidung mu ya?”salah
satu temanku bernama Fitra bertanya padaku hal yang lumayan
masuk akal,
“Oh mimpi buruk”, aku menjelaskan nya sambil tersenyum,
“Ngomong-ngomong aku kok disini, kenapa ya?”aku menggaruk-
garuk kepalaku yang tidak gatal itu.
“Oh… kamu kemaren pingsan”, salah satu temanku bernama
Rozi yang sedang duduk mengatakannya sambil melipat tangannya
dan melihat ke langit langit ruangan,
“Kok aku pingsan?”, aku bertanya lagi karena aku benar-
benar lupa.
“Jadi gini….kemaren kamu kan angkat suara sama Akhi Nur,
jadi akhi tu mengambil kakimu dan mengangkatnya ke udara
sampai sampai posisi badan mu terbalik dua kali dan kepalamu
yang menyentuh tanah duluan”, kawan ku yang sedang duduk di
kasurku yang bernama Nafis menjelaskannya dengan panjang lebar.
“Oh ya.. aku baru ingat.... Padahal aku yang benar pada saat
itu kenapa aku yang kena batunya“, aku menggenggam tumbukan
ku dan menumbuk dinding yang ada disampingku. “Fitra sampaikan
sama akhi nur kalau aku ingin menghajar nya di simpang empat saat
malam telah sepi dan pada hari pertama perpulangan“, aku
mengatakan dengan penuh keyakinan akan menang karena aku
yakin dengan perkataan yang pernah ayah katakan padaku. Tetapi
aku salah mengambil kesimpulan tentang perkataan itu sehingga
aku terbawa kepada dendam.
Dan ketika sampai pada hari pertemuan ku dengan Akhi
Nur yang telah kujanjikan aku membuat keadaan semakin
memburuk. Pada saat keadaan sangat buruk, aku tidak bisa
mempertahankan diri. Tiba-tiba datang seseorang menolongku
pada saat itu, sang penolong mengatakan padaku bahwa “Dendam
itu dapat memperburuk keadaan” .

Anda mungkin juga menyukai