Anda di halaman 1dari 9

PEDOMAN TRIASE

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA


TIMUR
DINAS KESEHATAN KAB.KOLAKA TIMUR
PUSKESMAS POLI-POLIA

Jl.Puundari No.KecamatanPoli-Polia, Kodepos 93753


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan yang berfungsi untuk menerima dan
menstabilkan pasien yang menunjukkan gejala yang berfariasi baik gawat atau tidak
gawat.Triase adalah cara Pemilihan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien
berdasarkan tingkat kegawatannya dan masalah yang terjadi pada pasien.Triase di IGD adalah
pemilahan penderita berdasarkan pada keadaan ABC(Airway, Breathing,dan Cicurlation).Dua
jenis keadaan Triase dapat terjadi yaitu:

1. Jumlah penderita dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan petugas.dalam keadaan ini
pasien dengan masalah gawat darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu, dan sesuai
dengan prinsip ABC.
2. Jumlah penderita dan beratnya luka melapaui kemampuan petugas. Dalamkeadaan ini yang akan
dilayani terlebih dahulu adalah pasien yang dengan kemungkinan survival yang terbesar.

B. Tujuan
Tujuan utama triase adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa, tujuan
selanjutnya adalah menetapkan derajat kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
kedaruratan.

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua dokter, perawat dan bidan yang terlibat dalam
pelayanan UKP.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pelayanan UKP dipuskesmas Poli-
polia.

E. Batasan OPrasional
Triase dalah cara pemilihan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien
berdasarkan tingkat kegawatannya dan masalah yang terjadi pada pasien. Triase terutama
dilakukan diruang tindakan. Pelaksanaan triase didalam keadaan sehari-hari dilakukan oleh
dokter atau perawat yang kompeten diruang tindakan sedangkan dalam keadaan bencana
dilakukan oleh perawat dan dilakukan di luar atau di depan gedung puskesmas.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat melakukan dengan pembedahan
darurat ( life saving surgery) dalam aktivitasnya digunakan label pasien merah, hijau, dan hitam
sebagai kode identifikasi korban seperti berikut :
1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban
yang mengalami :
 Syok oleh berbagai kasus
 Gangguan pernafasan
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan eksternal massif
Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi korban yang
mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan
dilapangan ini penderita lebih dapat mentoleransi proses pemindahan
kerumah sakit dan lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih intensif.
Triase ini korban dapat dikategorisasikan kembali dari status “merah”
menjadi “kuning” misalnya korban dengan tention pneumotorak yang telah
dipasang drain thoraks (WSD).
2. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi
perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini :
 Korban denan resiko syok ( korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen).
 Fraktur multiple
 Farktur femur/ pelvis
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran/ trauma kepala
 Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan
sesegera mungkin.
3. Hijau sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami :
 Fraktur minor
 Luka minor, luka bakar minor
 Korban dalam kategosi ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan
bidai dapat dipindahkan pada akhir oprasi lapangan.
 Korban dengan prognosis infaust, jika masi hidup pada akhir oprasi
lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dokter dan para medis dipuskesmas wajib dapat malakukan triase. Penanggung jawan
UKP merupakan coordinator dari pelaksanaan triase dipelayanan kesehatan perorangan
dipuskesmas Poli-polia.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan penanggung jawab triase dikoordinir oleh penanggung
jawab UKP sesuai dengan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan triase dilakukan pada waktu jam pelayanan puskesmas karena puskesmas poli-
polia bukan puskesmas rawat inap.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Dena ruang ;
Pelaksanaan triase dilakukan oleh dokter, perawat,dan bidan. Pelaksanaan triase dimulai sejak
pasien masuk ke puskesmas poli-polia dan pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran yang di
sertai penyulit akan diarahkan ke ruang tindakan untuk dilaksanakan pemeriksaan lebih lanjut.

Keterangan ruangn

1. Loket
2. Ruang imunisasi
3. Poli umum
4. Kasir
5. Ruang klnik gizi
6. Klinik lansia
7. Ruang anak
8. Ruangan kepala puskesmas
9. Aulah pertemuan
10. Wc umu
11. Apotik
12. Ruang bersalin
13. IGD / ruang bersalin
14. Ruang laboratorium
15. Ruangan tata usaha .

B. Standar fasilitas

1. Pedoman SPO triase ; 1 buah


2. Pelabelan pasien dengan kategori kuning, merah,hijau dan hitam
3. Peralatan dan fasilitas diruang tindakan
4. ATK
5. Ambulance

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN TRIASE


Berdasarkanoman (2008), pengambilan keputusan triase didasarkan pada keluhan utama,
riwayat medis, dan data objektif yang mencangkup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian
fisik yang terfokus,menurut comprehensive speciality standart. ENA tahun 1999, penentuan triase
di dasarkan kepada kebutuhan fisik. Tumbuh kembang dan psikososial selain pada faktpr-faktor
yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta alur pasien lewat sistim pelayanan
kedaruratan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung
berulang atau tingkat keparahannya.
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu pada tingkat ancamanjiwa yang timbul, beberapa hal yang mendasari
klasifikasi pasien dalam sistem triase adalah kondisi klien yang meliputi;
a. Gawat . adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan
penanganan dengan cepat dan tepat.
b. Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan
cepat dan tepat seperti kegawatan.
c. Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkanoleh gangguan ABC
(airway / jalan nafas, breathing / pernafasan ,circulation / sirkulasi.
Jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat.
(wijaya,2010)
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4

Klasifikasi ;
Tabel 1. Klasifikasi triase

KLASIFIKASI KETERANGAN

Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC
dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest. Penurunan
kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan hebat

Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka tindak lanjuti oleh
dokter spesialis, misalnya : pasien kanker tahap lanjut , fraktur,
sickle cell, dan lainnya
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan
tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan
dapat langsung diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut
dapat kepoliklinik , misalnya laserasi, fraktur minor/
tertutup,sistitis,otitis media dan lainnya.

Tidak gawat darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan
tindakan gawat. Gejala dan tindakan klinis ringan /
asimptomatis. Misalnya penyakit kulit , batuk, fluh dan
sebagainya.

Tabel 2 . klasifikasi berdasarkan tingkat prioritas (labeling)

KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital. Perlu resusitasi dan
tindakan bedah segerah, mempunyai kesempatan hidup yang
besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu
gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.
Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok
hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki. Combutio
(luka bakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi fital bila tidak segera
di tangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh : patah tulang
besar,combultio (luka bakar) tingkat II dan III <25% trauma
thorak/ abdomen. Laserasi luas, trauma bola mata.

Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera,
penanganan dan pemindahan bersifat terakhir . contoh : luka
superficial ,luka-luka ringan
Prioritas O (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil,luka sangat parah,
hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma
kepala kritis.

Tabel 3 .klasifikasi berdasarkan tingkat keakutan (lyer 2004)


KLASIFIKASI KETERANGAN
Kelas I Pemeriksa fisik rutin (misalnya memar minor): dapat
menunggu lama tanpa bahaya .
Kelas II Nonurgen / tidak mendesak ( misalnya ruam, gejala flu) ;
dapat menunggu lama tanpa bahaya.
Kelas III Semi urgen / semi mendesak (misalnya otitis media); dapat
menunggu sampai 2 jam sebelum pengobatan .
Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur panggul, laserasi
berat,asma); dapat menungguselama 1 jam.
Kelas V Gawat darurat (misalnya henti jantung, syok); tidak boleh asa
keterlambatan pengobatan ; situasi yang mengancam hidup

B. METODE TRIASE
Proses tiase dimulai ketika pasien masuk ke puskesmas poli-polia. Perawat triage harus
mulai memperkenalkan diri.kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan
pengkajian, misalnya; melihat sekilas kea rah pasien sebelom mengarahkan ke ruang
perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat. Tidak
lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termaksuk pengkajian perawat
utama .perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan
yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus , bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah, dll tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali
ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama
setidaknya sekali setiap 60 menit.

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Pasien datang ke puskesmas poli-polia
2. Untuk pasien dengan kesadaran penuh dan tanpa penyulitdikategorikan hijau dan
mengikuti alur pelayanan.
3. Untuk pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran di sertai penyulit akan di
arahkan ke ruang tindakan untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan
cepat (selintas) untuk menetukan tingkat kegawatanya dan penanganan lebih lanjut.
4. Bilah jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang. Maka triase dapat
dilakukan diluar ruang triase (di depan gedung. IGD)

V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistic untuk pelaksanaan kegiatan triase direncanakan dan diajukan sesuai
kebutuhan kegiatan triase melalui perencanaan puskesmas. Pertolongan misalnya:laserasi minor, memar
dn lecet luka bakar superficial.
a. Dokumentasi dalam rekam medis
Dalam kegiatan triase di perlukan data dokumentasi yaitu;
1. Waktu dan datangnya alat transportasi
2. Keluhan utama (missal ” apa yang membuat anda datang keseni?)
3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

dalam perencanaannya sampai dengan pelaksanaan kegiatan pasien dengan melakukan


identifikasi risiko terhadap segalah kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan triase,
upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus di lakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan
dengan cara penggunaan bahan habis pakai dan alat-alat yang steril bila diperlukan. Melakukan
penanganan pasien sesuai dengan SPO.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan triase diperhatikan keselamatan petugas
dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segalah kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan triase , upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan pada setiap
pelaksanaan kegiatan dengan cara menggunakan alat pelindung diri dan mendokumentasikan
kegiatan dalam rekam medis.

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan triase dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indicator daftar tilik SPO
pelayanan klinis dan audit internal secara periodic.

BAB VIII
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan dalam melakukan triase puskesmas poli-polia pelaksanaan triase diharapkan
sesuai dengan pedoman sehingga dapat di utamakan keselamatan pasien dan petugas. Keberhasilan triase
tergnatung pada komitmen yang kuat dari semua pihak yang terkait termaksuk pemenuhan sumberdaya
sarana dan prasarana.

DAFTAR ISI
A. Latar
belakang……………………………………………………………………………………………
……………..1
B. Tujuan………………………………………………………………………………………………
……………………….1
C. Sasaran………………………………………………………………………………………………
……………………..1
D. Ruang
lingkup………………………………………………………………………………………………
…………….2
E. Batas
oprasional……………………………………………………………………………………………
……………2

Bab 11 Standar
Ketenagaan…………………………………………………………………………………………………..
4
A. Kualifikasi sumber daya
manusia……………………………………………………………………………...4
B. Distribusi ke
tenagaan……………………………………………………………………………………………..
4
C. Jadwal
kegiatan……………………………………………………………………………………………
………….4

Bab 111 Standar


fasilitas………………………………………………………………………………………………………
5
A. Denah
ruangan……………………………………………………………………………………………
…………..5
B. Standar
fasilitas………………………………………………………………………………………………
……….6
Bab 1v Tata laksana
pelayanan……………………………………………………………………………………………..7
A. Lingkup Kegiatan
Triase…………………………………………………………………………………………..7
B. Metode
Triase………………………………………………………………………………………………
………..11
C. Langkah
Kegiatan……………………………………………………………………………………………
………12
Bab v
Logistik………………………………………………………………………………………………………
……………….15
Bab V1 Keselamatan
pasien………………………………………………………………………………………………….
Bab V11 Keselamatantan
kerja…………………………………………………………………………………………….17
Bab V111 Pengendalian
mutu………………………………………………………………………………………………18
Bab 1X
Penutup………………………………………………………………………………………………………
……….19

Anda mungkin juga menyukai