Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KOTA MALANG

DINAS KESEHATAN
UPTD KESEHATAN PUSKESMAS POLOWIJEN
Jl. Lingkar AMD POLOWIJEN Pasuruan Jawa Timur 67163
Telp (0343) 613959 email: pkm.POLOWIJEN1999@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan yang berfungsi untuk
menerima dan menstabilkan pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi
baik gawat atau tidak gawat. Triase adalah cara pemilihan penderita untuk
menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatannya
dan masalah yang terjadi pada pasien. Triase di IGD adalah pemilihan
penderita berdasarkan pada keadaan ABC (Airway, Breathing, dan Circulation).
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi yaitu :
1. Penderita dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan petugas, dalam
keadaan ini pasien dengan masalah gawat darurat dan multi trauma akan
dilayanai terlebih dahulu sesuai prinsip ABC.
2. Jumlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas,
dalam keadaan ini yang akan dilayanai terlebih dahulu adalah pasien
dengan kemungkinan survival terbesar.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan utama triase adalah mengdentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan
selanjutnya adalah menetapkan derajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah semua dokter, perawat, dan bidan yang
terlibat dalam Pelayanan UKP.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pelayanan UKP di UPTD
Kesehatan Puskesmas POLOWIJEN Pasuruan.
E. Batasan Operasional
Triase adalah cara pemilihan penderita untuk menentukan prioritas
penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatannya dan masalah yang
terjadi pada pasien. Triase terutama dilakukan di ruang tindakan. Pelaksanaan
triase di dalam keadaan sehari-hari dilakukan oleh dokter dan atau perawat
yang kompeten di ruang tindakan. Sedangkan dalam keadaan bencana
dilakukan oleh perawat dan dilakukan di luar gedung puskesmas.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat pasien yang
membutuhkan stabilitas segera dan mengidentifikasi pasien yang hanya dapat
diselamatkan dengan pembedahan darurat (life saving surgery) dan dalam
aktivitasnya digunakan label pasien merah, hijau, dan hitam sebagai kode
identifikasi pasien, seperti berikut :
1. Merah, sebagai penanda pasien yang membutuhkan stabilisasi segera dan
pasien yang mengalami :
a. Syok oleh berbagai kausa,
b. Gangguan pernapasan,
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor,
d. Perdarahan eksternal massif.
Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi pasien yang
mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan di
lapangan, penderita lebih dapat mentoleransi proses pemindahan ke rumah
sakit, dan lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih intensif. Triase
pasien dapat dikategorikan kembali dari status “merah” menjadi “kuning”.
2. Kuning, sebagai penanda pasien yang memerlukan pengawasan ketat,
tetapi perawatan dapat ditunda sementara, dan termasuk dalam kategori :
a. Pasien dengan risiko syok (pasien dengan gangguan jantung, trauma
abdomen),
b. Fraktur multipel,
c. Fraktur femur / pelvis,
d. Luka bakar luas,
e. Gangguan kesdaran / trauma kepala,
f. Pasien dengan status yang tidak jelas.
Semua pasien dalam status ini harus diberikan infus dan pengawasan ketat
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, serta diberikan sesegera
mungkin.
3. Hijau, sebagai penanda kelompok pasien yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup koran
yang mengalami :
a. Fraktur minor
b. Luka minor, luka bakar minor
Pasien dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau
pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
c. Pasien dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi
lapangan, jika akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
4. Hitam, sebagai penanda pasien yang telah meninggal dunia.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dokter dan paramedis di Puskesmas wajib dapat melakuakn triase.
Penanggung jawab UKP merupakan koordinator dari pelaksanaan triase di
pelayanan kesehatan perseorangan di UPTD Kesehatan Puskesmas
POLOWIJEN Pasuruan.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan penanggung jawab triase dikoordinir oleh
penanggung jawab UKP sesuai dengan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan triase dilakukan 24 jam, karena UPTD Kesehatan Puskesmas
POLOWIJEN Pasuruan merupakan puskesmas rawat inap.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Pelaksanaan triase dilakukan oleh dokter, perawat, dan bidan. Pelaksanan
triase dimulai sejak pasien masuk ke puskesmas dan atau dengan gangguan
kesadaran yang disertai penyulit akan diarahkan ke ruang tindakan untuk
dilakukn pemeriksaan lebih lanjut.

Denah UPTD Kesehatan Puskesmas POLOWIJEN Pasuruan


B. Standar Fasilitas
1. Pedoman SOP Triase : 1 buah.
2. Pelabelan pasien dengan kategori kuning, merah dan hitam.
3. Peralatan dan fasilitas di ruang tindakan dan perawatan.
4. ATK.
5. Ambulance.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triase didasarkan pada
keluhan utam, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum
pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive
Speciality Standard, ENA tahun 1999 penentuan triase didasarkan pada
kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada faktor-faktor yang
mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta alrr pasien lewat sistem
palayanan kedaruratan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan mencakup setiap
gejala ringan yang cenderung berulang atau meningkat keparahannya.
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triase
adalah kondisi klien yang meliputi :
1. Gawat, adalah suatu kedaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan panganan cepat dan tapat seperti kegawatan.
3. Gawat darurat, adalah suatu kedaan yang mengancam jiwa disebkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation /
sirkulasi). Jika tidak ditolong dengan segera maka dapat meninggal dunia /
cacat (Wijaya, 2010)

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 kalsifikasi :


Tabel 1. Klasifikasi Triase
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat Darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat.
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti oleh
dokter spesialis.
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive dan untuk tindak
lanjut dapat dilakukan di poliklinik.
Tidak gawat tidak darurat Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
(P4) memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan / asimptomatis.

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)


KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (Merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup
yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat
segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi.
Prioritas II (Kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak
segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat.
Prioritas III (Hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Prioritas 0 (Hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat
parah, hanya perlu terapi suportif.

Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Kekuatan (Lyer, 2004)


KLASIFIKASI KETERANGAN
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin, dapat menunggu lama tanpa bahaya.
Kelas II Non Urgent / tidak mendesak, dapat menunggu lama tanpa
bahaya.
Kelas III Semi-Urgent / semi mendesak, dapat menunggu sampai 2 jam
sebelum pengobatan.
Kelas IV Urgen / mendesak, dapat menunggu selama 1 jam.
Kelas V Gawat darurat, tidak boleh ada keterlambatan pengobatan,
situasi yang mengancam hidup.

B. Metode
Proses triase dimulai ketika pasien masuk UPTD Kesehatan Puskesmas
POLOWIJEN. Perawat triase harus memperkenalkan diri, kemudian
menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak
lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat
utama. Perawat triase bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area
pengobatan yang tepat. Setiap pasien harus dikaji ulang oleh perawat utama
sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang gawat darurat, pengkajian
dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru dapat mengubah katagori
kekakuratan dan lokasi pasien di area perawatan dan pengobatan. (lyer, 2004).
Pasein yang memiliki tanda-tanda objektif dengan gangguan ABC, maka pasien
ditangan terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif
dan data subjektif skunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasein
membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang
berasal langsung dari pasien (data primer).

C. Langkah Kegiatan
1. Pasien datang ke UPTD Kesehatan.
2. Pasein dengan kesadaran penuh tanpa penyulit dikategorikan hijau mengikuti
alur pelayanan.
3. Pasein dengan atau tanpa gangguan kesadaran disertai penyulitan akan
diarahkan ke ruang tindakan untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
singkat dan cepat untuk menentukan tingkat kegawatannya dan penanganan
lebih lanjut.
4. Bila jumlah pasien lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar
ruang IGD.
5. Pasien dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :
a. Segera-immadiate (merah). Pasien mengalami cidera mengancam jiwa
yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
b. Tunda-delayed (kuning) pasien memerlukan tindakan definitif tetapi tidak
ada ancaman jiwa segera.
c. Minimal (hijau) pasein mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan.
d. Expextant (hitam) pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan.
e. Pasien mendapat prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah,
kuning, hijau, hitam.
f. Pasien kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan
diruang tindakan. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut,
pasien dapat dirujuk ke rumah sakit setelah kondisinya stabil dan
transportable.
g. Pasien dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis
lebih lanjut dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah
pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
h. Pasien dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan,
atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka pasien dapat
diperbolehkan untuk pulang.
i. Pasien kategori triase hitam dapat langsung dibawa pulang oleh keluarga.
6. Dokumen dalam rekam medis
Dalam kegiatan triase diperlukan data dokumentasi yaitu :
a. Waktu dan datangnya alat transportasi,
b. Keluhan utama,
c. Pengkodean prioritas atau kekuatan perawatan,
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat,
e. Penempatan di ruang perawatan yang tepat,
f. Permulaan intervensi.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan triase direncanakan dan
diajukan sesuai kebutuhan kegiatan triase melalui perencanaan puskesmas.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan triase diperhatikan


keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan
yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan triase. Upaya pencegahan risiko terhadap
sasaran harus dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan dengan cara penggunaan
bahan habis pakai alat-alat yang steril bila diperlukan, melakukan penanganan pasien
dengan SOP.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam kegiatan sampai dengan pelaksanaan kegiatan triase diperhatikan


keselamatan petugas dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan triase. Upaya pencegahan
risiko terhadap sasaran harus dilakukan pada setiap palaksanaan kegiatan dengan
cara penggunaan alat pelindung diri (APD) dan mendokumentasikan kegiatan dalam
rekam medis.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan triase dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan


indikator daftar tilik SOP pelayanan klinis dan audit internal secara periodik.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam melakukan triase di UPTD


Kesehatan Puskesmas POLOWIJEN. Pelaksanaan triase diharapkan sesuai dengan
pedoman sehingga dapat mengutamakan keselamatan pasien dan petugas.
Keberhasilan triase tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak yang terkait
termasuk pemenuhan sumber daya, serta sarana dan prasarana pelayanan.
PUSKESMAS

POLOWIJEN

PEDOMAN
TRIASE

UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS


KESEHATAN

PUSKESMAS PURWODADI
DAFTAR ISI

Daftar isi ..................................................................................................................... I

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Tujuan ............................................................................................................. 1

C. Sasaran ........................................................................................................... 1

D. Ruang Lingkup ................................................................................................ 1

E. Batasan Operasional ...................................................................................... 2

BAB II STANDAR KETENAGAAN ............................................................................. 4

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .................................................................. 4

B. Distribusi Ketenagaan ..................................................................................... 4

C. Jadwal Kegiatan .............................................................................................. 4

BAB III STANDAR FASILITAS .................................................................................. 5

A. Denah Ruangan .............................................................................................. 5

B. Standar Fasilitas ............................................................................................. 6

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ..................................................................... 7

A. Lingkup Kegiatan ............................................................................................ 7

B. Metode ............................................................................................................ 9

C. Langkah Kegiatan ........................................................................................... 9

BAB V LOGISTIK ....................................................................................................... 11

BAB VI KESELAMATAN PASIEN ............................................................................. 12

BAB VII KESELAMATAN KERJA .............................................................................. 13

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................................. 14

BAB IX PENUTUP ..................................................................................................... 15

Anda mungkin juga menyukai