Perempuan Bali Pada Era Modernisasi
Perempuan Bali Pada Era Modernisasi
Pada masa itu gadis-gadis Eropa dapat bebas menempuh pendidikan setinggi-
tingginya, berbanding terbalik dengan kondisi gadis pribumi yang hanya
diperbolehkan untuk mempelajari ilmu agama, mengurus rumah dan suami, serta
lingkup pergaulan yang dibatasi.
Perbedaan status yang jelas antara pria dan perempuan membakar semangat
juang Kartini untuk memajukan dan mengangkat derajat kaumnya. Menurutnya,
langkah awal untuk mengangkat derajat kaumnya hanya bisa dicapai melalui
pendidikan. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Kartini jatuh bangun mendirikan
sekolah keputrian yang dikhususkan untuk gadis gadis yang berada di sekitar tempat
tinggalnya. Ia juga menyuarakan bahwa hanya dengan pendidikan, kaumnya akan
terlepas dari ketertinggalan perubahan zaman.
Bali merupakan salah satu daerah yang sangat menjunjung tinggi budaya.
Sampai saat ini, budaya Bali masih dijaga dan dilestarikan di setiap gerak langkah
kehidupan masyarakatnya. Industri pariwisata Bali melekat erat dengan budaya Bali
itu sendiri. Bertahannya industri pariwisata sebagai sektor andalan Bali dapat
bertahan hingga saat ini berkat kokohnya pelestarian budaya yang ada.
Semua hal itu tidak lepas dari peran perempuan Bali. Sejak dahulu, perempuan
Bali dikenal dengan perempuan yang tangguh dan pekerja keras. Dimulai dari bangun
dini hari untuk memasak, mencuci, membersihkan rumah, melaksanakan yadnya di
rumah, banjar, maupun desa. Banyak pula diantara mereka yang tidak hanya menjadi
ibu rumah tangga, ada pula yang membantu ekonomi keluarga dengan cara
berdagang di pasar-pasar tradisional. Berlandaskan ini, dapat dikatakan bahwa sifat
perempuan tangguh dan pekerja keras sudah terbentuk dari masa lalu.
Kita harus siap menghadapi segala perubahan yang akan datang, baik dari
internal maupun eksternal. Perubahan tidak selamanya buruk, perubahan harus dapat
kita kelola dengan baik sehingga membawa kemajuan dan manfaat bagi kita sendiri,
bukan sebaliknya. Perempuan Bali merupakan garda terdepan dalam menghadapi
perubahan tersebut, dengan tetap menjalankan peran sebagai sosok pelestari
budaya. Budaya Bali harus tetap ajeg, namun kemasannya dapat berubah mengikuti
perkembangan zaman.