Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri Bandar yang beralamat di Jl.
Asahan Km.01 Perdagangan, Kode Pos: 21184.
3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap di MTs Negeri Bandar
Tahun Ajaran 2014/2015.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian


3.2.1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B yang terdiri dari 36
orang siswa.
3.2.2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Think Aloud
Pair Problem Solving.

3.3. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matemmatika siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Think Aloud Pair
Problem Solving.

3.4. Prosedur Penelitian


Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan
kelas, maka penelitian ini memiliki beberapa tahapan yang berupa siklus. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Dalam penelitian
ini, kemampuan pemecahan masalah siswa dikatakan meningkat apabila terdapat
45

penambahan nilai rata-rata dan bertambahnya persentase banyak siswa yang sudah
mampu memecahkan masalah. Setelah diterapkannya metode pembelajaran Think
Aloud Pair Problem Solving pada materi aritmatika sosial maka siswa diberikan
tes kemampuan pemecahan masalah untuk melihat ada tidaknya peningkatan yang
dimiliki siswa.
Secara rinci, prosedur pelaksanaan tindakan kelas menurut Arikunto
(2012:74) sebagai berikut:

Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Berikut ini adalah tahap-tahap penelitian tindakan kelas untuk setiap


siklusnya yang meliputi:
Siklus I
a. Tahap Permasalahan I
Berdasarkan hasil tes diagnostik terhadap pemecahan masalah siswa yang
sudah di uraikan dalam latar belakang masalah sebelumnya, di peroleh suatu
masalah dimana peneliti mendapatkan kemampuan siswa dalam memahami
46

masalah 69,44%, kemampuan merencanakan pemecahan masalah 44,44%,


kemampuan menyelesaian masalah berdasarkan rencana 38,89%, kemampuan
memeriksa pemecahan masalah 13,89%.
Berdasarkan data kesulitan siswa pada tes diagnostik diketahui kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal tes diagnostik adalah :
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa
tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dari soal
yang diberikan.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat soal ke
dalam kalimat matematika (membuat model).
3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara yang diketahui dengan
yang ditanya dari soal.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang akan
digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
5. Siswa kurang teliti sehingga salah dalam melakukan perhitungan.

b. Tahap Perencanaan Tindakan I


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rencana tindakan I adalah:
1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk dua kali
pertemuan yaitu RPP 1 mengenai harga penjualan, harga pembelian,
untung dan rugi dan RPP 2 mengenai persentase untung dan rugi yang
masing-masing berisikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode Think Aloud Pair Problem Solving.
Tahapan yang dilakukan dalam membuat skenario tindakan dengan
metode think aloud pair problem solving sebagai berikut :

1. Pair ( berpasangan)
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap
kelompok terdiri dari dua orang siswa, masing-masing siswa berperan
sebagai Problem solver dan listener.
47

Setelah siswa dibagi ke dalam kelompok, guru memberikan


masalah yang berhubungan dengan materi yang dipelajari dalam bentuk
Lembar Aktivitas Siswa. Kemudian siswa secara berpasangan
menyelesaikan permasalahan pada LAS 1 mengenai harga penjualan,
harga pembelian, untung dan rugi dan pada LAS 2 mengenai persentase
untung dan rugi.

2. Think Aloud (Berpikir yang diverbalkan)


Siswa berdiskusi bersama pasangannya untuk menyelesaikan
masalah pada LAS 1 mengenai harga penjualan, harga pembelian, untung
dan rugi dan pada LAS 2 mengenai persentase untung dan rugi. Kemudian
siswa yang berperan sebagai Problem solver memikirkan langkah-langkah
penyelesaian masalah dan mempresentasikan jawabannya kepada listener.
Untuk langkah-langkah penyelesaian masalah akan dijabarkan pada tahap
problem solving.

3. Problem solving (Pemecahan Masalah)


Langkah-langkah pemecahan masalah menurut teori Polya:
Memahami masalah
Siswa yang berperan sebagai Problem solver membacakan soal
kepada listener dan menyampaikan cara menyelesaikan permasalahan
yaitu dengan:
 Menyampaikan apa yang diketahui dalam soal.
 Menyampaikan apa yang ditanya dalam soal.
Merencanakan penyelesaiannya
Siswa yang bertindak sebagai Problem solver mengilustrasikan
permasalahan yang ada pada LAS, dengan menentukan variabel yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah ke model matematika.
Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Siswa yang bertindak sebagai Problem solver mempresentasikan
langkah-langkah penyelesaian masalah yang telah direncanakan kepada
listener. Siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan
48

dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan Problem


solver dalam menyelesaikan masalah.
Melakukan Pengecekan kembali terhadap semua langkah yang
dikerjakan.
Problem solver menyimpulkan pemecahan masalah pada listener,
kemudian listener mendengarkan. Apabila listener tidak memahami
pemecahan masalah yang dilakukan Problem solver, listener berhak
mengajukan pertanyaan dan meminta Problem solver untuk melakukan
pengecekan kembali terhadap langkah-langkah pemecahan masalah yang
telah dilakukan.

4. Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya sambil


mengamati dan memberikan dorongan kepada siswa dalam berdiskusi.
5. Setelah masalah terselesaikan, Problem solver bertukar peran menjadi
listener dan listener menjadi Problem solver untuk menyelesaikan
masalah berikutnya.
6. Setelah diskusi kelompok selesai, guru meminta beberapa kelompok
atau perwakilannya ke depan kelas untuk mempresentasikan dan
memberikan kesimpulan jawaban yang telah disepakati kelompoknya
dan ditanggapi oleh seluruh siswa sampai ditemukan suatu
kesimpulan.
7. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
apa yang kurang dimengerti.
2. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang mendukung
pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas siswa (LAS) untuk dua
pertemuan yaitu LAS 1 mengenai harga penjualan, harga pembelian,
untung dan rugi dan pada LAS 2 mengenai persentase untung dan rugi. (2)
buku matematika kelas VII sebagai bahan ajar untuk siswa, (3) spidol.
3. Mempersiapkan instrumen penelitian, yaitu: Tes kemampuan pemecahan
masalah I dalam bentuk uraian dengan jumlah soal sebanyak 4 butir.
49

c. Tahap Pelaksanaan Tindakan I


Setelah perencanaan tindakan I disusun dengan matang, maka tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan I, yaitu sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving seperti yang telah
dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu RPP 1
mengenai harga penjualan, harga pembelian, untung dan rugi dan RPP 2
mengenai persentase untung dan rugi. Kemudian mengelompokkan siswa
menjadi beberapa kelompok setiap kelompok terdiri dari dua orang
masing-masing berperan sebagai problem solver dan listener. Kemuadian
memberikan soal permasalahan dengan memberikan Lembar Aktivitas
Siswa yaitu LAS 1 mengenai harga penjualan, harga pembelian, untung
dan rugi dan pada LAS 2 mengenai persentase untung dan rugi kepada
siswa dan siswa menyelesaikannya sesuai dengan langkah-langkah
pemecahan masalah polya .
b. Pada akhir tindakan I siswa diberi tes kemampuan memecahkan masalah I
yang dikerjakan secara individual, untuk melihat kemampuan pemecahan
masalah matematika dengan menerapkan metode pembelajaran Think
Aloud Pair Problem Solving
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab
mengenai soal yang diberikan dan materi yang kurang dipahami.

d. Tahap Observasi I
Observasi dilakukan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan
pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru matematika MTs Negeri Bandar
mengobservasi mahasiswa peneliti yang bertindak sebagai guru dengan tujuan
untuk mengetahui apakah kondisi belajar mengajar sudah terlaksana sesuai
dengan skenario yang telah dirancang. Pada kegiatan observasi ini peneliti juga
mengamati proses pembelajaran yang dilakukan siswa pada saat menerapkan
metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving dengan cara merekam
aktivitas siswa saat proses diskusi berlangsung untuk mengetahui apakah setiap
50

tahapan pemecahan masalah telah benar dilaksanakan pada metode tersebut dan
mengetahui dimana letak kendala atau kesulitan dalam pelaksanaannya.
Setelah selesai observasi, dilanjutkan dengan diskusi antara guru dengan
peneliti untuk memperoleh balikan. Balikan ini sangat diperlukan untuk
memperbaiki proses penyelenggaraan tindakan.

e. Tahap Analisis Data I


Sumber data pada penelitian ini adalah peneliti dan siswa. Data tersebut
berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika dianalisis berupa tabel
setelah itu dilakukan perhitungan untuk memperoleh hasil dari tes kemampuan
pemecahan masalah matematika. Sedangkan data kualitatif yang diperoleh dari
observasi dianalisis dalam dua tahap yaitu paparan data dan kemudian menarik
kesimpulan.

f. Tahap Refleksi I
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan perenungan untuk mengkaji
secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang
diperoleh dari instrument penelitian. Pada kegiatan ini diperoleh permasalahan
apa yang masih muncul di siklus I, apa penyebabnya dan bagaimana mengatasi
permasalahan tersebut. Hasil refleksi ini menjadi acuan untuk memberikan
tindakan-tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di
siklus II.

SIKLUS II
Setelah dilaksanakan siklus I dan hasil perbaikan yang diharapkan belum
tercapai terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah yang telah ditetapkan
maka tindakan masih perlu dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II diadakan
perencanaan kembali dengan mengacu pada siklus I. Siklus II ini merupakan
kesatuan dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis
data, dan refleksi seperti yang dilakukan pada siklus I. Pada siklus II ini peneliti
merencanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode Think Aloud
51

Pair Problem Solving yang lebih intensif dan terprogram dan memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I. Hal ini bertujuan agar dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

a. Tahap Permasalahan II
Dalam siklus II ini permasalahan yang terjadi adalah (1) kurangnya
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dirancang, (2) hasil tes kemampuan pemecahan masalah
siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar, (3) kurangnya keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.

b. Tahap Perencanaan Tindakan II


Pada tahap ini peneliti membuat alternatif pemecahan masalah dan
menyusun rencana tindakan terutama pada siswa yang belum tuntas dalam
menyelesaikan soal tes pemecahan masalah I. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan siklus II adalah (1) menyusun rencana pembelajaran (RPP)
untuk dua pertemuan yaitu RPP 3 mengenai diskon, bruto, netto dan tara, dan RPP
4 mengenai bunga tabungan yang berisikan upaya-upaya yang dilakukan pada
pelaksanaan tindakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa, menyusun lembar aktivitas siswa (LAS) untuk dua pertemuan yaitu LAS 3
mengenai diskon, bruto, netto dan tara. Kemudian pada LAS 4 mengenai bunga
tabungan, (2) menyusun instrumen yang berupa tes yaitu Tes kemampuan
pemecahan masalah II dalam bentuk uraian dengan jumlah soal sebanyak 4 butir
untuk melihat tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberikan
tindakan II, (3) dalam berkolaborasi peneliti lebih sering berdiskusi dengan guru
kelas.

c. Tahap Pelaksanaan Tindakan II


Setelah rencana tindakan II disusun, maka tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan tindakan II adalah sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I
dengan perbaikan proses pembelajaran yaitu :
52

 Menerapkan Metode Pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving


(TAPPS) yang lebih intensif dan terprogram
 Melakukan pertukaran anggota dari setiap kelompok berdasarkan hasil
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diperoleh pada siklus I
 Beberapa kelompok mendapat bimbingan langsung guru matematika,
sehingga pelaksanaannya lebih efektif dan efisien.
 Pada akhir pelaksanaan tindakan, siswa diberi tes kemampuan pemecahan
masalah II yang dikerjakan secara individu mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

d. Tahap Observasi II
Observasi dilakukan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan
pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru matematika MTs Negeri Bandar
mengobservasi mahasiswa peneliti yang bertindak sebagai guru dengan tujuan
untuk mengetahui apakah kondisi belajar mengajar sudah terlaksana sesuai
dengan skenario yang telah dirancang. Pada kegiatan observasi ini peneliti juga
mengamati proses pembelajaran yang dilakukan siswa pada saat menerapkan
metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving dengan cara merekam
aktivitas siswa saat proses diskusi berlangsung untuk mengetahui apakah setiap
tahapan pemecahan masalah telah benar dilaksanakan pada metode tersebut dan
mengetahui dimana letak kendala atau kesulitan dalam pelaksanaannya.
Setelah selesai observasi, dilanjutkan dengan diskusi antara guru dengan
peneliti untuk memperoleh balikan. Balikan ini sangat diperlukan untuk
memperbaiki proses penyelenggaraan tindakan.

e. Tahap Analisis Data II


Sumber data pada penelitian ini adalah peneliti dan siswa. Data tersebut
berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika dianalisis berupa tabel
setelah itu dilakukan perhitungan untuk memperoleh hasil dari tes kemampuan
pemecahan masalah matematika. Sedangkan data kualitatif yang diperoleh dari
53

observasi dianalisis dalam dua tahap yaitu paparan data dan kemudian menarik
kesimpulan.

f. Tahap Refleksi II
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan perenungan untuk mengkaji
secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang
telah diperoleh dari instrumen penelitian. Hasil data yang diperoleh kemudian
digunakan sebagai dasar pengambilan kesimpulan, apakah kegiatan yang
dilakukan telah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

3.5. Alat Pengumpulan Data


Untuk mengetahui keefektifan metode pembelajaran Think Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) peneliti melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan observasi, dan tes kemampuan pemecahan masalah.
3.5.1. Observasi
Observasi yang diuraikan dalam lembar observasi digunakan untuk
mengobservasi atau menilai suatu pembelajaran yang sedang berlangsung.
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui kenyataan yang terjadi di dalam
kelas. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini
guru bidang studi matematika bertugas untuk mengobservasi peneliti selama
kegiatan belajar mengajar dilakukan.
3.5.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Arifin (2011:118) menyatakan bahwa “Tes merupakan suatu cara
atau teknik yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan
pengukuran”.
Tes kemampuan pemecahan masalah digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan pemecahan masalah matematika setelah pembelajaran. Tes
kemampuan pemecahan masalah diberikan kepada siswa pada saat
dilaksanakannya uji kemampuan pemecahan masalah di akhir siklus. Bentuk tes
adalah uraian dengan jumlah soal sebanyak 4 butir yang digunakan untuk
mengetahui :
54

a) Kemampuan memahami masalah


b) Kemampuan merencanakan penyelesaian masalah
c) Kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah
d) Kemampuan meninjau kembali solusi yang diperoleh

Tes yang digunakan disusun sesuai dengan kurikulum dan tujuan


pengajaran yang ditentukan. Sudjana (2009 : 13) mengatakan bahwa :
Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan kurikulum
(materi dan tujuannya) agar memenuhi validitas isi, dapat pula dimintakan
bantuan ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi yang
diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel tes. Dengan demikian
validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau
dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

Berdasarkan pendapat diatas, maka sebelum tes diberikan kepada siswa,


tes yang telah disusun terlebih dulu divalidkan. Untuk mencari validitas tes,
diminta penilaian dari validator untuk memvalidkan soal. Penilaian diminta untuk
menentukan setiap butir soal ke dalam kategori valid, valid dengan revisi, atau
tidak valid. Untuk memvalidkan tes, peneliti meminta bantuan ahli yaitu dua
orang dosen Jurusan Matematika, dan satu orang guru bidang studi matematika
MTs. Negeri Bandar.

3.6. Teknik Analisis Data


Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian ini adalah:
3.6.1. Reduksi Data
Data penelitian yang telah terkumpul berupa tes dan observasi dianalisis
oleh peneliti. Setelah semua data terkumpul, dilakukan reduksi data. Kegiatan
reduksi meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian data. Setelah dilakukan
pengelompokan data, dilanjutkan dengan paparan data

3.6.2. Paparan Data


Setelah data dari hasil observasi direduksi dan hasil tes diperoleh,
selanjutnya data dipaparkan (ditampilkan) secara sederhana dalam bentuk paparan
55

naratif dan tabel agar data tersebut lebih jelas dan mudah dipahami sehingga dapat
memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan yang dilakukan.

I. Analisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah


A. Penentuan Ketuntasan Pemecahan Masalah Secara Individu
Untuk mengetahui tingkat ketuntasan kemampuan pemecahan masalah
siswa, maka setiap lembar pemecahan masalah siswa dikoreksi. Penentuan skor
untuk hasil kerja siswa dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap setiap
langkah-langkah pemecahan masalah polya yang dibuat dalam suatu rubrik
penskoran.
Tabel 3.1 Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
Aspek yang
Langkah-langkah pemecahan masalah Skor
dinilai

Tidak ada jawaban sama sekali 0

Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan


Memahami 1
dengan benar tetapi tidak lengkap
masalah
Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan
2
dengan benar dan lengkap

Tidak ada jawaban sama sekali 0

Menyusun Menuliskan variabel untuk hal yang diketahui 1


rencana
Menuliskan variabel untuk hal yang ditanya 2
penyelesaian

Menuliskan/menyusun prosedur penyelesaian 3

Memecahkan Tidak ada jawaban sama sekali 0


masalah
Menuliskan aturan penyelesaian dengan benar
1
tetapi tidak lengkap

Menuliskan aturan penyelesaian dengan


2
tuntas tetapi hasil salah

Menuliskan aturan penyelesaian dengan 3


56

tuntas dan hasil benar

Tidak ada jawaban sama sekali 0

Menuliskan jawaban dan dapat memeriksa


Memeriksa kembali hasil penyelesaian tetapi jawaban 1
kembali salah

Menuliskan jawaban dan dapat memeriksa


2
kembali hasil penyelesaian dengan benar

Adapun teknik yang digunakan untuk mengolah skor yang diperoleh


adalah dengan menggunakan teknik Patokan Acuan Penilaian (PAP). Alasan
memilih pendekatan ini adalah karena PAP lebih menitikberatkan pada apa yang
diperoleh siswa pada saat menyelesaikan tes. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Arifin (2011: 235) :
Pendekatan ini (PAP) lebih menitik beratkan pada apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan
apa yang telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian
kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, penilaian acuan patokan
meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, dan bukan
membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya,
melainkan dengan suatu kriteria atau patokan spesifik.

Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara pasti tujuan
atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Penilaian acuan
patokan sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar
termasuk kemampuan pemecahan masalah sebab peserta didik diusahakan untuk
mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat
diketahui pencapaiannya.
(Arifin, 2011: 236)
Untuk menentukan kategori ketuntasan siswa dalam kemampuan
pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

Menghitung persentase skor total setiap indikator kemampuan pemecahan


masalah dengan cara :
57

P STI k
% STI k = ×100
M STI k
Keterangan:
% STI k : Persentase skor total pada indikator ke – k =1,2,3,4
P STI k : Perolehan skor total pada indikator ke – k =1,2,3,4
M STI k : Skor maksimal pada indikator ke – k =1,2,3,4

Tabel 3.2 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah


Rentang (%) Kategori
90 ≤ x ≤ 100 Sangat tinggi
80 ≤ x < 90 Tinggi
70 ≤ x < 80 Sedang
50 ≤ x < 70 Rendah
0 ≤ x < 50 Sangat Rendah

Siswa dikatakan tuntas memecahkan masalah apabila tingkat kemampuan


pemecahan masalah siswa dari uji yang dilakukan termasuk dalam kategori
sedang, tinggi dan sangat tinggi serta rata-rata % STI k (Persentase skor total dari
setiap indikator) ≥ 70% .

B. Penentuan Persentase Kelas Telah Mampu Menyelesaikan Masalah


X
DSK = ×100 %
N
Keterangan :
DSK : Persentase kelas yang tuntas memecahkan masalah
X : Banyak siswa yang tuntas memecahkan masalah
N : Banyak siswa dalam kelas
Dengan Kriteria :
0 %≤DSK <85 % : Kelas belum tuntas memecahkan masalah
85 %≤DSK ≤100 % : Kelas telah tuntas memecahkan masalah
II. Analisis Data Observasi
58

Observasi dianalisis secara deskriptif dari proses pembelajaran. Proses


pembelajaran dikatakan efektif jika pelaksanaan pembelajarannya berjalan dengan
baik. Perhitungan nilai akhir lembar observasi ditentukan berdasarkan:

skor yang diperoleh


P=
banyaknya aspek yang diamati

Keterangan:
P : Skor rata-rata yang diperoleh setiap individu
Pedoman untuk melihat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pedoman Untuk Melihat Lembar Observasi
Tingkat Kategori
1,0 – 1,5 Sangat Kurang
1,6 – 2,5 Kurang
2,6 – 3,5 Baik
3,6 – 4,0 Sangat Baik

3.6.3. Penarikan Kesimpulan


Setelah dipaparkan, data kemudian disimpulkan. Kesimpulan yang
diperoleh dijadikan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya dan perlu tidaknya
siklus berikutnya dilanjutkan atas dasar permasalahan yang ada. Siklus penelitian
ini berhenti apabila dipenuhi target penelitian dalam arti penelitian ini berhasil.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
a. Indikator siswa tuntas memecahkan masalah adalah:
 tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dari uji yang dilakukan
termasuk dalam kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
 PST k ≥ 70%.
b. Indikator peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah jika ada
pertambahan nilai rata-rata PST k dan pertambahan skor total dari uji
kemampuan pemecahan masalah dengan PST k ≥ 70%.
c. Indikator peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam kelas adalah
jika ada peningkatan DSK (persentase kelas yang tuntas memecahkan
masalah) dalam setiap siklus.
59

Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika:


1. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika tingkat kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa mencapai kriteria ≥ 70%.
2. Satu kelas dikatakan tuntas belajar jika tingkat kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dalam kelas tersebut mencapai ≥ 85%.
3. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran minimal dikategorikan
baik.

Jika indikator tersebut belum dicapai maka peneliti melakukan pengkajian


ulang terhadap tindakan yang diberikan sebelumnya. Dari hasil refleksi pada
siklus I peneliti akan merancang tindakan yang lebih baik lagi untuk
menanggulangi permasalahan-permasalahan yang terdapat pada siklus I. Jika pada
siklus II tercapai indikator tersebut maka peneliti akan berhenti pada siklus ini.
Siklus dalam penelitian ini akan berhenti jika terdapat 85% siswa yang memiliki
kemampuan pemecahan masalah minimal 70% dan tingkat kemampuan guru
mengelola pembelajaran minimal baik.

Anda mungkin juga menyukai