Anda di halaman 1dari 17

Chapter 2 : Pengejaran di negeri dwarf 

Part 3

Shalltear dan bawahannya menambah


kecepatan saat mereka menuju ke arah lokasi Quagoa. Mereka
melompat dari atap ke atap dengan kecepatan yang berbahaya.
Karena dia sudah memakai armor, Shalltear tidak perlu
khawatir dengan beberapa lapis penyangga dada di dalam
pakaiannya.
Dia mengintip ke arah Aura, yang sedang mengikuti dari
belakang.
Kenyataan bahwa dia sedang diikuti oleh seorang Guardian –
yang seharusnya tetap berada di sisi sang tuan – adalah bukti
bahwa sang tuan tidak percaya kepadanya.
Itu memang wajar.
Shalltear mungkin tidak ingat akan kegagalannya, tapi dia
telah mendengar detilnya dari yang lain.
Meskipun Tuannya yang measa kasihan telah berkata
“Shalltear, kamu tidak salah”, itu tidak mungkin benar. Jadi,
dia menunggu sebuah kesempatan untuk membersihkan bau
kegagalan dari dirinya, tapi sayangnya peluang itu tidak
datang.
Aura mungkin telah menghiburnya, tapi itu bukanlah yang
diinginkan oleh Shalltear.
Shalltear melihat ke depan, tatapannya penuh kekuatan. Dia
tidak membiarkan dirinya membuat kesalahan dalam
perjalanan ini.
Tidak lama, mereka tiba di sebuah bangunan di dekat tujuan
mereka. Shalltear melihat ke arah Quagoa yang ada di bawah
dari atap bangunan itu.
Ada banyak siluet yang terlihat, seperti yang dideskripsikan
oleh para Hanzo.
“Kalau begitu sekarang – apa yang harusnya aku lakukan..”
Shalltear memikirkan masalah tersebut.
Aura seharusnya mendengarkan apa yang dia ucapkan, tapi
Aura hanya melipat tangannya, berniat untuk tetap diam. Itu
juga, memang sudah diduga. Sebelum Aura datang kemari,
sang tuan telah memberinya perintah: “Awasi gerakan
Shalltear. Jika dia terlihat akan membantai mereka, buat dia
berhenti dengan cara apapun, meskipun kamu harus
memukulnya. Selain dari itu, kamu tidak boleh ikut campur
dengan rencana pertempuran Shalltear.”
Shalltear juga telah dibilang Aura hanya akan mengamati dari
belakang, dan dia tidak digunakan untuk operasi tempur
apapun. Dengan kata lain, seluruh operasi tersebut, dari
perencanaan hingga eksekusi, sepenuhnya tanggung jawab
Shalltear.
Pertama, dia harus memenuhi perintah sang tuan dengan
sempurna dan elegan.
Dia melepaskan kepalan tangannya.
“Hanzo.”
“Ya!”
Para bawahan berkostum ninja berkumpul di depan Shalltear.
“Aku ingin memastikan bahwa tidak ada yang kabur. Bisakah
kamu memastikan tidak ada orang lain di terowongan itu?”
“Tentu saja. Kami menunggu perintah anda.”
Seperti yang sudah diduga dari para bawahan sang tuan.
Musuh mereka tidak akan punya cara lagi untuk mundur
sekarang. Hal yang selanjutnya Shalltear khawatirkan adalah
jika musuh tersebar ke seluruh penjuru kota. Tentu saja, dia
bisa menghabiskan waktu memburu mereka dan membuat
mereka semua keluar, tapi dia ingin menghindari buang-buang
waktu. Memang sang tuan tidak memberinya batasan waktu,
menghabiskan terlalu banyak waktu adalah bukti
ketidakmampuannya.
“Baiklah. Bagaimana kalau begini..?”
Shalltear menyampaikan detil dari rencana yang dia pikirkan
ketika dalam perjalanan kemari.
Dia akan mengepung lawan, lalu mematikan gerakan semua
yang ada di dalam perimeter.
Dengan kata lain, dia akan menggunakan para Hanzo untuk
memotong jalur kabur mereka, lalu mengumpulkan mereka
sebelum menghabisi mereka dalam sekali pukul.
Memang benar, rencana ini sedikit berbahaya, melihat dia
tidak tahu kemampuan lawan. Namun, jika musuh memiliki
kekuatan untuk membunuh Shalltear dan para Hanzo,
Dwarven Kingdom tidak mungkin selamat selama ini.
Yah, melihat Gondo si Dwarf tidak terlalu lemah.
Setelah melepaskan para Hanzo, Shalltear menghitung tiga
menit. Dia harus melakukannya karena dia tidak memiliki
cara berkomunikasi dengan para Hanzo.
Untungnya, Quagoa kelihatannya melingkari gerobak mereka
di sekitar bangunan tersebut, tanpa ada niat untuk menyebar.
“Mari kita mulai. Lakukan seperti yang diperintahkan; jangan
sampai mereka kabur ke area sekitar.”
Setelah memberikan perintah kepada undead yang dia bawa,
Shalltear berlarian di atap, lalu melompat ke depan Quagoa
itu. Di waktu yang sama, undead miliknya mendarat di sekitar
mereka.
Mereka telah mengambil alih seluruh jalan utama di sekitar
bangunan itu. Rute mundur dari para quagoa itu hampir
terputus sama sekali.
Shalltear merasakan kebingungan mereka, lalu dia
merapalkan sebuah mantra panjang sebelum mereka sadar.
“[Mass Hold Species].” (Penahanan Spesies secara Massal)
Seperti yang sudah dia duga, mereka bukanlah lawan level
tinggi. Banyak Quagoa yang berhenti bergerak, terdiam di
tempat.
Quagoa yang tidak memasuki area yang terkena mantra itu
berhasil pulih dari kebingungan mereka, tapi tak ada yang
mencoba untuk menyerang Shalltear. Dia muncul entah
darimana dan menggunakan sebuah mantra yang tak pernah
terlihat sebelumnya untuk menekan rekan-rekan mereka.
Meskipun memilih melawan dengan bertarung atau kabur
pasti sangatlah sulit bagi mereka.
Shalltear tersenyum tipis.
Kelihatannya keputusan akhir yang dia dapatkan setelah
mengamati mereka, yaitu dengan memusatkan mantra itu
kepada Quagoa yang terlihat paling luar biasa – yang
sekarang dikenal sebagai komandannya – memang tepat.
“[Mass Hold Species].”
Dia merapalkan mantra yang sama sekali lagi dan sekarang
bahkan Quagoa yang lari telah dinetralkan.
“Mendekat!”
Merespon perintah yang diteriakkan Shalltear, undead yang
ada di sekeliling mengecilkan lingkaran kelompoknya.
Quagoa yang ada di dalam bangunan itu mendengar teriakan
Shalltear dan merasakan ada yang tidak beres dengan rekan-
rekan mereka, tapi itu sudah jauh terlalu telat bagi mereka.
Saat sebuah seringai sadis muncul di wajahnya, Shalltear
menepuk pipinya. Dia tidak boleh ceroboh. Kegagalannya di
masa lalu sebagian besar karena itu.
Setelah memulihkan ketenangannya, Shalltear memasuki
bangunan tersebut. Sementara masuk dengan paksa ke jendela
akan memberi mereka elemen kejutan, dia
mempertimbangkan usaha memaksa masuk itu dan
memutuskan untuk langsung melalui pintu sebagai gantinya,
menggunakan dirinya sebagai umpan.
Quagoa yang sedang menunggu mengayunkan cakar mereka
ke arah Shalltear lagi dan lagi.
Tiga di depanku, empat di dalam, tak ada yang terlihat seperti
seorang komandan. Aku harusnya menerima serangan
mereka dan memastikan kekuatan mereka.
Shalltear tidak menghindari serangan mereka, tapi
menanggung beban serangan Quagoa itu.
Seperti yang sudah diduga, Shalltear tidak terluka.
Shalltear hanya bisa menerima luka dari senjata perak magis.
Beberapa monster level tinggi memiliki serangan alami yang
dianggap sebagai magic, sementara yang lainnya memiliki
serangan yang dianggap sebagai perak, tapi itu adalah
monster-monster level rendah yang sangat langka.
Sementara dia mungkin sudah menduga ini, Quagoa itu
mundur. Seakan tidak mampu mempercayai apa yang mereka
lihat, Quagoa yang ada di sekitarnya mencakar Shalltear, tapi
tidak berhasil.
“Baiklah, percobaannya sudah selesai. Mari kita akhiri sampai
di sini? [Mass Hold Species].”
Saat mantra itu dirapalkan, seluruh Quagoa yang ada berhenti
bergerak.
“Kalau begitu sekarang, lanjut.”
Shalltear melihat ke sekelilingnya dan melihat Quagoa yang
ada di ruangan selanjutnya melalui sisa-sisa pintu yang rusak.
Mata mereka melebar menahan emosi yang paling Shalltera
senangi – ketakutan.
Saat langkah kaki Shalltear membawanya maju, Quagoa itu
memanjat rekannya sendiri untuk kabur.
Namun, mereka terlalu lamban. Bagi Shalltear, mereka
selambat siput. Dia menahan keinginan untuk mengeluarkan
suara tawa mengejek, dan sebagai gantinya merapalkan
mantra ke punggung mereka.
Tidak ada jalan keluar.
Shalltear tidak akan mentolerasi kekeliruan apapun.
Sekarang seluruh Quagoa di dalam bangunan itu telah
ditangkap, dia memasuki terowongan dan menemukan enam
Quagoa di kaki para Hanzo. Melihat gerakan tubuh mereka
yang samar-samar, kelihatannya mereka masih hidup.
Shalltear lalu menanyakan kepada para Hanzo:
“Kalau begitu sekarang, apakah ini adalah Quagoa yang
mencoba kabur?”
“Ya. Tak ada yang lainnya yang berhasil kabur lewat sini.”
Karena Shalltear tidak membiarkan siapapun kabur, bisa
dianggap misinya telah diselesaikan dengan sempurna.
“Untuk jaga-jaga, pergi dan pastikan tidak ada yang lain yang
sedang menunggu di dalam bangunan itu. Setelah itu,
perintahkan kepada undead yang membawa mereka ke dalam
membawa Quagoa ini keluar. Kamu bisa bilang kepada
undead untuk mengikat mereka dengan tali, ya kan? Aku akan
menunggu di sini sampai kamu menyelesaikan pencarian di
dalam ruangan dan melihat apakah ada  yang lain yang
mencoba kabur.”
Setelah menerima perintah Shalltear, para Hanzo membawa
Quagoa yang ada di tanah dan kembali ke bangunan itu.
Mereka kembali ke Shalltear setelah dua menit berlalu.
Setelah menyelesaikan tugasnya tanpa celah, Shalltear muncul
dari bangunan itu, dimana dia melihat banyak Quagoa yang
terikat dan figur Ainz, Aura, para Hanzo, Dwarf itu dan
Zenberu.
“Bagus sekali, Shalltear. Kelihatannya kamu sudah
menyelesaikan misimu dan tidak membiarkan siapapun
kabur.”
“Ya! Terima kasih banyak, Ainz-sama!”
“Kalau begitu sekarang, Shalltear, aku akan memberimu
perintah selanjutnya. Interogasi orang-orang ini, tapi usahakan
jangan sampai menyakiti mereka.”
“Saya mengerti!”
Pada awalnya, Shalltear memerintahkan kepada undead untuk
menyeret keluar salah satu Quagoa yang telah ditangkap
dengan magic – dengan kata lain, salah satu tahanannya.
“Hiiii! Selamatkan aku!”
“Hehe, baiklah, jika kamu jujur, aku tidak akan
membunuhmu. Jika kamu jujur. Yang pertama dahulu, siapa
yang orang terhebat diantara kalian di sini?”
“Dia, yang memiliki coretan biru di bulunya.”
“Dasar brengsek! Kamu telah mengkhianatiku!”
Yang berteriak balik kelihatannya memiliki sedikit guratan
biru di kulitnya.
“Okay, okay, jangan bertengkar. Kalau begitu, biskaah kamu
membawanya kepadaku? Kirim yang ini ke belakang.”
Mereka membwa Quagoa dengan peringkat tertinggi ke depan
Shalltear.
“Hmph! Kmau pasti teman para dwarf! Aku takkan pernah
bicara! Aku akan mempertaruhkan harga diri rasku untuk itu!”
“Benarkah. Baiklah kalau begitu [Charm Species] (Pemikat
Spesies). Selesai, bisakah kamu menjawab pertanyaanku?”
“Ahh, tentu saja! Apa yang ingin kamu tahu?”
Quagoa yang ada di belakangnya mau tidak mau terperangah
dengan kejujurannya.
Magic pemikat menyebabkan targetnya menganggap si
perapal adalah teman atau kolega yang dipercaya. Namun,
karena teman tidak akan mengatakan kepada temannya untuk
membunuh atau melukai diri sendiri, target tidak akan
mmeatuhi yang seperti itu. Dan juga, istilah ‘teman’ juga ada
semacam kerancuan; ada rahasia yang orang lain
sembunyikan dari teman mereka, jadi magic ini tidak akan
efektif untuk mengorek informasi semacam itu. Jika memang
begitu, mantra pengendali otak yang lebih kuat diperlukan.
Namun, tindakan seperti itu kelihatannya tidak perlu kali ini,
sebuah kenyataan yang membuat Shalltear berterima kasih
terhadap keberuntungannya.
“Pertama, apa benar kamu adalah yang terhebat di sini?”
“Ahhh, aku ditunjuk sebagai pimpinan kelompok ini. Oi, yang
disana tenanglah, dia adalah seorang teman jadi tidak apa
bilang kepadanya. Ah, bisakah kamu merahasiakan ini?”
“Tentu saja, kita adalah teman, ya kan?”
“Ahhh, ya, benar juga, aku percaya kepadamu, kalau begitu.
Tetap saja, mereka ini... Terutama orang itu, apakah dia
undead?”
Quagoa itu menatap ke arah tuan Shalltear yang agung. Itu
membuatnya jengkel, tapi dia harus menahan diri untuk
mengeluarkan informasi dari dirinya.
“Tidak apa. Kita adalah teman jadi kamu akan percaya
kepadaku, ya kan?”
“Apakah dia adalah bawahanmu?”
Akan kubunuh kamu brengsek, Shalltear hampir
mengucapkannya, dia menelan kalimat itu. Karena sang tuan
bicara sebelum dia bisa bicara.
“Benar sekali. Dia adalah kekasihku.”
“Ho, itulah temanku, kamu memang luar biasa.”
“Te-Terima kasih.”
Shalltear merasa gugup dengan perasaan yang rumit ini, tak
mampu diungkapkan dengan kata-kata. Meskipun dia ingin
bergulung-gulung di lantai itu, dia tidak bisa menyia-nyiakan
bantuan penuh kasih sayang yang telah diberikan oleh sang
tuan.
Komandan Quagoa itu jatuh dalam perenungan yang dalam,
dan Quagoa di belakangnya berkata, “Apa yang terjadi?”
“Ada apa?” “Apakah hanya kita yang tidak tahu jika dia dalah
seorang teman” dan seterusnya. Namun, komandan Quagoa
itu mengabaikan mereka, dan sebuah perubahan terlihat di
wajahnya, yang mungkin saja sebuah senyuman.
“Akum mengerti. Karena kamu sudah mengatakannya, aku
akan percaya kepadamu. Lagipula, kita adalah teman yang
disatukan oleh sebuah ikatan pertemanan yang kuat, ya kan?”
Shalltera mendengus.
“Kalau begitu, bisakah kamu bicara cukup keras sehingga
orang-orang di belakangku bisa mendengar? Siapa kalian?
Apa yang kalian lakukan di kota ini?”
Biasanya, mereka harusnya curiga jika seorang teman tidak
tahu hal ini. Namun, ini adalah kehebatan magic. Komandan
Quagoa membalas tanpa ragu.
“Kami adalah sebuah pasukan terpisah dari pasukan
penyerang. Kami kemari untuk membunuh para dwarf yang
mungkin kabur ke kota ini.”
“Apa?!” Dwarf tersebut berseru karena terkejut. “Apa, apa
maksudnya itu?”
“Diam dan jangan bicara, dwarf. Ras menjijikkan sepertimu
harusnya dihabisi.”
“Baiklah, baiklah, itu sudah cukup. Kamu mengatakan sesuatu
tentang pasukan penyerang?”
“Ahhh, maaf, kelihatannya aku terlalu kegirangan. Ada kota
dwarf di utara dari sini. Pasukan penyerang dibentuk untuk
menghancurkan kota itu. Masalahnya adalah jembatan
bersuspensi yang membentangi Great Rift (Celah/Retakan
besar) dilindungi oleh sebuah benteng, jadi para penyerang
kami selalu dikalahkan. Namun, kami menemukan sebuah
jalan pintas yang melewati celah itu dan berlari menyusuri
benteng tersebut, jadi kami berencana menggunakan itu untuk
menghabisi mereka dalam sekali sapu.”
Shalltear mengerutkan dahinya kepada dwarf. Ekspresinya
terlihat mengerikan. Kelihatannya ini adalah berita yang
sangat buruk.
“Kapan serangannya akan datang?”
“Kami adalah pasukan terpisah, kami dipisah dari pasukan
utama jadi kami tidak tahu waktu yang tepat. Tapi kurasa
harusnya hari ini, atau mungkin besok.”
Shalltear tidak sengaja mendengar percakapan antara sang
tuan dan dwarf itu.
“Meskipun begitu, akankah kota tersebut benar-benar jatuh
jika jembatan bersuspensinya diambil alih?”
“Saya tidak yakin, tapi saya pernah dengar karena musuh
perlu menggunakan jembatan itu, mereka hanya bisa
menyerangnya dari satu titik saja. Jadi, kita bisa menggunakan
item magic di dalam benteng untuk menangkal mereka.
Namun, jika benteng itu diambil alih, musuh akan memiliki
jalan yang mulus ke kota, dan akan sulit menghentikan sebuah
pasukan besar. Jika itu terjadi, kami mungkin harus
membuang kota itu dan kabur kemari, tapi jika kami dikepung
di sini, ras dwarf akan musnah.”
Komandan Quagoa tertawa kecil dengan cara mengerikan saat
dia mendengar percakapan mereka.
“Jadi kamu hanya pasukan terpisah?”
“Hanya kami yang dikirim kemari. Kami tidak tahu seberapa
kuat kota dwarf atau seberapa banyak orang yang dibutuhkan,
jadi sebagian besar pasukan kami ada di sana.”
“Ain-eh, ah, kalau begitu, jadi, apakah ada yang ingin
ditanyakan lagi?”
Aku tidak bisa bilang Ainz-sama, Shalltear resah saat dia
mencoba menyusun ucapannya.
“...Tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan. Sejujurnya, kita
hanya perlu tahu bagaimana berkomunikasi dengan pasukan
utama mereka atau semacamnya.”
Setelah Shalltear mengulang pertanyaan sang tuan, komandan
yang terkena mantra mengoceh seperti sebuah anak sungai.
“Tidak, misi kami tidak dianggap sangat penting. Pada
akhirnya, pekerjaan kami hanya memburu siapapun yang
kabur.”
Shalltear melihat ke arah sang tuan, yang mengangguk kepada
mereka.
“Bagaimana kami harus menghadapi mereka?”
“...Gondo. maaf dengan hal ini, tapi bisakah kamu bersiap
melakukan perjalanan?”
Lizardman dan Dwarf mengerti arti dibalik ucapan itu, jadi
mereka berbalik dan pergi dalam hening. Ainz melihat mereka
pergi, lalu memberikan perintah selanjutnya kepada Shalltear.
“...Kalau begitu, ayo pergi. Shalltear, kirim mereka semua ke
Nazarick. Mereka akan diamati. Apakah mereka dibunuh atau
diampuni tergantung hubungan yang kita bangun dengan
Quagoa. Jangan bunuh mereka sampai mereka semua
sepenuhnya memusuhi kita. Namun, perintahkan untuk
melakukan beberapa percobaan ringan. Kerasnya cakar, fisik
dan pertahanan magis dari tubuh mereka, hal-hal semacam itu.
Meskipun, beberapa dari mereka nantinya akan mati...
Perintahkan kepada mereka untuk meminimalisir jumlah yang
mati.”
“Dimengerti!”
Shalltear langsung merapalkan [Gate], membuka sebuah
portal ke permukaan Nazarick.
“Kalian semua masuklah kemari.”
Dengan dipimpin oleh komandan Quagoa, yang lainnya
mengikuti satu persatu. Beberapa Quagoa berdiri di tempat,
terdiam karena ketakutan, tapi Shalltear langsung mencomot
mereka dan mendorongnya melewati [Gate].
Dibaliknya ada sang tuan. Lengannya dilipat dan kelihatannya
sedang menunggu Shalltear.
“Pengumpulan informasimu sangat teliti, Shalltear.”
Hal pertama yang Ainz katakan adalah memujinya! Dada rata
Shalltear teraliri oleh panas.
“Ya!”
Shalltear secara refleks berlutut. Itu adalah satu-satunya posisi
yang tepat merespon pujian sang tuan.
“-Mm, umu. Aku menantikan pengabdianmu di masa depan.”
“Saya mengerti, Ainz-sama!”
“Jangan berkata begitu. Berdirilah. Kita harus mendiskusikan
sesuatu dengan Gondo... Ini adalah sebuah peluang untuk
membuat mereka berhutang budi sangat besar kepada kita.”
“Betapa beruntungnya. Ainz-sama, tindakan anda
kelihatannya sangat diberkahi.”
Tatapan mereka bertemu, lalu mereka tersenyum.
Memang benar, wajah sang tuan tidak bergerak, tapi Shalltear
sangat yakin Ainz sedang tersenyum.
“kalau begitu, ayo pergi.”
“Baik!”
Mmmm~ Ini bagus! Kami berdua, berjalan berdampingan...
Haaa, aku gembira sekali.
Shalltear meninggalkan bangunan itu saat dia menikmati rasa
kebahagiaan.
“Gondo, maaf sudah menunggu. Apa yang ingin kamu
lakukan sekarang?”
“Apakah apapun yang akan kita lakukan membuat
perbedaan... Butuh waktu enam hari untuk bepergian ke kota
lewat bawah tanah. Terlalu jauh bagi kita untuk membawa
informasi itu kembali ke kota.”
Wajah Shalltear yang agak mengendur menjadi tegang, dan
saat dia bertukar tatapan dnegan Aura, sang tuan dan dwarf itu
mulai berdiskusi. Dia berusaha mengingatnya agar dia bisa
mencatatnya ke dalam buku catatan milik Shalltear.
Karena dia adalah sang tuan yang agung, dia mungkin
bermaksud melumat hati dwarf ke dalam pengabdian
sepenuhnya. Mungkin itu, atau dia akan mengencangkan
belenggu yang berat di lehernya dan memastikan dwarf itu
tidak akan pernah mengkhianatinya. Semacam itu.
“Begitukah? Yah, karena kamu tidak bisa sampai di sana tepat
waktu, apa yang harus dilakukan? Jika itu masalahnya,
mengapa tidak datang ke negeriku? Kmau tidak akan bisa
melakukan apapun sendirian, ya kan?”
“Mmm... umu.”
“Meskipun, aku ingin menolong para runesmith... namun jika
kita bergegas kesana untuk membantu mereka, bisakah kita
mempertahankan posisi menguntungkan selama negosiasi?
Apakah para dwarf adalah spesies yang sangat mengapresiasi
kebaikan yang ditunjukkan kepada mereka?”
“Umu, aku harap anda mempercayai itu. Jika anda menolong
para dwarf dari ancaman Quagoa tersebut, aku yakin
negosiasinya akan berjalan dengan sangat baik.”
“Jika memang begitu, maka kita perlu memilih waktu yang
tepat untuk melangkah masuk.”
Setelah sang tuan membuat deklarasi percobaannya, dwarf itu
mengangkat bahu, seakan berkata tidak masalah
bagaimanapun.
“Saya sudah menerima saran tuanku... Yang Mulia ke dalam
hati.”
Shalltear tidak tahu apa maksud ucapan itu, tapi karena suatu
alasan, dia tahu bahwa dwarf itu telah memilih tuannya
daripada ras sesamanya.
Shalltearpun terkagum-kagum dan ketakutan dengan
kenyataan bahwa sang tuan berhasil mendominasi sepenuhnya
jiwa dwarf itu dalam waktu yang pendek sejak dia masuk ke
terowongan.
Pasti itu adalah karisma yang bisa membuatnya memimpin
dan mengkoordinasi para Supreme Being.
“...Tidak, kurasa kita harus bergegas. Lagipula, kita ingin
menghindari kematian dari para runesmith itu, dan tidak ada
yang tahu apa yang akan terjadi jika kita berada di bawah
tanah, jadi kita harus melakukannya dari luar. Bisakah aku
mempercayakan kepadamu untuk menunjukkan jalan bagi
kita?”
“Saya tidak seberapa percaya diri, tapi saya akan melakukan
sebaik-baiknya.”
“Baiklah, kalau begitu bersialah untuk berangkat!

Anda mungkin juga menyukai