Anda di halaman 1dari 9

Naskah Drama Bahasa Indonesia

Ÿ Nama-nama anggota kelompok


serta nama tokoh dan julukan:

- Sabila Firstania Putri Artinov (Asmara - Spade)


- Syifa Ayu Handayani (Dita - Heart)
- Fenny Devinza Aristia Putri (Ratu Cassandra)
- Thya Anggraeni (Delcia - Diamond)
- Nasywa Putri Aprilia (Narator)
- Jusuf Yovian Nurrahmat (Raja Raiden - Lux)
- Khoirul Syafei (Raja Rafel - Tenebris)
- Khoerul Umam (Alvarez - Clover)

Judul Drama: “Pengkhianatan Seorang Ksatria Bagian 2"


Bergenre: Legenda, Fantasi, dan Aksi.
Kelas: IX.2
Bagian 1

Sebelumnya, terjadi sebuah perang antara kedua kerajaan, yaitu Kerajaan Olvia
dengan Kerajaan Edelweiss. Kerajaan Edelweiss adalah kerajaan kegelapan yang kejam,
pemimpin dari kerajaan tersebut bernama Raja Rafel. Raja Rafel telah di kalahkan oleh
Raja Raiden. Setelah perang yang terjadi pada 3 tahun yang lalu, kini kerajaan Olvia
kembali damai. Begitu juga dengan kerajaan lainnya, para raja serta ratu dari kerajaan-
kerajaan negara lain pun juga berterima kasih kepada raja Raiden, sang raja dari kerajaan
Olvia yang sudah banyak berkorban selama perang tersebut. Serta para Ksatria-ksatria
Legendaris lainnya. Kabar Diamond, salah satu seorang Ksatria Legendaris yang telah
berkhianat, berita itu kini juga telah menyebar luas. Setiap kali beberapa warga yang
bertanya langsung kepada Spade, sang pemimpin Ksatria Legendaris, ia tak berkomentar
apapun. Begitu juga dengan para Ksatria lainnya, Heart dan Clover, juga tak membalas
komentar apapun. Delcia, atau yang dikenal sebagai Diamond itu juga hilang setelah
perang, dan belum ada yang tahu dimana ia berada.

Namun setelah beberapa lama sang Diamond menghilang, ia pun kini menginjakkan
kakinya kembali di kerajaan Olvia. Awalnya, para prajurit dari kerajaan Olvia itu menolak
dan menghalang Delcia untuk masuk kembali ke kawasan kerajaan Olvia. Namun, hal itu
dicegah oleh Spade, atau yang dikenal juga sebagai Putri kerajaan Olvia, Asmara. Alhasil
Delcia kini kembali bersama para Ksatria Legendaris lainnya, karena ia sudah kembali
menjadi baik dan mengakui kesalahan-kesalahan yang t’lah diperbuat nya.

Beberapa bulan yang lalu juga, Ratu Cassandra telah kembali ke kerajaan Olvia.
Setelah beberapa bulan pergi ke negara lain untuk menangani keperluan disana. Ratu
Cassandra merawat suaminya- Raja Raiden, karena setelah perang, Raja Raiden banyak
sekali memakai kekuatannya, hingga sang Raja Raiden hampir mengalami kebutaan. Lalu,
para Ksatria Legendaris baru saja menyelesaikan misi mereka.

Asmara: “Ah.. akhirnya selesai juga, hari ini cukup melelahkan,” katanya, sembari
merilekskan tubuhnya saat ia duduk di kursi.

Dita: “Kau benar, kita memerlukan dua hari untuk misi ini.”

Alvarez: “Hey Ara, kau menjatuhkan kertas ini tadi,” kata Alvarez, dan memberikan kertas
tersebut pada Asmara.

Asmara: “Oh, astaga.. terima kasih, Alvarez. Omong-omong.. mengapa tiba-tiba sekali kau
memanggilku Ara?” katanya, sembari gadis itu mengerutkan keningnya.

Alvarez: “Tidak apa-apa, lagipula apa masalahnya? dan-” Belum selesai Alvarez mengakhiri
kata-katanya, tiba-tiba saja Ratu Cassandra datang.

Ratu Cassandra: “Asmara.. kamu sudah kembali.. bisakah Ibunda berbicara kepadamu?”

Asmara melihat Ibunda nya, ia pun berdiri dari kursinya. “Ah iya, tentu Ibunda.”

Asmara dan Ratu Cassandra pun pergi keluar, meninggalkan Dita, Alvarez, dan juga
Delcia. Alvarez menghela napasnya, dan duduk di kursi yang Asmara duduki tadi.
Wajahnya tampak murung, Dita dan Delcia melihat itu, mereka pun bertanya padanya.
Delcia: “Ada apa denganmu? mengapa tampak murung tiba-tiba?”

Alvarez: “Hah, apa? oh.. tidak, tidak apa-apa.”

Dita: “Aneh sekali, tampak murung setelah Asmara keluar. Apa kau mempunyai perasaan
suka padanya?”

Alvarez: “Apa? mana mungkin, tidak.”

Setelah mendengar jawaban Alvarez, Delcia dan Dita hanya tertawa, Alvarez hanya terdiam
saat mereka berdua tertawa.

Hingga disisi lain, Asmara sedang berbicara dengan Raja Raiden dan Ratu Cassandra,
yaitu orang tuanya. Mereka berbicara tentang Asmara yang sudah dewasa, dan umur
mereka yang sudah tua, dan membicarakan takhta selanjutnya untuk kerajaan Olvia.

Raja Raiden: “Seharusnya, kau sudah menikah di usiamu yang saat ini, Asmara. Kau
sudah berumur 20 tahun, sudah sangat legal untuk menikah.”

Asmara: “Lagi-lagi tentang pernikahan? aku masih ingin menikmati masa mudaku dengan
menjadi Spade, Ayahanda. Dan aku juga belum siap untuk menikah.”

Ratu Cassandra: “Ini juga untuk penerus kerajaan kita, nak.. jika kami tidak berharap
dengan-mu, sama siapa lagi?”

Asmara terdiam, ia menunduk, memikirkan apa yang akan ia jawab pada orang tuanya itu.
Ia tahu bahwa ia memang harus menikah, dan memiliki penerus kerajaan selanjutnya,
betapa sulitnya menjadi seorang anak penerus takhta kerajaan.

Raja Raiden: “Ayahanda ingin menikahkan mu dengan sang Clover, yaitu Alvarez.”

Asmara: “Apa? dengan Alvarez?? tidak, aku tidak mau. Uh.. izinkan aku yang akan mencari
siapa suamiku nanti Ayahanda.”

Raja Raiden: “Jangan terlalu lama, carilah siapa yang akan kamu pilih menjadi suami mu
selama satu bulan ini. Jika kamu tidak menemukannya, kamu akan mendapatkan
konsekuensinya, Asmara.”

Asmara: “Apa!? tapi-”

Ratu Cassandra: “Tidak apa tapi-tapi, jika tidak di tegaskan seperti ini, kamu pasti akan
memerlukan waktu yang lebih lama lagi, Asmara..”

Asmara: “Baiklah Ayahanda, Ibunda.. aku permisi.”

Dengan perasaan yang cukup kesal dan kecewa, Asmara pun kaluar dari ruangan itu,
langkah kakinya terdengar jelas di lorong kerajaan. Dia sedang tenggelam di dalam
pikirannya, apalagi kalau bukan tentang masalah pernikahan? prinsip Asmara, ia ingin
menikah di umur 23, di umur itu rasanya akan lebih dewasa saja menurutnya. Namun, jika
hidup di masanya yang sekarang, banyak sekali pangeran dan putri kerajaan yang menikah
di usia yang muda- bahkan baru berumur 10 tahun saja sudah ada yang menikah. Asmara
pun berjalan keluar dari kerajaan nya, ingin menenangkan pikirannya.
Asmara pun sampai di pinggir danau yang berada di belakang kerajaan nya, walaupun
berada di belakang kerajaan nya, jaraknya bisa dibilang cukup jauh dan cukup
tersembunyi. Jarang sekali ia melihat seseorang yang bermain atau hanya sekedar
mengunjungi tempat ini selain dirinya sendiri. Asmara hanya duduk diatas rerumputan di
pinggir danau. Pemandangan di danau itu cukup indah, dan ia hanya melamun, memikirkan
apa yang harus ia lakukan dengan perintah orang tuanya. Lagipula, pasti rasanya cukup
sulit untuk mendapatkan suami yang sesuai dengan tipe-nya, bukan?

Sedang asyik-asyik nya Asmara melamun, tiba-tiba saja ada yang memegang pundaknya.

Alvarez: “Apa yang kau lakukan disini?”

Asmara: “Apa- uh, seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa yang kau lakukan disini?”

Alvarez: “Aku? tempat ini adalah tempat favorit ku, sudah cukup lama aku mengetahui
tempat ini.”

Jujur saja, Asmara sedikit terkejut setelah Alvarez mengatakan itu. Sudah bertahun-
tahun lamanya Asmara sering berkunjung ke tempat ini, namun ia tak pernah sekalipun
melihat Alvarez di sekitar danau yang ada disini. Namun, Asmara dengan ekspresi
santainya- menutupi perasaan terkejutnya dengan reaksi lain di wajahnya.

Asmara: “Oh begitu, aku lahir dan di besarkan di kerajaan Olvia, seharusnya kau tidak
heran jika aku mengetahui tempat ini. Ini juga tempat favoritku,” katanya dengan ketus.

Alvarez: “Uh.. benar juga, ya ya baiklah.”

Asmara yang tadinya duduk, kini berdiri tepat disamping Alvarez. Sebenarnya ia ingin
menghabiskan waktunya beberapa menit untuk menenangkan dirinya di tempat favoritnya,
namun entah mengapa setelah percakapan yang terjadi bersama kedua orang tuanya,
Asmara menjadi cukup canggung dengan Alvarez.

Asmara: “Aku akan kembali, jangan terlalu lama. Pasanglah telingamu baik-baik, karena
jika ada hal yang genting, aku akan menggunakan peluit untuk memanggilmu.”

Alvarez terkekeh, ia mengangguk. “Ya baiklah.. tenang saja,”

Asmara mengangguk, ia pun meninggalkan Alvarez di danau itu. Kini hanya tersisa Alvarez
sendiri, menatapi danau yang tenang itu.
Bagian 2

Di suatu tempat yang gelap, Delcia sedang berjalan sendirian. Hingga ia memasuki
sebuah ruangan, ruangan itu cukup gelap, hanya sedikit cahaya yang masuk kedalam
ruangan itu. Delcia menunduk hormat, pandangannya kebawah.

Delcia: “Sebentar lagi saya akan menyelesaikan nya, dengan begitu.. anda dapat bebas
kembali, Yang Mulia.”

Raja Rafel: “Tentu.. tentu, dengan bebasnya diriku kembali, kupastikan aku akan
melenyapkan Lux dengan mudahnya. Aku sudah tidak nyaman berada disini, berani sekali
dirinya menyegelku dengan sihir Altam Poenam? jika saja diriku tidak lengah saat momen
itu terjadi, aku bisa memantulkan sihir itu kepadanya, dan dia yang seharusnya tersegel di
tempat seperti ini.”

Delcia: “Baik, Yang Mulia.. saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan
anda kembali dengan cepat.”

Raja Rafel: “Bagus.. aku akan menunggumu kapanpun, kau tahu akan konsekuensinya jika
kau melanggar Deadly Promise ‘bukan?”

Delcia: “Tentu saya tahu, Yang Mulia.. saya menjamin Yang Mulia akan bebas secepat
mungkin dari sini, dan tentu anda bisa mempercayakan nya kepada saya. Saya akan
membuat anda puas dengan hasil yang telah saya lakukan untuk membebaskan anda dari
mantra penyegel ini.”

Rafel mengangguk dan tersenyum kejam, Delcia merupakan tangan kanannya yang
sangat ia percayai. Bahkan, Delcia juga mengambil risiko yang sangat besar agar
rencananya itu berhasil. Hanya untuk membebaskan sang Raja Kegelapan- Rafel. Delcia
selama ini berakting dengan sangat baik dan mulus, tak ada yang mencurigai nya sama
sekali. Bahkan, para warga serta prajurit yang ada di kerajaan Olvia, kini juga mulai telah
mempercayai dirinya kembali. Betapa mulusnya rencana yang telah ia buat, bahkan para
Ksatria Legendaris yang lain juga masuk kedalam jebakannya.
Bagian 3

Saat para Ksatria itu berkumpul di markas mereka, mereka hanya melakukan hal yang
dapat mereka lakukan saat informasi misi mereka selanjutnya sedang dicari tahu oleh
Spade- pemimpin mereka, atau yang biasa dikenal juga sebagai Asmara. Asmara sedang
sibuk melihat surat-surat laporan yang telah sampai di markas mereka. Menyusun rencana,
serta memilah misi yang harus mereka kerjakan terlebih dahulu, atau sebagai prioritas.
Hingga Asmara menemukan sepucuk surat yang menarik perhatiannya. Tulisan surat itu
tertulis dengan menggunakan pena bulu, dan tulisan tersebut persis sekali dengan tulisan
milik Delcia, yang meminta tolong bahwa di daerah perbatasan Olvia-Vermillion ada sebuah
penyerangan sihir yang tak dikenali.

Asmara menatap para Ksatria yang ada di markas mereka, dan benar saja bahwa
ternyata Delcia tak ada di markas. Asmara langsung membawa surat itu, dan memberitahu
kedua Ksatria tersebut.

Asmara: “Diamond mengirimkan kita surat, ada penyerangan di daerah perbatasan Olvia-
Vermillion. Kita harus segera bergegas untuk pergi kesana, Heart, kau harus melaporkan
para prajurit Olvia untuk mengamankan kerajaan. Setelah itu, menyusulah di daerah
perbatasan!”

Dita: “Baik, aku mengerti.”

Ketiga Ksatria tersebut langsung bergegas untuk menjalani misi mereka, Heart
memberitahu prajurit-prajurit Olvia untuk mengamankan kerajaan. Setelah itu, ia bergegas
menuju ke daerah perbatasan tersebut. Sesampainya Heart disana, ia menatap Spade dan
Clover yang sedang bingung akan sesuatu. Heart menghampiri mereka, dan bertanya pada
mereka.

Dita: “Dimana penyerangan-nya? apa kalian sudah menyelesaikan nya?”

Asmara: “Apa? tidak.. belum, Heart, apakah kau melihat-” belum sempat Asmara
menyelesaikan perkataan nya, tiba-tiba saja bagian samping perutnya ditusuk dengan
menggunakan pisau. Asmara terkejut dengan itu, tusukan itu melumpuhkan nya. Asmara
terjatuh ke tanah, dan Alvarez serta Dita langsung menyerang seseorang tak telah
menusuk Asmara. Namun, saat mereka dapat melihat wajah sang penusuk, itu adalah
Delcia. Ia yang menusuk Asmara.

Alvarez: “DELCIA! APA KAU BUTA?! KAU BARU SAJA MENUSUK ASMARA!”

Dita terkejut dengan itu, sedangkan wajah Alvarez tampak menahan emosinya.

Delcia: “Tepat sasaran, ya..? tidak.. aku tidak buta. Asmara memanglah sasaran-ku,
dengan ia lumpuh seperti ini, rencanaku akan bisa berjalan dengan lebih baik!”

Katanya, ia langsung mengeluarkan pedangnya, dan menyerang Alvarez. Sedangkan Heart


dengan wajah yang panik, berusaha tenang untuk menyembuhkan Asmara. Darahnya
sudah bercucuran dimana-mana.
Dita: “Asmara! bertahanlah!”

Asmara: “Tidak.. saat ini, fokuslah dengan menyerang Delcia. Jangan pedulikan diriku
terlebih dahulu, kalian harus melumpuhkan Delcia terlebih dahulu.”

Dita: “Tapi-”

Asmara: “CEPAT! tidak ada waktu lagi!”

Mendengar tegasan itu, Dita mengangguk, dan langsung menyusul Alvarez dan
menyerang Delcia. Hingga tiba-tiba saja, Delcia menghilang, itu membuat Alvarez serta
Dita mencari-cari Delcia. Dan tidak menemukan nya dimanapun, mereka berdua pun
menghampiri Asmara, namun.. Asmara juga hilang. Tempat tergeletaknya Asmara tadi,
hanya ada sebuah kertas dengan sebuah tulisan,

Dita: “Keselamatan-nya bergantung dengan waktu..?”

Setelah membaca itu, mereka langsung bergegas pergi ke kerajaan Olvia terlebih
dahulu, untuk melaporkan kejadian ini pada Raja Raiden dan juga Ratu Cassandra.

Bagian 4

Disisi lain, Asmara terbangun dengan tangan serta kakinya yang terikat. Ia merasa
kesusahan untuk melepaskan tali tersebut, ia merasa luka di bagian samping kanan
perutnya sudah di obati, walaupun masih terasa perih. Saat sedang sibuk-sibuknya ia
berusaha melepaskan tali tersebut, dua orang masuk kedalam ruangan tersebut. Asmara
yang tadinya sedang berdiri, ia terjatuh dengan di dorong oleh Raja Rafel. Asmara sempat
meringis kesakitan, dan menatap tajam pada Raja Rafel, serta seseorang di belakangnya.
Siapa lagi jika bukan Delcia?

Asmara: “Kau- bagaimana kau bisa terbebas dari segel itu?!”

Raja Rafel: “Haha.. setelah berusaha dengan maksimal, aku bisa bebas dari segel itu. Kau
seharusnya tahu, Putri.. bahwa kekuatanku juga sebanding dengan Lux.”

Asmara: “Siapa yang kau maksud Lux itu?!”

Raja Rafel: “Tentu saja itu adalah Raiden, ayahmu. Kami memiliki julukan masing-masing,
ia adalah Lux, sang Cahaya. Dan aku adalah Tenebris, sang Kegelapan. Yah.. kami sudah
jarang memakai julukan itu. Namun kini, aku akan memakai julukan itu lagi. Kali ini, kita
akan berperang dengan dahsyat.. hingga semua Kerajaan menjadi korbannya! tak akan
ada manusia sihir lagi setelah aku melenyapkan semuanya. Membuat era baru, tanpa
adanya sihir! jika hal itu telah terjadi.. kami yang mempunyai sihir, bisa memperbudak para
manusia lemah itu.”

Asmara: “Huh, licik juga rencanamu. Namun, tak ada sihir sebesar itu. Mungkin ada, tapi,
risiko nya terlalu berbahaya. Kau mengambil keputusan yang salah,”
Raja Rafel: “Kali ini, rencanaku akan berhasil. Kau tahu? aku akan-”

Belum sempat Raja Rafel menyelesaikan kata-katanya, seseorang telah menodongkan


pedangnya di belakang leher Raja Rafel. Tak hanya dia, Delcia juga di todongkan dua
pedang oleh Alvarez dan juga Dita.

Raja Raiden: “Kau akan mati hari ini juga, Tenebris.”

Raja Rafel: “Wah-wah.. cepat sekali kau datang kemari? apa kau menggunakan
kekuatanmu yang itu lagi? apa kau tidak takut buta?” katanya dengan mengejek.

Raja Raiden: “Jika itu terjadi, aku tak peduli. Keselamatan dunia dan keluargaku adalah
prioritas. Beraninya kau melukai Asmara dan membuat kehancuran di perbatasan. Jika
sudah seperti ini, aku tidak segan-segan untuk membunuh-mu sekarang juga.”

Raja Rafel: “Haha. Sayang sekali, namun kali ini.. akulah yang akan membunuh-mu!”

Penyerangan terjadi, antara Raja Rafel dan Raja Raiden. Alvarez melawan Delcia, dan
Dita melepaskan tali yang mengikat tangan serta kaki Asmara dengan cepat. Hingga
akhirnya, Raja Raiden terjatuh di tanah, di serang dengan menggunakan sihir ataupun
dengan kekuatan fisik.. tak mampu melemahkan nya. Hingga Raja Raiden berada di
kondisi yang kritis, tiba-tiba saja Raja Rafel berhenti.

Raja Rafel: “Ini merupakan tanda-tanda kemenangan-ku, lihatlah nanti Lux. Aku akan
membuat dunia ini hancur.” katanya, setelah itu menghilang begitu saja.

Asmara serta kedua Ksatria lainnya, menghampiri Raja Raiden, “Ayahanda, bisakah kau
berjalan?” kata Asmara.

Raja Raiden: “Aku masih bisa berjalan.. hanya membutuhkan sedikit bantuan,”

Bagian 5

Raja Raiden pun berjalan kembali ke kerajaan dengan dibantu oleh Asmara dan juga
Alvarez, sesampainya di kerajaan Olvia, Ratu Cassandra menatap kedatangan suaminya-
Raja Raiden, dan putrinya Asmara serta Alvarez dan juga Dita. Saat Ratu Cassandra
melihat suaminya yang terluka, ia berlari menghampiri dirinya dengan rasa cemas yang
membeludak di pikirannya.

Ratu Cassandra: “Suamiku! apa yang terjadi?”

Raja Raiden: “Ini semua ulah Rafel.. sihir penyegelan Altam Poenam milikku tak dapat
menahan kuat sihirnya, ternyata itu hanya dapat menahan dirinya selama beberapa tahun..
sihirnya juga semakin kuat. Itulah mengapa Rafel bisa bebas dari sihir penyegelan ku,”

Ratu Cassandra: “Lalu.. apa yang harus kita lakukan? membunuh-nya pasti akan sangat
sulit, bukan?”
Raja Raiden: “Perang akan terjadi lagi.. kali ini akan sangat lebih berbahaya daripada
perang sebelumnya. Rafel ingin menghancurkan dunia sihir, dan membuat era baru tanpa
adanya sihir. Jika rencana nya itu berhasil, kita semua dalam keadaan yang berbahaya.”

Hingga beberapa minggu kemudian, Rafel benar-benar memegangi perkataan-nya itu.


Perang benar-benar terjadi, Raja Raiden serta Ksatria Legendaris yang tersisa lagi-lagi
berjuang dengan susah payah, banyak prajurit dari kerajaan-kerajaan lain yang membantu
untuk mengakhiri perang besar ini. Perang itu terjadi selama beberapa bulan, banyak sekali
korban yang berjatuhan, tak ada henti-hentinya pasukan Raja Rafel menyerang, dan Raja
Raiden yang sangat berusaha untuk menggagalkan rencana Rafel. Begitu juga dengan
para Ksatria Legendaris, dengan semua sihir serta kekuatan fisik mereka, mereka kerahkan
untuk menyerang para pasukan Raja Rafel yang tak ada habisnya.

Beberapa kali mereka juga mengalami kondisi yang kritis, bahkan Ratu Cassandra juga
ikut turun ke medan perang. Setelah perjuangan mereka berbulan-bulan, Raja Rafel
menyerah setelah kondisinya sangat kritis. Delcia mengikuti arah Raja Rafel, setelah
perang selesai, tak ada seorang pun yang melihat kemana mereka berdua pergi. Dengan
perlahan beberapa kerajaan pulih kembali, walau banyak sekali korban yang t’lah
meninggal, di kuburkan di tempat yang layak dan mempunyai pemakaman mereka
tersendiri. Bernama, Pemakaman Korban Perang 1987. Kerajaan Olvia juga sudah kembali
seperti biasa.

Dan kini, Asmara sedang berlari menuju ke tempat favoritnya itu, danau yang berjarak
cukup jauh dan tersembunyi di belakang kerajaan. Setelah sampai, Asmara menatap
Alvarez yang sedang berdiri di pinggiran danau.

Asmara: “Jadi.. ada apa kau memanggilku kemari?”

Alvarez menatap Asmara dengan senyuman tertampil di wajahnya, “Akhirnya kau datang
juga. Aku.. ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu,”

Asmara: “Tentang..?” Alvarez menghela nafas gugup, ia dengan perlahan mulai berlutut di
depan Asmara, dan mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. Membuka kotak kecil itu dan
memperlihatkan sebuah cincin yang indah nan menawan. Mata Asmara terbelalak menatap
cincin itu, dan menatap Alvarez seakan-akan meminta penjelasan lebih.

Alvarez: “Sudah cukup lama aku memiliki perasaan yang lebih pada dirimu, aku senang
saat mengerjakan misi denganmu. Banyak hal yang telah kita lewati bersama-sama, dan
aku sudah memutuskan apa yang akan ku lakukan selanjutnya. Jadi.. maukah kamu
menikah denganku, Asmara Raespati Adhiyaksa?”

Asmara menutup mulutnya dengan kedua tangannya, terkejut. Hingga beberapa saat
kemudian, ia menganggukkan kepalanya dengan senang. Alvarez tersenyum dengan itu,
dan memasangkan cincin itu pada jari manis yang berada di tangan kanan Asmara. Setelah
momen itu, mereka berdua kembali ke istana Olvia, dan Alvarez meminta restu pada Raja
Raiden dan juga Ratu Cassandra. Mereka berdua menyetujui perihal itu, tak membutuhkan
waktu yang lama, sebulan kemudian merekapun menikah. Alvarez Biantara dengan Asmara
Raespati Adhiyaksa. Mereka berdua pun yang memimpin kerajaan Olvia sekarang, Raja
Raiden dan Ratu Cassandra memberikan takhta kerajaan kepada mereka berdua. Kerajaan
Olvia semakin damai dan sejahtera, mereka berdua disukai oleh warga Olvia, serta dengan
kerajaan-kerajaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai