Anda di halaman 1dari 7

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN FUNGSI SYARAF

PADA PENDERITA KUSTA

1. Pemeriksaan fungsi syaraf untuk mencegah kecacatan di lakukan untuk semua penderita kusta yang
berkunjung ke Puskesmas baik yang masih berobat maupun yang sudah RFT (release from treatment).
2. Dilakukan setiap kali penderita berkunjung ke Puskesmas, atau saat petugas berkunjung ke rumah
penderita ( minimal 1 bulan sekali).
3. Hasil pemeriksaan dicatat pada form pencegahan cacat (Form POD)secara lengkap sesuai
petunjuk(setiap kali berkunjung).
4. Segera menindak lanjuti kelainan yang ditemui antara lain:
 Perawatan diri
 Pengobatan reaksi
 Merujuk penderita.

PERSIAPAN PEMERIKSAAN FUNGSI SYARAF


1. Siapkan form POD, jangan lupa menulis tanggal pemeriksaan.
2. Siapkan Ballpen yang ringan untuk tes rasa raba.
3. Penderita di minta duduk dengan santai berhadapan dengan pemeriksaan.
4. Pemeriksaan secara berurutan dari kepala sampai kaki agar tidak ada yang terlewatkan.

CARA PEMERIKSAAN FUNGSI SYARAF


I. MEMERIKSA SYARAF FACIALIS
a. Penderita diminta untuk menutup mata secara perlahan.
b. Di lihat dari depan dengan dagu di angkat sedikit, apakah mata mrnutup dengan sempurna (tidak
ada celah).
c. Bagi mata yang menutup tidak rapat, di ukur lebar celahnya,lalu dicatat
Misal,lagopthalmus……ya/tidak……….bila ya…….3mm(ditulis).

II. ANGGOTA BADAN BAGIAN ATAS

1. Memeriksa syaraf ulnaris


a. Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita dengan posisi siku
sedikit di tekuk sehingga lengan penderita dalam keadaan relaks.
b. Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari syaraf ulnaris di sukus
ulnaris yaitu pada lekukan di antara tonjolan tulang siku dan tonjolan kecil di bagian
medial(epicondilus medialis).
c. Dengan memberikan tekanan ringan, syaraf ulnaris digulirkan dengan lembut sambil melihat
mimic/reaksi penderita…………….tampak kesakitan atau tidak
d. Kemudian dengan prosedur yang sama memeriksa syaraf ulnaris kiri.
2. Memeriksa kekuatan jari kelingking
a. Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari2,3,4 tangan kanan penderita dengan telapak
tangan penderita menghadap ke atas dan posisi extensi, dan jari kelingking bebas
bergerak(tidak terhalang tangan pemeriksa)
b. Penderita di minta menggerakkan jari kelingking ke lateral medial(buka ke samping-menutup
kea rah jari manis).
c. Bila penderita dapat membuka dan menutup jari dengan sempurna, penderita di minta
membuka kelingking maksimal ke samping dan menahannya, lalu pemeriksa menekan pada
pangkal kelingking ke arah jari manis(menutup).

Kesimpulan :

 Bila buka tutup sempurna (+), tahanan(+)…………….Kuat/K


 Bila buka tutup sempurna (+), tahanan(-)…………….lemah tahanan/LT
 Bila menutup(-), gerak ke lateral medial terbatas…………lemah gerak/LG
 Bila gerakan buka tutup(-),hanya bias bergerak ke atas-bawah……..lumpuh/P

3. Periksa syaraf medianus


Dengan memeriksa kekuatan ibu jari
a. Tangan kiri pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan kanan penderita
agar tangan penderita menghadap ke atas, dan dalam posisi ekstensi.
b. Dengan tangan kanan pemeriksa membantu agar ibu jari penderita di tegakkan ke atas
sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan penderita(seakan akan menunjuk kearah
hidung)dan penderita di minta untuk mempertahankan posisi tersebut.
c. Letakkan jari telunjuk kanan pemeriksa pada pangkal ibu jari penderita di garis batas telapak
dan punggung tangan,lalu pemeriksa member tekanan pada ibu jari tersebut kearah
pemeriksa/kearah telunjuk penderita.
d. Dengan cara yang sama memeriksa ibu jari tangan kiri.

Kesimpulan :

 Bila tegak ke atas (+), kuat tahan tekanan (+)…………….kuat/K


 Bila tegak ke atas (+), tidak tahan tekanan (-)…………….lemah tahanan/LT
 Bila tegak ke atas (-), gerakan keatas terbatas…………….lemah gerak/LG
 Bila tegak ke atas (-),hanya bergerak horizontal sejajar telapak tangan………lumpuh/P

4. Periksa syaraf radialis


Dengan memeriksa kekuatan pergelangan tangan
a. Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan penderita.
b. Penderita di minta menggerakkan pergelangan tangan kanan ke atas (ekstensi).
c. Penderita di minta bertahan pada posisi ekstensi(ke atas) tersebut,lalu dengan tangan kanan
pemeriksa menekan tangan penderita ke bawah kearah flexi.

Kesimpulan :

 Bila tahanan (+)…………kuat/K


 Bila tahanan(-)………….lemah tahanan/LT
 Bila gerakan ekstensi terbatas………….lemah gerak/LG
 Bila ekstensi(-)…………lumpuh/P
5. Pemeriksaan rasa raba
a. Alat : ballpen plastic yang ringan.
b. Cara : Ujung ballpen di sentuhkan secara ringan / lembut pada titik2 yang di periksa dan
segera di angkat kembali.
c. Posisi penderita : tangan yang akan di periksa di letakkan di atas meja/paha penderita atau
bertumpuh pada tangan kiri pemeriksa, sehingga semua ujung jari tersanggah.
d. Pra pemeriksaan :
 Memberikan penjelasan pada penderita apa yang akan di lakukan padanya,dan
memperagakan dengan menyentuhkan ujung ballpen pada lengannya.
 Bila penderita merasakan sentuhan tersebut di minta untuk menunjuk tempat sentuhan
tersebut dengan jari yang lain.
 Tes diulang sampai penderita mengerti dan kooperatif.
e. Pemeriksaan yang sesungguhnya :
 Penderita di minta menutup mata.
 Penderita di minta menunjuk tempat yang terasa di sentuh.
 Dengan ujung ballpen pemeriksa menyentuh tangan penderita pada titik2 sesuai
dengan gampar pada form POD( secara acak).

Kesimpulan :

 Bila rasa(+)………………V
 Bila rasa(-)……………….X

III. ANGGOTA BADAN BAGIAN BAWAH

1. Pemeriksaan nervus peroneus communis


Lokasi : di collum fibula, kurang lebih 1 jari belakang caput fibula(bagian lateral)
a. Penderita di minta duduk dengan kaki dalam keadaan rileks.
b. Pemeriksa berada di hadapan penderita dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri dan tangan
kiri memeriksa kaki kanan.
c. Pemeriksa dengan jari telunjuk dan tengah meraba caput fibula(di bawah lutut,tulang yang
paling menonjol ke samping luar/lateral),Nervus peroneus terletak persis di belakang caput
fibula tersebut.
d. Dengan tekanan yang ringan,syaraf tersebut di gulirkan bergantian kiri dan kanan, sambil
melihat mimic/reaksi penderita apakah kesakitan.

2. Pemeriksaan nervus tibialis posterior


Lokasi : di bagian belakang dan bawah dari mata kaki sebelah dalam(maleolus medialis)
a. Penderita masih dalam posisi duduk rileks.
b. Dengan jari telunjuk dan tengah meraba N.Tibialis Posterior pada bagian belakang dan
bawah maleolus medialis (1/3 jarak maleolus medialis ke ujung tumit),lalu di gulirkan sambil
melihat mimic/reaksi dari penderita.
3. Pemeriksaan kekuatan kaki
a. Penderita diminta mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap terletak di lantai/ekstensi
maksimal(seperti berjalan dengan tumit)
b. Penderita di minta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa dengan kedua tangan
memegang punggung kaki penderita, lalu menekan dengan kuat punggung kaki penderita ke
bawah/ke lantai.

Kesimpulan :

 Bila tahanan (+)…………..kuat/K


 Bila ekstensi(+),tahanan(-)…………lemah tahanan/LT
 Bila gerakan ekstensi terbatas…………..lemah gerak/LG
 Bila gerakan ekstensi(-)……….lumpuh/P

4. Pemeriksaan rasa raba kaki


a. Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki menghadap ke atas.
b. Tangan kiri pemeriksa menyanggah ujung jari kaki penderita.
c. Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba tangan, titik2 yang diperiksa sesuai dengan
form POD.
d. Pada daerah yang menebal boleh sedikit menekan dengan cekungan berdiameter 1 cm.
e. Jarak penyimpangan yang bisa diterima maksimal 2,5 cm.

Kesimpulan :

 Bila rasa (+)………V


 Bila rasa(-)………..X
DIAGNOSIS KUSTA

DIAGNOSIS PENYAKIT KUSTA HANYA DAPAT DI DASARKAN PADA


PENEMUAN TANDA UTAMA (CARDINAL SIGN): YAITU………………

1. LESI (KELAINAN) KULIT YANG MATI RASA.


Kelainan kulit dapat berbentuk bercak keputih- putihan(hipopigmentasi)atau kemerah-
merahan (eritema).mati rasa dapat bersifat kurang rasa(hipestesi)atau tidak merasa sama
sekali(anastesi).

2. PENEBALAN SYARAF TEPI DISERTAI GANGGUAN


FUNGSI SYARAF.
a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa.
b. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (parese) atau kelumpuhan(paralise).
c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering,retak,edema dll.

3. BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) POSITIF


Bahan pemriksaan BTA di ambil dari kerokan kulit ( skin smear)asal cuping telinga
(rutin) dan bagian aktif lesi kulit.Pemeriksaan kerokan kulit hanya di lakukan pada kasus
yang meragukan.

SUSPECK KUSTA

1. TANDA PADA KULIT


a. Kelainan kulit berupa bercak merah atau putih,atau benjolan.
b. Kulit mengkilap.
c. Bercak yang tidak gatal.
d. Lepuh tidak nyeri.

2. TANDA PADA SYARAF


a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka.
b. Ganggaun gerak anggota badan atau bagian muka.
c. Adanya cacat(deformitas).
d. Luka yang tidak sakit.
PENATALAKSANAAN REAKSI

REAKSI RINGAN :
1. Berobat jalan, istirahat di rumah.
2. Beri analgesic/antipiretik……bila perlu obat penenang.
3. Mencari dan menghilangkan factor pencetus.
4. MDT tetap di berikan dengan dosis tidak di rubah.

REAKSI BERAT :
1. Immobilisasi local / istirahat di rumah.
2. Beri analgesic, sedative.
3. Reaksi tipe 1 dan tipe 2 berat di obati dengan prednisone sesuai protap.
4. MDT tetap di berikan dengan dosis tidak berubah.
5. Mencari dan menghilangkan factor pencetus.
6. Bila ada indikasi pasien harus di rawat……..rujuk RS
7. Reaksi tipe 2 berat berulang di obati dengan prednisone dan lamprene.

SKEMA PEMBERIAN PREDNISON PADA


ORANG DEWASA , REAKSI TIPE 1 DAN TIPE 2
BERAT…………
 2 minggu I : 40 mg/hari (1x8 tab) pagi sesudah makan.
 2 minggu II : 30 mg/hari (1x6 tab) pagi sesudah makan.
 2 minggu III : 20 mg/hari (1x4 tab) pagi sesudah makan.
 2 minggu IV : 15 mg/hari (1x3 tab) pagi sesudah makan.
 2 minggu V : 10 mg/hari (1x2 tab) pagi sesudah makan.
 2 minggu VI : 5 mg/hari (1x1 tab) pagi sesudah makan.

CATATAN :
Kasus reaksi berat pada wanita hamil atau penderita dengan komplikasi
penyakit lain harus di rujuk ke rumah sakit.
PENCATATAN DAN PELAPORAN KUSTA

TUJUAN :
 Identifikasi penderita.
 Mencatat diagnosis yang sudah di tegakkan.
 Mengetahui cara penemuan penderita.
 Mengetahui riwayat penyakit.
 Mngetahui tanda kelainan tubuh pada waktu di periksa pertama kali.
 Mengetahui keadaan cacat.
 Mengetahui keteraturan pengobatan.
 Mengetahui hasil pemeriksaan kontak.
 Mengetahui riwayat reaksi kusta.
 Mengetahui hasil pemeriksaan ulang.

TINGKAT CACAT MENURUT WHO :


 TINGKAT 0 : Tidak ada cacat pada telapak tangan, kaki
dan mata.
 TINGKAT 1 : Mati rasa pada telapak tangan dan kaki.
 TINGKAT 2 : Ada cacat yang terlihat , seperti luka,
jari2 bengkok,lagopthalmus.

PENATALAKSANAAN :
 Mengisi status secara lengkap dan benar termasuk form POD.
 Mengisi buku regester dan kohort ( monitoring pengobatan ).
 Membuat laporan bulanan.
 Membuat laporan tribulan.

Anda mungkin juga menyukai