Anda di halaman 1dari 21

NILAI KRITIS LAB

Kali ini saya share mengenai materi seminar ilmiah yang pernah saya bawakan di kota
Banjarmasin mengenai nilai Kritis tahun 2016 di RSU Suaka Insan Banjarmasin bersama DPC
PATELKI Banjarmasin. seperti kita ketahui nilai kritis merupakan salah satu yang dinilai dan
cari oleh surveyor dalam pemantauannya dipelayanan laboratorium.

Nilai Kritis sebaiknya dipantau setiap bulan dan dibukukan dalam buku pelaporan nilai kritis.

Ada baiknya, dicantumkan stempel bukti pelaporan nilai kritis yang ditandai dengan nama
pelapor, tanggal dan paraf untuk arsip rekam medik pasien distatusnya. bubuhan stempel pada
lembar hasil lab.

Nilai kritis lab, bisa dibuat waktu pelaporan limitnya sesuai dengan kecepatan pemeriksaan dan
banyaknya parameter yang diminta. misalnya 30 menit, 60 menit atau bahkan 10 menit.

Perlu diketahui disini bahwa merumuskan nilai kritis hanya dicantumkan dengan kemampuan
parmeter yang diperiksa dilab, jangan yang tidak ada dimasukkan.

Penyusunan nilai kritis juga harus melalui rapat bersama dengan dokter dan ditetapkan dalam
bukti notulen rapat.

Nilai krtitis sebaiknya staf lab harus hafal dan diletakkan ditempat yang mudah dilihat.

Nilai kritis juga mencantumkan alur pelaporan sehingga terjadi sistem yang sudah teratur dan
terarah.

Nilai kritis pasien dilaporkan ke bagian mutu RS atau FKTP sebagai indikator mutu lab.

Penyusunan nilai kritis, parameter yang didahulukan adalah hematologi dan kimia klinik,
menyusul yang lain

#NilaiKritisLab
#AkreditasiLab
#ATLM
#MariBelajarOnline
Ilmu Laboratorium Kesehatan sebagai bagian integral ilmu kesehatan
merupakan ilmu yang membahas tentang aspek laboratorium, namun tidak
hanya dalam menunjang diagnosis, membantu diagnosis, menegakkan diagnosis,
differensial diagnosis, follow up penyakit dan prognosis penyakit, tapi juga
membantu dalam mengkontrol suatu kondisi epidemiologi penyakit, kejadian
keracunan, wabah menular dan tingkat sanitasi kesehatan melalui parameter
kimia air, kimia makanan minuman dan kimia farmasi toksikologi
HEMATURIA
ZAT BESI (Fe)

ATLM Indonesia.....
Malam ini bahasan kita mengenai besi (Fe).

Fe merupakan unsur esensial sebagai ion sentral dari heme dan myoglobin serta sitokrom.
Kekurangan Fe menyebabkan gagal sintesis heme dan terjadi anemia dan hipoksia
jaringan. Zat besi dalam tubuh dapat dikontrol asupan, namun ekskresi tidak dapat. 65%
besi dalam tubuh terikat dalam molekul hemoglobin pada RBC, 4% dalam myoglobin.
30% dalam bentuk ferritin dan hemosiderin.

Asupan:
Asupan besi dalam diet 0.35 mmol per hari. Zat besi dalam jaringan berikatan dengan
protein penyimpanan besi Ferritin dan hemosiderin. Sekitar 1% besi tubuh berikatan
dengan glikoprotein pengikat besi, Transferin.
Besi dari makanan, dalam lambung dan duodenum diubah jadi besi Ferro dan
diproksimal jejenum diserap ke darah dalam bentuk ferri dan diangkut oleh transferin ke
sumsum tulang dan jaringan.

Sebaran besi:
Distribusi penyimpanan besi berada dalam otot 300 mg, transferin 3 mg, hemoglobin
1800 mg, sumsum tulang 300 mg, hepar 1000 mg, makrofag 600 mg.

Pemeriksaan Lab:
Pemeriksaan besi (Fe) rutin bernilai diagnostik untuk melihat kelebihan Fe dan keracunan
besi ketimbang kekurangan besi.
Kadar transferin diukur sebagai Total Iron Binding Capacity (TIBC) dengan saturasi 30%
besi. Saturasi menurun pada kurang besi (sampai 15%) sementara meningkat pada
kelebihan besi. Mengukur cadangan besi dengan pemeriksaan kadar besi serum dan
TIBC. Saturasi transferin didapat dari kadar besi dikalikan 100% dibagi TIBC. Normal
20-45% transferin jenuh dengan besi. Anemia defisiensi besi dengan kadar besi serum
menurun, TIBC meningkat, saturasi transferin menurun. Penurunan saturasi transferin
sampai <5 anemia="" besi.="" defisiensi="" dipastikan="" nbsp="" p="">Pemeriksaan
Ferritin merupakan indikator penyimpanan besi tubuh, normal >12 ug/L.
Gambaran darah tepi anemia kekurangan zat besi berupa: eritrosit hipokrom, pusat
dengan konsentrasi hemoglobin rendah, akromia sentral meluas, ukuran sel kecil, MCV
dan MCH dibawah normal, dijumpai poikilositosis dan anisositosis.

Kelebihan zat besi:


Dapat terjadi karena transfusi darah yang lama, nutrisi parenteral berlebihan,
pembentukan RBC tidak efektif pada gagal ginjal, hemakromatosis dan keracunan zat
besi. Karena tubuh tidak ada mekanisme mengeluarkan kelebihan maka menumpuk
(akumulasi) dalam darah. Kadar ferritin serum 500 sd 5.000 ug/L.
#Besi
#ferritin
#TIBC
#Transferin

TERATOZOOSPERMIA
TERATOZOOSPERMIA

ATLM Indonesia.....
Teratozoospeemia merupakan masalah yang dialami pria saat perkawinan ternyata tidak
subur. Teratozoospermia adalah bentuk morfologi spermatozoa yang abnormal dengan
kata lain rusak atau cacat.
Akibat teratozoospermia, maka pasangan tersebut akan sulit mendapatkan anak, karena
kemampuan yang rendah sperma untuk bergerak mencapai sel telur untuk melakukan
penetrasi. Idealnya morfologi sperma diatas 75% harus normal.
Kelainan kepala, tengah dan ekor, maka pergerakan sperma akan lambat bahkan bergerak
berputar atau bergerak lambat, juga sama sekali tidak bergerak. Akibatnya gagal untuk
mencapai sel telur.

Kriteria menurut Kruger teratozoospermia 15% normal, sedangkan menurut WHO


mencapai 4% normal dari total keseluruhan morfologi spermatozoa.
Menurut Kruger, kriteria teratozoospermia terbagi menjadi 3 bagian:
1. Ringan bila 10-14 sperma normal
2. Sedang, bila 5-9% sperma normal
3. Berat, bila < 4% sperma normal.
Teratozoospermia dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan morfologi
spermatozoa dalam sekret sperma. Pemeriksaan dengan menggunakan hapusan dikaca
objek lalu diwarnai dengan zat warna seperti Wright atau giemsa atau Romanowsky.
Diperiksa dengan lensa objektif 100x dihitung jumlah sperma normal dan abnormal dan
disebutkan jenis kelainannya, terutama bentuk kepalanya.

Caranya:
1. Buat sediaan hapusan sperma pada objek gelas
2. Dikeringkan sediaan hapus
3. Diwarnai wright selama 1 menit, lalu tambahkan buffer fosfat pH 7.2 sama banyaknya,
dicampur merata.
4. Diamkan selama 20 menit. Dicuci dan keringkan.
5. Diperiksa dengan mikroskop lensa objektif 100x pakai imersi.

Abnormalitas dapat dilihat morfologi:


1. Kepala : Oval besar (macrooval), oval kecil (mikrooval), pipih (lepto), berbentuk pir
(piriform), kepala dua (duplicated), amorfous bentuk tidak menentu (terato), kepala
sangat kecil (microhead strongylus)
2. Bagian tengah (leher): bagian tengah tebal, bagian tengah patah, tidak mempunyai
bagian tengah.
3. Ekor: ekor sangat melingkar, ekor patah, ekor lebih dari satu (dobel), ekor terpilin
(kusut)
4. Immatur spermatozoa.

Dengan program bayi tabung, mungkin kasus teratozoospermia bagi pasangan akan
mendapatkan kehamilan/anak.
Simak video dan semoga bermanfaat, silahkan share.

#Teratozoospermia
#ATLM

#AnalisisSperma

SEL EPITEL GINJAL (RTE/RTC)


SEL EPITEL GINJAL (RTE/RTC)

Sel epitel tubular ginjal (Renal Tubular Epithelial Cell) adalah sel epitel dari ginjal yang
ditemukan dalam urine, biasanya dari tubulus ginjal. Mencari dan menemukan sel epitel
ini lebih bermakna klinis daripada sel epitel lainnya seperti transisional dan squamous,
karena terkait langsung dengan ginjal. Oleh sebab itu disebut sel epitel ginjal atau epitel
bulat.
Morfologi sel ini terlihat dengan inti yang letaknya eksentrik, sel berbentuk bulat, oval,
agak memanjang atau bahkan persegi.
Peningkatan jumlah sel ini terkait asalnya berada yaitu Tubulus proksimalis dan tubulus
distalis, fragmen nekrotik sel terutama pada kasus nekrosis tubular akut, keadaan dengan
kerusakan karena efek obat dan juga keracunan logam berat.

Kondisi lain, RTE ini dapat menyerap lemak sehingga dapat sitoplasma terdapat lemak
berupa vakuola yang menggeser inti hingga ke pinggir, sehingga terlihat morfologi
dengan butir-butir lemak, maka sel ini dinamakan oval fat bodies.

Sel RTE ini kadang sulit dibedakan dengan sel mononuklear WBC yang berukuran besar,
yang mungkin dengan pulasan papanicolaou dapat dibedakan.

Silahkan share jika bermanfaat.

#RTEcell
#SedimenUrine
#ATLM
#Epitelial

SEDIMEN KOVA
KOVA

Salam ATLM indonesia....

Kali ini kita bahas tentang sedimen urine yang menjadi salah satu kompetensi individual
spesial, karena tidak banyak yang menguasai sedimen urine. berbagai teknik dilakukan
untuk identifikasi sedimen dimulai dari teknik Native, Mikroskop Polarisasi, Teknik
Staining, hingga otomatisasi alat analyzer.
Namun merujuk pada keahlian individu dalam mengamati di lensa mikroskop, teknik
pengerjaan yang tepat akan menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas dan tepat.

Berikut ulasannya:
Salah satu tantangan lama yang terkait dengan pemeriksaan sedimen urin adanya
variabilitas hasil yang disebabkan oleh prosedur uji nonstandardized.
Semua itu meliputi variabel volume sampel awal, kecepatan dan durasi sentrifugasi,
volume sampel yang digunakan untuk resuspend sedimen dikemas, Pewarnaan
sedimen/tidak dan distribusi elemen pada slide.

Kova:
Kova ® Sedimen Urin sistem dirancang untuk mengatasi variabel dengan sistem standar
untuk persiapan dan pemeriksaan mikroskopis. Setiap spesimen diolah menggunakan
plastik berbentuk kerucut tabung pada ujung bawah sehingga lebih mudah terkonsentarasi
endapan sedimen pada dasar tabung walaupun dalam jumlah sedikit didapat. Setelah
sentrifugasi, sistem Kova mempertahankan sisa suspensi setelah dekantasi cairan urine.
Sisa sedimen kemudian ditambahkan perwarna urine khusus, misal sternheimer Malbin’s
untuk hasil mikroskopik maksimal. Tanpa penggunaan pewarna sedimen maka ada
elemen sedimen yang tidak dilaporkan.
Dengan pipet khusus yang panjang dan kecil maka dapat digunakan untuk mengeluarkan
setetes sedimen resuspended ke dalam slide bilik khusus untuk pemeriksaan mikroskopis.
Kova slide yang unik memberikan distribusi yang merata dari unsur-unsur mikroskopik
yang sangat meningkatkan visualisasi.

Paket Kova:
Paket Urine sistem Kova meliputi : 100 test kit mencakup 100 per tabung Kova, tutup
tabung, pipet tetes gondok, dan Bilik hitung kova berisi 5 baris berseberangan
berpasangan. Juga dilengkapi rak transportasi sekali pakai, sistem label, dan petunjuk
lengkap.
Yang paling unik adalah bilik hitung yang digunakan dalam sistem Kova berupa Glasstic
Kova terbuat dari plastik optik yang transparan bahan baku akrilik, sekali pakai,
dirancang khusus untuk mikroskopik urine atau cairan tubuh lain, mirip dengan bilik
hitung hemocytometer pada hitung sel darah, namun ada juga yang tidak memiliki skala
garis bagi.

Bilik Hitung:
Umumnya menggunakan garis bagi skala pada bilik hitung. Dalam menghitung sel-sel
ini, garis bagi yang lazim digunakan Fuchs Rosenthal atau Improved Neubauer. Namun
kelebihan bilik hitung sistem Kova memiliki 10 buah area bilik hitung dalam 1 slide,
letaknya berseberangan sehingga dapat melakukan pemeriksaan secara multi pada
beberapa sedimen urine. Slide ini memiliki bagian penutup terpisah satu sama lain dari 10
buah yang disediakan, untuk mencegah kontaminasi silang antar sedimen yang diperiksa
dan mencegah potensi penyebaran infeksi. Dibandingkan objek gelas konvensional dan
cover gelas konvensional, volume pada lapang pandang seragam sehingga monolayer
untuk masing-masing ruang cairan seragam. Dengan demikian tiap slide memiliki
kedalaman yang seragam dan standar, hasil pemeriksaan sedimen urine pun homogen
juga pada proses penyerapan masuknya kedalam slide.

Ada 4 jenis slide sistem Kova, yang dapat disesuaikan penggunaanya menurut keperluan
laboratorium, berikut jenis-jenis tersebut :
1. Slide II. Berupa slide untuk mikroskopik dengan 4 kamar pemeriksaan masing-masing.
Setiap kamar hitung dengan 0,15 mm ketinggian rongga untuk masuknya cairan sehingga
volume sedimen yang diberikan homogen.
2. Slide II dengan Grid Element. Sama seperti slide II, namun dengan penambahan garis
bagi bilik hitung 9 mm2 kotak ditengah masing-masing ruang untuk keperluan sedimen
secara kuantitatif.
3. Glasstic Slide 10 Slide. Slide mikroskopik dengan 10 kamar, dengan area yang besar,
optik tunggal, mirip dengan kacar dan memiliki bidang fokus tunggal.
4. Glasstic Slide 10 dengan Grid Chamber. Sama seperti glasstic slide 10 slide, namun
dengan penambahan kotak hemocytometer pada masing-masing kamar, sehingga dapat
digunakan untuk menghitung sel-sel sedimen urine dan bagian cairan tubuh lainnya per
mikroliter.

PEWARNAAN SEDIMEN URINE


Sedimen urine dahulunya diperiksa langsung tanpa pewarnaan dengan cara sentrifugasi
sejumlah urine 3-7 ml urine kedalam tabung sentifuge urine sehingga dihasilkan endapan
sedimen terkonsentrasi pada dasar tabung. Supernatan dibuang dan sedimen dikocok
perlahan, diteteskan pada objek gelas, ditutup dengan cover glass dan diperiksa dengan
mikroskop lensa objektif 10x dan atau 40x.

Kelemahan cara konvensional ini adalah :


1. Tabung sentirfuge yang digunakan tidak terlalu kerucut dibagian dasarnya sehingga
konsentrasi sedimen kurang maksimal, terlebih bila sentrifugasi urine terlalu singkat.
2. Elemen sedimen tidak terlihat jelas, hal ini terjadi false negatif bila dilakukan oleh
tenaga yang baru bekerja.
3. Berdasarkan survei saya secara pribadi terhadap hasil urine laboratorium Puskesmas,
lab klinik dan RSUD/RS swasta 70-80% pada umumnya, mereka hanya melaporkan
eritrosit dan leukosit disertai epitel positif, bakteri positif, kristal cuma Calcium oxalat
atau asam urat atau tripel fosfat. Bahkan pada kasus patologis (misal : pyuria, penyakit
ginjal kronik, Sindrom nefrotik) tetap saja mereka tidak menemukan ada unsur lain yang
lebih bermakna.
4. Tidak pernah melaporkan adanya Silinder : Hyalin (silinder hyalin dalam urine 24 jam
pasti ada ditemukan), silinder granular halus, silinder granular kasar, silinder RBC,
silinder WBC, silinder lemak, silinder lilin dan silinder lainnya.
5. Tidak pernah melaporkan adanya oval fat bodies pada kasus sindrom nefrotik, glitter
cell pada kasus penyakit ginjal kronik.
6. Tidak pernah melaporkan jenis-jenis epitel : transisional, squamous dan epitel
bulat/epitel ginjal/RTC (renal tubular cell) dan tidak dihitung per LPK
7. Tidak bisa membedakan unsur anorganik/kristal, karena lapang pandang
transparan/bening.
Kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara meneteskan 1 tetes pewarna
sedimen urine (Sternheimer Malbins) pada sedimen dan dikocok lalu diteteskan pada
objek gelas atau slide Kova kemudian diperiksa dimikroskop.

Keuntungan penggunaan pewarnaan ini adalah :


1. Latar belakang lapang pandang mikroskop terlihat berwarna ungu kemerahan sehingga
unsur sedimen kristal dapat terlihat jelas strukturnya.
2. Tidak merusak unsur sedimen urine.
3. Memberikan warna pada unsur sedimen, terutama unsur organik sesuai dengan
afinitasnya, sehingga akan terjadi perbedaan warna yang diserap oleh unsur organik
tersebut, strukturnya akan tampak jelas dan kontras (hampir mirip dengan pewarnaan
giemsa, namun tidak sebaik giemsa)
4. Matriks dari unsur silinder terlihat jelas, sehingga mudah dibedakan jenisnya
berdasarkan isi dalam silider tersebut.
5. Dapat membedakan dengan jelas epitel transisional, epitel squamous dan RTC, baik
dari segi afinitas zat warna, maupun struktur sel tersebut.
6. Dapat membedakan leukosit : leukosit ginjal (glitter cell) dan leukosit saluran
kemih/kelamin.
7. Bakteri terlihat jelas, trichomonas yang mati terwarnai dan yang hidup tidak terwarnai,
jamur Candida terlihat jelas strukturnya.
8. Eritrosit berwarna merah ungu, dengan morfologi yang normal, dismorfik, polimorfik,
creanated, mengembang, hal ini tergantung kausa, asal urine, pH urine dan kepekatan
urine.
9. Dapat dilakukan penundaan pemeriksaan unsur sedimen 1-3 jam pada suhu AC, 6-10
jam pada suhu refrigerator tanpa mengalami kerusakan sedimen dan tanpa pertumbuhan
bakteri.

Komposisi:
Komposisi Reagent Sternheimer Malbins adalah Reagen A : kristal violet 3 g, etil alkohol
95 % 20 ml, amonium oksaklat 0,8 g, aquades 80 ml dan Reagen B : safranin 0,1 g, etil
alkohol 95 % 40 ml, aquades 400ml. Larutan kerja : 3A+97B.; disaring setiap 2 minggu;
dibuat baru setiap 3 bulan. Kestabilan reagent ini rendah sehingga saat ini telah
diproduksi reagent dengan merk dagang seperti Sedi Uri Stain (AIM dari PT. Enseval
PM), Kova Sedimen Stain dan lainnya. Reagent ini relatif stabil, dikemas dalam botol
yang siap diteteskan.

Karakteristik Sedimen:
Karakteristik unsur sedimen yang terlihat pada pewarna sternheimer Malbins adalah
sebagai berikut :
1. Sel Darah Merah: Acid – ungu muda, Netral – Merah muda (tanpa pewarnaan),
Alkaline – ungu tua
2. Sel Darah Putih : Netrofilik (Nuclei : Merah ungu); (Cytoplasma : violet unguan)
3. Glitter sel : Biru terang hingga biru muda (Lebih besar dari pewarnaan sel cytoplasmic
granula dengan/tanpa perubahan Brownian)
4. Sel Epitel :
5. Renal Tubular : Ungu-gelap dan orange-ungu ; Bladder Tubular : Biru-gelap dan biru
muda ; Squamous : Ungu pink-violet (Single nucleus bulat berbeda dengan leukosit)
6. Hialine Casts : (Inclusions) Matrix dengan pink-ungu terang (sangat homogen)
7. Lembaran Granula Runcing : Granula ungu hingga pink
8. Lembaran rangkaian granula : Ungu pekat granula dan ungu (bendanya) , matriks
sering tidak terlihat.
9. Lembaran lemak : lemak tidak terwarnai dan backgroun ungu.
10. Lembaran sel merah : sel utuh lembayung dan latar ungu.
11. Hemoglobin : ungu gelap dan latar pink
12. Lembaran lilin : ungu terang hingga gelap (garis luar lebih jelas dari hyallline)
13. Bakteri : Mati – ungu gelap dan Hidup dan aktif – tak terwarnai (motilitas tidak
terpengaruh)
14. Spora Mycelia/jamur : ungu terang (batas sitoplasma tegas)
15. Trichomonas vaginalis : biru muda
16. Latar Belakang : pink muda
Perhatian:
Zat warna Sternheimer Malbins sebaiknya bila telah lama dibuka, disaring untuk
menghindari granul, endapan kotoran pada lapang pandang mikroskop. Zat warna
sternheimer Malbin dapat diencerkan 1:1 dengan NaCl 0,9% bila lapang pandang terlihat
gelap dan usaha untuk penghematan reagent.Sebaiknya kaca slide/objek gelas yang
digunakan disposable.

Semoga bermanfaat. Salam ATLM, silahkan share.

#SedimenUrine
#ATLM
#KOVA
#SternheimerMalbins
#ShihYung
#Staining
#Chamber
#KristalViolet
#Safranin
#BelajarOnline

PENGUKURAN KINETIK
FOTOMETER
Mengakhiri tahun 2016 ini, maka sebagai penutup marilah kita belajar mengenai teknik
pengukuran kinetik 3 titik dengan cara penurunan absorben atau istilahnya decrease atau
Falling.

Pengukuran kinetik yang dilakukan untuk penentuan aktifitas enzim, yaitu kecepatan
enzim untuk merubah substrat dengan test UV. Pengukuran secara fotometri aktifitas
enzim berdasarkan penurunan absorben per satuan waktu. Pengukuran ini disebut
pengukuran 3 titik, yaitu titik awal, kemudian titik kedua dan titik ketiga. Interval waktu
dapat 20 detik (K-20) atau 60 detik (K-60). Substrat yang digunakan berisi NADH, LDH,
Asam keto gluratarat dan L-alanine/L-aspartat dalam buffer pH 7,5. Dalam kebanyakan
reaksi enzimatik, co-enzim NAD dapat direaksikan menjadi bentuk reduksinya NADH
atau kebalikannya. NADH berlainan dengan NAD+, NADH mempunyai daya tembus
yang kecil sekali terhadap sinar UV dengan panjang gelombang tertentu (340 nm),
sedangkan NAD+ mudah ditembus sinar UV. Semakin banyak perubahan NADH
menjadi NAD maka terjadi penurunan absorben, atau absorbsi menurun sehingga sinar
UV lebih banyak diteruskan. Dengan menghitung banyaknya penguraian NADH menjadi
NAD+ maka konsentrasi substrat atau aktifitas enzim dapat ditentukan melalui
pengukuran ini dalam satuan waktu tertentu dalam interval kinetik. Enzim yang dapat
ditentukan cara ini antara lain : AST, ALT, LDH, CK, HBDH, Glukosa
Heksokinase dan Urea UV, dan lainnya.

Pengukuran enzimatik decrease ada 2 kemungkinan:


1. Pengukuran Linier = bila hasil pengukuran dari titik awal menuju titik akhir menurun
lurus (tidak patah), seperti menggaris diagonal lurus. Hal ini berarti kadar enzim dalam
batas normal atau rendah sehingga enzim hanya mampu memakai substrat setara dengan
yang ada dalam reagensia tanpa menghabiskan substrat tersebut.
2. Pengukuran tidak Linier = bila hasil pengukuran mendadak patah diawal pengukuran
untuk selanjutnya lurus hingga akhir pengukuran.
Hal ini karena aktifitas enzim yang sangat tinggi sehingga substrat yang disediakan dalam
reagensia dengan cepatnya habis diawal pengukuran, sehingga saat habis substrat yang
disediakan yang terlihat hanya grafik patah lurus mengikuti garis horizontal.

Kasus 1:
Tidak memerlukan pengenceran serum.

Kasus 2:
Harus dilakukan pengenceran serum mulai dari 2x, 4x, 5x, 8x, 10x, 12x, 15x, 20x hingga
30x. tergantung grafik pengukuran yang diperlihatkan alat fotometer.

marilah kita bahas pengenceran spesimen serum.


Dalam Kegiatan laboratorium adakalanya menemui kesulitan pada saat melakukan
pengukuran, salah satunya yang paling terbanyak adalah tidak linearnya pengukuran
karena kadar yang sangat tinggi suatu zat yang diukur sehingga reagensia yang digunakan
tidak mampu/tidak setara dengan zat tersebut dalam kemampuan pengukurannya
sehingga masih ada yang tidak ikut bereaksi.
Tidak jarang klinisi merasa bingung karena secara klinis pasien mengalami gangguan,
namun hasil pengukuran normal atau lebih rendah. Hal ini berakibat tidak percayanya
klinisi sebagai pengguna jasa laboratorium untuk meminta pemeriksaan di laboratorium
A dan meminta seluruh pasiennya memeriksa di laboratorium B yang lebih terpercaya
pemantapan mutu laboratoriumnya.Setiap analis kesehatan yang bekerja, tidak semuanya
menguasai ilmu ini, hal ini kurangnya pengetahuan tentang linearitas, alat yang tidak
dirawat dengan baik, pemantapan mutu yang tidak baik dan bekerja kurang teliti serta
tidak tanggap dengan warning yang diberikan oleh alat.
Pengukuran yang baik, apabila grafik pengukuran berbentuk lurus atau sedikit lengkung,
kondisi ini pengukuran linear. Sedangkan pengukuran buruk bila berbentuk huruf L
sehingga tampak patah. Kondisi inilah yang disebut tidak linear pengukuran.
Pengencer yang digunakan pada pemeriksaan ini bisa NaCl 0,9% atau aquabidest steril.
Namun yang paling sering digunakan adalah NaCl 0,9%, apabila tidak ada dan dicurigai
terjadi gangguan pemeriksaan sebaiknya menggunakan aquabidest, terutama apabila
pemeriksaan elektrolit.

Contoh Soal 2 :
Data pengukuran enzim GOT/AST didapatkan kadar -15 U/L, terlihat ada flag
pemeriksaan tidak linear dan grafik pengukuran selama 60 detik terlihat titik-titik
pengukuran menurun patah seperti huruf L tidak rata. Linearitas pengukuran kit merk
yang digunakan 600 U/L. tersedia serum sisa hanya 500 µL dan alat dapat mengukur bila
500µL serum tersedia. apa yang harus dilakukan Analis ?
Jawab :
Keputusan :
Serum diencerkan sebanyak 10x dengan perbandingan 1+9, 1 bagian serum dan 9 bagian
pengencer dan hasil dikalikan dengan 10.
Cara :
100 µL serum ditambah dengan 900 µL pengencer, dicampur dan diambil sebanyak 500
µL serum dan dilakukan pengukuran.

Periksa kembali dengan fotometer dan hasil dikalikan dengan 10x

Hasil :
Pengukuran didapatkan aktifitas enzim AST 250 U/L. jadi aktifitas sebenarnya enzim
AST pasien :
AST = aktifitas AST x pengenceran
= 250 U/L x 10
= 2.500 U/L
Tidak terukur :
Seandainya tidak dilakukan pengenceran, maka AST tidak terukur :
AST tidak terukur = aktifitas AST setelah pengenceran – aktifitas AST awal
= 2.500 U/L – (-15 U/L)
= 2.515 U/L

Bila Bermanfaat silahkan share dan like.

Untuk lebih jelasnya pengenceran serum oleh NaCl 0.9% dapat dilihat pada gambar yang
terlampir.

#PengukuranEnzimatik
#Kinetik
#Decrease
#ASTdanALT
#StudiKasus
KECEPATAN CHARGER (AMPERE)
KECEPATAN CHARGER (AMPERE)

Seberapa cepat HP anda mencharger????

Untuk jelasnya dan sederhananya, coba download aplikasi ampere di play store. Instal
dan buka saat charger. Maka akan terlihat arus yang masuk.

Ampere
Arus listrik yang masuk dari port charger akan dibaca aplikasi dalam bentuk mA. Contoh
pada gambar 1520 mA yang berarti 1.5 A arus yang masuk mengisi baterai HP. Semakin
tinggi, semakin cepat baterai penuh.

Quick Charger (QC)


Berkembangnya Quick Charger yang dibuat oleh Qualcomm pada prosesor
Snapdragonnya, dari QC 1.0 yang mana mencapai 1 A (1000 mA) maka proses charger
lebih cepat.
Namun ditingkatkan lagi dengan QC 2.0 yang arusnya mencapai 2000 mA yang dapat
ditemukan pada prosesor misalnya Qualcomm snapdragon 650. Pada layar handphone
akan ada logo petir disebelah baterai.
QC 3.0 lebih cepat lagi dengan arus yang masuk mencapai 3000 mA yang ditemukan
disalah satu perangkat Xiaomi Mi Max 2 USB type C sebagai port charger menggunakan
prosesor Qualcomm snapdragon 625. Pada layar HP akan terlihat logo petir lingkaran.
(Lihat gambar).
Namun pada xiaomi redmi 5 plus, QC 3.0 ini dikunci hanya support QC 2.0 saja karena
menghemat biaya produksi dan bayar lisensi ke qualcomm. Jadi arus yang keluar hanya
mencapai 2000 mA saja, walaupun prosesor Snapdragon 625 sudah support.
Saat ini prosesor terbaru Qualcomm sudah mendukung QC 4.0 dan QC 4.0+.

Charger QC 3.0
Belilah charger yang ada logo QC 3.0 untuk charger yang lebih cepat dan efisien.
Beberapa merk seperti: Aukey, Ugreen, tronsmart, Fonken, Wellcomm, Anker, Xiaomi
sudah ada, asalkan dalam kotak dan pada charger tertulis QC 3.0 dan ada logo petir
lingkaran.

Powerbank QC 3.0
Akhir-akhir ini beredar Powerbank QC 3.0 untuk charger yang lebih cepat dan efisien,
maka samgat direkomendasikan untuk beli jenis ini, apabila HP teristimewa pakai
prosesor Snapdragon terbaru.
Port Charger HP
Handphone saat ini hanya ada 2 jenis port charger yaitu MicroUSB paling terbanyak
populasi mencapai 80% handphone android dan sisanya USB Type C (20%) populasi
handphone dunia. USB Type C biasa hanya ada di Handphone kelas menengah ke atas
dan tidak akan ditemui pada HP kelas bawah (baca: murah). Type lebih cocok untuk QC
3.0 bahkan QC 4.0 dan QC 4.0+.
Standar yang tidak biasa ditemukan di produk apple, USB lighting standar mereka.

Kabel Charger:
Pada umumnya kabel charger terbaru sudah rata-rata efisien dalam mengantar arus listrik
dan mendukung charger cepat. Beberapa merk mengklaim lebih baik misalnya kabel
merk Aukey, Ugreen atau Anker dalam menghantarkan arus listrik.

USB 2.0 dan USB 3.0 Komputer:


Arus yang dihasilkan USB 2.0 komputer kecil dibawah 500 mA, maka lambat dalam
charger HP, namun bila pakai USB 3.0 komputer (warna biru bagian dalam port) akan
lebih cepat diatas 500 mA arusnya. Yang lebih cepat lagi bila USB type C 3.1 pada
komputer.

Sekian ulasan ini, hanya dalam lingkup prosesor snapdragon terhadap QC. Walaupun
prosesor jenis lain ada seperti Mediatek, Kirin, Broadcom, Exynos, Spreadtrum. Masing-
masing ada teknologi charger cepat.

#
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
SPUTUM TB PARU
Tiba saatnya menutup tahun 2017 dengan posting tentang panduan pemeriksaan
mikroskopik sputum TB paru yang spesial untuk teman-teman ATLM se Indonesia
terutama teman-teman Puskesmas dan RS dan Labkes yang melakukan pemeriksaan ini
setiap harinya. Mari kita mengingat kembali dan belajar kembali.

Intinya:
1. Pengumpulan sputum representatif
2. Pembuatan olesan sputum dikaca objek
3. Melakukan pewarnaan ZN
4. Pemeriksaan mikroskopik
5. Penilaian dengan Skala BTA
6. Pemeliharaan mikroskop
7. Sikap duduk saat pemeriksaan mikroskopik.

Bagi mahasiswa DIII/DIV ATLM bisa melakukan penelitian sederhana terkait ini:
1. Variasi waktu pemanasan Karbol fuchsin pewarnaan BTA ZN
2. Perbandingan pemakaian reagensia baru, expired date 1 bulan dan 2 bulan.
3. Perbandingan fiksasi nyala api dan metanol
4. Perbedaan pewarnaan dengan nyala api dan zat warna dipanaskan lebih dahulu.
5. Perbandingan peluntur HCl alkohol 3%, HCl alkohol 5%, dan H2SO4 5%.
6. Penggunaan zat warna alternatif pengganti metilen blue (counterstains) yang berasal
dari zat warna alami pada tumbuhan.
7. Perbandingan penggunaan zat warna ZN baru dan bekas dipakai yang dikumpulkan
kembali.(saya pernah melakukan pemeriksaan hasilnya tidak berbeda)
8. Perbandingan pengolesan bulat lonjong dan segi empat
9. Perbandingan peluntur alkohol 96% dan HCl alkohol 3%
10. Modifikasi teknik pewarnaan ZN menggunakan zat warna Carbol fuchsin yang
dipanasi selama 3 menit menggunakan teknik fiksasi metanol absolut dan peluntur
H2SO4 5%.

Bila bermanfaat, silahkan share dan save.


link download silahkan di http://www.mediafire.com/file/3etg86e3cx5z6tv/03-
PANDUAN_PEM_DAHAK.ppt

#TBParu
#Sputum
#Mikroskopik
#ZiehlNeelsen
#ATLM
#AnalisKesehatan
TANGGUNG JAWAB HUKUM ANALIS
KESEHATAN (ATLM)
Berikut ini kembali saya posting tentang seminar ilmiah yang pernah dilakukan oleh
PATELKI terkait dengan Hukum Kesehatan. Menutup akhir tahun 2017 ini, kali ini
terkait dengan Tanggung jawab Hukum Analis Kesehatan oleh Budi Sampurna.

1. Intinya disini seorang Analis Kesehatan (ATLM) sebagai sebuah profesi memiliki
kompetensi dan kewenangan, disisi lain juga terkait dengan hukum pidana dan perdata.
2. Perlunya sertifikasi kompetensi dan pengakuan kewenangan melalui/dibawah OP
3. Acuan kompetensi pada kepmenkes 370 tahun 2007
4. Terdapat masalah-masalah terkait dengan pemeriksaan laboratorium (sudah juga
dijelaskan dalam posting saya sebelumnya SKKNI patelki)
5. Tanggung jawab; Responsibility dan liability.
6. Pelanggaran etik profesi dan tanggung jawab hukum.

Aspek hukum pelayanan lab;


1. Pelayanan Kegiatan laboratorium harus mengacu pada sumber payung hukum yang
jelas
2. Legalitas kegiatan diatur dalam peraturan yang berlaku sesuai dengan aturan yang jelas
3. Etika hukum yang mengatur mengandung Hak dan Kewajiban
4. Kementerian Kesehatan sebagai Induk dari tenaga kesehatan menerbitkan
aturan/peraturan berupa keputusan Menteri yang diusulkan draftnya oleh Organisasi
Profesi.
5. Petugas Laboratorium dalam bekerja harus mengacu pada peraturan hukum dan
rambu-rambu yang dibuat organisasi profesi.

FAKTOR KETIDAKPASTIAN LAB


1. Atypical Presentation Disease = Penampilan klinis penyakit tidak khas
2. Silent Illness = Penyakit kelainan atau tanda
3. System Realted Error = Lemahnya sistem pelayanan laboratorium (Alat, prosedur,
komunikasi dan lainnya)
4. Cognitive Error = pengetahuan tenaga kesehatan rendah
5. Individual Variability = Faktor variasi diurnal,waktu sirkadian, dan lainnya
6. Limited Technology = Keterbatasan teknologi, akurasi tak menjamin 100%

TANGGUNG JAWAB HUKUM


1. Pasal 1367 KUH Perdata: majikan tidak hanya bertanggung jawab atas
kesalahan/kelalaian yang dibuatnya, juga bertanggung jawab hukum atas kelalaian dari
orang-orang dan alat-alat yang ada di bawah kekuasaannya.
2. Artinya yang digugat adalah majikan!
3. Guru, kepala tukang, orang tua, juga bertanggung jawab atas kesalahan/kelalaian dari
orang yang ada di bawahnya
4. Artinya gugatan akan dialamatkan ke penanggung jawab.

link download silahkan di alamat ini:


http://www.mediafire.com/file/s8kbshn285j3bji/1__Budi_sampurna_TANGGUNGJAW
AB_HUKUM_ANALIS_KESEHATAN-prof.pdf

#EtikaProfesi
#HukumKesehatan
#TanggungJawab
#ATLM
#D3ATLM
#PolankaBjm

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN


LABORATORIUM
DASAR STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN LABORATORIUM KLINIK

Berikut akan saya kupas sedikit tentang tata cara pendirian suatu laboratorium klinik,
agar menggugah teman-teman analis kesehatan untuk berjiwa entrepreneur sehingga
nantinya dapat menjadi mandiri dalam mendirikan bisnis laboratorium klinik. Pada
posting saya yang lau mengenai dasar-dasar kewirausahaan dan cara menghitung
permodalan dan lainnya.

Pada posting ini saya membahas tentang studi kelayakan. Studi kelayakan dimaksudkan
untuk melihat apabila kita mendirikan laboratorium klinik disuatu tempat, apakah layak,
apakah banyak pasien, apakah ada saingan, apakah peluang mendapatkan untung banyak,
apakah jalannya ditempat yang mudah dijangkau oleh angkutan, apakah ekonomi
setempat mampu membeli produk jasa laboratorium, apakah cepat kembali modal,
apakah cukup untuk survive selama belum balik modal, semua itu muncul secara spontan
bahwa akan ada suatu pertanyaan yang menggantung dalam benak, sehingga menuntun
kita untuk melakukan studi kelayakan suatu laboratorium yang akan didirikan.

Berikut Urutan studi Kelayakan :


A. Pendahuluan
1. Gambaran Umum
Berisikan rencana pendirikan laboratorium klinik, kondisi wilayah, pelayanan kesehatan
yang diberikan, akses RS dan puskesmas, kepadatan penduduk, mata pencaharian
penduduk, luas kota dan tata letak laboratorium yang harus strategis persis ditengah kota.
Perlu di catat : Nama laboratorium, jenis laboratorium, tingkat strata laboratorium,
alamat, telpon/fax, Buka perkiraan launching (tgl, bln, thn), Status kepemilikan,
Kepemilikan gedung, Ukuran/dimensi gedung, Perizinan dari dinkes, Jam kerja/buka
praktek, pelayanan tambahan (antar jemput, cito).

2. Latar Belakang Wira usaha


Berisikan bagaimana kronologis rencana pendirian laboratorium ini, apakah modal
bersama, modal satu orang, modal satu alumnus, modal organisasi atau lainnya.
Mekanisme kerjasama dengan vendor dalam hal alat dan reagensia, apakah KerjaSama
operasional (KSO) atau modal pribadi murni tanpa mengikat laboratorium dengan
vendor.

3. Penyusunan Studi Kelayakan Usaha


Inilah kunci yang memegang keberhasilan usaha laboratorium yang akan didirikan.
Parameter kita mendirikan sebuah laboratorium adalah ditengah kota, ada dokter praktek
yang cukup banyak, Tarif praktek dokter tinggi atau rendah, Jumlah disekeliling
pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas, Balai Pengobatan) lengkap dengan tipe nya dan
ada tidaknya laboratorium klinik lain disana (ini merupakan pesaing yang patut
diperhitungkan). Selain itu perlu dilihat juga perilaku konsumen. 1. Aspek kultural :
kultur, subkultur dan kelas sosial. 2. Pribadi individu : Usia dan siklus hidup, Pekerjaan,
gaya hidup, situasi ekonomi dan konsep hidup. 3. Psikologis : Motivasi, persepsi,
pembelajaran dan kepercayaan. 4.Sosial : status dan keluarga.

B. Pemasaran
1. Daerah Pemasaran (Place) : asumsi dengan semakin banyaknya penduduk,
perkantoran, perusahaan dan pasar maka makin banyak orang butuh pelayanan kesehatan
seperti laboratorium untuk check up.

2. Sasaran Pasar (Target) : Sasaran pasar meliputi semua masyarakat disekitar


laboratorium, pegawai kantor, pasien RS/Puskesmas, dokter praktek, balai pengobatan
dan pasien sendiri (Atas permintaan sendiri/APS)

3. Produk (Product) : Jenis produk yang kita jual berupa jasa pelayanan laboratorium, hal
ini memang tidak terlihat secara langsung produk yang kita jual kepada pasien, tetapi
hanya selembar kertas berisi hasil laboratorium.

4. Harga Jual (Price) : Harga jual telah mengacu pada modal awal membeli suatu
reagensia, alat, jasa pelayanan, BAKHP (syringe, tips, masker, sarung tangan karet,
tissue, alkohol, kapas, dll), listrik dan fee pengirim. Semua dihitung dan satu paket tarif
per parameter pemeriksaan laboratorium. Perlu ditekankan bahwa harga terjangkau dan
pelayanan memuaskan akan menarik pelanggan untuk menggunakan jasa kita. Tarif yang
dibuat harus memiliki elastisitas yang baik (turun/naik). Elastisitas tarif dapat dimainkan
sesuai kondisi yang terjadi dilapangan.

5. Volume Penjualan (Seller) : Perlu dilakukan target volume penjualan per bidang yang
dapat dilayani (hematologi, kimia klinik, urinalisa, bakteriologi/parasitologi dan
imunologi). Umumnya hematologi lebih besar jumlah pasiennya dan paling sedikit
adalah serologi. Perlu dikategorikan parameter yang diperiksa dalam 4 kategori : Cash
Cow adalah Test-test rutin, biaya murah, banyak diminati klinisi (hematologi), Star
adalah Banyak diminta namun mahal (kimia klinik), Dog adalah Tes biaya mahal dan
sedikit permintaan (Serologi) dan Tidak jelas status adalah tes yang jarang diminta,
murah dan klasik (ZnTT, TTT).

6. Promosi (Promotion)
Memperkenal profil laboratorium melalui promosi ke tempat praktek, RS, Puskesmas,
kantor, masyarakat melalui brosur, spanduk dan selebaran. Promosi bentuk lain melalui
berbicara dengan dengan pasien, memperkenalkan parameter dengan tujuannya dan
promosi discount tarif.

7. Analisa Pesaing
Perlu dilakukan analisa pesaing dalam pelayanan laboratorium. RS : sejauh mana
pelayanan yang diberikan, mutu yang diberikan, parameter yang diperiksa. Puskesmas :
parameter apa saja yang bisa diperiksa. Laboratorium Swasta : pesaing yang handal, perlu
di analisa apa saja dapat menjadi saingan, tarif, mutu, fee dokter, alat/reagensia dan letak
gedung. Oleh sebab itu lakukan analisis SWOT.

C. Aspek Sumber Daya Manusia dan Yuridis


1. Aspek Yuridis :
Pedoman mendirikan laboratorium : UU Kesehatan, Peraturan Presiden, Kepmenkes,
Peraturan Daerah tentang pelayanan kesehatan. Perlu adanya keputusan notaris atas akta
laboratorium, SK berdirinya laboratorium, Status legalitas Ijazah Petugas, Persetujuan
laboratorium, NPWP, IMB, Rekening telpon dan listrik.

2. Struktur Organisasi
Perlu disusun struktur organisasi laboratorium klinik. Penanggung jawab, kepala
laboratorium, penanggung jawab teknis, pelaksana analis kesehatan dan administrasi.

3. Uraian Tugas
Berdasarkan struktur organisasi, dibuat uraian tugas masing-masing dan diperbolehkan
merangkap uraian tugas.
D. Aspek Keuangan
1. Ekonomi dan Keuangan
Menyangkut biaya awal untuk investasi pendirian sebuah laboratorium klinik. Dengan
modal yang besar dan kuat maka tertopang seluruh keuangan laboratorium, bila modal
kecil mungkin akan terdapat suatu titik kritis keuangan menipis sebelum terjadi BEP.
Dibuat inventarisasi barang dan reagensia, beserta tarif pemeriksaan.

2. Modal (Investation)
Modal awal yang dibutuhkan untuk investasi alat, reagensia, gedung dan tenaga.

3. Biaya tetap Bulanan (Fixed Cost)


Biaya yang dikeluarkan untuk menggulirkan usaha secara rutin tiap bulan dengan atau
tanpa adanya penjualan. Biaya ini pasti keluar tiap bulan (gaji, listrik, PDAM, cicilan,
bunga)

4. Biaya Variabel
Biaya yang dikeluarkan terkait biaya produksi suatu jasa laboratorium. Didalamnya
termasuk : Reagensia, alat, bahan pendukung, jasa pelayanan)

5. Titik Impas (BEP = Break Even Point)


Kondisi dimana jumlah pendapatan sama dengan pengeluaran yang terjadi pada saat
sudah berjalan pelayanan laboratorium klinik. Ada bulan tertentu dimana biaya
tetap+variabel setara dengan pendapatan. Kondisi saat ini belum dapat untung, namun
kegiatan produksi sudah bisa membiayai kegiatan. Setelah bulan selanjutnya maka
diperolehlah laba bersih.

6. Balik Modal (Pay Back Period)


Ini kondisi yang diharapkan setelah lama berjalan sebuah laboratorium klinik. Kondisi
dimana semua modal investasi awal sudah dapat ditutupi dengan hasil laba produksi.
Untuk bulan selanjutnya didapatkan laba bersih terlepas dari modal awal.

E. Kesimpulan
Perlu dilakukan langkah-langkah untuk mendapatkan kesuksesan dalam berwirausaha
bidang laboratorium. Apabila telah dilakukan langkah-langkah diatas, maka laboratorium
sudah mampu berjalan dengan baik dan akan mendapatkan laba bersih yang banyak serta
tetap survive walaupun banyak kompetitor.

F. Penutup
Demikian uraian saya tentang studi kelayakan pendirian sebuah laboratorium klinik.
(Ahmad_Ripani@Analis kes Banjarmasin)

Anda mungkin juga menyukai