Anda di halaman 1dari 20

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF

PRODUKTIF DI MASJID SABILILLAH KOTA


MALANG (Studi Kasus Minimarket Al-Khaibar VI dan
Pujasera Sabilillah)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Jherinda Erifanti
155020501111083

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :


PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF DI
MASJID SABILILLAH KOTA MALANG (Studi Kasus Minimarket Al-
Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah)

Yang disusun oleh :

Nama : Jherinda Erifanti


NIM : 155020501111083
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 29 April 2019

Malang, 29 April 2019

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Munawar, SE., DEA.

NIP. 195702121984031003
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF DI MASJID
SABILILLAH KOTA MALANG
(Studi Kasus Minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah)

Jherinda Erifanti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: Jherinda1234@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dan pengembangan wakaf
produktif di Masjid Sabilillah Kota Malang serta mengetahui apa sajakah faktor pendukung maupun
penghambat dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif dalam bentuk usaha minimarket
dan juga pujasera. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik analisis yang
digunakan adalah deskriptif dengan metode studi kasus dimana penelitian ini dilakukan dengan
melakukan wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nadhir yayasan Masjid
Sabilillah Kota Malang telah mengelolah wakaf secara produktif sesuai dengan aturan Undang-undang
Wakaf tentang Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Serta dilakukan dengan managemen modern.
Pengembangan wakaf di Yayasan Masjid Sabilillah melakukan kemitraan dengan nadhir Yayasan
UNISMA dalam pemfasilitasan minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah. Faktor pendukung
dalam pengelolaannya dan pengembangan wakaf produktif ialah adanya nadhir yang professional.
faktor penghambatnya sendiri ialah faktor personil nazhir yang minim dan kurangnya mendapat
pembinaan nadhir dalam pemahaman mengenai inovasi pengembangan wakaf secara produktif.
Kata kunci: Masjid Sabilillah Malang, Pengelolaan, Pengembangan

A. PENDAHULUAN

Menurut data dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) pada tahun 2016 aset tanah wakaf di Indonesia
sebanyak 435.768 lokasi, dengan luas mencapai 4.359.443.170,00 M2. Aset wakaf mengalami
pertumbuhan tiap tahunnya, pertumbuhan ini seiring dengan peningkatan pendapatan perkapita
masyarakat Indonesia yang mengalami kenaikan dari 33,5 juta pada tahun 2012 menjadi 36,5 juta pada
tahun 2013 (BPS 2014). Menurut Sistem Informasi Wakaf( SIWAK) penggunaan tanah wakaf dengan
rincian mushollah 28,17%, masjid 44,99%, makam 4,59%, sekolah 10,61%, pesantren 3,23%, sosial
lainnya 8,40% (Siwak,2018).
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tanah wakaf yang ada masih dalam
bentuk lahan yang tidak produktif dan masih sebatas pada tempat ibadah, sekolah, pesantren, makam,
dan panti asuhan. Sehingga dari segi sosial khusus untuk kepentingan keagamaan memang efektif,
namun dari segi ekonomi masih belum memberikan kontribusi bagi ekonomi masyarakat (Hasanah:
2005). Permasalahan yang muncul pada perwakafan di Indonesia menurut Kementerian Agama RI pada
tahun 2010, hampir 95% asset wakaf belum dimanfaatkan secara optimal sehingga peran sosial ekonomi
wakaf belum dapat dirasakan oleh masyarakat secara maksimal (BWI Jabar: 2014).
Dengan lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang menjadi titik tolok
peraturan wakaf di Indonesia, harta wakaf dapat digunakan lebih produktif. Sebab di dalam UU No. 41
Tahun 2004 terkandung pemahaman dan juga pola manajemen pemberdayaan potensi wakaf yang lebih
modern, sehingga wakaf dapat menjadi solusi dalam peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi
Masyarakat. Pengoptimalan lain dilakukan oleh Departemen Agama RI pada tahun 2005 melelui
program yang bertujuan untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan yang berbasis Islam melalui harta
wakaf. program tersebut ialah Bantuan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif yang bersumber dari dana
APBN (Depag, 2011:3).
Pada tahun 2016 Masjid Sabilillah Malang bekerja sama dengan Badan Wakaf Indonesia melalui
Yayasan nazhir Universitas Islam Malang (UNISMA) dalam pengawasan Kementerian Agama Republik
Indonesia dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf secara produktif, sehingga
mendapatkan dana bantuan pinjaman wakaf sebesar 700 jt (tujuh ratus) juta. Program tersebut ialah
bantuan pemberdayaan tanah wakaf produktif yang bersumber dari dana APBN. Dana bantuan tersebut
ialah dana wakaf yang harus dikelola secara produktif. Dana bantuan yang diterima oleh Masjid
Sabilillah Malang tersebut diperuntukkan untuk pemfasilitasan minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera
Sabilillah.
Pihak pengelola wakaf atau Nadhir berupaya dalam mengelola tanah wakaf agar lebih
produktif. Pengelolaan tanah wakaf diarahkan pada orientasi produktif agar mendapat hasil yang lebih
optimal. Tidak hanya itu, adanya wakaf produktif dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraannya. Namun dalam prakteknya masih banyak yang perlu diperbaiki.
Baik dari segi pengelolaan, pemanfaatan, dan pengembangan terhadap tanah wakaf. Agar nantinya tanah
wakaf dapat digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif. Permasalahan tanah wakaf inilah yang
membuat penulis tertarik dalam mengangkat tema ini ke dalam penelitian skripsi. Berdasarkan uraian
diatas, maka penelitian ini bermaksud mendeskripsikan pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf
Masjid Sabilillah dari dana pinjaman Kementerian Agama RI. Maka judul yang diambil dalam penelitian
ini adalah “Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Masjid Sabilillah Malang” (Studi
kasus Minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah).

B. KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Mengenai Wakaf


Secara etimologi waqaf berarti menahan, mencegah, selamanya, tetap, paham, menghubungkan,
mencabut, meninggalkan dan lain sebagainya. Secara bahasa wakaf bermakna terhenti atau berdiri
(waqafa atau yaqifu atau waqfan). Menurut terminologi syariat islam, wakaf berarti, “menyerahkan
suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seorang nadzir (penjaga wakaf) atau kepada suatu badan
pengelola wakaf, dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaat dari asset wakaf tersebut digunakan sesuai
dengan ajaran syari’at islam” (Nasution, Harun: 1992).
Wakaf menurut Undang-undang nomor 41 tahun 2004 ialah perbuatan hukum waqif untuk
memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya agar dapat dimanfaatkan selamanya atau
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ajaran Islam guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umat.
Wakaf menurut Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977 adalah perbatan hukum seseorang atau
badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan
melembagakannya untuk jangka waktu tertentu atau selamanya sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran Islam. Dari beberapa pengertian diatas
dapat dipahami bahwa wakaf adalah perbuatan seseorang untuk memisahkan sebagian harta yang
dimilikinya agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah atau kesejahteraan masyarakat dalam
jangka waktu tertentu ataupun untuk selama-lamanya.
Dasar dan Kedudukan Hukum Wakaf
Dasar hukum wakaf yang utama ialah dalam Al-Qur’an, As-sunnah, dan Undang-undang No.
41 Tahun 2004. Beberapa ayat Al-Qur’an yang dijadikan dasar hukum dalam pelaksanaan wakaf adalah:

1. Al-Qur’an surat Al-Imran: 92 yang artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai
dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
2. Al-Qur’an surat Al-Baqarah:261 yang artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap bulirnya seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya)
lagi Maha mengetahui”.
3. Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 267 yang artinya: “ hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah,
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Hadist yang menggambarkan dianjurkannya ibadah wakaf adalah perintah Nabi Muhammad
kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yaitu: “Dari abu hurairah r.a sesungguhnya Rasulullah SAW.
Bersabda: “apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara:
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya” (H.R Muslim).
Rukun dan Syarat Wakaf
Dalam Undang-undang No. 41 tahun 2004, wakaf dikatakan sah apabila memenuhi unsur
berikut ini:
1. Waqif
Waqif adalah pemilik penuh dari harta yang diwakafkan (Al- Zuhaili, 1998) atau orang yang
mewakafkan hartanya untuk dimanfaatkan guna kepentingan umum. Menurut Fuqaha untuk
menjadi seorang waqif perlu memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu orang yang
merdeka, dewasa, berakal sehat, pemilik harta atau wakilnya, rela dan juga sehat (Al-Hadi:
2009)
2. Nadhir
Nadhir menurut Peraturan Menteri Agama adalah pihak yang menerima harta benda wakaf
dari wakif dan bertugas untuk mengelola dan juga mengembangkan harta wakaf tersebut
sesuai dengan peruntukannya. Sama seperti wakif nadhir juga dapat dilakukan oleh
perorangan dan juga bisa dilakukan oleh badan hukum atau organisasi. Syarat bagi nadhir
perseorangan ialah beragama islam, dewasa, amanah, mampu secara rohani maupun
jasmani dan tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
Sedangkan untuk syarat bagi nadhir dalam bentuk organisasi maupun Badan hukum
ialah harus dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan
yang berhak menjadi nadhir ialah harus badan hukum atau organisasi yang bersangkutan
dengan bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan atau keagamaan islam.
3. Harta Benda wakaf
Harta benda wakaf atau Maukuf bih memiliki 2 (dua) kategori yaitu harta bergerak dan
harta tidak bergerak. Syarat yang perlu dimiliki maukuf bih ialah harus memiliki
manfaat, lestari, milik penuh, dan diperuntukan untuk kebajikan (Praja, 2009: 69).
Harta benda wakaf dibagi menjadi 2 (dua) menurut Undang-undang RI nomor 41
tahun 2004 yaitu meliputi benda bergerak dan tidak bergerak. Benda tidak bergerak yaitu
diantaraya adalah tanah, bangunan, tanaman atau benda yang berkaitan dengan tanah,
hak milik atas satuan rumah susun, dan benda tidak bergerak lain sesuai dengan syariah
dan peraturan pemerintah yang berlaku. Benda bergerak yaitu meliputi uang, logam
mulia, kendaraan, surat berharga, hak kekayaan intelektual, hak sewa dan benda
bergerak lain sesuai dengan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Herdiyanti: 2017).
4. Ikrar wakaf
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1997 Ikrar Wakaf merupakan
pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah benda miliknya. Menurut
Undang-undang RI No. 41 Tahun 2004 Ikrar wakaf ialah pernyataan kehendak wakif
yang diucapkan secara lisan atau tertulis dalam menyerahkan harta benda miliknya
untuk diwakafkan. Saat melakukan ikrar wakaf perlu adanya saksi yang harus dewasa,
islam, sehat jasmani dan rohani, dan tidak terhalang dalam melakukan perbuatan hukum.
Jika telah melakukan ikrar wakaf maka perlu adanya bukti tertulis dalam bentuk Akta
Ikrar Wakaf, dengan tujuan agar menjadi bukti sebagai salah satu persyaratan pendaftran
tanah wakaf dan juga untuk mencegah timbulnya persengketaan tanah wakaf.
5. Peruntukan harta benda wakaf
Berdasarkan hadist Ibnu Umar tujuan wakaf ialah untuk mendapatkan keridhaan Allah
SWT dengan cara mendirikan tempat ibadah, kegiatan dakwah, tempat pendidikan
islam, dan lain sebagainya. Selain itu, wakaf bertujuan untuk kepentingan sosial
masyarakat seperti membantu fakir miskin, mendirikan pendidikan formal, dan panti
sosial (Satrio: 2015).
6. Jangka waktu wakaf
Ada perbedaan pendapat mengenai jangka waktu wakaf, Imam Malik dan Malikiyah
memperbolehkan wakaf dengan jangka waktu tertentu atau tidak berlaku selamanya, dan
membolehkan pelaksanaan wakaf dengan tidak memisahkan kepemilikan wakif dengan
harta benda wakaf. Serta tidak memperbolehkan penjualan, mewariskan atau
menghibahkan harta benda wakaf (Nurdin dkk: 2016).
Sedangkan Imam Syafi’I menyatakan tidak memperbolehkan adanya jangka waktu dalam
mewakafkan harta benda, karena harta benda yang telah diwakafkan berarti telah menjadi hak milik
Allah SWT yang berarti digunakan untuk kepentingan umum, sehingga wakif tidak diperbolehkan
mensyaratkan sesuatu terhadap harta benda wakaf. Berarti, hak atas kepemilikan harta benda wakaf
bukan lagi pada wakif melainkan hak milik umum. Dan pahala yang didapatkan oleh wakaf tersebut
didapat apabila tidak adanya syarat jangka waktu terhadap harta wakaf. Namun, Berdasarkan Undang-
undang No. 41 Tahun 2004, memperbolehkan adanya jangka waktu terhadap harta benda wakaf. Hal ini
berkaitan dengan pendapat Mazhab Maliki.
Macam-macam Wakaf
Ada dua macam wakaf yang dapat dilihat dari peruntukannya, yaitu:
1. Wakaf Ahli
Wakaf ini dapat disebut dengan wakaf khusus atau wakaf keluarga. Dikarenakan wakaf ini
diperuntukkan kepada orang tertentu saja atau pilihan baik dari pihak keluarga atau bukan.
Namun banyak penyalahgunaan dan kendala dalam prakteknya yaitu: (1) menjadikan wakaf
sebagai alat untuk mencegah adanya pemecahan atau pembagian harta kekayaan setelah ahli
waris meninggal. (2) dijadikan alat untuk menghindari tuntutan hutang-piutang yang dibuat
seseorang sebelum mewakafkan harta miliknya yang berupa tanah (Jindan: 2014).
2. Wakaf Khairi
Pada wakaf khairi ini dibagi menjadi dua yaitu wakaf am dan wakaf khas. Dimana wakaf
am memiliki tujuan kebajikan dengan tidak menentukan siapa pemerima harta wakaf tersebut
dan tidak menentukan tujuan khusus harta wakaf. sehingga pada kasus ini nazhir lah yang
menjadi pengelola penuh harta wakaf. sedangkan untuk wakaf khas ialah wakaf yang
menentukan kepada siapa harta wakaf tersebut dikelola dan memiliki tujuan khusus dalam
penggunaan dan tujuannya. Sehingga pihak nazhir hanya sebagai pelaksana dalam pemanfaatan
harta wakaf (Shakor: 2011).
Paradigma Baru Wakaf Produktif
Wakaf produktif adalah skema pengelolaan harta wakaf yaitu dengan cara memproduktifkan
harta tersebut, hingga dapat menghasilkan surplus yang berkelanjutan. Harta wakaf dapat berupa benda
bergerak maupun tidak bergerak . surplus dari wakaf produktif inilah yang menjadi sumber dana abadi
bagi pembiayaan kebutuhan umat, seperti pembiayaan pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas (Depag RI: 2008). Dalam pengelolaan wakaf produktif diperlukannya asas-asas paradigm
baru wakaf yang meliputi asas keabadian manfaat, asas pertanggungjawaban, asas professionalisme
manajemen, asas keadilan sosial. (Djunaidi 2007).
1. Asas keabadian manfaat
Asas keabadian manfaat benda wakaf menjadi landasan yang paling relevan dengan
keberadaan benda tersebut itu sendiri.ibadah wakaf yang dilakukan oleh para ulama
dikategorikan sebagai amal ibadah shadaqoh jariyah yang memiliki nilai pahala yang dapat
mengalir terus menerus walaupun yang mewakafkan telah meninggal dunia. Kontinyuitas
pahala yang didapat itu berkaitan dengan aspek kemanfaatan yang dapat diambil secara
berkesinambungan oleh mauquf alaih atau untuk kepentingan masyarakat.
2. Asas pertanggungjawaban
Asas pertanggungjawaban merupakan asas paradigma baru dari wakaf. sebagai ajaran
yang memiliki dimensi ilahiyyah dan insaniyyah, wakaf perlu dipertanggungjawabkan
baik di dunia maupun di akhirat (Depag, 2011:75) Bentuk dari pertanggungjawaban
tersebut dari pengelolaan secara sungguh-sungguh dan semangat yang didasar pada
tanggung jawab pada Allah, tanggung jawab pada lembaga, tanggung jawab pada hukum
yang berlakuk, dan tanggung jawab sosial.
3. Asas profesionalitas manajemen
Asas professional manajemen ini dalam sebuah teori manajamen modern ialah disebut
dengan istilah TQM (Total Quality Management). Yang meliputi Amanah, jujur, cerdas
dan dapat menyampaikan informasi secara transparan dan akuntabel.
4. Asas keadilan sosial
asas keadilan sosial ini melalui pendermaan harta wakaf untuk kebajikan umum.

Pengelolaan Wakaf Produktif


Untuk mengelola wakaf produktif di Indonesia yang pertama-tama harus dilakukan adalah
perlunya pembentukan suatu badan atau lembaga yang khusus mengelola wakaf dan bersifat nasional
yang oleh Undang-undang No. 41 Tahun 2004 diberi nama Badan Wakaf Indonesia. Badan Wakaf
Indonesia (BWI) diberi tugas untuk mengembangkan wakaf secara produktif, sehingga wakaf dapat
berfungsi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tugas utama badan ini adalah memberdayakan
wakaf, baik wakaf benda bergerak atau tidak bergerak yang ada di Indonesia sehingga dapat
memberdayakan ekonomi umat.

Pengelolaan wakaf produktif harus dilakukan perencanaan, pengorganisasian, dan


pengawasan. Hal ini perlu dilakukan agar pengelolaan dapat lebih optimal. Dalam literature manajemen,
menurut Karthryn M. Bartol dan David C. Martin, Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari
planning, organizing, leading, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
dengan melibatkan pengetahuan bagaimana melaksanakan fungsi-fungsi utama manajemen.

Pengembangan Wakaf Produktif


Pengembangan harta wakaf merupakan hal baru dalam perwakafan di Indonesia menurut
(Khairani: 2013). Menurut Undang-undang RI nomor 18 tahun 2002 Pengembangan adalah kegiatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang
telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru (Setyosari: 2013).
Hasil atau produk harta wakaf dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni:
1. Harta wakaf yang dapat menghasilkan pelayanan berupa barang untuk dikonsumsi
langsung oleh orang yang berhak atas wakaf, seperti rumah sakit, sekolah, panti asuhan,
pemukiman. Hal ini dapat dikategorikan sebagai wakaf non produktif.
2. Harta wakaf yang dikelola untuk tujuan investasi dan memproduksi barang atau jasa
pelayanan yang secara syara’ hukumnya mubah, apapun bentuknya dan bisa dijual di
pasar, agar keuntungan bersihnya dapat disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf yang telah
ditentukan oleh wakif. Wakaf ini dikategorikan sebagai wakaf produktif.
Dalam Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, kata pengelolaan dan
pengembangan terdapat pada Bab V yakni pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Bahkan
pada pasal 43 ayat (2), dibarengi juga dengan kata produktif. Sedangkan pengembangan wakaf produktif
adalah hasil wakaf produktif yang dikelola dan dapat menjadikan harta wakaf tersebut menjadi
bertambah banyak atau bertambah luas. Bahkan dapat membentuk harta benda wakaf baru (Megawati:
2014). Dalam Undang-undang Wakaf pasal 43 ayat 2 menyatakan bahwa pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif antara lain dengan cara pengumpulan,
investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan,
perindustrian, pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen, sumah susun, pasar
swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan, ataupun sarana kesehatan, dan usaha-usaha yang
tidak bertentangan dengan syariah. Yang dimaksud dengan lembaga penjamin syariah adalah badan
hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas suatu kegiatan usaha yang dapat dilakukan
antara lain melalui skim asuransi syariah atau skim lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tabel 1: Kategori tanah wakaf produktif strategis dan jenis-jenis usaha yang dianggap cocok

Kategori Jenis dan Lokasi Jenis Usaha


Tanah
Pedesaan 1. Persawahan 1.
pertanian, tambak ikan
2. Perkebunan 2.
perkebunan, home industry, tempat
3. Ladang atau wisata
padang rumput 3. palawija, real estate, pertamanan, home
4. Rawa industry
5. Perbukitan 4. perikanan
5. tempat wisata, bangunan, home industry
penyulingan air, dll
Perkotaan Tanah pinggir jalan raya: - perkantoran, pusat perbelanjaan,
- dekat jalan apartemen, hotel/ penginapan, gedung
protocol pertemuan
- dekat jalan - perkantoran, pertokoan, pusat
utama perbelanjaan, rumah sakit, rumah makan,
- dekat jalan TOL sarana pendidikan, hotel/ penginapan,
- dekat jalan apartemen, gedung pertemuan, Pom
lingkungan Bensin, apotek, wartel/ warnet, bengkel
- tanah dekat/ mobil
dalam - Pom Bensin, bengkel, rumah makan,
perumahan outlet, warung, wartel
- tanah dekat - Perumahan, klinik, apotek, sarana
keramaian pendidikan, wartel/ warnet, outlet,
(pasar, terminal, warung, jasa photo copy
stasiun, - Sarana pendidikan, klinik, apotek, outlet,
sekolah, dll) warung, catering, BMT
- Pertokoan, rumah makan, bengkel,
BPRS/ BMT, warung, wartel/ warnet,
klinik, jasa penitipan
Pantai - Pinggir laut - Tambak ikan, obyek wisata, kerajinan
- Rawa bakau - Perkebunan
Sumber: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama RI Tahun 2007
Pembiayaan Wakaf Produktif
Ada beberapa pengertian pembiayaan menurut pakar ekonomi Islam, diantaranya pengertian
pembiayaan menurut Syauqi Ahmad Dunya. Pembiayaan menurutnya ialah mengeluarkan sumber daya
dan kemampuan untuk mengembangkan modal pokok baik yang bersifat materi maupun sumber daya
manusia. Sedangkan menurut Monzer Kahf pembiayaan ialah cover biaya untuk proyek apapun atau
proses ekonomi (Kahf, 2006: 206).
Menurut Abdul Qadir ben Azuz (2003) pembiayaan wakaf sebagai usaha yang dikeluarkan oleh
nadhir baik berupa pemikiran atau perbuatan untuk mendapatkan cover biaya atau biaya dalam menutup
kebutuhan proyek investasi wakaf. Atau pembiayaan harta wakaf ialah cara dalam menghasilkan uang
dengan memfungsikan sumber keuangan yang dimiliki oleh wakaf atau mencari sumber keuangan luar
yang dapat membiayai proses pengembangan proyek wakaf sesuai dengan hukum dan juga Maqashid
Syariah. Menurut Ali Muhyi al Din al Ghurrah Dagbi, asset wakaf perlu diinvestasikan karena investasi
di rancang untuk pengembalian modal di masa depan, yang kemudian digunakan untuk sumber
pendapatan. Asset wakaf akan tetap utuh dan keuntungan yang didapat t ersebut dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuha masyarakat (Candra: 2010).
tersebut muncullah beberapa model pembiayaan wakaf yang diterapkan dalam pembiayaan
wakaf tanah, yaitu (Murabahah) akad jual beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis
barang tertentu dengan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. (Istishna’) pemesanan
kepada perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau komoditas tertentu untuk pembeli atau
pemesan. (Ijarah) sewa atau Hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan membayar imbalan
terentu. (Mudharabah) bagi hasil atau penanaman modal kepada seseorang yang berniaga sehingga
mendapat prosentase keuntungan. (Musyarakah) istilah yang sering dipakai dalam konteks skim
pembayaran pada pembiayaan syari’ah (Veithzal: 2008).

C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian secara holistic dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahas, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dengan metode alamiah (Moeloeng, 2014: 6). Penelitian ini dimaksud untuk
memperoleh informasi model pengelolaan dan pengembangan harta wakaf produktif. Selain itu, dengan
penelitian ini diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
wakaf di lembaga tersebut.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Masjid Sabilillah Kota Malang, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani
No. 15 Blimbing Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.

Unit Analisis dan Informan


Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah informan, yakni sumber informasi.
Informasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi maupun data-data yang berkaitan dengan
penelitian. Sumber informasi dari penelitian ini ialah manusia. Sedangkan untuk penelitian kuantitatif
bisa manusia atau benda. Informan menurut Moeleong (2006) adalah orang yang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sehingga informan harus
memiliki banyak pengalaman serta pengetahuan mengenai latar belakang penelitian. Informan terdiri
dari informan kunci dan pendukung. Informan kunci merupakan sumber informasi utama yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Sedangkan informan pendukung merupakan sumber informasi yang
mendukung informasi yang berasal dari informasi kunci.
Pada penelitian ini pembagian antara informan kunci dan informan pendukung dibedakan
berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria untuk informan kunci ialah seorang dengan kapabilitasnya
mengetahui dan memahami segala hal mengenai pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf Masjid
Sabilillah Malang. Sedangkan kriteria dari informan pendukung ialah seorang yang mengetahui
mengenai pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf Masjid Sabilillah Malang, namun kapabilitasnya
hanya sebagai pelaksana kebijakan. Berdasarkan kriteria tersebut, yang menjadi informan kunci ialah
Ketua Nadhir Wakaf Masjid Sabilillah Malang. Sedangkan informan pendukungnya ialah takmir masjid
sabilillah malang, Ketua nadhir pengelola wakaf Minimarket Al-Khaibar.
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh dari objek penelitian secara langsung. Sedangkan yang diperoleh dari berbagai sumber yang
ada. Untuk data sekunder, pengumpulan datanya meliputi studi literature yang berasal dari jurnal, buku,
thesis, penelitian terdahulu serta sumber lainnya yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian terdapat beberapa teknik
atau metode pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan metode wawancara, dan dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi tanda
dan juga mengkategorikan untuk mendapat suatu temuan berdasar permasalahan yang akan di jawab.
Langkah awal untuk melakukan analisis data adalah melakukan pengumpulan data, menyusun,
kemudian mempresentasikan hasil penelitian. analisis data dilakukan dua kali, ketika pengumpulan data
dilapangan telah selesai terkumpul (McDury,1999) Menurut Moelong (2007) tahap analisi data kualitatif
adalah sebagai berikut:
1. Membaca dan mempelajari data, menandai kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.
2. Mempelajari kata kunci dan berupaya untuk menemukan tema yang berasal dari kata
tersebut
3. Melakukan data coding atau pengkodean data, kode dalam data kualitatif merupakan kata
yang secara simbolis bersifat meringkas, menonjolkan pesan, menangkap esensi dari suatu
porsi data.
Setelah melakukan wawancara maka tahap selanjutnya ialah membuat transkip wawancara dan
mempelajari catatan yang telah dibuat saat wawancara. Kemudian menyalin rekaman atau catatan yang
telah dikumpulkan dan meuliskannya dalam bentuk kata-kata atau transkip.selanjutnya yaitu mereduksi
data. Reduksi data adalah proses merangkum atau memilah data yang penting untuk dijadikan laporan
penelitian.
Setelah direduksi maka data dikelompokkan berdasar pokok permasalahan dan dibentuk matrik
untuk mempermudah melihat hubungan satu sama lain kemudian dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan sementara. Selanjutnya ialah menmbuat verivikasi data dengan melakukan triangulasi
sumber dan metode, penggunaan bahan referens dan pengecekan anggota. Dan kesimpulan yang didapat
akan menjadi kesimpulan akhir. Kesimpulan akhir diperoleh dari pengumpulan data selesai dilakukan.
Metode Validasi Data
Tahapan yang dilakukan seteah analisis data yaitu dengan cara validasi data. Validasi data
dilakukan dengan uji kredibilitas, yaitu dari data internal atau penelitian sendiri yang melakukan uji
validasi. Dalam penelitian kualitatif uji kredibilitas dilakukan melalui:
1. Triangulasi
2. Penggunaan bahan referensi
3. Member check

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional maka Masjid Sabilillah
Malang melakukan pengelolaan tanah wakaf secara produktif. Masjid Sabilillah terlekat di jalan Ahmad
Yani No. 15, Blimbing Kota Malang. Yang dibangun diatas tanah wakaf seluas 8.100 m2. Saat ini tanah
wakaf tersebut telah dibangun diatasnya beberapa bangunan yakni terdiri dari sebuah Masjid,
perkantoran, sebuah Auditorium, minimarket Al-khaibar VI, Menara Celluler, 2 (dua) bilik ATM,
pujasera, koperasi, lembaga pendidikan Islam dan poliklinik. Masjid Sabilillah memiliki yayasan
pengelolaan wakaf yang dimana yayasan tersebut didirikan untuk membantu para nazhir agar asset
wakaf yang dikelola bisa lebih baik dan lebih produktif, sehingga dapat bermanfaat bagi pembinaan
umat.
Masjid Sabilillah Malang melakukan kerjasama dalam pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI) melalui kerjasama Nazhir UNISMA pada tahun
2016. Dimana kerjasama tersebut berupa wakaf tunai atau uang. Dana tersebut dari Kementerian Agama
RI untuk pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf Masjid Sabilillah Malang. Kerjasama ini
dilakukan karena saat itu Badan Wakaf Indonesia (BWI) sedang menggalakkan program pemberdayaan
wakaf produktif. Program tersebut direalisasikan dengan jalan pemberian bantuan dana pinjaman kepada
nazhir yang mempunyai lahan wakaf yang lokasinya strategis dan memiliki program wakaf produktif.
Dana bantuan tersebut digunakan untuk pemfasilitasan minimarket Al-khaibar VI yang bekerjasama
dengan nazhir Yayasan Universitas Islam Malang (UNISMA).
PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI MASJID SABILILLAH MALANG
Pengelolaan tanah wakaf di Masjid Sabilillah ini tidak ada unit khusus yang menanganinya.
Sehingga dalam pengelolaan wakaf di masjid Sabilillah ini dikelola langsung oleh nazhir. Pengelolaan
dan pengembangan wakaf di Masjid Sabilillah Malang mengacu pada UU Wakaf Bab V mengenai
Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf pasal 42 yaitu: Nazhir wajib mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya. Dan dari pasal 43
yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syari’ah
2. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara produktif
3. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat
(1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syari’ah.

Tanah Wakaf Masjid Sabilillah Malang ini dimaksimalkan untuk pembangunan yang dapat
produktif atau menghasilkan, agar asset tanah wakaf tersebut dapat menghasilkan dana yang
berkelanjutan sehingga hasil dari dana tersebut untuk renovasi atau perbaikan masjid, sarana dakwah
dan pembinaan umat. Nadhir wakaf di Sabilillah menggunakan berbagai asas paradigm baru wakaf
dalam pengelolaan wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang ini yaitu meliputi:

1. Asas keabadian manfaat benda wakaf


Nazhir Masjid Sabilillah Malang, menggunakan asas keabadian manfaat sebagai acuan
dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Sehingga, nazhir Yayasan
Sabilillah mengelola harta wakaf dengan memproduktifkan harta wakaf tersebut.
2. Asas pertanggungjawaban
Nazhir yayasan sabilillah menggunakan asas pertanggung jawaban ini dalam pengelolaan
asset wakafnya dimana diperlukannya tanggung jawab pada Allah hingga tanggung jawab
pada pemberi harta wakaf untuk mengelola harta wakaf secara produktif dan dapat
bermanfaat bagi mauquf ‘alaih.
3. Asas Professionalitas Manajemen
Asas professional Manajemen ini dalam sebuah teori manajemen modern ialah disebut
dengan istlah TQM (Total Quality Management) yang meliputi:
1) Amanah (dapat dipercaya)
2) Shiddiq (Jujur)
3) Fathanah (Cerdas)
4) Tabligh (Menyampaikan informasi secara transparan)
Nazhir yayasan Sabilillah menggunakan asas profesionalitas Manajemen dalam
pengelolaan dan pengembangan wakaf.
4. Asas Keadilan Sosial
Ajaran wakaf sangat memerlukan adanya asas keadilan sosial ini melalui pendermaan
wakaf untuk kebajikan umum. Pengelolaan wakaf produktif di masjid Sabilillah
menggunakan asas keadilan sosial. Yang dimana hasil dari pengelolaan wakaf produktif
ini digunakan untuk kemaslahatan umat, ibadah dan dakwah.

PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF MINIMARKET AL-KHAIBAR VI


Pengelolaan Minimarket Al-khaibar VI dikelola oleh Yayasan Universitas Islam Malang
(UNISMA) sehingga pengelolaanya terpisah dengan Yayasan Masjid Sabililah. Karena Minimarket Al-
Khaibar, berawal dari pengembangan dana wakaf bantuan Kementerian Agama RI kepada yayasan
UNISMA. Pengelolaan wakaf minimarket Al-khaibar tidak menggunakan rencana strategis, melainkan
dalam pengelolaan minimarket al-khaibar dijalankan sesuai dengan komitmen pemberi wakaf atau
wakif (Kementerian Agama) dan dengan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan PP No. 42 Tahhun
2006 tentang pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 Bab V tentang pengelolaan dan Pengembangan harta
benda wakaf pasal 43.
Pengelolaan dan pengembangan wakaf yang dilakukan oleh nazhir Yayasan nazhir UNISMA
sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama. Nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf mengasuransikan harta wakaf tersebut kedalam asuransi takaful, hal
ini untuk menjaga keamanan harta benda wakaf. Terlebih lagi nazhir menginvestasikan harta wakaf
kedalam sektor riil yang memiliki resiko tinggi (high risk) dalam kerugian. Sehingga nazhir melakukan
kerjasama dengan bank muamalat sebagai lembaga penjamin syari’ah setelah pihak Badan Wakaf
Indonesia menginstruksikan bahwa nazhir perlu bekerjasama dengan pihak bank syari’ah. Lembaga
penjamin sangat penting dalam upaya menjaga usaha yang diberdayakan wakaf tidak berkurang apalagi
hilang karena lost dalam usahanya. Kerjasama antara nazhir dengan pihak penjamin menggunakan
kontrak tolong menolong (takaful).
Masjid Sabilillah Malang juga memproduktifkan lahan sekitar Masjid dengan membangun
beberapa unit-unit usaha seperti membangun Pujasera, membangun 2 (dua) bilik ATM, membangun
menara yang diproduktifkan menjadi menara celluler, koperasi, membangun Auditorium, Poliklinik.
Dan mengoptimalkan lahan sisanya untuk tempat parkir, yang dimana lahan parkir tersebut mendapatkan
35-40 jt per bulannya. Pengelolaan Aset wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang ini menggunakan
system pengelolaan manajemen dari yayasan Masjid Sabilillah Malang.
Gambar 1
Pengelolaan Minimarket Al-Khaibar VI

Nazhir

Pelaporan Manager Staf keuangan

Staff Administrasi

Kasir Pramuniaga Pembantu Umum

Sumber: Pengelolaan Minimarket Al-Khaibar


Kepengurusan Minimarket Al-khaibar yaitu Administrator Minimarket atau bisa disebut
dengan Manager, Staf Administrasi, Kasir, Pramuniaga, dan Pembantu Umum. Nazhir menunjuk
seorang Manager yang memiliki tugas sebagai pengurus operasional di minimarket. Manager
minimarket bertanggung jawab penuh terhadap berjalannya minimarket. Pengelolaan minimarket Al-
khaibar tetap berada dalam pengawasan Yayasan Universitas Islam Malang.
Dibawah ini bagan mengenai Manajemen Wakaf Produktif di Yayasan UNISMA:
Gambar 2
Manajemen Wakaf Produktif

Wakif

10% dari
Nadhir keuntungan
bersih

Pengembangan
Mauquf ‘alaih

70% dari
20% dari keuntungan
keuntungan bersih
bersih

Sumber: Data dari Nazhir minimarket Al-Khaibar


Dari Undang-undang mengenai Wakaf, manajemen wakaf yang digunakan ialah pengelolaan
dan penyaluran wakaf minimarket “Al- Khaibar” tentunya tetap dalam pengawasan nazhir. Untuk
penyaluran hasil wakaf minimarket yaitu nazhir mendapatkan ketetapan keuntungan bersih sebesar
10%, 20% untuk mauquf “alaih, dan 70% untuk pengembangan harta benda wakaf. Yang dimana
pengembangan dari wakaf produktif berbentuk minimarket tersebut dari 70% keuntungan bersih
manajemen pengelolaan wakaf.
Keberhasilan nazhir UNISMA dalam mengelola harta wakaf secara produktif, sehingga nazhir
UNISMA ingin menjalin kerjasama dalam pemberdayaan tanah wakaf yang masih belum produktif.
Beberapa tempat atau lokasi yang dikembangkan oleh Lembaga Nazhir Universitas Islam Malang
menjadi wakaf produktif salah satunya ialah pendirian minimarket Al-Khaibar VI di tanah wakaf Masjid
Sabilillah Malang. Masjid Sabilillah Malang merupakan masjid yang didirikan di atas tanah wakaf untuk
pengembangan harta wakaf, maka nazhir yayasan Universitas Islam Malang bekerjasama dengan
Yayasan Masjid Sabilillah Malang dengan menggunakan akad Musyarakah dengan bagi hasil 50%: 50%
dalam memberdayakan tanah kosong yang ada di dalam lingkungan Masjid Sabilillah Malang, untuk
pembangunan minimarket Al-Khaibar VI. Alasan yang diambil oleh nazhir mengapa harus minimarket
karena usaha retail merupakan usaha yang profit oriented.
Pengelolaan Pujasera Sabilillah
Pengelolaan Pujasera Sabilillah dikelola langsung oleh nazhir Yayasan Masjid Sabilillah
Malang, dimana pengelolaannya masih kurang maksimal karena banyaknya kendala. System
pengelolaan pujasera Sabililah awalnya sempat diserahkan pada lembaga Ta’miriyah yang ada di Masjid
Sabilillah, tetapi hingga tahun ini pengelolaan dari Pujasera tersebut masih kurang bagus sehingga perlu
memiliih lembaga lain untuk pengelolaan pujasera di Masjid Sabilillah, agar dapat menghidupi lembaga
itu sendiri. Alasan yayasan Nazhir UNISMA membangun Pujasera ini karena berjualan makanan dan
minuman itu akan mendapatkan keuntungan yang sangat tinggi. Mulanya pujasera Sabilillah ini berada
dibawah pada tahun 2005, karena dinilai kurang bagus maka dipindahkanlah pujasera Sabilillah ke lantai
2 diatas minimarket Al-Khaibar VI pada tahun 2016. Pengelolaan pujasera tersebut melakukan
kerjasama dengan ibu ta’lim Sabilillah pemilik warung di Singosari. Tetapi, peminatnya sangat kurang
sehingga pengelolaan pujasera tersebut tidak berjalan secara maksimal. Sehingga selanjutnya pujasera
tersebut dibuka untuk Cathering. Cathering pujasera Sabilillah digunakan apabila Auditorium Sabilillah
disewa untuk acara seperti pernikahan dan lain sebagainya. Dan solusi kedepan untuk menjalankan
pujasera Sabilillah secara aktif, nazhir Sabilillah Malang Bapak Mas’ud Ali ingin mengajak berbagai
rumah makan kuliner untuk membuka tempat di Pujasera Sabilillah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan Pujasera Sabilillah masih mengalami
kesulitan. Karena dalam pengelolaan pujasera Sabilillah ini tidak menggunakan pengelolaan manajemen
yang tepat seperti Perencanaan yang matang, pengorganisasian yang tepat, dan pengawasan yang kurang
dari pihak nazhir Yayasan Masjid Sabilillah. Dan masih minimnya ide atau inovasi yang disumbangkan
oleh nazhir dalam menjalankan kembali pujasera Sabilillah. Sehingga dapat berkembang dan
menghasilkan surplus yang berkelanjutan.
Faktor Pendukung dalam Pengelolaan Wakaf Produktif
Faktor pendukung dalam pengelolaan wakaf produktif ialah adanya nazhir yang professional,
dan memiliki harta benda wakaf. Faktor pendukung di yayasan Masjid Sabilillah Malang adalah:
pertama, memiliki nazhir yang professional. Menurut bapak Farkhan dalam pengelolaan harta benda
wakaf memerlukan nazhir yang professional.

Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Wakaf Produktif


Prioritas utama yang menjadi penghambat dalam pengelolaan wakaf ialah:
1. Faktor sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud di sini adalah wakif, nazhir, dan para pelaku yang
terkait dengan wakaf yang lain. Yang menunjukkan bahwa prioritas utama pada aspek
faktor sumber daya manusia adalah kurangnya personil nazhir di Masjid Sabilillah
Malang, karena nazhir Sabilillah Malang hanya terdiri dari 5 orang saja. Dan prioritas
masalah kedua ialah dalam aspek sumber daya manusia adalah masalah nazhir yang
kurang kreatif dan inovatif dalam pengembangan harta benda wakaf. Prioritas masalah
ketiga adalah pemahaman masyarakat yang masih tradisional sehingga belum memahami
mengenai wakaf produktif.
2. Faktor kelembagaan
Prioritas utama pada aspek masalah kelembagaan adalah peran BWI yang belum optimal,
seperti pendanaan yang minim dan sumber daya manusia yang terbatas. Prioritas masalah
kedua dalam aspek kelembagaan adalah masalah rendahnya koordinasi dengan lembaga
terkait.
Pengembangan Wakaf Produktif Masjid Sabilillah Malang
Pengembangan wakaf di Masjid Sabilillah Malang mengacu pada Undang-undang wakaf
tentang pengembangan wakaf pasal 43 ayat 2 yang dimana pengelolaan dan pengemangan harta benda
wakaf dilakukan secara produktif dengan cara pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi,
kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi,
pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, saraa
pendidikan, ataupun sarana kesehatan, dan usaha-usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah.
Masjid Sabilillah Malang mengelola harta wakaf berupa tanah wakaf dengan cara pembangunan gedung
seperti masjid, pembangunan pertokoan seperti minimarket Al-Khaibar VI, pembangunan perkantoran
seperti kantor takmir masjid dll, pembangunan sarana pendidikan Islam Sabilillah, pembangunan sarana
kesehatan seperti poliklinik Sabilillah, dan pembangunan ATM serta menara yang disewakan sebagai
menara celluler.
Masjid Sabilillah Malang mengembangkan harta benda wakafnya berdasarkan kemampuan
keuangan dari hasil pengelolaan asset wakafnya, dan memprioritaskan kebutuhan bukan keinginan.
Sehingga nilai dari hasil investasi tersebut bukan hanya semata-mata untung dan rugi melainkan pada
manfaat. Karena pengembangan asset wakaf di Masjid Sabilillah Malang semata-mata hasilnya untuk
kepentingan ibadah yaitu dakwah dan pembinaan umat. Nazhir Yayasan Masjid Sabilillah juga
melakukan kerjasama kemitraan dengan yayasan Universitas Islam Malang (UNISMA) dengan
penyaluran dana dari Kementerian Agama RI. Dana tersebut dari Kemanag untuk pengembangan wakaf
produktif minimarket Al-Khaibar yang dilakukan oleh Yayasan Nazhir UNISMA. Sehingga, Yayasan
UNISMA mengajak kerjasama dengan pihak nazhir Yayasan Masjid Sabilillah Malang untuk
pengembangan wakaf produktif berupa minimarket Al-Khaibar. Dalam pengembangan harta wakaf
dengan cara mengoptimalkan tanah wakaf disekitar Masjid Sabilillah dengan membangun unit usaha,
yaitu minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah. Strategi pengembangan asset wakaf yang
dilakukan oleh Masjid Sabilillah ialah dicapai melalui beberapa upaya, diantaranya sebagai berikut:

1. Melalui kerjasama dengan pihak ketiga (Kemitraan)


Yayasan Masjid Sabilillah Malang melakukan kerjasama dengan pihak Yayasan
Universitas Islam Malang dalam pembangunan Minimarket Al-Khaibar VI dan
pembangunan pujasera di sekitar lahan tanah wakaf Masjid Sabilillah Malang yang masih
kosong dan belum di berdayakan. Yang dimana pihak ketiga Yayasan Universitas Islam
Malang menggunakan akad Musyarakah dalam kerjasamanya dengan Yayasan Masjid
Sabilillah Malang. Yayasan UNISMA mengumpulkan dana sebesar 700 Jt. Yang dimana
dana tersebut dari Kementerian Agama. Dan Masjid Sabilillah memiliki harta non likuid
yaitu berupa tanah wakaf dan dana sebesar 500 Jt untuk pembangunan Minimarket Al-
Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah dari hasil pengelolan harta wakaf. Hasil dari
keuntungan pengelolaan Minimarket Al-Khaibar VI masih belum dapat dibagi hasil sesuai
dengan manajemen wakaf yang ada di UNISMA karena hasil keuntungannya masih cukup
untuk biaya rutin dan kegiatan pengajian pegawai
2. Pengembangan asset melalui pembelian dari hasil wakaf
Unit-unit usaha yang dimiliki oleh Yayasan telah menghasilkan keuntungan finansial.
Sebagaimana keuntungan finansial yang diperoleh dipergunakan untuk membeli asset-
aset baru untuk melengkapi fasilitas-fasilitas Kopontren.
3. Pembelian asset melalui pemberian dari wakif baru
Pengembangan asset wakaf melalui pemberian dari wakif baru di Masjid Sabilillah ialah
melalui wakaf uang yang diterima oleh para wakif baru untuk pengembangan asset wakaf
yang ada di Masjid Sabilillah Malang.
Faktor pendukung dalam pengembangan wakaf Produktif
1. Dukungan SDM
Adanya dukungan SDM (nadhir) yang amanah, mempunyai niat untuk mengembangkan asset
wakaf, professional.
2. Dukungan keuangan
Dukungan keungan ini ialah hasil dari pengelolaan wakaf di Masjid Sabilillah sendiri dan
dukungan keuangan dari kemitraan dengan pihak lain.
Faktor Penghambat dalam Pengembangan Wakaf Produktif
Bahwa problem mendasar dalam stagnasi perkembangan wakaf di Indonesia ada dua hal yaitu
asset wakaf yang tidak diproduktifkan (diam), kapasitas nazhir yang kurang inovatif dalam
pengembangan asset wakaf dan kurangnya mendapatkan sosialisasi berupa pemahaman mengenai
inovasi pengembangan wakaf secara produktif.
E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Seperti yang telah disebutkan bahwa penelitian ini dilakukan dalam ragka untuk menjawab
empat permasalahan utama, yaitu: (1) Bagaimana pengelolaan wakaf produktif di Masjid Sabililah
Malang, (2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengelolaan wakaf produktif tersebut, (3)
Bagaimana pengembangan wakaf produktif di Masjid Sabililaah Malang, dan (4) Apa saja faktor
pendukung dan penghambat dalam pengembangan wakaf produktif tersebut. Dari hasil pembahasan
yang sudah dilakukan, di bawah ini merupakan kesimpulan dari masing-masing hal tersebut.
Pengelolaan Wakaf Produktif
Dalam pengelolaan harta benda wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang nazhir wakaf
menggunakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan sesuai dengan manajemen wakaf
produktif. Nazhir yayasan Masjid Sabilillah Malang dalam pengelolaan wakaf produktifnya juga
mengacu pada Undang-undang Wakaf Bab V mengenai Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda
Wakaf pasal 42 dan Peraturan Pemerintah. Selain itu nazhir yayasan Masjid Sabilillah Malang
menggunakan asas-asas dalam pengelolaan wakaf produktif seperti asas keabadian manfaat, asas
pertanggung jawaban, asas profesionalitas manajemen dan asas keadilan sosial. Tetapi, pengelolaan
wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang masih belum dikatakan maksimal karena, pengelolaan
pujasera Sabilillah yang belum berjalan dengan baik, dan penyaluran hasil dari pengelolaan minimarket
al-khaibar yang belum bisa dibagi hasil karena belum impas.
Pengelolaan minimarket Al- Khaibar VI ialah dimana penyaluran hasil wakaf dari minimarket
yaitu nazhir mendapatkan keuntungan sebesar 10%, sebesar 20% untuk mauquf ‘alaih dan 70% untuk
pengembangan harta benda wakaf. Tetapi hingga saat ini penyaluran hasil minimarket al-khaibar VI
masih untuk biaya rutin dan pengajian pegawai, belum sesuai dengan manajemen wakaf karena hasil
dari minimarket al-Khaibar belum impas.
Pengelolaan dari pujasera Sabilillah sendiri awal mulanya nazhir Sabilillah Malang
bekerjasama dengan Taklim masjid yang memiliki warung di Singosari, tetapi tidak bertahan lama
karena kurang peminatnya sehingga sampai saat ini pujasera Sabilillah masih belum beroperasi dan
hanya digunakan untuk cathering acara pernikahan jika Auditorium Sabilillah disewa untuk acara
pernikahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pujasera Sabilillah masih kurang maksimal
karena banyaknya kendala yaitu kurangnya manajemen pengelolaan yang tepat dan kurangnya ide atau
inovasi yang disumbangkan oleh nazhir dalam menjalankan pujasera tersebut. Sehingga pujasera
Sabilillah saat ini belum berjalan dengan baik.
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Wakaf
Faktor yang mendukung dalam pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Masjid Sabilillah
Malang adalah: Nazhir yang professional.
Faktor penghambat dari pengelolaan wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang ialah a)
Faktor Sumber Daya Manusia. Yang dimana masih kurangnya sumber daya manusia atau nazhir dalam
pengelolaan harta wakaf produktif. b) Faktor Kelembagaan. Yang dimana peran BWI masih belum
maksimal seperti pendanaan yang minim.
Pengembangan Wakaf Produktif
Model pengembangan wakaf produktif nazhir Yayasan Masjid Sabilillah Malang ialah
dilakukan dengan cara pertama, menjalin kemitraan dengan Nazhir Yayasan Universitas Islam Malang
(UNISMA) dengan akad musyarakah dengan pembagian hasil keuntungan ialah 50%: 50% yang berasal
dari dana pinjaman Kementerian Agama untuk pemfasilitasan pengembangan minimarket Al-Khaibar
VI yang dibangun oleh Yayasan Masjid Sabilillah disekitar tanah wakaf Masjid Sabilillah. Pembangunan
minimarket Al-Khaibar ini diikuti dengan pembangunan pujasera Sabilillah di lantai 2 minimarket Al-
Khaibar VI di atas tanah seluas 370m2. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan proyek
percontohan wakaf produktif berupa pujasera dan minimarket oleh Yayasan Masjid Sabilillah Malang
dilakukan dengan cara menggabungkan wakaf non produktif (tanah wakaf) dengan wakaf produktif
(Dana bantuan pinjaman dari Kementerian Agama) melalui kerjasama dengan Universitas Islam Malang
(UNISMA).
Kedua, dengan cara pengembangan asset melalui pembelian dari hasil wakaf. dimana, hasil
dari penyewaan menara masjid Sabilillah untuk menara celluler sebesar 700 juta untuk pembelian mobil
yang dimana mobil tersebut digunakan untuk antar jemput kyai atau ustadz yang diundang oleh Masjid
Sabilillah Malang dan digunakan untuk pembangunan minimarket Al-Khaibar VI serta pujasera
Sabilillah. Ketiga, pengembangan asset melalui pemberian dari wakif baru yaitu berupa wakaf uang yang
diterima oleh para wakif baru untuk pengembangan asset wakaf di Masjid Sabilillah Malang.

Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Wakaf Produktif


Fator pendukung dalam pengembangan wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang ialah: a)
Dukungan Sumber Daya Manusia yang dimana ialah nadhir yang professional dalam pengembangan
wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang, seorang nadhir yang professional harus mengacu pada
prinsip-prinsip manajemen modern. Maka tidak aneh jika nadhir dapat mengelola dan mengembangkan
wakaf dengan baik. b) wakaf produktif dapat berkembang apabila dengan adanya dukungan keuangan.
Inklusi keuangan yang luas akan memungkinkan sector usaha mikro kecil dan menengah dapat
bertumbuh dengan cepat. c) dan adanya dukungan pengawasan dalam mengendalikan agar pelaksanaan
dapat berjalan sesuai rencana dan memastikan tujuan organisasi tercapai.
Sedangkan faktor penghambat dalam pengembangan wakaf produktif di Yayasan Masjid
Sabilillah Malang ialah kurangnya mendapatkan pembinaan sosialisasi berupa pemahaman mengenai
inovasi pengembangan wakaf secara produktif.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi nazhir Yayasan Masjid Sabilillah Malang maupun bagi pihak-pihak lainnya. Adapun
dalam penelitian ini, saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Diharapkan Nadhir Yayasan Masjid Sabilillah Malang dapat lebih memaksimalkan
pengelolaan wakaf produktifnya agar pengelolaan wakaf produktif seperti Pujasera Sabillah
segera beroperasi kembali dengan cara menciptakan inovasi maupun melakukan kerjasama
dengan pihak ketiga dalam menjalankan pujasera Sabilillah dan lebih maksimal dalam
pengelolaan Minimarket Al-Khaibar VI agar surplus yang didapatkan dapat segera di bagi hasil.
2. Nadhir Yayasan Masjid Sabilillah Malang diharapkan dapat mempertahankan hubungan
kemitraan dengan pihak ketiga (UNISMA) dalam pengembangan wakaf produktif. Karena
menjalin kemitraan dalam pengembangan wakaf produktif berupa minimarket Al-Khaibar dan
Pujaseara Sabilillah tersebut dapat membantu Yayasan Masjid Sabilillah Malang untuk
memanfaatkan lahan wakaf agar tidak terbengkalai sehingga lebih produktif.
3. Diharapkan dalam pengelolahan pujasera Sabilillah perlu melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga seperti pemilik resto atau warung kuliner yang dapat memancing pengunjung Masjid
Sabilillah yang akan melakukan ibadah, ataupun orang tua siswa LPI Sabilillah, dan masyarakat
sekitar dapat tertarik mengunjungi pujasera Sabilillah. Sehingga, pujasera sabilillah dapat aktif
beroperasi dan dapat menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan untuk pengembangan
wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang.
4. Bagi nadhir Yayasan Masjid Sabilillah Malang perlu mendapatkan sosialisasi untuk manajerial
pengelolaan wakaf produktif maupun inovasi dalam pengembangan wakaf produktif. Agar
harta wakaf yang ada di Masjid Sabilillah Malang dapat terus berkembang dengan banyaknya
inovasi yang didapat oleh nadhir Yayasan Masjid Sabilillah Malang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen
Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya khususnya kepada dosen
pembimbing kami sehingga jurnal ini bisa diterbitkan

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis, dan Mariyah Ulfah. 2010. Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, Cet ke-1, Bandung,
PT Alfabeta.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Jakarta.Press.
Al-Hadi, Abu Azam, 2009. Upaya Pemberdayaan Wakaf Produktif Bagi Kesejahteraan Umat. Islamica.
Vol 4 No 1..
Ahmad al-Hujji al-Kurdi, 2003. Tafsir Al Ahwal Al-syakhshiyah. Damaskus.
Al- Zuhaili, Wahbah, 2007, Al-Fiqh al-Washaya wa al-Waqf fi al-Fiqh al-Islami, Beirut: Dar al-Fikr al-
Muashir.
Anonymous. 2013a. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Kementerian Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Jakarta.
Asytuti, Rinda. 2012. Optimalisasi Wakaf Produksi. At-Taradahi. Vol 3 No 1.
Candra, Hari. Asmak ab Rahman. 2010. Waqf Investment: A Case Study of Dompet Dhuafa Republika,
Indonesia. Jurnal Syariah. Vol. 18, No. 1.
Depag RI, 2006. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. DirJen Bimbingan Masyarakat
Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf.
Departemen Agama RI, Panduan Bantuan Pemberdayaan Wakaf Produktif, Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Departemen Agama RI, 2008.
Didin Hafinuddin dan Hendri Tanjung. 2005. Manajemen Syari’ah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama
RI, 2006. Fiqih Wakaf. cet. Ke-4. Jakarta.
Djaelani, Aunu Rofiq. 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif. Semarang: FPTK
IKIP Veteran.
Djunaidi, Ahmad, dkk, Menuju Era Wakaf Produktif, Mumtazah Publishing: Jakarta, 2007.
Fahirah. 2008. Analisa Pasar Proyek Minimarket. Jurnal Smartek. 6 (3).
Firdaus, Doddy afandi. 2011. Pemanfaatan Wakaf Tunai untuk kebutuhan keluarga miskin di dompet
dhuafa Bandung. Tesis. UIN Sunan Kalijag. Yogyakarta.
Furqan, Ahmad. 2012. Wakaf sebagai solusi dunia pendidikan di Indonesia. Jurnal At-Taqaddum, Vol
4 (2).
Hashmi, Sherafat Ali, Management of Waqf: Past and Present dalam Management and Development of
Awqaf Properties, Proceeding, of The Seminar, Jeddah: Islamic Development Bank, 1987.
Hardyanti, Siti. 2012. Bab II Kajian Teori.
http://eprints.uny.ac.id/7900/3/bab2%20%2006101244019.pdf. Akses 2018.
Huda. Nurul, Desti Anggraini, Nova Rini, Khamim Hudori, Yosi Mardoni. 2014. Akuntabilitas Sebagai
Solusi dalam Pengelolaan Wakaf. Jurnal Akuntansi Multi Paradigma. 5 (3).
Kahf, Monzer,2006, al-Waqf al-Islamy, Tathwuruh, Idaratuh, tanmiyyatuh, Suriah: Dar al-Fikr.
Karim, Shamsiah Bte Abdul. 2010. Contemporary Shari’a Compliance Structuring for the Development
and Management of Waqf Assets in Singapore. Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, 143-164.
Lubis, Suhrawardi K, dkk. 2010. Wakaf dan Pemberdayaan Umat. Jakarta Sinar Grafika.
Makmun Khairani. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Medias, Fahmi. 2010. Wakaf Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam. Vol 4,
No.1.
Megawati, Devi. 2014. Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Kota Pekanbaru. Jurnal
Hukum Islam. Vol XIV No. 1
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dan Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Munir, Sirojul. 2008. Kemitraan usaha dalam wakaf produktif. Badan Wakaf Indonesia. Jakarta.
www.bwi.com. Akses 2018.
Moeloeng, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moloeng, L.J. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Monzher Kahf, Al-Waqfu fi al-Mujtama’al-islami al-Ma’shir, http://www.kantkji.org Akses 2019.
Najib, Tuti A., Ridwan al-Makassary (ed.). 2006. Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan: Studi
tentang Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia, Jakarta: Kerjasama The Ford
Foundation dan CSRC.
Nasution, Mustaka Edwin 2013. Manajemen Investasi Wakaf Uang. Disampaikan dalam workshopSkim
Pendanaan Bagi Usaha Mikro Kecil oleh UJKS/ KJKS Koperasi yang bersumber dari
Pendayagunaan Wakaf Bogor. www.slideshare.net..
Praja, Juhaya S. dan Mukhlisin Muzarie.2009. Pranata Ekonomi Islam Wakaf, Yogyakarta: Dinamika
dan SIAC.
Qahaf, mundzir. 2005 Manajemen Wakaf Produktif, Khalifa (Pustaka Al-Kautsar Group), Jakarta Timur.
Riva’I, Veithzal & Adria Permata Veithzal, 2008, Islamic Financial Management, Teori, Konsep dan
Aplikasi Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa, Jakarta: Rajawali
Press.
Rozalinda. 2012. Manajemen Resiko Investasi Wakaf Uang. Islamica. Vol 6 (2)
Saepudin. Pengembnagan Potensi Wakaf di Indonesia. http://bdkbandung.kemenagg.go.id/jurnal/136-
pengembangan-potensi-wakaf-di-indonesia.
Soliha, Euis. 2008. Analisis Industri Ritel di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 15 (2).
Sudarsono, Heri. 2002. Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Ekonisia.
Syukron, Ahmad. 2011. Rekonstruksi Hukum Islam: Kajian Historis atas Urgensi Pelembagaan Wakaf
Produktif di Indonesia. Jurnal Penelitian. Vol 8 (2).
Tiswarni. 2014. Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Wakaf (Tinjauan Terhadap Strategi Pemberdayaan
Wakaf Badan Wakaf Al-Qur’an dan Wakaf Canter). Jurnal Al-‘Adalah, 12 (2).
Undang Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. www.bpkp.go.id. Akses
2018.
108

Anda mungkin juga menyukai