Dok Wakaf
Dok Wakaf
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Jherinda Erifanti
155020501111083
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 29 April 2019
Dosen Pembimbing,
NIP. 195702121984031003
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF DI MASJID
SABILILLAH KOTA MALANG
(Studi Kasus Minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah)
Jherinda Erifanti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: Jherinda1234@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dan pengembangan wakaf
produktif di Masjid Sabilillah Kota Malang serta mengetahui apa sajakah faktor pendukung maupun
penghambat dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif dalam bentuk usaha minimarket
dan juga pujasera. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik analisis yang
digunakan adalah deskriptif dengan metode studi kasus dimana penelitian ini dilakukan dengan
melakukan wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nadhir yayasan Masjid
Sabilillah Kota Malang telah mengelolah wakaf secara produktif sesuai dengan aturan Undang-undang
Wakaf tentang Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Serta dilakukan dengan managemen modern.
Pengembangan wakaf di Yayasan Masjid Sabilillah melakukan kemitraan dengan nadhir Yayasan
UNISMA dalam pemfasilitasan minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah. Faktor pendukung
dalam pengelolaannya dan pengembangan wakaf produktif ialah adanya nadhir yang professional.
faktor penghambatnya sendiri ialah faktor personil nazhir yang minim dan kurangnya mendapat
pembinaan nadhir dalam pemahaman mengenai inovasi pengembangan wakaf secara produktif.
Kata kunci: Masjid Sabilillah Malang, Pengelolaan, Pengembangan
A. PENDAHULUAN
Menurut data dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) pada tahun 2016 aset tanah wakaf di Indonesia
sebanyak 435.768 lokasi, dengan luas mencapai 4.359.443.170,00 M2. Aset wakaf mengalami
pertumbuhan tiap tahunnya, pertumbuhan ini seiring dengan peningkatan pendapatan perkapita
masyarakat Indonesia yang mengalami kenaikan dari 33,5 juta pada tahun 2012 menjadi 36,5 juta pada
tahun 2013 (BPS 2014). Menurut Sistem Informasi Wakaf( SIWAK) penggunaan tanah wakaf dengan
rincian mushollah 28,17%, masjid 44,99%, makam 4,59%, sekolah 10,61%, pesantren 3,23%, sosial
lainnya 8,40% (Siwak,2018).
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tanah wakaf yang ada masih dalam
bentuk lahan yang tidak produktif dan masih sebatas pada tempat ibadah, sekolah, pesantren, makam,
dan panti asuhan. Sehingga dari segi sosial khusus untuk kepentingan keagamaan memang efektif,
namun dari segi ekonomi masih belum memberikan kontribusi bagi ekonomi masyarakat (Hasanah:
2005). Permasalahan yang muncul pada perwakafan di Indonesia menurut Kementerian Agama RI pada
tahun 2010, hampir 95% asset wakaf belum dimanfaatkan secara optimal sehingga peran sosial ekonomi
wakaf belum dapat dirasakan oleh masyarakat secara maksimal (BWI Jabar: 2014).
Dengan lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang menjadi titik tolok
peraturan wakaf di Indonesia, harta wakaf dapat digunakan lebih produktif. Sebab di dalam UU No. 41
Tahun 2004 terkandung pemahaman dan juga pola manajemen pemberdayaan potensi wakaf yang lebih
modern, sehingga wakaf dapat menjadi solusi dalam peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi
Masyarakat. Pengoptimalan lain dilakukan oleh Departemen Agama RI pada tahun 2005 melelui
program yang bertujuan untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan yang berbasis Islam melalui harta
wakaf. program tersebut ialah Bantuan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif yang bersumber dari dana
APBN (Depag, 2011:3).
Pada tahun 2016 Masjid Sabilillah Malang bekerja sama dengan Badan Wakaf Indonesia melalui
Yayasan nazhir Universitas Islam Malang (UNISMA) dalam pengawasan Kementerian Agama Republik
Indonesia dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf secara produktif, sehingga
mendapatkan dana bantuan pinjaman wakaf sebesar 700 jt (tujuh ratus) juta. Program tersebut ialah
bantuan pemberdayaan tanah wakaf produktif yang bersumber dari dana APBN. Dana bantuan tersebut
ialah dana wakaf yang harus dikelola secara produktif. Dana bantuan yang diterima oleh Masjid
Sabilillah Malang tersebut diperuntukkan untuk pemfasilitasan minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera
Sabilillah.
Pihak pengelola wakaf atau Nadhir berupaya dalam mengelola tanah wakaf agar lebih
produktif. Pengelolaan tanah wakaf diarahkan pada orientasi produktif agar mendapat hasil yang lebih
optimal. Tidak hanya itu, adanya wakaf produktif dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraannya. Namun dalam prakteknya masih banyak yang perlu diperbaiki.
Baik dari segi pengelolaan, pemanfaatan, dan pengembangan terhadap tanah wakaf. Agar nantinya tanah
wakaf dapat digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif. Permasalahan tanah wakaf inilah yang
membuat penulis tertarik dalam mengangkat tema ini ke dalam penelitian skripsi. Berdasarkan uraian
diatas, maka penelitian ini bermaksud mendeskripsikan pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf
Masjid Sabilillah dari dana pinjaman Kementerian Agama RI. Maka judul yang diambil dalam penelitian
ini adalah “Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Masjid Sabilillah Malang” (Studi
kasus Minimarket Al-Khaibar VI dan Pujasera Sabilillah).
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Al-Qur’an surat Al-Imran: 92 yang artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai
dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
2. Al-Qur’an surat Al-Baqarah:261 yang artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap bulirnya seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya)
lagi Maha mengetahui”.
3. Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 267 yang artinya: “ hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah,
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Hadist yang menggambarkan dianjurkannya ibadah wakaf adalah perintah Nabi Muhammad
kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yaitu: “Dari abu hurairah r.a sesungguhnya Rasulullah SAW.
Bersabda: “apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara:
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya” (H.R Muslim).
Rukun dan Syarat Wakaf
Dalam Undang-undang No. 41 tahun 2004, wakaf dikatakan sah apabila memenuhi unsur
berikut ini:
1. Waqif
Waqif adalah pemilik penuh dari harta yang diwakafkan (Al- Zuhaili, 1998) atau orang yang
mewakafkan hartanya untuk dimanfaatkan guna kepentingan umum. Menurut Fuqaha untuk
menjadi seorang waqif perlu memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu orang yang
merdeka, dewasa, berakal sehat, pemilik harta atau wakilnya, rela dan juga sehat (Al-Hadi:
2009)
2. Nadhir
Nadhir menurut Peraturan Menteri Agama adalah pihak yang menerima harta benda wakaf
dari wakif dan bertugas untuk mengelola dan juga mengembangkan harta wakaf tersebut
sesuai dengan peruntukannya. Sama seperti wakif nadhir juga dapat dilakukan oleh
perorangan dan juga bisa dilakukan oleh badan hukum atau organisasi. Syarat bagi nadhir
perseorangan ialah beragama islam, dewasa, amanah, mampu secara rohani maupun
jasmani dan tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
Sedangkan untuk syarat bagi nadhir dalam bentuk organisasi maupun Badan hukum
ialah harus dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan
yang berhak menjadi nadhir ialah harus badan hukum atau organisasi yang bersangkutan
dengan bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan atau keagamaan islam.
3. Harta Benda wakaf
Harta benda wakaf atau Maukuf bih memiliki 2 (dua) kategori yaitu harta bergerak dan
harta tidak bergerak. Syarat yang perlu dimiliki maukuf bih ialah harus memiliki
manfaat, lestari, milik penuh, dan diperuntukan untuk kebajikan (Praja, 2009: 69).
Harta benda wakaf dibagi menjadi 2 (dua) menurut Undang-undang RI nomor 41
tahun 2004 yaitu meliputi benda bergerak dan tidak bergerak. Benda tidak bergerak yaitu
diantaraya adalah tanah, bangunan, tanaman atau benda yang berkaitan dengan tanah,
hak milik atas satuan rumah susun, dan benda tidak bergerak lain sesuai dengan syariah
dan peraturan pemerintah yang berlaku. Benda bergerak yaitu meliputi uang, logam
mulia, kendaraan, surat berharga, hak kekayaan intelektual, hak sewa dan benda
bergerak lain sesuai dengan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Herdiyanti: 2017).
4. Ikrar wakaf
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1997 Ikrar Wakaf merupakan
pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan tanah benda miliknya. Menurut
Undang-undang RI No. 41 Tahun 2004 Ikrar wakaf ialah pernyataan kehendak wakif
yang diucapkan secara lisan atau tertulis dalam menyerahkan harta benda miliknya
untuk diwakafkan. Saat melakukan ikrar wakaf perlu adanya saksi yang harus dewasa,
islam, sehat jasmani dan rohani, dan tidak terhalang dalam melakukan perbuatan hukum.
Jika telah melakukan ikrar wakaf maka perlu adanya bukti tertulis dalam bentuk Akta
Ikrar Wakaf, dengan tujuan agar menjadi bukti sebagai salah satu persyaratan pendaftran
tanah wakaf dan juga untuk mencegah timbulnya persengketaan tanah wakaf.
5. Peruntukan harta benda wakaf
Berdasarkan hadist Ibnu Umar tujuan wakaf ialah untuk mendapatkan keridhaan Allah
SWT dengan cara mendirikan tempat ibadah, kegiatan dakwah, tempat pendidikan
islam, dan lain sebagainya. Selain itu, wakaf bertujuan untuk kepentingan sosial
masyarakat seperti membantu fakir miskin, mendirikan pendidikan formal, dan panti
sosial (Satrio: 2015).
6. Jangka waktu wakaf
Ada perbedaan pendapat mengenai jangka waktu wakaf, Imam Malik dan Malikiyah
memperbolehkan wakaf dengan jangka waktu tertentu atau tidak berlaku selamanya, dan
membolehkan pelaksanaan wakaf dengan tidak memisahkan kepemilikan wakif dengan
harta benda wakaf. Serta tidak memperbolehkan penjualan, mewariskan atau
menghibahkan harta benda wakaf (Nurdin dkk: 2016).
Sedangkan Imam Syafi’I menyatakan tidak memperbolehkan adanya jangka waktu dalam
mewakafkan harta benda, karena harta benda yang telah diwakafkan berarti telah menjadi hak milik
Allah SWT yang berarti digunakan untuk kepentingan umum, sehingga wakif tidak diperbolehkan
mensyaratkan sesuatu terhadap harta benda wakaf. Berarti, hak atas kepemilikan harta benda wakaf
bukan lagi pada wakif melainkan hak milik umum. Dan pahala yang didapatkan oleh wakaf tersebut
didapat apabila tidak adanya syarat jangka waktu terhadap harta wakaf. Namun, Berdasarkan Undang-
undang No. 41 Tahun 2004, memperbolehkan adanya jangka waktu terhadap harta benda wakaf. Hal ini
berkaitan dengan pendapat Mazhab Maliki.
Macam-macam Wakaf
Ada dua macam wakaf yang dapat dilihat dari peruntukannya, yaitu:
1. Wakaf Ahli
Wakaf ini dapat disebut dengan wakaf khusus atau wakaf keluarga. Dikarenakan wakaf ini
diperuntukkan kepada orang tertentu saja atau pilihan baik dari pihak keluarga atau bukan.
Namun banyak penyalahgunaan dan kendala dalam prakteknya yaitu: (1) menjadikan wakaf
sebagai alat untuk mencegah adanya pemecahan atau pembagian harta kekayaan setelah ahli
waris meninggal. (2) dijadikan alat untuk menghindari tuntutan hutang-piutang yang dibuat
seseorang sebelum mewakafkan harta miliknya yang berupa tanah (Jindan: 2014).
2. Wakaf Khairi
Pada wakaf khairi ini dibagi menjadi dua yaitu wakaf am dan wakaf khas. Dimana wakaf
am memiliki tujuan kebajikan dengan tidak menentukan siapa pemerima harta wakaf tersebut
dan tidak menentukan tujuan khusus harta wakaf. sehingga pada kasus ini nazhir lah yang
menjadi pengelola penuh harta wakaf. sedangkan untuk wakaf khas ialah wakaf yang
menentukan kepada siapa harta wakaf tersebut dikelola dan memiliki tujuan khusus dalam
penggunaan dan tujuannya. Sehingga pihak nazhir hanya sebagai pelaksana dalam pemanfaatan
harta wakaf (Shakor: 2011).
Paradigma Baru Wakaf Produktif
Wakaf produktif adalah skema pengelolaan harta wakaf yaitu dengan cara memproduktifkan
harta tersebut, hingga dapat menghasilkan surplus yang berkelanjutan. Harta wakaf dapat berupa benda
bergerak maupun tidak bergerak . surplus dari wakaf produktif inilah yang menjadi sumber dana abadi
bagi pembiayaan kebutuhan umat, seperti pembiayaan pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas (Depag RI: 2008). Dalam pengelolaan wakaf produktif diperlukannya asas-asas paradigm
baru wakaf yang meliputi asas keabadian manfaat, asas pertanggungjawaban, asas professionalisme
manajemen, asas keadilan sosial. (Djunaidi 2007).
1. Asas keabadian manfaat
Asas keabadian manfaat benda wakaf menjadi landasan yang paling relevan dengan
keberadaan benda tersebut itu sendiri.ibadah wakaf yang dilakukan oleh para ulama
dikategorikan sebagai amal ibadah shadaqoh jariyah yang memiliki nilai pahala yang dapat
mengalir terus menerus walaupun yang mewakafkan telah meninggal dunia. Kontinyuitas
pahala yang didapat itu berkaitan dengan aspek kemanfaatan yang dapat diambil secara
berkesinambungan oleh mauquf alaih atau untuk kepentingan masyarakat.
2. Asas pertanggungjawaban
Asas pertanggungjawaban merupakan asas paradigma baru dari wakaf. sebagai ajaran
yang memiliki dimensi ilahiyyah dan insaniyyah, wakaf perlu dipertanggungjawabkan
baik di dunia maupun di akhirat (Depag, 2011:75) Bentuk dari pertanggungjawaban
tersebut dari pengelolaan secara sungguh-sungguh dan semangat yang didasar pada
tanggung jawab pada Allah, tanggung jawab pada lembaga, tanggung jawab pada hukum
yang berlakuk, dan tanggung jawab sosial.
3. Asas profesionalitas manajemen
Asas professional manajemen ini dalam sebuah teori manajamen modern ialah disebut
dengan istilah TQM (Total Quality Management). Yang meliputi Amanah, jujur, cerdas
dan dapat menyampaikan informasi secara transparan dan akuntabel.
4. Asas keadilan sosial
asas keadilan sosial ini melalui pendermaan harta wakaf untuk kebajikan umum.
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian secara holistic dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahas, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dengan metode alamiah (Moeloeng, 2014: 6). Penelitian ini dimaksud untuk
memperoleh informasi model pengelolaan dan pengembangan harta wakaf produktif. Selain itu, dengan
penelitian ini diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
wakaf di lembaga tersebut.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Masjid Sabilillah Kota Malang, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani
No. 15 Blimbing Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.
Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional maka Masjid Sabilillah
Malang melakukan pengelolaan tanah wakaf secara produktif. Masjid Sabilillah terlekat di jalan Ahmad
Yani No. 15, Blimbing Kota Malang. Yang dibangun diatas tanah wakaf seluas 8.100 m2. Saat ini tanah
wakaf tersebut telah dibangun diatasnya beberapa bangunan yakni terdiri dari sebuah Masjid,
perkantoran, sebuah Auditorium, minimarket Al-khaibar VI, Menara Celluler, 2 (dua) bilik ATM,
pujasera, koperasi, lembaga pendidikan Islam dan poliklinik. Masjid Sabilillah memiliki yayasan
pengelolaan wakaf yang dimana yayasan tersebut didirikan untuk membantu para nazhir agar asset
wakaf yang dikelola bisa lebih baik dan lebih produktif, sehingga dapat bermanfaat bagi pembinaan
umat.
Masjid Sabilillah Malang melakukan kerjasama dalam pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI) melalui kerjasama Nazhir UNISMA pada tahun
2016. Dimana kerjasama tersebut berupa wakaf tunai atau uang. Dana tersebut dari Kementerian Agama
RI untuk pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf Masjid Sabilillah Malang. Kerjasama ini
dilakukan karena saat itu Badan Wakaf Indonesia (BWI) sedang menggalakkan program pemberdayaan
wakaf produktif. Program tersebut direalisasikan dengan jalan pemberian bantuan dana pinjaman kepada
nazhir yang mempunyai lahan wakaf yang lokasinya strategis dan memiliki program wakaf produktif.
Dana bantuan tersebut digunakan untuk pemfasilitasan minimarket Al-khaibar VI yang bekerjasama
dengan nazhir Yayasan Universitas Islam Malang (UNISMA).
PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI MASJID SABILILLAH MALANG
Pengelolaan tanah wakaf di Masjid Sabilillah ini tidak ada unit khusus yang menanganinya.
Sehingga dalam pengelolaan wakaf di masjid Sabilillah ini dikelola langsung oleh nazhir. Pengelolaan
dan pengembangan wakaf di Masjid Sabilillah Malang mengacu pada UU Wakaf Bab V mengenai
Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf pasal 42 yaitu: Nazhir wajib mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya. Dan dari pasal 43
yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syari’ah
2. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara produktif
3. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat
(1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syari’ah.
Tanah Wakaf Masjid Sabilillah Malang ini dimaksimalkan untuk pembangunan yang dapat
produktif atau menghasilkan, agar asset tanah wakaf tersebut dapat menghasilkan dana yang
berkelanjutan sehingga hasil dari dana tersebut untuk renovasi atau perbaikan masjid, sarana dakwah
dan pembinaan umat. Nadhir wakaf di Sabilillah menggunakan berbagai asas paradigm baru wakaf
dalam pengelolaan wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang ini yaitu meliputi:
Nazhir
Staff Administrasi
Wakif
10% dari
Nadhir keuntungan
bersih
Pengembangan
Mauquf ‘alaih
70% dari
20% dari keuntungan
keuntungan bersih
bersih
Kesimpulan
Seperti yang telah disebutkan bahwa penelitian ini dilakukan dalam ragka untuk menjawab
empat permasalahan utama, yaitu: (1) Bagaimana pengelolaan wakaf produktif di Masjid Sabililah
Malang, (2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengelolaan wakaf produktif tersebut, (3)
Bagaimana pengembangan wakaf produktif di Masjid Sabililaah Malang, dan (4) Apa saja faktor
pendukung dan penghambat dalam pengembangan wakaf produktif tersebut. Dari hasil pembahasan
yang sudah dilakukan, di bawah ini merupakan kesimpulan dari masing-masing hal tersebut.
Pengelolaan Wakaf Produktif
Dalam pengelolaan harta benda wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang nazhir wakaf
menggunakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan sesuai dengan manajemen wakaf
produktif. Nazhir yayasan Masjid Sabilillah Malang dalam pengelolaan wakaf produktifnya juga
mengacu pada Undang-undang Wakaf Bab V mengenai Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda
Wakaf pasal 42 dan Peraturan Pemerintah. Selain itu nazhir yayasan Masjid Sabilillah Malang
menggunakan asas-asas dalam pengelolaan wakaf produktif seperti asas keabadian manfaat, asas
pertanggung jawaban, asas profesionalitas manajemen dan asas keadilan sosial. Tetapi, pengelolaan
wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang masih belum dikatakan maksimal karena, pengelolaan
pujasera Sabilillah yang belum berjalan dengan baik, dan penyaluran hasil dari pengelolaan minimarket
al-khaibar yang belum bisa dibagi hasil karena belum impas.
Pengelolaan minimarket Al- Khaibar VI ialah dimana penyaluran hasil wakaf dari minimarket
yaitu nazhir mendapatkan keuntungan sebesar 10%, sebesar 20% untuk mauquf ‘alaih dan 70% untuk
pengembangan harta benda wakaf. Tetapi hingga saat ini penyaluran hasil minimarket al-khaibar VI
masih untuk biaya rutin dan pengajian pegawai, belum sesuai dengan manajemen wakaf karena hasil
dari minimarket al-Khaibar belum impas.
Pengelolaan dari pujasera Sabilillah sendiri awal mulanya nazhir Sabilillah Malang
bekerjasama dengan Taklim masjid yang memiliki warung di Singosari, tetapi tidak bertahan lama
karena kurang peminatnya sehingga sampai saat ini pujasera Sabilillah masih belum beroperasi dan
hanya digunakan untuk cathering acara pernikahan jika Auditorium Sabilillah disewa untuk acara
pernikahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pujasera Sabilillah masih kurang maksimal
karena banyaknya kendala yaitu kurangnya manajemen pengelolaan yang tepat dan kurangnya ide atau
inovasi yang disumbangkan oleh nazhir dalam menjalankan pujasera tersebut. Sehingga pujasera
Sabilillah saat ini belum berjalan dengan baik.
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Wakaf
Faktor yang mendukung dalam pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Masjid Sabilillah
Malang adalah: Nazhir yang professional.
Faktor penghambat dari pengelolaan wakaf produktif di Masjid Sabilillah Malang ialah a)
Faktor Sumber Daya Manusia. Yang dimana masih kurangnya sumber daya manusia atau nazhir dalam
pengelolaan harta wakaf produktif. b) Faktor Kelembagaan. Yang dimana peran BWI masih belum
maksimal seperti pendanaan yang minim.
Pengembangan Wakaf Produktif
Model pengembangan wakaf produktif nazhir Yayasan Masjid Sabilillah Malang ialah
dilakukan dengan cara pertama, menjalin kemitraan dengan Nazhir Yayasan Universitas Islam Malang
(UNISMA) dengan akad musyarakah dengan pembagian hasil keuntungan ialah 50%: 50% yang berasal
dari dana pinjaman Kementerian Agama untuk pemfasilitasan pengembangan minimarket Al-Khaibar
VI yang dibangun oleh Yayasan Masjid Sabilillah disekitar tanah wakaf Masjid Sabilillah. Pembangunan
minimarket Al-Khaibar ini diikuti dengan pembangunan pujasera Sabilillah di lantai 2 minimarket Al-
Khaibar VI di atas tanah seluas 370m2. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan proyek
percontohan wakaf produktif berupa pujasera dan minimarket oleh Yayasan Masjid Sabilillah Malang
dilakukan dengan cara menggabungkan wakaf non produktif (tanah wakaf) dengan wakaf produktif
(Dana bantuan pinjaman dari Kementerian Agama) melalui kerjasama dengan Universitas Islam Malang
(UNISMA).
Kedua, dengan cara pengembangan asset melalui pembelian dari hasil wakaf. dimana, hasil
dari penyewaan menara masjid Sabilillah untuk menara celluler sebesar 700 juta untuk pembelian mobil
yang dimana mobil tersebut digunakan untuk antar jemput kyai atau ustadz yang diundang oleh Masjid
Sabilillah Malang dan digunakan untuk pembangunan minimarket Al-Khaibar VI serta pujasera
Sabilillah. Ketiga, pengembangan asset melalui pemberian dari wakif baru yaitu berupa wakaf uang yang
diterima oleh para wakif baru untuk pengembangan asset wakaf di Masjid Sabilillah Malang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen
Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya khususnya kepada dosen
pembimbing kami sehingga jurnal ini bisa diterbitkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis, dan Mariyah Ulfah. 2010. Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, Cet ke-1, Bandung,
PT Alfabeta.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Jakarta.Press.
Al-Hadi, Abu Azam, 2009. Upaya Pemberdayaan Wakaf Produktif Bagi Kesejahteraan Umat. Islamica.
Vol 4 No 1..
Ahmad al-Hujji al-Kurdi, 2003. Tafsir Al Ahwal Al-syakhshiyah. Damaskus.
Al- Zuhaili, Wahbah, 2007, Al-Fiqh al-Washaya wa al-Waqf fi al-Fiqh al-Islami, Beirut: Dar al-Fikr al-
Muashir.
Anonymous. 2013a. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Kementerian Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Jakarta.
Asytuti, Rinda. 2012. Optimalisasi Wakaf Produksi. At-Taradahi. Vol 3 No 1.
Candra, Hari. Asmak ab Rahman. 2010. Waqf Investment: A Case Study of Dompet Dhuafa Republika,
Indonesia. Jurnal Syariah. Vol. 18, No. 1.
Depag RI, 2006. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. DirJen Bimbingan Masyarakat
Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf.
Departemen Agama RI, Panduan Bantuan Pemberdayaan Wakaf Produktif, Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Departemen Agama RI, 2008.
Didin Hafinuddin dan Hendri Tanjung. 2005. Manajemen Syari’ah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama
RI, 2006. Fiqih Wakaf. cet. Ke-4. Jakarta.
Djaelani, Aunu Rofiq. 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif. Semarang: FPTK
IKIP Veteran.
Djunaidi, Ahmad, dkk, Menuju Era Wakaf Produktif, Mumtazah Publishing: Jakarta, 2007.
Fahirah. 2008. Analisa Pasar Proyek Minimarket. Jurnal Smartek. 6 (3).
Firdaus, Doddy afandi. 2011. Pemanfaatan Wakaf Tunai untuk kebutuhan keluarga miskin di dompet
dhuafa Bandung. Tesis. UIN Sunan Kalijag. Yogyakarta.
Furqan, Ahmad. 2012. Wakaf sebagai solusi dunia pendidikan di Indonesia. Jurnal At-Taqaddum, Vol
4 (2).
Hashmi, Sherafat Ali, Management of Waqf: Past and Present dalam Management and Development of
Awqaf Properties, Proceeding, of The Seminar, Jeddah: Islamic Development Bank, 1987.
Hardyanti, Siti. 2012. Bab II Kajian Teori.
http://eprints.uny.ac.id/7900/3/bab2%20%2006101244019.pdf. Akses 2018.
Huda. Nurul, Desti Anggraini, Nova Rini, Khamim Hudori, Yosi Mardoni. 2014. Akuntabilitas Sebagai
Solusi dalam Pengelolaan Wakaf. Jurnal Akuntansi Multi Paradigma. 5 (3).
Kahf, Monzer,2006, al-Waqf al-Islamy, Tathwuruh, Idaratuh, tanmiyyatuh, Suriah: Dar al-Fikr.
Karim, Shamsiah Bte Abdul. 2010. Contemporary Shari’a Compliance Structuring for the Development
and Management of Waqf Assets in Singapore. Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, 143-164.
Lubis, Suhrawardi K, dkk. 2010. Wakaf dan Pemberdayaan Umat. Jakarta Sinar Grafika.
Makmun Khairani. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Medias, Fahmi. 2010. Wakaf Produktif Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam. Vol 4,
No.1.
Megawati, Devi. 2014. Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Kota Pekanbaru. Jurnal
Hukum Islam. Vol XIV No. 1
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dan Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Munir, Sirojul. 2008. Kemitraan usaha dalam wakaf produktif. Badan Wakaf Indonesia. Jakarta.
www.bwi.com. Akses 2018.
Moeloeng, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moloeng, L.J. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Monzher Kahf, Al-Waqfu fi al-Mujtama’al-islami al-Ma’shir, http://www.kantkji.org Akses 2019.
Najib, Tuti A., Ridwan al-Makassary (ed.). 2006. Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan: Studi
tentang Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia, Jakarta: Kerjasama The Ford
Foundation dan CSRC.
Nasution, Mustaka Edwin 2013. Manajemen Investasi Wakaf Uang. Disampaikan dalam workshopSkim
Pendanaan Bagi Usaha Mikro Kecil oleh UJKS/ KJKS Koperasi yang bersumber dari
Pendayagunaan Wakaf Bogor. www.slideshare.net..
Praja, Juhaya S. dan Mukhlisin Muzarie.2009. Pranata Ekonomi Islam Wakaf, Yogyakarta: Dinamika
dan SIAC.
Qahaf, mundzir. 2005 Manajemen Wakaf Produktif, Khalifa (Pustaka Al-Kautsar Group), Jakarta Timur.
Riva’I, Veithzal & Adria Permata Veithzal, 2008, Islamic Financial Management, Teori, Konsep dan
Aplikasi Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa, Jakarta: Rajawali
Press.
Rozalinda. 2012. Manajemen Resiko Investasi Wakaf Uang. Islamica. Vol 6 (2)
Saepudin. Pengembnagan Potensi Wakaf di Indonesia. http://bdkbandung.kemenagg.go.id/jurnal/136-
pengembangan-potensi-wakaf-di-indonesia.
Soliha, Euis. 2008. Analisis Industri Ritel di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 15 (2).
Sudarsono, Heri. 2002. Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Ekonisia.
Syukron, Ahmad. 2011. Rekonstruksi Hukum Islam: Kajian Historis atas Urgensi Pelembagaan Wakaf
Produktif di Indonesia. Jurnal Penelitian. Vol 8 (2).
Tiswarni. 2014. Peran Nazhir dalam Pemberdayaan Wakaf (Tinjauan Terhadap Strategi Pemberdayaan
Wakaf Badan Wakaf Al-Qur’an dan Wakaf Canter). Jurnal Al-‘Adalah, 12 (2).
Undang Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. www.bpkp.go.id. Akses
2018.
108