Anda di halaman 1dari 8

TATA CARA INSTALASI LIFT ATAU ELEVATOR

Melakukan instalasi lift atau elevator memerlukan panduan dan tata cara khusus agar
dapat berjalan dengan aman dan cepat.

Lingkup pekerjaan instalasi lift


1. Pengadaan material lift

2. Pemasangan ruang luncur

3. Pemasangan kabin

4. Mesin
5. Pengamanan

6. Pintu serta Pengujian untuk mendapatkan Surat Laik Operasi (SLO)

Persiapan pekerjaan
1. Mempersiapkan program kerja (workplan), termasuk jenis merek hingga material lift
yang digunakan, jenis peralatan, metode kerja, time schedule, personil kerja, dan gambar
kerja yang akan digunakan, guna memperoleh persetujuan dari Direksi sebelum
pekerjaan dilakukan.

2. Memberitahu konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam, sebelum dilakukan


pelaksanaan pekerjaan dengan mengajukan Request for Job.
Tahapan pekerjaan
1. Melakukan persiapan lapangan, baik dari segi teknis maupun administrasi
pekerjaan.

2. Setelah Request for Job disepakati oleh direksi, dilanjutkan dengan pekerjaan
mobilisasi bahan, alat, dan personil.

3. Berkoordinasi dengan pihak direksi atau pihak yang berwenang terkait


pengosongan area basement sebagai lokasi penempatan material lift.

4. Melakukan pengukuran serta marking pada area pekerjaan, dilanjutkan


pemasangan stack out.

5. Pemasangan Ruang Luncur dari konstruksi Baja untuk pasangan Hoistway Lift,
sesuai dengan gambar kerja.

RUANG LUNCUR : Ruang luncur dapat dibuat dari tembok dan balok cor ataupun juga
dibuat dari freestanding atau konstruksi baja. Ukuran ruang luncur berbeda-beda,
bergantung berdasarkan kapasitas lift. Sebagai contoh, jika akan dipasang elevator
passenger standar dengan kapasitas 8 orang, maka ukuran ruang luncur yang digunakan
1900 x 1650 mm.

GAMBAR KERJA/GAMBAR PEMASANGAN : Setelah terdapat ruang luncur, maka dapat dibuat
sebuah gambar kerja atau pemasangan. Gambar tersebut disesuaikan dengan kondisi
bangunan ruang luncur, yang memiliki lining (kelurusan) ataupun kontur bangunan yang
berbeda dan tidak sama antar lantai. Biasanya gambar memperhatikan lingkar ruang
luncur yang terkecil. Di bagian ini pihak surveyor lokasi yang harus jeli mengamati atau
mengukur ruang luncur. Jika tidak teliti maka akibatnya bisa fatal, karena lift akan
mengalami kendala saat pemasangan, bahkan bisa jadi tidak bisa terpasang karena
ukuran tidak sesuai atau terdapat selisih yang tidak sedikit dengan lokasi.

6. Pembuatan template dibuat berdasarkan gambar kerja.

Template yang dimaksud pada tata cara instalasi lift adalah bentuk yang dibuat untuk
acuan menentukan beberapa titik tali lining (lot). Lot akan digunakan sebagai pedoman
letak pemasangan komponen lift yang ada di ruang luncur, yaitu dua rel sangkar, dua rel
counterweight, dan pintu luar. Tidak ada suatu standar khusus untuk pembuatan
template, tergantung metode jarak peletakan lot terhadap gambar kerja yang dipakai
oleh masing-masing teknisi mekanik.

Dua metode penentuan titik lot yang paling sering digunakan yaitu template dibuat dua
buah, satu diletakkan di atas ruang luncur (yang telah ditentukan titik-titik lot) dan satu
berada di bawah ruang luncur atau pit ground (hanya sebagai pengikat/penahan tali lot).
Peletakan template disesuaikan dengan gambar kerja dan akan lebih baik jika
dikombinasikan dengan pengamatan lokasi ruang luncur. Agar tak terjadi benturan
ataupun lokasi yang bergeser antar komponen satu dengan komponen lainnya, juga
komponen dengan tembok ruang luncur.

7. Menarik tali lining (umumnya terbuat dari tali stainless steel).

Dilaksanakan setelah template terpasang, dari titik-titik lot di template atas hingga ke
bawah pit ground. Di ujung bawah, tali diikat dengan pemberat agar tali benar-benar
lurus (vertikal).

Setelah tujuh titik ditarik tali dan diikat pemberat, tunggu beberapa saat hingga tali tidak
bergoyang, menandakan tali sudah lurus vertikal. Setelah dipastikan lurus, kunci atau ikat
pada template bawah agar tali tepat lurus. Selanjutnya teknisi lift akan mengatur urutan
pemasangan sesuai dengan pengalaman masing-masing.

8. Pemasangan rel kabin dan rel counterweight berdasarkan lot.

Umumnya berjarak 2cm dari tali, agar saat rel dipasang tidak menyentuh/mengganggu
tali lot. Sehingga lot harus direncanakan pergeserannya saat pemasangan template.

Satu rel mempunyai panjang 5 m dengan ukuran yang bermacam, disesuaikan dengan
kapasitas angkut, yaitu K8, K13, dan K24. Untuk counterweight disebut rel omega. Rel
diikat menggunakan braket dan braket dibaut di tembok/balok/konstruksi.

Braket ini biasa dipasang setiap 2.5 m. Jarak tersebut tidak paten, semakin pendek jarak
maka semakin bagus, karena rel kabin akan semakin kuat. Pemasangan rel biasanya
dibantu dengan steiger.

Rel kabin dipasang di kanan dan di kiri. Sedang rel counterweight memiliki dua tipe, yaitu
dipasang di belakang kabin dan di samping kanan atau kiri kabin, tergantung gambar
kerja. Pemasangan rel di mulai dari bawah sampai ke atas.

9. Pemasangan sill pintu luar, hanger pintu luar, daun pintu luar.

Pemasangan unit pintu luar yaitu sill pintu luar bersamaan dengan dipasang hanger pintu
luar dan daun pintu luar, berdasarkan lot yang telah dibuat. Pemasangan unit pintu luar
umumnya dimulai dari lantai terbawah hingga lantai teratas.

10. Pemasangan mesin.

Pengangkatan mesin ke ruang mesin. Lokasi ruang luncur umumnya berada di dalam
tengah gedung, sehingga pengangkatan sering dilakukan melalui lubang ruang luncur.
Pengangkatan mesin ditarik menggunakan chainblock atau hoist listrik yang digantung
pada sebuah hook yang telah dibuah di atap ruang mesin, dan lurus dengan ruang luncur.
Mesin ini sementara diletakkan terlebih dahulu di ruang mesin, tidak disetting langsung
penempatannya.

11. Pemasangan kabin.

Kabin memiliki beberapa komponen, pertama dipasang dahulu bottom channel dengan
dua guide shoe kabin bawah. Selanjutnya upright kanan kiri dan dua safety block, untuk
safety block ada dua tipe yaitu tipe bawah dan tipe atas. Kemudian dikunci/ditutup
dengan top channel dan dua guide shoe kabin atas.

Kemudian dilakukan pemasangan frame kabin, lalu dinding kabin depan termasuk COP
(Car Operation Panel) (yaitu panel tempat tombol-tombol lantai tujuan dan tombol
pelengkap lain serta display lantai), dinding samping kanan kiri da belakang dan dipasang
atap kabin. Selanjutnya dipasang unit door motor, terdiri dari hanger termasuk motor
penggerak pintu dan inverter pintu. Kemudian daun pintu kabin dan sill pintu kabin
dipasang.

12. Pemasangan counterweight.

Langkah selanjutnya yaitu pemasangan unit counterweight, yang terdiri dari frame
counterweight dan empat guide shoe. Untuk balok pemberat, umumnya dimasukkan ke
dalam frame terakhir setelah counterweight terhubung rope (tali baja) dengan mesin dan
kabin.

13. Melakukan setting unit mesin

Terdiri dari gelagar UWF, frame gearbox, motor gearbox/gearless, dan pulley deflection.
Setting penempatan unit mesin ini berdasarkan gambar kerja.

14. Pemasangan rope (tali baja).

Sebelum pemasangan rope, terdapat langkah yang harus dikerjakan terlebih dahulu,
yaitu tali lot dan steiger dibongkar agar tidak mengganggu. Karena posisi unit kabin akan
berada di bawah, maka counterweight harus diposisikan di atas ruang luncur dengan cara
ditarik menggunakan chainblock. Kemudian dipasang rope yang menghubungkan (kabin-
pulley-deflection-main pulley gearbox/gearless - counterweight). Panjangnya akan diukur
berdasarkan beberapa aspek yaitu overheight, panjang ruang luncur, panjang
pitgroundm buffer kabin, counterweight, dan buffer counterweight.

Setiap unit lift mempunyai jumlah alur dan besar diameter rope (stainless steel) yang
berbeda, tergantung kapasitas angkut yang akan digunakan. Minimal jumlah alur yang
biasa digunakan adalah tiga alur, dan minimal diameter sebesar 8mm. Setelah terpasang
chainblock penahan counterweight bisa dilepas.

15. Pemasangan speed governer, yang berfungsi membatasi kecepatan berlebih saat
lift berjalan.
Akan terhubung dengan safety block kabin melalui satu alur rope governor, di ujung
bawah rope governor terdapat tension atau pemberat agar rope tidak kendor. Jika lift
melebihi kecepatan yang ditentukan, maka speed governor akan bekerja secara
mekanikal mengunci dan berhenti berputar. Dan karena terhubung dengan safety block
kabin melalui rope, maka kabin juga akan berhenti. Safety block bekerja akan seperti rem
yang mencengkeram rel kabin. Fungsi speed governor lain yaitu jika semua rope utama
putus, lift tidak akan jatuh ke bawah karena speed governor akan membuat kabin
berhenti.

Contoh bahan, peralatan, dan tenaga pemasangan lift atau


elevator
Bahan

Elevator / Lift 1 unit + Acc

Baja IWF

Baja H Beam

Peralatan

Takel (chain hoist atau chain block), 3-ton

Mesin pengangkat (winch machine), 5-ton

Mesin las listrik dengan diesel agregat atau trafo

Mesin bor portable (electric drill), bermacam ukuran

Dongkrak hidrolis (hydraulic jack)

Kompor (burner) minyak tanah, portable

Gerobak dorong roda empat (platform trolley)

Palu godam (6 kg)

Mesin gerenda portable (grinding machine)

Gunting tali baja (rope cutter)

Gergaji kayu (carpenter saw)


Gergaji besi (hacksaw)

Palu 0.5 dan 0.9 kg

Palu karet (rubber mallet)

Pahat baja dan beton (opular)

Sikat kawat (wire brushes)

Penjepit C (C-clamp)

Penjepit B (cross B-clamp)

Lampu center

Walky-talky

Tali sling, bermacam jenis dan ukuran

Siku pengukur, water pas, sigmat, dan alat-alat ukur lain

Bandul lood atau unting-unting (plumb-bob)

Obeng + dan -, mechanical dan electrical screw driver

Tang buaya, tang listrik (snipper), tang potong, dan tang kupas (stripper)

Tang mekanik/tang bebek (mechanical pliar)

Kunci inggris (adjustable wrench)

Kunci pas (spanner)

Pisau saku, kombinasi

Meteran (measuring tape), ukuran 2 M dan 5 M serta 25 M

Alat Tukang Seperti (test pen, kikir halus, tapset, kawat jumper, lampu senter (saku),
batang solder listrik, multi tester, dan tikar tatakan dari karet. Tachometer, ampere tester,
pengukur tegangan tali-baja.)

Tenaga
Pekerja

Tukang

Kepala Tukang

Mandor

Sumber: www.civiltekno.id

Anda mungkin juga menyukai